Anda di halaman 1dari 9

ANAK TIRI

A N G G O TA K E L O M P O K :

1. MUHAMMAD ZAENI ( A.111.18.0128)


2 . S AT R I O W I B O W O ( A . 1 1 1 . 1 8 . 0 1 4 7 )
3. MARAIKA DEWI A P 0164
4 . T A S YA M S ( A . 1 1 1 . 1 8 . 0 1 6 6 )
5. HARINDA ISHMAH ( A.111.18.0170)
6. AGUNG PRASETYO ADI ( A.111.18.0173)
PENGERTIAN ANAK TIRI

• Masalah Anak tiri ini, sepanjang pengetahuan Penulis memang belum ada ketentuannya secara
tegas, bahkan belum pernah terangkat di atas Meja hijau Peradilan Agama sehingga
menghasilkan sebuah Yurisprudensi tetap.

• Definisi dari anak tiri adalah anak bawaan suami atau istri yang bukan hasil perkawinan dengan istri atau
suami yang sekarang. Anak tiri hanya memiliki hubungan kewarisan dan keperdataan dengan orang tua
sedarahnya. Hal ini secara implisit diatur pada Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
• Pada dasarnya, anak tiri hanya memiliki hubungan kewarisan dan keperdataan dengan orang
tua sedarah. Adanya hubungan dengan orang tua sedarah tersebut dibuktikan dengan akta
kelahiran yang otentik yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang (lihat Pasal 55 UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan

• Pemakaian akta palsu atau tidak sah, dapat dikenakan Pasal 263 KUHP mengenai pemalsuan
surat dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun.
anak bawaan isteri dan / atau suami.Berpegang pada pengertian di atas dapat dijabarkan adanya
2 (dua) kategori Anak tiri yaitu :
1. Anak bawaan isteri dan/ atau suami akibat perkawinan sah,
2. Anak bawaan isteri yang lahir di luar perkawinan sah.
Anak tiri pada kategori pertama adalah yang dimaksudkan dalam pembahasan di sini, karena
memang belum ada ketentuannya secara tektual dan jelas.
Anak tiri pada kategori kedua telah jelas ketentuannya bahwa dia hanya mempunyai hubungan
saling mewarisi dengan Ibunya dan keluarga dari pihak Ibunya tersebut.(pasal. 43 ayat (1) Undang
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. pasal. 186 KHI.)
HUBUNGAN HUKUM ANAK TIRI
DENGAN ORANG TUA
• seorang ayah tiri bukanlah yang berkewajiban menafkahi anak- anak tirinya. Karena anak-anak
menjadi tanggungan ayah kandung mereka. Sebab sebuah perceraian menjadikan suami dan
istri menjadi mantan, namun tidak dengan anak-anak mereka. Anak-anak itu akan tetap menjadi
anak-anak kedua orang tua mereka sampai kapanpun. Ibu mereka yang bertanggung jawab
atas pengasuhan, dan ayah mereka bertanggung jawab atas nafkah dan perwalian.
• Namun jika mereka semua berlepas diri dan tidak mau memberi nafkah, alangkah mulianya jika
ayah tiri mereka mau memberi nafkah sesuai kemampuannya. Sebagai tambahan amal shalih
yang pantas dilakukan karena kebaikan budinya. Apalagi jika anak-anak itu adalah anak-anak
yatim yang tentu saja layak untuk disantuni.
HAK ASUH ANAK TIRI
Mengenai pemeliharaan (pengasuhan) anak, Pasal 105 KHI menyatakan batasan usia anak yang belum
mumayyiz (masih di bawah umur) adalah anak yang belum berumur 12 tahun. Apabila terjadi
perceraian, maka hak asuh anak yang belum mumayyiz ada pada ibunya, sedangkan bila anak sudah
mumayyiz dia dapat memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya.
Dengan kata lain, yang paling berhak mengasuh (memelihara) anak adalah ayah atau ibu kandung si
anak.

Pasal 156 KHI mencantumkan tingkatan derajat yang dapat menggantikan kedudukan hadhanah dari
ibu karena meninggal dunia:
1. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;
2. Ayah;
3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;
4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan
5. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu;
6. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
KESIMPULAN

• Anak tiri adalah anak bawaan suami atau istri yang bukan hasil perkawinan dengan istri atau
suami yang sekarang.
• Jika anak tiri masih mempunyai orangtua yang hidup maka orang tua kandunglah yang wajib
menafkahi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai