INDRA ISWARA 1. Dapatkah Ahli menjelaskan tentang Hukum Waris yang berlaku di Indonesia, sesuai dengan pembagian golongan penduduk atau golongan Hukum di Indonesia ? Pembagian harta warisan yang berlaku di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan hukum waris adat, hukum perdata, dan hukum Islam. 1. Hukum Adat berlaku terkait sistem hukum kekerabatan dapat dikenal yaitu Patrilineal, Matrilineal dan Parental 2. Hukum Perdata berlaku ketentuan yang diatur dalam hukum perdata Terkait pembagian harta warisan ini, ada dua cara yang dapat dilakukan, yakni berdasarkan surat wasiat atau undang-undang. 3. Hukum Islam Dalam hukum Islam, warisan dibagi berdasarkan besaran masing-masih ahli waris yang besarannya sudah ditetapkan. Namun, meskipun demikian, dalam hukum Islam, warisan juga dapat dibagi berdasarkan wasiat dengan ketentuan hanya diperbolehkan maksimal sepertiga dari harta warisan, kecuali jika semua ahli waris menyetujuinya. Mengacu kepada Kompilasi Hukum Islam UU NO. 12 TAHUN 2006 UU KEWARGANEGARAAN Membagi penduduk Indonesia menjadi 2 golongan Warga negara Indonesia & Warga Negara Asing Menghapus pasal 162 IS Warga Negara Indonesia, Hukum gol Eropa, Hukum gol. Bumi putra, Hukum gol. Timur Asing, Warga negara Asing Dalam hal Hukum waris di Indonesia mengakui pembagiannya berdasarkan golongan Hukum Waris yang diakui di Indonesia yaitu Waris Adat, Waris Perdata dan Waris Islam. 2. Dalam hukum perwarisan, ketentuan Hukum apa yang berlaku bagi WNI Keturunan Tionghoa ? Dengan disahkannya Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut diatas telah memberikan kepastian hukum mengenai kewarganegaraan bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia pada saat itu. Undang-Undang ini telah menegaskan bahwa masyarakat keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia termasuk golongan orang Indonesia asli yang juga mempunyai hak dan kewajiban, sama seperti masyarakat lainnya. Dari ketiga sistem yang dikenal dalam hukum waris, masyarakat Tionghoa termasuk dalam golongan yang menggunakan hukum waris bedasarkan KUHPerdata. Secara lengkapnya, hukum waris KUHPerdata berlaku bagi: a. Orang-orang keturunan Eropa; b. Orang-orang keturunan Timur Asing Tionghoa; dan c. Orang-orang yang menundukkan diri sepenuhnya kepada Hukum Perdata. 3. Dapatkah Ahli menjelaskan tentang Pengertian Anak Angkat dan apakah tentang ketentuan Anak Angkat ini ada diatar dalam KUH Perdata ? Definisi anak angkat menurut Hukum Nasional, Hukum Islam, dan Hukum Adat Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak , anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan Kompilasi Hukum Islam (KHI) mendefinisikan anak angkat dalam Pasal 171 huruf (h) sebagai anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orangtua asal kepada orangtua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. Sementara itu, menurut Hadikusuma dalam bukunya “Hukum Perkawinan Adat”, anak angkat adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangganya. Hal yang diatur dalam KUHPerdata adalah adopsi atau pengangkatan anak diluar kawin yaitu yang terdapat dalam Pasal 280 sampai dengan Pasal 290 KUHPerdata. Namun, ketentuan ini bisa dikatakan tidak ada hubungannya dengan adopsi, karena pada asasnya KUHPerdata tidak mengenal adopsi. Meskipun begitu, kini hukum nasional telah mengakui dan mengisi ketentuan terkait pengangkatan anak. Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak, mendefinisikan bahwa “Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.” Pada dasarnya, dikutip dari Pengangkatan Anak Adopsi menurut Hukum di Indonesia, syarat sah pengangkatan anak menurut hukum nasional adalah melalui permohonan pengangkatan anak dengan mengikuti prosedur perundang-undangan yang berlaku dan disahkan oleh penetapan pengadilan. 