NIM : 184262066
Kelas : 2A D4 MP/ 28
KRONOLOGI
Pada tahun 2014, Hj. Asiyah membangun septic tank (bak untuk menampung
air limbah yang digelontorkan dari WC) di sebagian tanah milik Hj. Sundari yang
mana berakibat tertutupnya akses jalan masuk ke rumah Hj. Sundari dikarenakan
pembangunan septic tank tersebut persis di depan halaman rumah Hj. Sundari.
Penguasaan tanpa hak atas tanah Hj. Sundari seluas kurang lebih 0,7 m2 yang
kemudian disebut sebagai obyek sengketa yang kemudian dibangun septic tank
berukuran 1m x 0,7m yang menutup satu-satunya akses pintu masuk ke rumah Hj.
Sundari dikarenakan pembangunannya persis di depan halaman pintu masuk
menuju rumah Hj. Sundari.
PERMASALAHAN
Timbulnya sengketa tersebut tentunya berdampak negatif terhadap Hj.
Sundari karena pembangunan tersebut mengakibatkan akses jalan satu-satunya
menuju rumah Hj. Sundari tertutup. Dalam kasus penyerobotan tanah, para pihak
dapat memilih apakah permasalahan tersebut akan diselesaikan di pengadilan
ataukah diselesaikan diluar pengadilan (non litigasi). Jika melalui jalur litigasi,
maka dibuthkan biaya yang banyak dan waktu yang lama. Sedangkan bila
diselesaikan dengan jalur non litigasi maka lebih bersifat kekeluargaan untuk
mencapai solusi yang diputuskan bersama. Lantas langkah apa yang dilakukan
oleh Hj. Sundari terhadap kasus yang menimpanya?
ANALISIS PERMASALAHAN
Pada tahun 2014, ketika terjadi pembangunan septic tank yang dilakukan oleh
Hj. Asiyah di depan rumah Hj. Sundari yang mengakibatkan tertutupnya
satu-satunya akses jalan menuju rumahnya, Hj. Sundari pun telah menegur Hj.
Asiyah dengen memberikan pernyataan bahwasanya sebagian tanah yang akan
dijadikan septic tank adalah tanahnya. Namun Hj. Asiyah mengelak kalau tanah
tersebut adalah sebagian tanah yang dimiliki oleh Hj. Sundari. Kemudian Hj.
Sundari yang merasa tidak terima akan hal tersebut menanyakan
kebenaran perihal tanah yang dijadikan obyek sengketa tersebut. Berdasarkan
keterangan melalui desa dinyatakan bahwa tanah tersebut sebagian merupakan
tanah Hj. Sundari dengan demikian tidak semua tanah tersebut milik Hj. Asiyah.
Selain itu, dalam kasus penyerobotan tanah pasti ada para pihak yang
dirugikan, maka otomatis para pihak tersebut memerlukan ganti rugi atas kerugian
yang dialaminya. Dari hasil mediasi yang dilakukan menghasilkan keputusan
bahwa kedua belah pihak telah sepakat Hj. Asiyah dapat
meneruskan pembangunan septic tank miliknya akan tetapi harus memberikan
kompensasi sebesar Rp. 20.000.000 kepada Hj. Sundari guna membuat akses jalan
lain menuju rumahnya.