Anda di halaman 1dari 18

PEMENUHAN PERSYARATAN FORMIL PERMOHONAN

PENETAPAN DI PENGADILAN NEGERI TERKAIT IZIN PENJUALAN


BARANG-BARANG TAK BERGERAK YANG DIAJUKAN OLEH WALI
ATAU PENGAMPU

Disampaikan oleh Agung Sulistiyono, S.H.,S.Sos.,M.Hum.


Ketua Pengadilan Negeri Palangkaraya

Pada Kegiatan Sosialisasi Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan, Akibat Hukum
Peralihan Harta/ Hak Keperdataan Anak Belum Dewasa Dalam perwalian dan Orang
Dalam Pengampuan Tanpa Keberadaan Wali Pengawas BHP, Palangka Raya, 10
Oktober 2023.

A. DASAR HUKUM:
1. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-
barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan
anak itu menghendakinya (Pasal 48 UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
2. Terhadap wali berlaku juga Pasal 48 UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. Pasal 33 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak:
(1) Dalam hal Orang Tua dan Keluarga Anak tidak dapat melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,
seseorang atau badan hukum yang memenuhi persyaratan dapat
ditunjuk sebagai Wali dari Anak yang bersangkutan.
(2) Untuk menjadi wali anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan melalui penetapan pengadilan.
(3) Wali yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki kesamaan dengan agama yang dianut Anak.
(4) Wali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab
terhadap diri Anak dan wajib mengelola harta milik Anak
yang bersangkutan untuk kepentingan terbaik bagi Anak.
4. Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan berkedudukan sama dengan
anak yang belum dewasa. (….)Ketentuan undang-undang tentang
perwalian atas anak belum dewasa (….) berlaku juga terhadap
pengampuan (Pasal 452 BW).
5. Pasal 13 PP Nomor 29 Tahun 2019 tentang Syarat dan Tata Cara
Penunjukan Wali:
Panitera Pengadilan wajib menyampaikan salinan
penetapan/putusan Pengadilan mengenai penunjukan Wali
kepada:

1
a . dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
kabupaten/kota setempat,
b. dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sosial kabupaten/kota setempat, dan
c. instansi pemerintah pusat atau unit kerja di lingkungan
instansi pemerintah pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerin tahan di bidang harta peninggalan setempat.
6. Pasal 449 BW:
Bila keputusan tentang pengampuan telah mendapatkan kekuatan hukum
yang pasti, maka oleh Pengadilan Negeri diangkat seorang pengampu.
Pengangkatan itu segera diberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan.
Pengampuan pengawas diperintahkan kepada Balai Harta Peninggalan.
Dalam hal yang demikian, berakhirlah segala campur tangan pengurus
sementara, yang wajib mengadakan perhitungan dan pertanggungjawaban
atas pengurusannya kepada pengampu, bila Ia sendiri yang diangkat menjadi
pengampu, maka perhitungan dan pertanggungjawaban itu harus dilakukan
kepada pengampu pengawas.

B. KETENTUAN MENGENAI PERWALIAN


1. Berdasar UU Nomor 1 Tahun 1974
Pasal 50
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang
tua, berada dibawah kekuasaan wali.
(2) Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya.

Pasal 51
(1) Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua,
sebelum ia meninggal, dengan surat wasiat atau dengan lisan di hadapan 2 (dua)
orang saksi.
(2) Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang
sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.
(3) Wali wajib mengurus anak yang dibawah penguasaannya dan harta bendanya
sebaik-baiknya, dengan menghormati agama dan kepercayaan anak itu.
(4) Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah
kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-
perubahan harta benda anak atau anak-anak itu.
(5) Wali bertanggung-jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah
perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau
kelalaiannya.

Pasal 52

2
Terhadap wali berlaku juga Pasal 48 Undang-undang ini.

Pasal 53
(1) Wali dapat dicabut dari kekuasaannya, dalam hal-hal yang tersebut dalam Pasal
49 Undang-undang ini.
(2) Dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pasal ini, oleh Pengadilan ditunjuk orang lain sebagai wali.

Pasal 54
Wali yang telah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang dibawah
kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan Keputusan
Pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut.

2. Berdasar UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan


Anak sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 33
(1) Dalam hal Orang Tua dan Keluarga Anak tidak dapat melaksanakan kewajiban
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, seseorang atau
badan hukum yang memenuhi persyaratan dapat ditunjuk sebagai Wali
dari Anak yang bersangkutan.
(2) Untuk menjadi wali anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
melalui penetapan pengadilan.
(3) Wali yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki kesamaan dengan agama yang dianut Anak.
(4) Wali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab terhadap
diri Anak dan wajib mengelola harta milik Anak yang
bersangkutan untuk kepentingan terbaik bagi Anak.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penunjukan
Wali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 34
Wali yang ditunjuk berdasarkan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33, dapat mewakili anak untuk melakukan perbuatan hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.

Pasal 35
(1) Dalam hal anak belum mendapat penetapan pengadilan mengenai wali,
maka harta kekayaan anak tersebut dapat diurus oleh Balai Harta
Peninggalan atau lembaga lain yang mempunyai kewenangan untuk itu.

3
(2) Balai Harta Peninggalan atau lembaga lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) bertindak sebagai wali pengawas untuk mewakili
kepentingan anak.
(3) Pengurusan harta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus
mendapat penetapan

Pasal 36
(1) Dalam hal wali yang ditunjuk ternyata di kemudian hari tidak cakap melakukan
perbuatan hukum atau menyalahgunakan kekuasaannya sebagai wali, maka
status perwaliannya dicabut dan ditunjuk orang lain sebagai wali melalui
penetapan pengadilan.
(2) Dalam hal wali meninggal dunia, ditunjuk orang lain sebagai wali melalui
penetapan pengadilan.

3. Berdasar PP Nomor 29 Tahun 2019 tentang Syarat dan Tata Cata Penunjukan
Wali
Pasal 1
1. Wali adalah orang atau badan yang dalam
kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua
terhadap anak.
2. Orang Tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah
dan/ atau ibu tiri, atau ayah dan/ atau ibu angkat.
3. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
4. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
atas suami istri, atau suami istri dan Anaknya, atau ayah
dan Anaknya, atau ibu dan Anaknya, atau keluarga sedarah
dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat
ketiga.
5. Keluarga Anak adalah Keluarga sedarah dalam garis lurus ke
atas sampai dengan derajat ketiga.
6. Saudara adalah kerabat Keluarga laki-laki maupun
perempuan menyamping dari kakek/ nenek, bapak/ibu,
dan Anak.
7. Pengadilan adalah pengadilan agama bagi yang beragama
Islam dan pengadilan negeri bagi lainnya.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.

Pasal 2
Penunjukan Wali bertujuan untuk melindungi hak dan memenuhi
kebutuhan dasar Anak serta mengelola harta Anak agar dapat
menjamin tumbuh kembang dan kepentingan terbaik bagi Anak.

4
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan "mengelola harta Anak" termasuk
memastikan harta Anak digunakan untuk kepentingan terbaik
bagi Anak.

SYARAT PENUNJUKAN WALi


Pasal 3
(1) Untuk dapat ditunjuk sebagai Wali karena Orang Tua tidak
ada, Orang Tua tidak diketahui keberadaannya, atau
suatu sebab Orang Tua tidak dapat melaksanakan kewajiban
dan tanggung jawabnya, seseorang yang berasal dari:
a. Keluarga Anak;
b. Saudara;
c. orang lain; atau
d. badan hukum,
e. harus memenuhi syarat penunjukan Wali dan
f. melalui penetapan Pengadilan.
(2) Seseorang yang ditunjuk menjadi Wali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diutamakan Keluarga Anak.
(3) Dalam hal Keluarga Anak tidak ada, tidak bersedia, atau tidak
memenuhi persyaratan dapat ditunjuk Saudara.
(4) Dalam hal Keluarga Anak dan Saudara tidak ada, tidak
bersedia, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak memenuhi
persyaratan dapat ditunjuk orang lain atau badan hukum.

Pasal 4
(1) Keluarga Anak yang ditunjuk sebagai Wali harus memenuhi
syarat:
a. warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
b. berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;
c. sehat fisik dan mental;
d. berkelakuan baik;
e. mampu secara ekonomi;
f. beragama sama dengan agama yang dianut Anak;
g. mendapat persetujuan tertulis dari suami/ istri, bagi yang
sudah menikah;
h. bersedia menjadi Wali yang dinyatakan dalam surat
pernyataan;
i. membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan
melakukan:

5
1) kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan
salah terhadap Anak; atau
2) penerapan hukuman fisik dengan alasan apapun
termasuk untuk penegakan disiplin terhadap Anak;
j. mendahulukan Keluarga Anak derajat terdekat; dan
k. mendapat persetujuan tertulis dari Orang Tua jika:
1) masih ada;
2) diketahui keberadaannya; dan
3) cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) Wali yang ditunjuk dari Keluarga Anak sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diutamakan memiliki kedekatan dengan Anak.

Pasal 5
(1) Saudara yang ditunjuk sebagai Wali harus memenuhi
syarat:
a. warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
b. berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun;
c. sehat fisik dan mental;
d. berkelakuan baik;
e. mampu secara ekonomi;
f. beragama sama dengan agama yang dianut Anak;
g. mendapat persetujuan tertulis dari suami/ istri, bagi yang
sudah menikah;
h. bersedia menjadi Wali yang dinyatakan dalam surat
pernyataan;
i. membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan
melakukan:
1) kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan
salah terhadap Anak; atau
2) penerapan hukuman fisik dengan alasan apapun
termasuk untuk penegakan disiplin terhadap Anak;
j. mendapat persetujuan tertulis dari Orang Tua jika:
1) masih ada;
2) diketahui keberadaannya; dan
3) cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) Saudara yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat ditunjuk sebagai Wali dengan ketentuan:
a. diutamakan memiliki kedekatan dengan Anak;
b. mendapatkan persetujuan dari Anak; dan

6
c. dalam hal Anak tidak mampu memberikan persetujuannya
secara langsung, maka pernyataan Anak difasilitasi
oleh ahli atau lembaga yang ditunjuk sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
(1) Orang lain yang ditunjuk sebagai Wali harus memenuhi
syarat:
a. warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
b. berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;
c. sehat fisik dan mental;
d. berkelakuan baik;
e. mampu secara ekonomi;
f. beragama sama dengan agama yang dianut Anak;
g. mendapat persetujuan tertulis dari suami/ istri, bagi yang
sudah menikah;
h. bersedia menjadi Wali, yang dinyatakan dalam surat
pernyataan;
i. membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan
melakukan:
1. kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan
salah terhadap Anak; dan
2. penerapan hukuman fisik dengan alasan apapun
termasuk untuk penegakan disiplin terhadap Anak;
j. mendapat persetujuan tertulis dari Orang Tua jika:
1. masih ada;
2. diketahui keberadaannya; dan
3. cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) Orang lain yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat ditunjuk sebagai Wali dengan ketentuan:
a. diutamakan memiliki kedekatan dengan Anak;
b. mendapatkan persetujuan dari Anak; dan
c. dalam hal Anak tidak mampu memberikan persetujuannya
secara langsung, maka pernyataan Anak difasilitasi
oleh ahli atau lembaga yang ditunjuk sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

7
(1) Badan hukum yang ditunjuk sebagai Wali terdiri atas unit
pelaksana teknis kementerian/lembaga, unit pelaksana teknis
perangkat daerah, dan lembaga kesejahteraan sosial Anak.
(2) Unit pelaksana teknis kementerian/lembaga dan unit
pelaksana teknis perangkat daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. melaksanakan tugas dan fungsi pengasuhan Anak.
(3) Lembaga kesejahteraan sosial Anak sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) harus memenuhi syarat:
a. berbadan hukum berupa yayasan dan terakreditasi;
b. bersedia menjadi Wali yang dinyatakan dalam surat
pernyataan dari pengurus yang ditunjuk atas nama
lembaga kesejahteraan sosial Anak;
c. mendapat rekomendasi dari dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang sosial;
d. membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan
melakukan diskriminasi dalam melindungi hak Anak;
e. bagi lembaga kesejahteraan sosial Anak keagamaan,
lembaga kesejahteraan sosial Anak keagamaan tersebut
harus seagama dengan agama yang dianut Anak; dan
f. mendapat persetujuan tertulis dari Orang Tua, jika;
1. masih ada;
2. diketahui keberadaannya; dan
3. cakap melakukan perbuatan hukum.
(4) Badan hukum yang ditunjuk sebagai Wali tidak boleh
membedakan suku, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya, bahasa, urutan kelahiran, kondisi fisik, dan/ atau mental
Anak.

TATA CARA PENUNJUKAN WALi


Pasal 8
Penunjukan Wali dilakukan berdasarkan permohonan atau
wasiat Orang Tua.

Pasal 9
(1) Permohonan se bagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini dan disampaikan oleh seseorang atau badan
hukum sebagai calon Wali kepada Pengadilan.

8
(2) Permohonan penunjukan Wali sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diajukan bersamaan dengan permohonan
pencabutan kuasa asuh.
(3) Permohonan penunjukan Wali dan permohonan pencabutan
kuasa asuh yang telah diterima oleh Pengadilan ditetapkan
melalui persidangan.
(4) Seseorang atau badan hukum dinyatakan sebagai Wali
setelah mendapatkan penetapan dari Pengadilan.

Pasal 10
(1) Wasiat Orang Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
melalui surat wasiat atau dengan lisan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penunjukan Wali berdasarkan wasiat Orang Tua sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan melalui penetapan
Pengadilan.

Pasal 11
Orang atau badan hukum yang akan ditunjuk sebagai Wali harus
melampirkan rekomendasi dari dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial kabupaten/kota setempat pada saat
melakukan proses penetapan Pengadilan.

Pasal 12
(1) Rekomendasi dari dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang sosial di kabupaten/kota setempat
menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan Wali atau
pencabutan kuasa asuh.
(2) Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sosial kabupaten/kota dalam memberikan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. menugaskan pekerja sosial profesional untuk melakukan
asesmen kepada orang atau badan hukum yang akan
ditunjuk sebagai Wali; dan
b. dibantu oleh tim pertimbangan penunjukan Wali.
(3) ketentuan mengenai tim pertimbangan penunjukan Wali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Pasal 13
Panitera Pengadilan wajib menyampaikan salinan
penetapan/putusan Pengadilan mengenai penunjukan Wali
kepada:

9
d . dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
kabupaten/kota setempat,
e. dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sosial kabupaten/kota setempat, dan
f. instansi pemerintah pusat atau unit kerja di lingkungan
instansi pemerintah pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerin tahan di bidang harta peninggalan setempat.

Pasal 14
(1) Wali yang telah ditetapkan oleh Pengadilan mempunyai
kewajiban:
a. melakukan kuasa asuh Orang Tua;
b. melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab Orang Tua,
yang terdiri atas:
1. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi
Anak;
2. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya serta menjamin
kepentingan terbaik bagi Anak;
3. mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak;dan
4. memberikan pendidikan karakter dan penanaman
nilai budi pekerti pada Anak;
c. membimbing Anak dalam pemahaman dan pengamalan
kehidupan beragama dengan baik;
d. mengelola harta milik Anak untuk keperluan Anak;dan
e. mewakili Anak untuk melakukan perbuatan hukum di
dalam dan di luar Pengadilan.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Wali wajib:
a. mendaftarkan pencatatan penunjukan Wali kepada dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
kabupaten/kota setempat dan
b. melaporkan kepada dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial kabupaten/kota setempat.

Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan
penunjukan Wali diatur dengan Peraturan Menteri.

BERAKHIRNYA WALi

10
Pasal 16
Wali berakhir apabila:
a. Anak telah berusia 18 (delapan belas) tahun;
b. Anak meninggal dunia;
c. Wali meninggal dunia; atau
d. Wali yang badan hukum bubar atau pailit.