4. Tadi Ahli ada menjelaskan bahwa Pengangkatan Anak bagi WNI Keturunan Tionghoa ada diatar dalam Stadblad 1917 khusus mengenai pengangakatan anak laki – laki. Bagaimana kemudian pengaturan ketentuan untuk pengangkatan anak Perempuan ? KUHPerdata secara eksplisit tidak disebutkan tentang anak angkat atau anak adopsi. Oleh karena itu, dikeluarkan Staatsblad No. 129 Tahun 1917 sebagai pelengkap pengaturan mengenai hal tersebut. Pasal 11 Staatsblad No. 129 Tahun 1917 menyebutkan bahwa secara hukum, anak angkat akan memperoleh nama dari bapak angkatnya. Sementara itu, Pasal 12 ayat (1) menyatakan bahwa anak angkat dijadikan sebagai anak kandung yang lahir dari perkawinan orangtua angkatnya. Maksudnya, pengangkatan anak dipandang telah memutuskan segala bentuk hubungan hukum atau perdata anak tersebut dengan orangtua kandungnya. Ia kini secara sah menjadi anak dari orangtua angkatnya. Dengan demikian, sudah sewajarnya apabila anak angkat berhak menjadi ahli waris dari orangtua angkatnya KUH Perdata tidak mengatur secara khusus hak waris anak angkat, tetapi ia berhak mendapatkan bagian melalui hibah wasiat. KUH Perdata hanya mengatur pengakuan terhadap anak luar kawin 5. Apakah Penetapan Pengangkatan Anak melalui Penetapan Pengadilan adalah merupakan persyaratan sahnya Pengangkatan anak tersebut ? Ya Benar Pengangkatan Anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak di atur bahwa pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan dilakukan melalui penetapan pengadilan. 6. Bagaimana Kedudukan Hukum seorang Anak Angkat Perempuan pada WNI Keturunan Tionghoa terhadap warisan orangtua Angkatnya ? Stb. 1917 No. 129 mengatur tentang pengangkatan anak bagi orang-orang Tionghoa yang selain memungkinkan pengangkatan anak oleh yang terikat perkawinan, juga bagi yang pernah terikat perkawinan (duda atau janda). Stb. 1917 No. 129 mengatur bahwa pengangkatan anak hanya dimungkinkan untuk anak laki-laki (namun, yurisprudensi putusan PN Istimewa Jakarta tertanggal 29 Mei 1963 telah membolehkan mengangkat anak perempuan) dan hanya dapat dilakukan dengan Akta Notaris Dalam Stb. 1917 nomor 129, Bab II Pasal 10 ayat (1), diatur tentang pengangkatan anak, yang berisikan bahwa pengangkatan anak hanya dapat terjadi dengan adanya akta notaris dan Pasal 10 ayat (4) Stbl. 1917 No. 129 menentukan kelahiran orang yang diangkat, pada sisi akta itu dicantumkan tentang anak, akta tersebut didaftarkan dan dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil. Kemudian atas pendaftaran dan pencatatan tersebut dikeluarkan petikan akta kelahiran yang baru yang menyebutkan bahwa anak tersebut adalah anak dari orang tua angkat yang mengangkatnya dan bukan sebagai anak angkat. Setelah dikeluarkannya SEMA No. 2 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983 tentang Pengangkatan Anak, terdapat perubahan yang mendasar, di mana untuk sahnya pengangkatan anak bukan diharuskan dengan adanya akta notaris, tetapi adanya putusan atau penetapan dari Pengadilan Negeri di mana anak tersebut berdomisili. Bagi golongan Warganegara Indonesia keturunan Tionghoa berlaku juga prosedurpengangkatan anak formal untuk sahnya pengangkatan anak, yaitu adanya penetapan dari Pengadilan Negeri. 7. Apakah kedudukan Anak Angkat Perempuan Keturunan Tionghoa ini mengenyampingkan Saudara – Saudara dari Ibunya terhadap harta warisan atau harta penginggalan Ibunya yang meninggal dunia ? 1. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (PP 54/2007) dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 110/Huk/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak (Permensos 110/2009), serta Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 2. Kedudukan anak laki-laki dan Perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan anak kandung berdasarkan Stb. 1917 No. 129 yang dikuatkan oleh SEMA No. 2 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983 tentang Pengangkatan Anak. 3. Dengan demikian Kedudukan Anak Angkat terhadap warisan dapat dikaitkan dengan Pasal 852 KUH Perdata yaitu sebagai golongan pertama maka dapat mengesampingkan golongan berikutnya dalam hal pewarisan. Mengingat kedudukan Anak Angkat dan anak kandung memiliki Hak yang sama 8. Dapatkan Ahli menjelaskan tentang Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Ahli Waris ?. Siapa yang berhak atau berwenang mengeluarkan Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Mewarisi bagi WNI Keturunan Tionghoa ? Khusus untuk warga Tionghoa, keterangan warisnya harus dibuat di hadapan Notaris sesuai dengan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”) Dalam Pasal 111 ayat (1) huruf c butir 4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Golongan penduduk dari pihak yang meninggal dunia (pewaris). Untuk golongan penduduk Pribumi, cukup dibuat di bawah tangan, dan disaksikan serta dibenarkan oleh Lurah setempat serta dikuatkan oleh Camat. Sedangkan, golongan penduduk Tionghoa, yang berwenang membuat adalah Notaris. 9. Apakah pembuatan Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Mewaris yang dibuat dihadapan seorang Notaris wajib dihadiri oleh seluruh Ahli Waris ?. Bagaimana keabsahan Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Mewaris yang tidak dihadiri seorang atau lebih Ahli Waris yang nama atau identitasnya dicantumkan pada Surat Keterangan Waris tersebut ? Ya Wajib dihadiri seluruh Ahli waris jika memang di dalam Surat Keterangan waris tercantum nama namun tidak hadir untuk tanda tangan menyebabkan akta yang dibuat menjadi batal seperti contohnya Perbuatan yang menjual harta warisan tanpa sepengetahuan Pewaris lain merupakan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata sehingga jual beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan dasar kepada pembeli untuk menuntut ganti biaya, kerugian, dan bunga kepada Ahli waris yang menjual tersebut. 10. Ketentuan apa yang seharusnya dipedomani oleh seorang Notaris ketika ia diminta untuk membuat Surat Ketetangan Waris atau Surat Keterangan Mewarisi.; Keterangan ahli waris atau Surat Keterangan Hak Waris (SKHW) di notaris (untuk keturunan Eropa dan Tionghoa), sebagai berikut: Ahli waris akan memberikan pernyataan ke notaris pilihan: 1. Notaris akan mengumpulkan bukti autentik yang dikeluarkan oleh instansi atau pejabat yang berwenang. 2. Notaris akan melakukan pencocokan bukti sebelum membuat SKHW. Dalam pengecekan, notaris akan memeriksa apakah ada wasiat yang pernah dibuat oleh pewaris di daftar wasiat Ditjen AHU; 3. Jika semua telah selesai, notaris akan menerbitkan surat SKHW. Mintalah draf surat keterangan ahli waris dalam bentuk pdf untuk melakukan pengecekan ulang sebelum SKHW diterbitkan. 11. Apakah boleh seorang Notaris menerbitkan lagi Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Mewarisi terhadap pewaris yang sama , sedangkan sebelumnya telah ada Surat Keterangan Waris atau Surat Keterangan Waris yang dibuat sebelumnya oleh Notaris lain ? Tidak boleh Sepanjang sudah dikeluarkan oleh Notaris pertama berupa Salinan yang pertama maka atas permintaaan seluruh Ahli Waris yang bukan merupakan Ahli waris yang tidak memiliki kedudukan Hukum maka Akta berikutnya menjadi batal demi hukum Salinan Kata demi kata dari seluruh akta dan pada bagian bawah salinan akta tercantum frasa “diberikan sebagai SALINAN yang sama bunyinya” (pasal 1 angka 9 UUJN) -------------00000000000-----------------