Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata
yang diberikan oleh dosen kami.
Semoga semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini
senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Penulis menerima segala kritik dan saran
agar dapat lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Ada beberapa definisi perkawinan yang akan dijabarkan dibawah ini, antara
lain:
A. Prof. Subekti
Perkawinan adalah pertalian yang sehantara seorang lelaki dan
seorang perempuan untuk waktu yang cukup lama.
1
B. Prof. Wirjono Prodjodikoro
C. Soetoyo Prawirohamidjojo
D. Kaelany HD
Perkawinan adalah akad antara calon suami dan calon isteri untuk
memenuhi hajat jenisnya menurut ketentuan yang sudah diatur oleh syariah.
E. Maya 2013
Perkawinan adalah adanya suatu bentuk pola sosial yang disetujui
oleh kedua pihak (pria dan wanita) sehingga mampu membentuk keluarga
yang sah dimata agama dan legal dimata hukum.
F. UU Perkawinan no.1 Tahun 1974
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk rumah tangga
yang bahagia lahir maupun batin dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
G. Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Pasal 2 Perkawinan yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati
perintah Allah swt dan melaksanakannya menurut ibadah.
2
1.3 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam pasal berikut:
5
2.3 Prosedur Dalam Melaksanakan Perkawinan Campuran
Selain itu, ada beberapa surat lain yang harus disiapkan, yakni:Untuk
calon isteri harus meminta calon suami untuk melengkapi surat-surat dari
daerah atau negara asalnya. Untuk dapat menikah di Indonesia, ia juga harus
menyerahkan “Surat Keterangan” yang menyatakan bahwa ia dapat kawin
dan akan kawin dengan Warga Negara Indonesia (WNI). Surat Keputusan ini
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dinegaranya. Selain itu, harus pula
dilampirkan:
6
Fotokopi identitas diri (KTP/Pasport) dan fotokopi Akte Kelahiran.
Surat keterangan bahwa ia tidak sedang dalam status kawin.
Akte Cerai bila sudah pernah kawin.
Akte Kematian isteri bila isteri sudah meninggal.
Surat-surat tersebut kemudia diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah yang disumpah dan kemudian harus
dilegalisir oleh Kedutaan Negara WNA tersebut yang ada di Indonesia.
Fotokopi KTP.
Fotokopi Akte Kelahiran.
Data orangtua calon mempelai.
Surat pengantar dari RT/RW yang menyatakan bahwa tidak ada halangan
bagi anda untuk melangsungkan perkawinan.
Kutipan Akta Perkawinan yang telah anda dapatkan, masih harus dilegalisir di
Departemen Hukum dan HAM dan Departemen Luar Negeri, serta di daftarkan di
Kedutaan Negara asal suami. Dengan adanya legalisasi itu, maka perkawinan
dianggap sah dan diterima secara internasional, baik bagi hukum di negara asal
suami, maupun menurut hukum di Indonesia.
7
2.4 Status Anak Dari Perkawinan Campuran
Dalam UU Nomor 62 Tahun 1958 dinyatakan bahwa anak yang lahir dari
perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan dan ditentukan
hanya mengikuti kewarganegaraan ayahnya. Ketentuan dalam UU ini dianggap tidak
memberikan perlindungan hukum yang cukup bagi anak yang lahir dari perkawinan
campuran dan diskriminasi hukum terhadap WNI perempuan.
Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang baru ini, anak yang lahir dari
perkawinan seorang perempuan WNI dengan pria WNA, maupun anak yang lahir
dari pria WNI dengan perempuan WNA, diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
Kewarganegaraan merupakan unsur hakiki yang pada umumnya merupkan unsur
pokok bagi suatu negara yang meninbulkan hubungan timbal balik serta mempunyai
kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negara, khususnya anak yang
lahir di Indonesia dari suatu perkawinan campuran antara warga negara Indonesia
(WNI) dengan warga negara asing (WNA).
8
Penentuan kewarganegaraan yang dianut Indonesia menurut UU No.12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yaitu kewarganegaraan ganda terbatas pada
pasal 6 dan pasal 21 yang menjelaskan bahwa anak yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah
Indonesia dari ayah atau ibu yang memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan
sendirinya berkewarganegaraan Indonesia. Namun, jika telah berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin maka anak tersebut harus menyatakan memilih salah
satu kewarganegaraannya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Abdulkadir. 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti,
Bandung.
11