Pasal 17
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Wali dapat berakhir karena kekuasaan Wali dicabut
berdasarkan penetapan/putusan Pengadilan.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikarenakan Wali:
a. melalaikan kewajiban sebagai Wali;
b. tidak cakap melakukan perbuatan hukum;
c. menyalahgunakan kewenangan sebagai Wah;
d. melakukan tindak kekerasan terhadap Anak yang ada
dalam pengasuhannya; dan/ atau
e. Orang Tua dianggap telah mampu untuk
melaksanakan kewajiban.

Pasal 18
(1) Penilaian terhadap Orang Tua yang telah mampu untuk
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 7 ayat (2) huruf e dilakukan berdasarkan rekomendasi
din as yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sosial kabupaten/kota setempat.
(2) Rekomendasi dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial kabupaten/kota setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat berdasarkan
hasil asesmen yang dilaksanakan oleh pekerja sosial
profesional.

Pasal 19
(1) Pada saat berakhirnya Wali sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 dan Pasal 1 7, seseorang atau badan hukum dapat ditunjuk
sebagai Wali.
(2) Berakhirnya Wali sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diajukan
permohonan pencabutan kuasa asuh sebagai Wali kepada
Pengadilan oleh Orang Tua atau oleh orang atau badan hukum
yang akan ditunjuk sebagai Wali.

11
(3) Dalam hal permohonan pencabutan diajukan oleh Orang Tua,
Pengadilan dapat menetapkan pengembalian dan tanggung
jawab kuasa asuh kepada Orang Tua atau dapat
menetapkan Wali pengganti.
(4) Dalam hal permohonan pencabutan diajukan oleh orang atau
badan hukum yang akan ditunjuk sebagai Wali, Pengadilan
dapat menetapkan Wali pengganti.
(5) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penunjukan
Wali sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
berlaku secara mutatis mutandis terhadap penetapan Wali
pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

C. KETENTUAN MENGENAI PENGAMPUAN


Aturan dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata (BW)
Pasal 433
Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila atau mata
gelap, harus ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia kadang-kadang cakap
menggunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga ditempatkan di bawah
pengampuan karena keborosan.

Pasal 434
Setiap keluarga sedarah berhak minta pengampuan keluarga sedarahnya
berdasarkan keadaan dungu, gila atau mata gelap. Disebabkan karena pemborosan,
pengampuan hanya dapat diminta oleh para keluarga sedarah dalam garis lurus, dan
oleh mereka dalam garis samping sampai derajat keempat. Barang siapa karena
lemah akal pikirannya, merasa tidak cakap mengurus kepentingan sendiri dengan
baik, dapat minta pengampuan bagi dirinya sendiri.

Pasal 435
Bila seseorang yang dalam keadaan mata gelap tidak dimintakan pengampuan oleh
orang- orang tersebut dalam pasal yang lalu, maka jawatan Kejaksaan wajib
memintanya.
Dalam hal dungu atau gila, pengampuan dapat diminta oleh jawatan Kejaksaan bagi
seseorang yang tidak mempunyai suami atau isteri, juga yang tidak mempunyai
keluarga sedarah yang dikenal di Indonesia.

Pasal 436
Semua permintaan untuk pengampuan harus diajukan kepada Pengadilan Negeri
yang dalam daerah hukumnya tempat berdiam orang yang dimintakan pengampuan.

Pasal 437

12
Peristiwa-peristiwa yang menunjukkan keadaan dungu, gila, mata gelap atau
keborosan, harus dengan jelas disebutkan dalam surat permintaan. dengan bukti-
bukti dan penyebutan saksi- saksinya.

Pasal 438
Bila Pengadilan Negeri berpendapat, bahwa peristiwa-peristiwa itu cukup penting
guna mendasarkan suatu pengampuan, maka perlu didengar para keluarga sedarah
atau semenda.

Pasal 439
Pangadilan Negeri setelah mendengar atau memanggil dengan sah orang-orang
tersebut dalam pasal yang lalu, harus mendengar pula orang yang dimintakan
pengampuan, bila orang itu tidak mampu untuk datang, maka pemeriksaan harus
dilangsungkan di rumahnya oleh seorang atau beberapa orang Hakim yang diangkat
untuk itu, disertai oleh panitera, dan dalam segala hal dihadiri oleh jawatan Kejaksaan.
Bila rumah orang yang dimintakan pengampuan itu terletak dalam jarak sepuluh pal
dari Pengadilan Negeri, maka pemeriksaan dapat dilimpahkan kepada kepala
pemerintahan setempat. Dan pemeriksaan ini, yang tidak perlu dihadiri jawatan
Kejaksaan, harus dibuat berita acara yang salinan otentiknya dikirimkan kepada
Pengadilan Negeri.
Pemeriksaan tidak akan berlangsung sebelum kepada yang dimintakan pengampuan
itu diberitahukan isi surat permintaan dan laporan yang memuat pendapat dari
anggota-anggota keluarga sedarah.

Pasal 440
Bila Pengadilan Negeri, setelah mendengar atau memanggil dengan sah keluarga
sedarah atau semenda, dan setelah mendengar pula orang yang dimintakan
pengampuan, berpendapat bahwa telah cukup keterangan yang diperoleh, maka
Pengadilan dapat memberi keputusan tentang surat permintaan itu tanpa tata cara
lebih lanjut, dalam hal yang sebaliknya, Pengadilan Negeri harus memerintahkan
pemeriksaan saksi-saksi agar peristiwa-peristiwa yang dikemukakannya menjadi
jelas.

Pasal 441
Setelah mengadakan pemeriksaan tersebut dalam Pasal 439, bila ada alasan,
Pengadilan Negeri dapat mengangkat seorang pengurus sementara untuk
mengurus pribadi dan barang-barang orang yang dimintakan pengampuannya.

Pasal 442
Putusan atas suatu permintaan akan pengampuan harus diucapkan dalam sidang
terbuka, setelah mendengar atau memanggil dengan sah semua pihak dan
berdasarkan kesimpulan Jaksa.

13
Pasal 443
Bila dimohonkan banding, maka Hakim banding sekiranya ada alasan,. dapat
mendengar lagi atau menyuruh mendengar lagi orang yang dimintakan pengampuan.

Pasal 444
Semua penetapan dan putusan yang memerintahkan pengampuan, dalam waktu
yang ditetapkan dalam penetapan atau keputusan ini, harus diberitahukan oleh pihak
yang memintakan pengampuan kepada pihak lawannya dan diumumkan dengan
menempatkan dalam Berita Negara; semuanya atas ancaman hukuman membayar
segala biaya, kerugian dan bunga sekiranya ada alasan untuk itu.

Pasal 445
Bila pengampuan diminta sehubungan dengan alinea keempat Pasal 434, Pengadilan
Negeri mendengar para keluarga sedarah atau semenda dan, sendiri atau dengan
wakilnya,, suami atau isterinya yang meminta, sekiranya ini berada di Indonesia; juga
harus dilakukan ketentuan- ketentuan dalam Pasal 439 alinea kesatu dan kedua,
440,441 dan 442. Dalam hal demikian jawatan Kejaksaan harus menyelenggarakan
pengumuman mengenai keputusan dengan cara yang dicantumkan dalam Pasal 444.

Pasal 446
Pengampuan mulai berjalan, terhitung sejak putusan atau penetapan diucapkan.
Semua tindak perdata yang setelah itu dilakukan oleh orang yang ditempatkan di
bawah pengampuan, adalah batal demi hukum. Namun demikian, seseorang yang
ditempatkan di bawah pengampuan karena keborosan, tetap berhak membuat surat-
surat wasiat.

Pasal 447
Semua tindak perdata yang terjadi sebelum perintah pengampuan diucapkan
berdasarkan keadaan dungu, gila dan mata gelap, boleh dibatalkan, bila dasar
pengampuan ini telah ada pada saat tindakan-tindakan itu dilakukan.

Pasal 448
Setelah seseorang meninggal dunia, maka segala tindak perdata yang telah
dilakukannya, kecuali pembuatan surat-surat wasiat berdasarkan keadaan dungu,
gila dan mata gelap, tidak dapat disanggah, selain bila pengampuan atas dirinya telah
diperintahkan atau dimintakan sebelum ia meninggal dunia, kecuali bila bukti-bukti
tentang penyakit itu tersimpul dari perbuatan yang disanggah itu.

Pasal 449
Bila keputusan tentang pengampuan telah mendapatkan kekuatan hukum yang pasti,
maka oleh Pengadilan Negeri diangkat seorang pengampu. Pengangkatan itu
segera diberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan. Pengampuan pengawas
diperintahkan kepada Balai Harta Peninggalan. Dalam hal yang demikian,

14
berakhirlah segala campur tangan pengurus sementara, yang wajib mengadakan
perhitungan dan pertanggungjawaban atas pengurusannya kepada pengampu, bila
Ia sendiri yang diangkat menjadi pengampu, maka perhitungan dan
pertanggungjawaban itu harus dilakukan kepada pengampu pengawas.

Pasal 450
Dihapus dengan S. 1927- 31 jis. 390,421.

Pasal 451
Kecuali jika ada alasan-alasan penting menghendaki pengangkatan orang lain
menjadi pengampu, suami atau isteri harus diangkat menjadi pengampu bagi isteri
atau suaminya, tanpa mewajibkan isteri mendapatkan persetujuan atau kuasa apa
pun juga untuk menerima pengangkatan itu.

Pasal 452
Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan berkedudukan sama dengan anak
yang belum dewasa. Bila seseorang yang karena keborosan ditempatkan di bawah
pengampuan hendak melangsungkan perkawinan, maka ketentuan-ketentuan Pasal
38 dan 151 berlaku terhadapnya. Ketentuan undang-undang tentang perwalian
atas anak belum dewasa, yang tercantum dalam pasal 331 sampai dengan 344,
Pasal-pasal 362, 367, 369 sampai dengan 388, 391 dan berikutnya dalam Bagian
11, 12 dan 13 Bab XV, berlaku juga terhadap pengampuan.

Pasal 453
Bila seseorang ditempatkan di bawah pengampuan mempunyai anak-anak belum
dewasa serta menjalankan kekuasaan orang tua, sedangkan isteri atau suaminya
telah dibebaskan atau diberhentikan dari kekuasaan orang tua, atau berdasarkan
Pasal 246 tidak diperintahkan menjalankan kekuasaan orang tua, atau tidak
memungkinkan untuk menjalankan kekuasaan orang tua, seperti juga jika orang yang
di bawah pengampuan itu menjadi wali atas anak- anaknya yang sah, maka demi
hukum pengampu adalah wali atas anak-anak belum dewasa itu sampai
pengampuannya dihentikan, atau sampai isteri atau suaminya memperoleh perwalian
itu karena penetapan Hakim yang dimaksudkan dalam Pasal 206 dan 230, atau
mendapatkan kekuasaan orang tua berdasarkan Pasal 246a, atau dipulihkan dalam
kekuasaan orang tua atau perwalian.

Pasal 454
Penghasilan orang yang ditempat di bawah pengampuan karena keadaan dungu. gila
atau mata gelap, harus digunakan khusus untuk memperbaiki nasibnya dan
memperlancar penyembuhan.

Dicabut dengan S. 1897-53.

15
Pasal 456
Terhadap orang-orang yang tidak dapat dibiarkan mengurus diri sendiri atau
membahayakan keamanan orang lain karena kelakuannya terlanjur buruk dan terus
menerus buruk, harus dilakukan tindakan seperti diatur dalam Reglemen Susunan
Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili di Indonesia.

Pasal 457
Dalam hal adanya kepentingan yang mendesak para kepala daerah setempat,
menjelang pengesahan Pengadilan Negeri, berkuasa memerintahkan penahanan
sementara orang-orang yang dimaksud dalam Pasal-pasal yang lalu. Mereka wajib
untuk bertindak secara cermat; dan selambat-lambatnya dalam empat hari atau,
dalam hal tempat kedudukan Pengadilan Negeri yang bersangkutan ada di pulau lain,
dengan kapal yang pertama, mereka harus mengirimkan surat-surat tentang
penahanan kepada Kejaksaan yang berwenang & yang harus menyampaikan lagi
surat-surat itu dengan tuntutannya kepada Pengadilan Negeri segera setelah
menerima surat-surat itu.
Bila Pengadilan Negeri tidak menemukan alasan-alasan guna menguatkan
penahanan, maka dengan putusan harus diperintahkan supaya orang yang ditahan
itu segera dikeluarkan dari tahanan. Putusan ini harus segera dilaksanakan oleh
kepala daerah yang bersangkutan segera

setelah diterimanya, dan hal itu harus diberitahukan kepada Kejaksaan dengan cara
seperti yang ditentukan dalam alinea kedua pasal ini.

Pasal 458
Seorang anak belum dewasa yang ada di bawah pengampuan tidak dapat melakukan
perkawinan, pula tidak dapat mengadakan perjanjian-perjanjian selain dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan pada Pasal 38 dan 151.

Pasal 459
Tiada seorang pun, kecuali suami isteri dan keluarga sedarah dalam garis ke atas
atau ke bawah, wajib menjalankan suatu pengampuan lebih dari delapan tahun
lamanya setelah waktu itu lewat, pengampu boleh minta dibebaskan dan permintaan
ini harus dikabulkan.

Pasal 460
Pengampuan berakhir bila sebab-sebab yang mengakibatkannya telah hilang; tetapi
pembebasan dari pengampuan itu tidak akan diberikan, selain dengan
memperhatikan tata cara yang ditentukan oleh undang-undang guna memperoleh
pengampuan, dan karena itu orang yang ditempatkan di bawah pengampuan tidak
boleh menikmati kembali hak-haknya sebelum keputusan tentang pembebasan
pengampuan itu memperoleh kekuatan hukum yang pasti.

16
Pasal 461
Pembebasan diri pengampuan harus diumumkan dengan cara yang diatur dalam
Pasal 444.

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 462
Seorang anak belum dewasa yang berada dalam keadaan dungu, gila atau gelap
mata, tidak boleh ditempatkan di bawah pengampuan, tetapi tetap berada di bawah
pengawasan bapaknya, ibunya atau walinya.

D. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN DAN KETENTUANNYA

1. Permohonan diajukan dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh


pemohon atau kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri di tempat tinggal pemohon.

2. Pemohon yang tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukan


permohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri, yang akan
menyuruh mencatat permohonanannya tersebut. (Pasal 120 HIR, Pasal 144
RBg).

3. Permohonan disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri, kemudian


didaftarkan dalam buku register dan diberi nomor unit setelah pemohon
membayar persekot biaya perkara yang besarnya sudah ditentukan oleh
Pengadilan Negeri (Pasal 121 HIR, Pasal 145 RBg).

4. Perkara permohonan termasuk dalam pengertian yurisdiksi voluntair dan


terhadap perkara permohonan yang diajukan itu, Hakim akan memberikan suatu
penetapan.

5. Pengadilan Negeri hanya berwenang untuk memeriksa dan mengabulkan


permohonan apabila hal itu ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

6. Produk dari permohonan tersebut adalah penetapan yang dapat diajukan


kasasi.

JENIS – JENIS PERMOHONAN YANG DAPAT DIAJUKAN MELALUI


PENGADILAN NEGERI adalah sebagai berikut:

1. Permohonan pengangkatan wali bagi anak yang belum dewasa adalah 18


tahun.

17
2. Permohonan pengangkatan pengampuan bagi orang dewasa yang kurang
ingatannya atau orang dewasa yang tidak bisa mengurus hartanya lagi,
misalnya karena pikun.

9. Permohonan agar ditetapkan sebagai wakil/kuasa untuk menjual harta


warisan.

18

Anda mungkin juga menyukai