PENDAHULUAN
1
Sulastri, Satino, Yuliana Yuli, 2019, Perlindungan Hukum Terhadap Isteri Sebagai Korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jurnal Yuridis Vol. 6 No. 2, Desember 2019, Fakultas Hukum,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1. Pengertian Kekuasaan Orang Tua
2. Ruang Lingkup Kekuasaan Orang Tua
3. Pencabutan Kekuasaan Orang Tua
4. Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
5. Pengertian Perwalian
6. Ruang Lingkup Perwalian
7. Persyaratan Perwalian
8. Pencabutan Kekuasaan Perwalian
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Nur Zakiah, 2021, Kekuasaan Orang Tua Menurut KUHP Dan Undang Undang Perkawinan,
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Volume 7, Nomor 1, Januari 2021, STAI DDI SIDRAP, Sumatera
Utara
3
2. Kekuasaan terhadap perbuatan hukum, bahwa mengingat anak dianggap
tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka diwakili oleh orang tuanya
mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.
3. Kekuasaan terhadap harta kekayaan anak, karena anak dianggap tidak
cakap dalam melakukan perbuatan hukum, maka pengurusan dan tanggung
jawab terhadap harta kekayaannya diwakili oleh orang tuanya. Ketentuan
dalam pasal 48 UUP menetapkan bahwa orang tua tidak diperbolehkan
memindahkan hak atau menggadaikan barang- barang tetap yang dimiliki
anaknya yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum melangsungkan
perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya.
Kekuasaan orang tua atas harta benda anak ini meliputi:3
Pengurusan
Menikmati hasil
4
3. Telah mendapat hukuman dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan
mutlak karena sengaja telah turut serta dalam suatu kejahatan terhadap seorang
anak belum dewasa yanga daa dalam kekuasaannya
4. Telah mendapat hukuman dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan
mutlak, karena sesuatu kejahatan yang tercantum dalam Bab XII, XIV, XV,
XVIII, XIX dan XX buku ke dua Kitab Undang - Undang Hukum Pidana,
dilakukan terhadap seorang anak belum dewasa yang ada dalam kekuasaannya.
5. Telah mendapat hukuman badan dua tahun lamanya atau lebih, dengan putusan
yang telahmemperoleh kekuatan mutlak. Dalam paham kejahatan, termasuk juga
turut membantudan mencoba melakukan kejahatan itu (pasal 319 a KUHPerdata).
Dalam UU Perkawinan hanya diatur bahwa anak yang telah dewasa wajib
memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas,
bila mereka itu memerlukan bantuannya. Akan tetapi tidak diatur apa yang dapat
dilakukan oleh orang tua jika si anak tidak melakukan kewajibannya tersebut.
Sedangkan jika ditinjau dari UU PKDRT, anak yang menurut hukum berlaku
baginya untuk memelihara orang tua itu, dapat dipidana jika melalaikan kewajibannya
(dalam hal orang tua tersebut termasuk dalam lingkup rumah tangga si anak).
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”):
5
1. Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
2. Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua
dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya.
3
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1994. Hal.
6
2. Bertanggung-jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena pengurusan yang
buruk;
3. Menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan anak belum dewasa sesuai harta
kekayaannya dan mewakili anak dalam segala tindakan perdata;
4. Mengadakan pencatatan dan inventarisasi harta kekayaan si anak;
5. Mengadakan pertanggungjawaban pada akhir tugas sebagai wali.
4
RiduanSyahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: PT alumni, 2006. Hal. 7
7
Asas ini menyatakan bahwa pada tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali (Pasal
331 KUHPerdata). Ada 2 (dua) pengecualian terhadap asas ini, yaitu:
a. Jika perwalian dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling lama
(langstlevende ouder) maka jika kawin lagi suaminya menjadi wal serta/wali
peserta (medevoogd).
b. Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan (bewindvoerder) yang mengurus
barang- barang anak di bawah umur di luar Indonesia (Pasal 361
KUHPerdata).
2. Asas Persetujuan dari Keluarga
Keluarga harus diminta persetujuan tentang perwalian. Dalam hal keluarga
tidak ada maka tidak diperlukan sepertujuan dari keluarga.
3. Orang-orang yang Dipanggil Menjadi Wali atau yang Diangkat Menjadi Wali
Sebagaimana diketahui bahwa anak-anak yang masih di bawah umur mereka belum
cakap bertindak dalam menjalankan perbuatan hukum, dalam hal demikian mereka ini
rentan sekali untuk dimanfaatkan oleh walinya akan hal-hal mereka.
9
2.7 Persyaratan Perwalian
Cara untuk mendapatkan seorang wali diatur dalam pasal 51 ayat (1) Undang-
Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang menentukan bahwa, “Wali dapat
ditunjuk oleh satu orang tua yang menjalankan salah satu kekuasaan orang tua, sebelum
ia meninggal, dengan surat wasiat atau dengan lisan dihadapan dua orang saksi”.
Sehingga dapat dipahami dari ketentuan tersebut di atas bahwa cara penunjukan wali
terdapat tiga macam.
1. Melalui lisan dihadapan dua orang saksi.
2. Secara tertulis melalui surat wasiat.
3. Dengan cara tertulis melalui penetapan hakim dalam hal pencabutan.
Pada tanggal 26 April 2019 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2019
tentang Syarat dan Tata Cara Penunjukan Wali. Penerbitan PP ini untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 33 ayat (5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pengertian wali berdasarkan PP ini yaitu orang atau badan yang dalam kenyataannya
menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak. Penunjukan Wali
bertujuan untuk melindungi hak dan memenuhi kebutuhan dasar Anak serta mengelola
harta anak agar dapat menjamin tumbuh kembang dan kepentingan terbaik bagi anak.
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2019 tentang Syarat dan
Tata Cara Penunjukan Wali, untuk dapat ditunjuk sebagai wali karena orang tua tidak
ada, orang tua tidak diketahui keberadaannya, atau suatu sebab orang tua tidak dapat
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, seseorang yang berasal dari:
1. Keluarga anak;
2. Saudara;
3. Orang lain; atau
4. Badan hukum, harus memenuhi syarat penunjukan wali dan melalui
penetapan Pengadilan.
Seseorang yang ditunjuk menjadi wali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diutamakan keluarga anak. Dalam hal keluarga anak tidak ada, tidak bersedia, atau tidak
memenuhi persyaratan dapat ditunjuk saudara.
Kemudian, dalam hal keluarga anak dan saudara tidak ada, tidak bersedia, tidak
diketahui keberadaannya, atau tidak memenuhi persyaratan dapat ditunjuk orang lain atau
badan hukum. Wali yang ditunjuk harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan pada Pasal 5.
10
1. Saudara yang ditunjuk sebagai Wali harus memenuhi syarat:
a. Warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
b. Berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun;
c. Sehat fisik dan mental;
d. Berkelakuan baik;
e. Mampu secara ekonomi;
f. Beragama sama dengan agama yang dianut anak;
g. Mendapat persetujuan tertulis dari suami/istri, bagi yang sudah menikah;
h. Bersedia menjadi wali yang dinyatakan dalam surat pernyataan;
i. Membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan melakukan:
kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah terhadap anak;
atau penerapan hukuman fisik dengan alasan apapun termasuk untuk
penegakan disiplin terhadap anak;
j. Mendapat persetujuan tertulis dari orang tua jika: masih ada; diketahui
keberadaannya; dan cakap melakukan perbuatan hukum.
Sedangkan persyaratan bagi orang lain yang ditunjuk sebagai wali diatur pada Pasal 6,
1. Orang lain yang ditunjuk sebagai wali harus memenuhi syarat:
1. Warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
2. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;
3. Sehat fisik dan mental;
4. Berkelakuan baik;
5. Mampu secara ekonomi;
6. Beragama sama dengan agama yang dianut anak;
7. Mendapat persetujuan tertulis dari suami/istri, bagi yang sudah menikah;
8. Bersedia menjadi wali, yang dinyatakan dalam surat pernyataan;membuat
pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan melakukan: kekerasan,
eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah terhadap anak; dan penerapan
11
hukuman fisik dengan alasan apapun termasuk untuk penegakan disiplin
terhadap anak;
9. Mendapat persetujuan tertulis dari orang tua jika: masih ada; diketahui
keberadaannya; dan cakap melakukan perbuatan hukum.
Ditegaskan pada Pasal 331 huruf a KUHPerdata, jika seorang wali diangkat oleh
hakim dan ia hadir dalam pengangkatan itu maka perwalian dimulai dari saat
pengangkatan. Bila ia tidak hadir maka perwalian itu dimulai saat pengangkatan itu
diberitahukan kepadanya.
Jika seorang wali diangkat oleh salah satu orang tua, dimulai dari saat orang tua itu
meninggal dunia dan sesudah wali dinyatakan menerima pengangkatan tersebut. Bagi
wali menurut undang-undang dimulai dari saat terjadinya peristiwa yang menimbulkan
perwalian itu, misalnya kematia salah seorang orang tua. Berdasarkan pasal 362 KUH
Perdata maka setiap wali yang diangkat kecuali badan hukum harus mengangkat sumpah
dimuka Balai Harta Peninggalan.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, wali dapat berakhir karena
kekuasaan wali dicabut berdasarkan penetapan/putusan Pengadilan. Pencabutan
sebagaimana dimaksud dikarenakan Wali:
1. Melalaikan kewajiban sebagai wali;
2. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum;
3. Menyalahgunakan kewenangan sebagai wali;
4. Melakukan tindak kekerasan terhadap anak yang ada dalam pengasuhannya;
dan/atau
5. Orang tua dianggap telah mampu untuk melaksanakan kewajiban.
12
Perwalian dapat berakhir atau dipecat Menurut Pasal 382 KUHPer apabila7 :
1. Wali berperilaku buruk
2. Wali tidak cakap hukum dalam menjalankan tugasnya atau menyalahgunakan
kecakapannya untuk perwalian
3. Wali yang telah dipecat dari perwalian
4. Wali dalam keadaan pailit
5. Wali yang terhadap dirinya atau keluarganya sendiri melakukan perlawanan
terhadap anak itu.
6. Jika wali telah dijatuhi hukuman pidana dan bersifat tetap
7. Wali yang mendapat jatuhan hukuman badan yang tidak dapat diubah lagi dalam
2 tahun
7
Nursalamah Rahmatullah, 2016, Konsep Perwalian Dalam Perspektif Hukum Perdata Barat dan
Hukum Perdata Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan orang tua adalah suatu kewajiban yang harus di lakukan oleh orang
tua (kandung) kepada anaknya, semasa si anak tersebut belum dewasa. Kekuasaan Orang
Tua menurut Undang-Undang Pokok Perkawinan (UUP) No. 1 Tahun 1974
1. Kekuasaan terhadap diri anak, bahwa orang tua berkewajiban memelihara dan
mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya, seperti memberi nafkah,
menyediakan tempat kediaman, perawatan dan pengobatan, dan pendidikan.
2. Kekuasaan terhadap perbuatan hukum, bahwa mengingat anak dianggap tidak
cakap melakukan perbuatan hukum, maka diwakili oleh orang tuanya mengenai
segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.
3. Kekuasaan terhadap harta kekayaan anak, karena anak dianggap tidak cakap
dalam melakukan perbuatan hukum, maka pengurusan dan tanggung jawab
terhadap harta kekayaannya diwakili oleh orang tuanya
Pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anak dapat terjadi ketika orang tua
dianggap tidak mampu menjalani kewajibannya sebagai orang tua demi kepentingan
orang yang berada dibawah perwaliannya atas permintaan orang tua lain, keluarga anak
dalam garis lurus ke atas, dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
berwenang dalam putusan pengadilan yang mana dalam hal ini sudah dinilai sangat lalai
dalam melaksanakan kewajiban terhadap anaknya dan berkelakuan sangat buruk. Dalam
hal pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anak dapat dilakukan dengan cara
mengajukan gugatan pencabutan kekuasaan orang tua di Pengadilan Agama di mana ia
bertempat tinggal.
Perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang dibawah umur, yang tidak berada
di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur
oleh undang-undang. Timbulnya suatu Perwalian diakibatkan oleh putusnya perkawinan
baik karena kematian maupun karena suatu putusan pengadilan dan selalu membawa
akibat hukum baik terhadap suami/isteri, anak-anak maupun harta kekayaannya terutama
terhadap anak-anak yang masih dibawah umur. Perwalian dapat berakhir karena
kekuasaan wali dicabut berdasarkan penetapan/putusan Pengadilan. Pencabutan
perwalian dikarenakan wali tidak cakap melakukan perbuatan hukum, menyalahgunakan
kewenangan sebagai wali, melakukan tindak kekerasan terhadap anak yang ada dalam
pengasuhannya, dan orang tua dianggap telah mampu untuk melaksanakan kewajiban.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hlm.72.
A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, Al-Ikhlas, Surabaya, 1984 hlm. 155
Faisar Ananda Arfa, Metodologi Penelitian Hukum Islam, Pranadamedia Group, Jakarta,
2016, Hlm. 40.
Jonny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing,
Malanng, 2006, Hlm. 295.
Max Weber, Essay in Sociology, Oxford Univercity Press, 1946, hal.180, yang
diterjemahkan oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea, Sosiologi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2006.
R. Sarjono, Masalah Perceraian. Cet 1,Academika, Jakarta, 1979, hal. 36.
R. Soetojo Prawirogahidjojo dan Asis Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, Alumni,
Bandung, 1986, hlm.150.
R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 3, (Jakarta: Intermasa, 2003),hal. 47.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, Hlm. 13.
Internet :
Kompas, Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak, Sudahkan Kita Penuhi ?
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/23/064644320/kewajiban-orangtua-
terhadap-anak-sudahkah-kita-penuhi?page=all diakses pada 28 September 2022
Hukum Online, Manakala Kurandus Sudah Sembuh
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt58c125c4cbf5d/manakala-kurandus-sudah-
sembuh/ diakses pada 28 September 2022
15
16