Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

SEMARANG
PROGRAM S 1
JL.Soekarno-Hatta, Tlp.6702757, Semarang.
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2019/2020
Mata uji : HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Hari/tanggal : Senin, 2 Nopember 2020
Waktu :
Dosen Penguji : Dharu Triasih,S.H, M.H.

1. a. Jelaskan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh konsumen terkait dengan


hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Kaitkan dengan
UUPerlindungan Konsumen. Berikan dalam bentuk kasus dan analisanya.

b.Jelaskan jika pelaku usaha melakukan perbuatan curang/dengan sengaja


menggunakan bahan – bahan yang dilarang dalam produk makanan mereka.
Konsumen banyak yang menjadi korban. Apa saja yang dapat dilakukan oleh
konsumen sebagai korban
2. Jual beli melalui on line bagaikan jamur dimusim hujan, banyak bermunculan
dalam bidang apapun. Jelaskan pendapat anda bagaimana bila pihak pelaku usaha
memberikan barang yg tidak sesuai dengan yg dipesan ? Bagaimana
perlindungan hukum bagi konsumen. Berikan contoh kasus dan
penyelesaiannya..

3. Beberapa kasus terkait dengan produk makanan terjadi akhir – akhir ini, adanya
produk daluwarsa, label halal, bahan tambahan pangan yang melebihi takaran,
bahkan iklan yang menyesatkan konsumen.
Saudara analisa salah satu kasus tersebut dan berikan solusi dan dasar hukumnya.

Kumpulkan , diketik, paling lambat Selasa, 3 Nopember 2020 pkl 12.00 by


email

dharu.triasih@usm.ac.id

Format file : Nama _UTS HPK_ Klas…/P

######## Semoga Sukses ##########


JAWABAN

1. A.) Pasal 8 ayat (1) huruf f UU 8/1999 melarang pelaku usaha untuk memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.Ketidaksesuaian
spesifikasi barang yang Anda terima dengan barang tertera dalam iklan/foto penawaran barang
merupakan bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.
 
Anda selaku konsumen sesuai Pasal 4 huruf h UU 8/1999 tersebut berhak mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.Sedangkan, pelaku usaha itu sendiri sesuai Pasal 7
huruf g UU 8/1999 berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Apabila pelaku usaha melanggar larangan memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak
sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan
barang dan/atau jasa tersebut, maka ia dapat dipidana berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UU 8/1999 yang
berbunyi:
 
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan
Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2 miliar.

Saya  mengambil kasus yang terjadi pada awal Mei 2014 seperti yang dikutip di TEMPO.CO

TEMPO.CO, Jakarta – Seorang pedagang daging giling terbukti menjual daging celeng yang


disamarkan sebagai daging sapi. Daging giling itu biasa digunakan untuk bahan baku bakso. “Sudah
diperiksa di laboratorium, hasilnya memang benar itu daging celeng,” kata Kepala Seksi Pengawasan
dan Pengendalian Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Pangihutan Manurung, Senin, 5
Mei 2014.
Menurut Pangihutan, instansinya mendapat laporan tentang penjualan daging celeng di di Jalan
Pekojan III Tambora, Jakarta Barat. Penjualnya bernama bernama Sutiman Wasis Utomo, 55 tahun.
“Laporannya pekan lalu, dan langsung kami tindaklanjuti,” kata Pangihutan.

Sutiman selama ini dikenal sebagai pengusaha rumahan yang menjual bakso olahan untuk penjual
bakso keliling. Sehari setelah laporan masuk, seorang pegawai Suku Dinas Peternakan membeli bakso
tersebut dan memeriksanya di laboratorium.  Hasil pemeriksaan menyatakan daging bakso itu
mengandung daging babi hutan atau celeng.

Kepada para anggota tim pengawasan dari Suku Dinas Peternakan, Sutiman mengaku membeli daging
tersebut dari seorang lelaki bernama John, yang berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat. Anggota tim
saat ini sedang melacak arus distribusi bakso olahan Sutiman.

Menurut Pangihutan, daging celeng yang dijual Sutiman tak melalui pengawasan oleh Suku Dinas
Peternakan. Celeng tersebut diburu di berbagai daerah di Pulau Jawa dan langsung dipasarkan secara
terselubung. “Tak ada jaminan daging yang dipasarkan itu sehat dan layak dikonsumsi,” katanya.

Atas perbuatan tersebut, Dinas Peternakan melaporkan Sutiman ke Polsek Penjaringan. Dia dijerat
Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Sutiman dianggap
menipu konsumen karena tak menyebutkan bahan baku sebenarnya dan mengabaikan standar
kesehatan. “Dia melanggar karena tak melewati proses pengawasan dengan menggunakan babi dari
rumah potong dan berterus terang kepada pembeli,” kata Pangihutan.

Analisis :

Dari kasus pelaku telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dimana
ketidaksesuaiaannya isi barang dengan label kemasannya yang dituliskan daging sapi padahal
didalamnya daging celeng. Kita harus ketahui bahwa hak konsumen adalah hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.

