Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bintang Arya Putra

NIM : 2230123080

Mata Kuliah : Hukum Perdata

1. Utrecht mengartikan subjek hukum adalah suatu pendukung hak, yaitu manusia atau
badan yang menurut hukum berkuasa menjadi pendukung hak.
Kemudian, Sudikno Mertokusumo menerangkan bahwa subjek hukum adalah segala
sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.

Adapun Purbacaraka dan Soekanto menerangkan bahwa subjek hukum adalah pihak-
pihak yang berhubungan dengan sistem hukum. Adapun sifat-sifat subjek hukum
meliputi hal-hal yang antara lainnya:

1. mandiri karena mempunyai kemampuan penuh untuk bersikap tindak;


2. terlindung karena (dianggap) tidak mampu bersikap tindak;
3. perantara yang walaupun berkemampuan penuh sikap tindaknya dibatasi,
sebatas kepentingan pihak yang ditengahi (diantarai).

Lebih lanjut, Purbacaraka dan Soekanto menerangkan bahwa hakikat subjek hukum
ini dibedakan antara:

1. pribadi kodrati/natuurlijk persoon yaitu manusia tanpa terkecuali;


2. pribadi hukum/rechtpersoon yaitu:
 Suatu keutuhan harta kekayaan, misalnya wakaf dan Yayasan
 Suatu bentuk susunan relasi, misalnya koperasi, perseroan terbatas di
bidang Hukum Perdata dan Negara serta bagiannya di bidang Hukum
Tantra/Negara;
3. tokoh atau status: dalam konteks ini, status dapat digunakan dalam berbagai
bidang hukum, misalnya suami-istri dalam hukum keluarga atau pewaris-ahli
waris dalam hukum waris.

2. Penggolongan Subjek hukum terbagi menjadi dua yaitu:


a. Manusia
Manusia sebagai subyek hukum diatur dalam ketentuan perundang - undangan
yaitu dalam Pasal 27 UUD RI 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Buku I tentang orang dan dalam UU No.5 Tahun 1960. Disamping manusia
ada pendukung hak -hak dan kewajiban -kewajiban yang kita namakan badan
hukum (rechts person) untuk membedakan dengan manusia (naturlijk person).
Jadi ada suatu bentuk hukum, yaitu badan hukum yang dapat mempunyai hak-
hak, kewaji ban - kewaji ban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.

Kemampuan untuk mendukung hak dan kewaji ban disebut kewenangan hukum
(rechtsbehovegd). Kewenangan hukum diberikan kepada subjek hukum oleh hukum
objekti f. Menurut L.J. Van Apeldoorn kewenangan hukum diberikan kepada tiap-tiap
orang. Dengan demikian orang adalah subjek hukum. 7
b. Badan Hukum
Badan hukum sebagai subyek hukum diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Yaitu dalam KUHPerdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUH Dagang), UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No.
25 Tahun 1992 tentang Per koperasian, dan UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan. Suatu badan hukum dapat dikatakan dan diakui sebagai badan
hukum jika memenuhi ketentuan yaitu badan hukum tersebut m endapat
pengakuan dan pengesahan secara hukum, diyakini sebagai subyek hukum
oleh mas yarakat, memiliki harta kekayaan, memiliki tujuan-tujuan tertentu
dan memiliki kehendak dengan perantaraan alat -alat atau organ -organ badan
tersebut. Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai badan hukum
Perseroan Terbatas (PT). Selanjutnya dalam penulisan tesis ini disingkat
menjadi UUPT 2007. Dalam Pasal 1 UU PT disebutkan bahwa Perseroan
Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.

3. Kecakapan Bertindak
Kecakapan bertindak adalah kemampuan individu untuk dapat menyelesaikan
kewenangan hukum, pada asasnya kecakapan bertindak berlaku untuk semua orang.
Berdasarkan ketentuan pasal 1329 BW menyatakan bahwa bahwa semua orang pada
asasnya cakap untuk bertindak, kecuali undang-undang menentukan lain.

Kewenangan Bertindak
Kewenangan Bertindak adalah haka tau wewenang yang diberikan kepada seseorang
untuk melakukan suatu tindakan atau membuat Keputusan, Kewengan Bertindak
diberikan oleh hukum, peraturan, aturan organisasi atau norma sosial

4. Dalam pasal 330 Kitab UUH Perdata menyatakan “Seseorang dianggap sudah dewasa
jika sudah berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah.” Pasal tersebut
mengharuskan bahwa seseorang dinyatakan cakap dalam melakukan perbuatan
hukum harus terlebih dahulu berusia 21 tahun atau sudah menikah sebelum berusia 21
tahun. Jika seseorang tidak cakap hukum atau dewasa dapat dibatalkan

5. Perwalian adalah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seseorang
untuk menguasai dan melindungi orang atau barang, Asas Perwalian secara umum
tertulis dalam KUHPerdata yaitu:
1. Asas tak dapat dibagi-bagi pada tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali
(pasal 331 KUH Perdata). Asas ini mempunyai pengecualian dalam 2 hal
yaitu:
i. Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup
paling lama maka kalau ia kawin lagi suaminya menjadi medevoogd
( wali serta/wali peserta) berdasarkan pasal 351 KUH Perdata.
ii. Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus
barangbarang di luar Indonesia berdasarkan pasal 361 KUH Perdata.
2. Asas persetujuan dari keluarga Keluarga harus dimintai persetujuan
perwalian.Dalam hal keluarga tidak ada maka tidak ada persetujuan pihak
keluarga itu. Sedang pihak keluarga, kalau tidak datang sesudah diadakan
panggilan, dituntut berdasarkan pasal 524 KUHP 26

6. Pengampuan dalam teknis administrasi dan peradilan hukum perdata pengampuan


adalah permohonan pengampunan bagi seseorang yang dewasa memiliki kurang
ingatan atau orang dewasa yang tidak dapat mengurus hartanya lagi

7. Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 821. 1. KESIMPULAN Arti
penting domisili atau tempat tinggal bagi seseorang atau badan hukum ialah dalam hal
pemenuhan hak dan kewajiban, penentuan status hukum seseorang dalam lalu lintas
hukum, dan apabila berurusan dengan pengadilan.

8. Jika seseorang tidak hadir atau (Afwezigheid) dalam arti keadaan dimana seseorang
tidak berada di tempat tinggalnya dalam kurun waktu tertentu. Seseorang yang
dinyatakan Afwezigheid mengakibatkan kedudukannya menurut Hukum Perdata
dianggap meninggal secara yuridis, hal tersebut menyebabkan hak dan kewajibannya
berpotensi hapus.

9. Fungsi dan manfaat dari catatan sipil untuk dapat mempermudah pemerintah dalam
bidang kependudukan, catatan sipil berfungsi sebagai alat bukti sebuah peristiwa
dalam akta itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai