Anda di halaman 1dari 28

HUKUM WARIS PERDATA

Pertemuan 4
Yuliana Tefi,S.H.,M.Kn.
Pengertian
Hukum mawaris adalah hukum yang mengatur tentang
peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang
yang meninggal serta akibat bagi para ahli warisnya.
Pada asasnya hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dalam lapangan hukum kekayaan/harta benda saja
yang dapat diwarisi.
Ada beberapa kekecualian, misalnya hak seorang
bapak untuk menyangkal sahnya anaknya dan hak
seorang anak untuk supaya ia dinyatakan sebagai anak
sah dari bapak atau ibunya (kedua hak itu dalam
lapangan hukum kekeluargaan), dinyatakan oleh
undang-undang diwarisi oleh warisnya.
Hukum Harta Perkawinan
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat (2) UU
Perkawinan)
Perkawinan dilaporkan ke Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perkawinan dan
menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan
Pelaporan bagi penduduk yang beragama Islam
dilakukan oleh KUA
Asas Monogami, kecuali bagi mereka yang menurut
hukum dan agamanya mengijinkan seorang suami
beristri lebih dari seorang
Pengakuan anak, adalah pengakuan seorang ayah
terhadap anaknya yang lahir diluar ikatan perkawinan
sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.
Pengesahan anak, adalah pengesahan status seorang anak
yang lahir diluar ikatan perkawinan sah pada saat
pencatatan perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
Adopsi
 (S.1917 No. 129 Jo 1924 No. 557), bahwa orang tua dari anak
yang hendak diadopsi tersebut harus memberikan pernyataan
yang berhubungan dengan masalah warisan di dalam akta
adopsi. Pernyataan harus menegaskan bahwa mereka :
1. melepaskan hak nya atas warisan anaknya, orang tua dari sang
anak tidak akan menjadi ahliwaris dari anaknya. Sedangkan
bagi orang tua yang mengadopsi anak sebagai anaknya,
apabila mereka meninggal terlebih dahulu dari anak
adoptifnya, maka keturunannya akan menjadi ahli waris sang
anak adoptif, jika ia meninggal tanpa meninggalkan keturunan.
2. masih dianggap sebagai orang tua sang anak.
 Sang anak akan tetap menjadi ahli waris dari orang tuanya yang
asli dan dari orang tua yang mengangkatnya kecuali bila ditentukan
lain dalam akta adopsinya.
 Adopsi hanya dapat dilakukan dengan akta otentik.
 Hubungan kebapakan dengan anak yang dilahirkn diluar
perkawinan yang sah, bahwa akan tetap mempunyai hubungan
keperdataan dengan bapaknya jika dapat dibuktikan secara genetik
(DNA), demikian berdasarkan Putusan MK RI No.
46/PUU-VIII/2010, bahwa Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan, yang
menyatakan “anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang
dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai
hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga ayat tersebut harus di
baca :
Anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya
serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai
hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan
keluarga ayahnya.
PENGANGKATAN ANAK
Adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak
dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang
sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perwalian, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke
dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya.
PP No. 54/2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
 Pasal 1 : Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan
dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang
sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut,
ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya
berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.
Pasal 2 : Pengangkatan anak adalah suatiu perbuatan
hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan
kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan
membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan
keluarga orang tua angkat.
Permen Sosial No. 110/Huk/2009 tentang Persyaratan
Pengangkatan Anak :
 Pasal 1 angka 2 : pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum
yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang
tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perawatan pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkat.
Pasal 39 UU Perlindungan Anak :
(1)pangengkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang
terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(2)pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak


memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dan orang
tua kandungnya.
3) calon orang tua angkat harus seagama dengan agama
yang dianut oleh calon anak angkat
4) pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya
dapat dilakukan sebagai upaya terakhir
5) dalam hal asal-usul anak tidak diketahui, maka agama
anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk
setempat
Waris terbuka
Menurut pasal 830: “pewarisan hanya berlangsung
karena ada kematian”
Harta peninggalan baru terbuka kalau si peninggal
waris sudah meninggal dunia dan si ahli waris
masih hidup saat harta warisan terbuka.
Dalam hubungan ini ada ketentuan khusus seperti yang
diatur dalam pasal 2 KUHPer, yaitu anak yang ada
dalam kandungan seorang perempuan , dianggap
sebagai telah dilahirkan bila mana kepentingan si anak
menghendakinya. Mati sebelum lahir dianggap tidak
pernah ada.
Kematian
Kematian : kematian alamiah, kematian karena adanya
putusan Hakim tentang pernyataan kemungkinan
meninggal dunia dan kematian perdata (dicabut dg ps.
3).

Apa itu kematian perdata?