Dan sebagai pelaku usaha seharusnya penjual daging ini memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi barang yang dijualnya. Konsumen akan sangat dirugikan sekali bila mereka
mengetahui bahwa daging yang dibelinya itu tidak sesuai dengan kemasannya yang tertulis daging
sapi.
Seperti yang dikatakan berita diatas, pelaku terjerat Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen.

Perlindungan konsumen masih menjadi hal yang harus diperhatikan. Konsumen seringkali dirugikan
dengan pelanggaran-pelanggaran oleh produsen atau penjual. Pelanggaran- pelanggaran yang terjadi
saat ini bukan hanya pelanggaran dalam skala kecil, namun sudah tergolong kedalam skala besar.
Dalam hal ini seharusnya pemerintah lebih siapdalam mengambil tindakan. Pemerintah harus segera
menangani masalah ini sebelumakhirnya semua konsumen harus menanggung kerugian yang lebih
berat akibat efek samping dari tidak adanya perlindungan konsumen atau jaminan terhadap konsumen.

B.) Mendapatkan ganti rugi atas kerusakan,pencemaran, dan atau kerugiankonsumen akibat
mengkonsumsi barang dan ataujasa yang dihasilkan ataudiperdagangkan. Dimana ganti rugi tersebut
dapat berupa pengembalian uangatau penggantian barang dan/atau jasayang sejenis atau setara
nilainya, atauperawatan kesehatan dan/atau pemberiansantunan yang sesuai dengan ketentuanperaturan
perundang-undangan yang berlakudan pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelahtanggal transaksi.(Dalam pasal 19 undang undang perlindungan konsumen)

2.) Menurut saya, pelaku usaha wajib mengganti barang yang telah di order dan apabila pelaku usaha
tidak mengganti barang tersebut maka pembeli dapat menggunakan haknya sebagai pembeli yang
dimana perjanjian itu telah di sepakati bersama sesuai undang undang yang berlaku

Contoh kasus : Bandung – Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar meringkus salah seorang pelaku
penipuan online dengan modus investasi valuta asing dengan website http://www.pandawainvesta.com.
Pelaku berinisial KM (21) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung jurusan Hubungan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi semester V.

Kapolda Jabar Irjen Pol Tubagus Anis Angkawijaya membenarkan pelaku yang ditangkap adalah
Mahasiswa UIN Bandung yang ditangkap di Surabaya. Saat ini pelaku masih diperiksa oleh penyidik
di Mapolda Jabar.

Anis menjelaskan, modus penipuan yang dilakukan pelaku yakni menawaran keuntungan besar melalui
situs http://pandawainvesta.com/. Perusahaan investasi bodong ini berkantor di Grand Surapati Core
Ruko Blok 1H, Jalan Mustofa, Suci Cicaheum, Bandung. Selama menjalankan bisnisnya, Pelaku
berhasil menarik dan memperdayai sekitar 338 orang nasabah dengan total kerugian hingga Rp 40
miliar. Dikatakan Anis, korban berasal dari berbagai daerah, di antaranya Bandung, Jakarta, Bogor,
Batam, Samarinda, dan Surabaya

Penyelesainnya : Atas pebuatan tersebut, pelaku dijerat pasal 28 ayat 1 UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik perihal menyebar berita bohong dan menyesatkan yang akibatkan
kerugian konsumen dengan ancaman pidana penjara maks 6 thn dan denda Rp 1 M, juga pasal 372 dan
378 KUHP dgn ancaman hukuman 4 thn penjara.

3.) Pada tahun 2001, masyarakat sempat dihebohkan dengan berita fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang mengharamkan bumbu masak Ajinomoto. Bumbu masak Ajinomoto merupakan salah satu
produk yang dikeluarkan oleh Ajinomoto Indonesia yaitu sebuah perusahaan produsen bumbu masak
yang memiliki kantor pusat di Jepang dan merupakan salah satu dari 36 perusahaan makan dan
minuman terbesar di dunia. Ajinomoto aktif di 23 negara di dunia dengan memperkerjakan sekitar
24.861 orang. Ajinomoto telah beredar di Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan hingga pada
tahun 1969, akhirnya di produksi di Indonesia. Dengan lokasi pabrik yang terletak di kota Mojokerjo,
Jawa Timur, dihasilkan MSG dengan merek Ajinomoto yang dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia.
MSG Ajinomoto pertama kali dipasarkan di Jepang pada tahun 1909, yang ditemukan dan dipatenkan
oleh Kikunae Ikeda.

Menurut Kikunae Ikeda, MSG merupakan penyumbang rasa untuk makanan yang sangat
penting bagi asupan nutrisi. Dalam proses produksinya, komponen utama MSG Ajinomoto adalah 87%
glutamat, yang merupakan salah satu asam amino pembentuk protein tubuh dan makanan. Unsur-unsur
lainnya yang terkandung dalam MSG Ajinomoto yaitu 12% atrium/sodium dan 10% air. Sebelumnya,
Ajinomoto Indonesia telah memiliki sertifikat halal dalam memproduksi produknya. Sehubungan
dengan akan berakhirnya sertifikat halal tersebut pada September 2000, maka Ajinomoto Indonesia
melakukan pengajuan perpanjangan sertifikat halalnya pada Juni 2000. Sebagai tindak lanjut, maka
dilakukan audit oleh LPPOM MUI Pusat, LPPOM MUI Jawa Timur, BPOM, Balai POM Surabaya dan
dari Departemen Agama pada bulan Agustus 2000. Pada 7 Oktober 2000, Komisi Fatwa MUI
memutuskan bahwa Bactosoytone tidak dapat digunakan sebagai bahan dalam media pembiakan
mikroba untuk menghasilkan MSG. Dimana Bactosoytone tersebut merupakan salah satu bahan yang
terkandung dalam MSG Ajinomoto. Komisi Fatwa kemudian melakukan rapat pada 16 November
2000, kemudian LPPOM MUI menyampaikan hasil rapat tersebut kepada Ajinomoto Indonesia pada
18 Desember 2000, bahwa produk MSG Ajinomoto yang mengandung Bactosoytone dinyatakan
haram. Pada kasus ini, yang menjadi persoalan adalah keberadaan porcine (enzim dari pankreas babi)
yang digunakan dalam rangkaian produksi.

Proses produksi berawal dengan pemakaian enzim porcine sebagai katalisator (bahan perantara
yang gunanya memudahkan reaksi kimia) untuk menghidrolisisprotein kedelai menjadi bactosoytone.
Sedangkan bactosoytone selanjutnya digunakan sebagai nutrisi mengembangbiakkan mikroba, yang
selanjutnya mikroba tersebut dipakai dalam proses fermentasi tetes tebu menjadi monosodium glutamat
(MSG)

Analisisnya :

Sebagai tindak lanjut dari fatwa MUI tersebut, MUI mengirimkan surat kepada Ajinomoto
Indonesia pada 19 Desember 2000 untuk menarik semua produk Ajinomoto yang diproduksi dan
diedarkan. Namun pada tanggal tersebut perusahaan sudah memasuki libur bersama Natal dan Tahun
Baru sehingga tidak dapat melakukan penarikan produk dari pasaran. Sekretaris Umum MUI
mengumumkan di media masa pada tanggal 24 Desember 2000, bahwa produk MSG Ajinomoto
mengandung babi dan masyarakat diminta untuk tidak mengkonsumsi bumbu masak Ajinomoto
tersebut. Tindak lanjut kasus Ajinomoto Indonesia setelah adanya pengumuman dari MUI di media
masa adalah terjadi pertemuan antara jajaran Departemen Industri dan Perdagangan, Departemen
Agama, MUI, Dirjen POM, dan YLKI pada tanggal 2 & 5 Januari 2001, yang kemudian menghasilkan
keputusan bahwa Ajinomoto Indonesia harus menarik seluruh produknya di pasaran dalam negeri
termasuk produk lain yang tidak bermasalah dalam jangka waktu 3 minggu terhitung dari tanggal 3
Januari 2001. Keputusan tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh
Ajinomoto Indonesia. Kerugian yang dialami berupa kerugian yang dikarenakan penarikan produk
secara massal dan besar-besaran serta harus mengganti kerugian distributor. Dalam hitungan nominal,
Ajinomoto Indonesia menanggung kerugian sebesar 55 miliar rupiah karena harus mengeluarkan biaya
sebagai usaha pro aktif mendatangi pedagang dan pengecer untuk menarik produknya yang
diperkirakan mencapai 3.500 ton dan menggantikannya sesuai dengan harga pasar. Selain penarikan
produk dari pasar, dilakukan juga penyegelan gudang dan penutupan sementara pabrik, namun semua
karyawan tetap masuk kerja untuk melakukan penarikan produk dan mengatur penerimaan barang di
pabrik agar tidak beredar lagi di pasar.

Akibat lainnya adalah 6 (enam) orang petinggi Ajinomoto Indonesia diperiksa oleh Polda Jawa
Timur, yaitu Manajer Kontrol Kualitas Haryono, Manajer Teknik Yoshiko Kagama, Manajer Produksi
Sutiono, Manajer Perusahaan Hari Suseno, Kepala Departemen Manajer Cokorda Bagus Sudarta, dan
Manajer Umum Yosi R. Purba dengan tuduhan melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen
dalam ketentuan Pasal 8 mengenai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha yaitu tidak
mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label. Namun sanksi yang harus ditanggung oleh Ajinomoto Indonesia hanyalah berupa teguran
dankerugian penarikan produk dari pasaran. Selanjutnya, Ajinomoto Indonesia diminta untuk
mengganti bahan bactosoytonedengan yang lain, yaitu Mameno yang setelah diperiksa dan diaudit oleh
LPPOM MUI tidak mengandung bahan haram seperti bactosoytone. Fatwa MUI yang menyatakan
haram tersebut dinyatakan perlu untuk upaya perlindungan konsumen. Meskipun telahterbukti bahwa
produk akhir dari Ajinomoto tidak mengandung unsur porcine atau enzim yang diambil dari pankreas
babi, namun dikarenakan proses pembuatannya tetap memanfaatkan enzim tersebut maka produksi itu
tetap dinyatakan haram

Anda mungkin juga menyukai