Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM PERDATA

UJIAN TENGAH SEMESTER

OLEH :

I PUTU AGUS ADI MAHENDRA

2204742010026

22 KA

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS HUKUM

2022/2023
1. RESUME MATERI HUKUM PERKAWINAN

Perkawinan menurut KUH Perdata merupakan hubungan keperdataan saja,

sedangkan perkawinan menurt UU Perkawinan merupakan ikatan lahir batin

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dasar Hukum dari Perkawinan ini adalah

Undang Undang perkawinan. Pn Menurut Prof. DR. R.Wirjono Prodjodikoro,

perkawinan di definiskan sebagai “ suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan

perkawinan.”

Perkawinan diakui sah di Indonesia apabila perkawinan yang dilakukan

berdasarkan agama dan kepercayaannya masing-masing. Dengan kata lain, sesuai

pemikiran Scholten, tidak ada perkawinan di Indonesia yang dianggap sah apabila

tidak dilaksanakan sesuai agama dan kepercayaannya.

Dasar hukum perkawinan terdapat di dalam Pasal 28 B ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.” Berdasarkan apa yang telah

diuraikan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945 dapat diketahui bahwa tujuan dan cita-cita negara

Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraaan rakyatnya dengan memberikan hak

kepada setiap rakyatnya untuk mempertahankan kehidupannya yang berarti

mempunyai hak untuk melanjutkan keturunan, dan setiap orang mempunyai hak

untuk membentuk sebuah keluarga dan hal tersebut merupakan hak asasi manusia

yang tidak dapat dikurangi.

Tujuan perkawinan terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 1974 tentang perkawinan tepatnya pada pasal 1 yang berbunyi “Perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Usia perkawinan yang diizinkan untuk Pria bila

sudah mencapai 19 tahun sedangkan untuk Wanita 16 tahun.

2. SISTEMATIKA DARI HUKUM PERDATA YANG TERDAPAT PADA KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

Hukum perdata di Indonesia saat ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu

sebagai berikut :

 Hukum Pribadi atau Perseorangan

Hukum pribadi/perseorangan menjadikan manusia sebagai subjek hukum.

Didalamnya berisi peraturan peraturan yang mengenai kecakaPan untuk

memiliki hak serta, kecakapan dalam bertindak sendiri, serta hal lainnya yang

berpengaruh dengan kecakapan yang di maksud.

 Hukum Keluarga

Hukum keluarga ini memiliki hak dan kewajiban yang dasarnya tidak

dinilai dengan uang. Hukum ini meliputi perkawinan, perceraian, harta

perkawinan, nasab dan perwalian.

 Hukum Kekayaan

Dari hukum keluarga yang mengatur tentang hubungan, maka dalam hukum

kekayaan ini mengatur antara orang dengan harta kekayaaan yang dimiliki.

 Hukum Waris
Hukum waris ini erat kaitannya dengan hukum keluarga, karena untuk

mewarisi harta benda yang ada.

Sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini dibagi menjadi 4 buku :

- Buku I tentang Orang

Dalam buku I KUHPerdata ini mengatur tentang hukum orang

dan hukum keluarga, hal tersebut mengingat menurut pembuat

undangundang pengertian hukum orang dalam arti luas, juga

meliputi hukum keluarga.

- Buku II tentang Benda

Dalam buku II KUHPerdata menyangkut tentang hak-hak

kebendaan yang merupakan bagian dari hukum kekayaan

sebagaimana diatur dalam doktrin.

- Buku III tentang Perikatan

Dalam buku III KUHPerdata mengatur tentang hubungan

hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain untuk

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat dalam ruang

lingkup hukum kekayaan yang bersumber dari UU maupun

perjanjian.

- Buku IV tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa

Dalam buku IV KUHPerdata diatur tentang alat-alat bukti yang

digunakan untuk menuntut atau mempertahankan hak-hak

keperdataan seseorang di muka pengadilan.

Hukum perdata materil adalah hukum perdata yang berisi tentang hak-hak dan

kewajiban di bidang hukum perdata, seperti hak milik, hak waris, hak tagid, dll.
Hukum perdata formil (hukum acara) adalah ketentuan hukum yang mengatur

prosedur beracara di pengadilan, misalnya bagaimana mengajukan gugatan, ke

pengadilan yang mana, alat-alat bukti apa yang dapat digunakan, dll.

3. HUKUM PERDATA DI INDONESIA BERSIFAT PLURALISTIS.

Secara umum arti dari Pluralistis/Pluralisme adalah perbedaan dalam suatu

masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap

menjaga keunikan budayanya masing-masing. Mengingat Indonesia merupakan

negara yang memiliki berbagai etnis dan ras. Jadi Hukum Perdata di Indonesia

bersifat Pluralistis disebabkan karena adanya tradisi adat yang menyebabkan adanya

Hukum adat yang mana disetiap daerah di Indonesia memiliki Hukum Adat yang

berbeda Hukum Perdata ini Pluralistis.

4. JENIS ANAK MENURUT KUH PERDATA .

Dalam Hukum Keluarga, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis status

hukum bagi seorang anak, antara lain yaitu : Anak Sah, Anak Luar Kawin dan Anak

Angkat.

- Anak Sah : Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah. Hal ini diatur dalam UUP khususnya Pasal 42.

Keturunan yang sah didasarkan atas adanya perkawinan yang sah.

- Anak Luar Kawin : Anak luar kawin diatur dalam Pasal 43 UUP,

yaitu anak yang dilahirkan di luar perkawinan dan hanya memiliki

hubungan perdata dengan Ibunya dan Keluarga Ibunya.

- Anak Angkat : Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari

lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang
lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan

membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua

angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan biaya.

5. PERBEDAAN ANTARA PENGUASAAN ORANG TUA, PERWALIAN DAN

PENGAMPUAN.

- Pengampuan : dalam pasal 433 kitab KUH Perdata adalah : “Setiap

orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak

atau mata gelap harus ditaruh dibawah pengampuan, pun jika ia

kadangkadang cakap mempergunakan pikirannya. Seorang dewasa

boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya.”

- Perwalian : adalah kewenangan yang diberikan kepada seseorang

untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk

kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang

tua, orang tua yang masih hidup, tidak cakap melakukan perbuatan

hukum.

- Penguasaan Orang Tua : Kedua Orang Tua mempunyai

ikatan/hubungan dengan anak-anaknya (anak sah) disebut dengan

kekuatan orang tua yang ditujukan untuk kesejahteraan hidup anak-

anaknya.

6. ALASAN YANG MEMBUAT PERNIKAHAN STUART DAN BUNGA BATAL

MENURUT HUKUM.

- Mengingat bunyi UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1)

disebutkan: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Bunga


yang menganut agama Islam, dalam hukum Islam menikahi Non

muslim merupakan haram hukumnya. Karena Stuart menganut Kristen

dan Bunga Menganut muslim. Yang jelas memiliki mereka perbedaan

agama.

- Keluarga kedua belah pihak tidak mengetahui pernikahan yang akan

dilangsungkan

- Bunga dalam kondisi hamil, seorang laki-laki menikahi wanita yang

sedang mengandung anak dari orang lain. Hukumnya haram

- Stuart Masih memiliki Istri pertama yang sah, eorang laki-laki

menikahi wanita yang sedang mengandung anak dari orang lain,

hukumnya haram

- Bunga wajib menunggu masa setahun untuk melangsungkan

pernikahan setelah perceraian.

Anda mungkin juga menyukai