 Pasal 3 KUHPerdata dalam sejarahnya, pada hukum Prancis ada
hukuman yang dinamakan mort civile (kematian perdata). Oleh
hukuman ini, orang sebagai subjek hukum tidak ada lagi, sehingga
kekayaannya terbuka sebagai harta peninggalan.
 “Kematian Perdata” yaitu suatu hukuman yang menyatakan
bahwa seseorang tidak dapat memiliki sesuatu hak lagi, tidak
dianut dalam hukum sekarang ini. Yang mungkin terjadi adalah
seseorang sebagai hukuman, dicabut sementara hak-haknya,
misalnya kekuasaannya sebagai orang tua terhadap anak-anaknya,
kekuasaannya sebagai wali, haknya untuk bekerja pada angkatan
bersenjata dan sebagainya.
 Dalam pencabutan hak mengandung arti bahwa tidak semua hak
dapat dicabut, melainkan hanya terhadap hak-hak tertentu saja
yang secara limitatif disebutkan dalam undang- undang.
Pencabutan semua hak bertentangan dengan ketentuan Pasal 3
KUHPerdata.
Hak-hak keperdataan sendiri dapat dibedakan menjadi hak-
hak yang mutlak dan hak-hak nisbi.
Hak mutlak ialah hak yang dapat diberlakukan terhadap
setiap orang; di samping wewenang dari orang yang berhak,
ada kewajiban dari setiap orang untuk menghormati hak
tersebut. Adapun yang termasuk hak-hak mutlak adalah hak-
hak kepribadian, hak-hak keluarga, dan hak-hak kebendaan.
Hak nisbi ialah hak yang hanya memberikan aanspraak
(kewenangan) terhadap seorang atau lebih dari seorang
tertentu yang berkewajiban mewujudkan rechtsaanpraak
(kewenangan hak) tersebut. Termasuk di dalam golongan
hak-hak nisbi ialah beberapa hak keluarga dan semua hak
harta kekayaan yang tidak termasuk hak mutlak
CARA MEWARIS
MEWARIS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
MEWARIS BERDASARKAN SURAT WASIAT
Pasal 874
Segala harta peninggalan seorang yang meninggal
dunia, adalah kepunyaan sekalian ahliwaris
menurut undang-undang, sekedar terhadap itu
dengan surat wasiat tidak telah diambilnya sesuatu
ketetapan yang sah.
1. kehendak pewaris dlm wasiat didahulukan.
2. pewarisan undang2 bersifat mengatur.
3. dibuat dlm bentuk surat wasiat.
 Penerima Warisan
Penerima warisan dengan alas hak umum =
menerima aktiva dan pasiva = ahliwaris baik ahliwaris
undang-undang atau ahliwaris testamenter.
Penerima warisan dengan alas hak khusus =
menerima aktiva saja = penerima legaat = penerima
hibah wasiat = legataris.
 MEWARIS BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG
 MEWARIS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DISEBUT
JUGA MEWARIS Ab-instentato, SEDANGKAN AHLI
WARISNYA DISEBUT Ab-instaat.
 MEWARIS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TERDIRI
ATAS:
1. MEWARIS BERDASARKAN KEDUDUKAN SENDIRI
2. MEWARIS BERDASARKAN PENGGANTIAN TEMPAT
( HANYA KARENA KEMATIAN), DENGAN SYARAT :
a) Orang yang digantikan harus meninggal dunia lebih dahulu dari
si pewaris
b) Orang yang menggantikan harus keturunan sah dari orang yang
digantikan
c) Orang yang menggantikan harus memenuhi syarat umum untuk
mewaris
GOLONGAN AHLI WARIS
MENURUT UNDANG-UNDANG
Golongan I terdiri dari suami istri dan anak-anak
beserta keturunannya
Golongan II terdiri dari orang tua dan saudara-saudara
beserta keturunannya
Golongan III terdiri dari kakek, nenek serta seterusnya
ke atas
Golongan IV terdiri dari keluarga dalam garis
menyamping yang lebih jauh, termasuk saudara-
saudara ahli waris golongan III beserta keturunannya
 PEWARISAN ANAK LUAR
KAWIN
Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak yang
dilahirkan karena perzinahan dan anak sumbang (anak
yang dilahirkan dari mereka yang mempunyai hubungan
darah terlalu dekat). Anak tersebut tidak boleh diakui
dan disahkan. Dengan demikian mereka tidak dapat
mewaris dari orang yang membenihkannya, melainkan
hanya berhak mendapat tunjangan nafkah
Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang
dilahirkan di luar perkawinan yang sah sebagai akibat
hubungan antara seorang pria dan wanita yang masih
lajang (tidak terikat perkawinan). Kedudukan anak ini
bisa diakui dan disahkan. Akibatnya mereka berhak
menjadi ahli waris.
ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
AHLI WARIS
Anak luar kawin mempunyai hubungan hukum dengan
ayah atau ibunya setelah ayah atau ibunya mengakui
anak luar kawin tersebut secara sah.
Hubungan hukum antara anak luar kawin dengan ayah
atau ibunya bersifat terbatas
Anak luar kawin dapat mewaris dengan ahli waris
golongan I,II,III atau IV
Anak luar kawin merupakan kelompok ahli waris
tersendiri
 ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
PEWARIS
Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan
golongan I adalah 1/3 bagian dari mereka yang
sedianya harus mendapatkan seandainya mereka
adalah anak sah.
Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan
golongan II dan III adalah 1/2 bagian dari harta
warisan.
Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan
golongan IV adalah 3/4 bagian dari harta warisan.
PEWARISAN MENURUT
WASIAT
Surat wasiat atau testament adalah suatu akta yang
memuat pernyataan seseorang tentang apa yang
dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal
dunia dan yang olehnya dapat dicabut kembali.
Sebuah testament harus berbentuk tulisan yang dapat
dibuat dengan akte di bawah tangan ataupun otentik
dan berisikan pernyataan kehendak yang dapat
diartikan sebagai tindakan hukum sepihak
SYARAT-SYARAT PEMBUAT
TESTAMENT
SUDAH MENCAPAI USIA 18 TAHUN
SUDAH DEWASA
SUDAH MENIKAH, SEKALIPUN BELUM
BERUSIA 19 TAHUN
YANG TIDAK BERHAK MEWARIS,
MELALUI WASIAT
Mereka yang telah dihukum karena membunuh si
pewaris
Mereka yang telah menggelapkan, membinasakan; dan
atau memalsu surat wasiat
Mereka yang dengan paksaan atau kekerasan
mencegah pewaris mencabut atau mengubah wasiatnya
1 Apa itu harta peninggalan?
2.Apa itu harta waris?
3. Apa perbedaan harta peninggalan dan harta waris?
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai