Anda di halaman 1dari 5

RESUME

HUKUM PERDATA
“Manusia dan Badan Hukum sebagai Subjek Hukum”

Disusun Oleh:
Leony Sandriwati (23369061)
M. Hanand (23369062)
Machaby Khalifa Fajrin (23369063)

Dosen Pengampu:
Henni Muchtar, S.H., M.Hum

ILMU HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
➢ Manusia dan Badan Hukum sebagai Subjek Hukum
Subjek hukum dibedakan menjadi dua macam yaitu manusia dan badan hukum.
Manusia sama dengan orang karena manusia mempunyai hak-hak subjektf dan
kewenangan hukum. Sedangkan badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta hak dan kewajiban.
1. Manusia sebagai Subjek Hukum
Manusia dianggap sebagai subjek hukum karena memiliki kemampuan
untuk memiliki hak dan kewajiban, serta bertindak secara hukum dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut penjelasannya lebih rinci:
a) Kemampuan Hukum
Manusia dianggap memiliki kemampuan hukum sejak lahir atau sejak
mulai hidup secara penuh, yaitu pada saat menusia sudah memiliki keberadaan
hidup yang terpisah dari ibu. Hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
b) Kemampuan untuk Memiliki Hak dan Kewajiban
Manusia memiliki hak dan kewajiban. Hak-hak ini meliputi hak
kepemilikan (hak milik, hak guna bangunan, hak tanggungan, dan hak milik
berwujud), hak kebendaan (hak atas tanah, ha katas kekayaan intelektual, dan
hak-hak lain yang dapat dipindahtangankan), serta hak atas diri sendiri (ha katas
nama, hak asuh, hak waris, dan hak-hak lain yang berkaitan dengan kehidupan
pribadi).
c) Bertindak secara Hukum
Manusia memiliki kemampuan untuk bertindak secara hukum, baik
secara langsung maupun melalui wakil atau kuasa. Hal ini diatur dalam Pasal
48 KUHPerdata yang menyatakan bahwa setiap orang yang berada dalam
keadaan sehat rohani dan jasmani serta berumur 18 tahun ke atas, dianggap
mampu melakukan perbuatan hukum.

2. Domisili
Di dalam KUH Perdata pengaturan mengenai domisili terdapat di dalam
Bab III Pasal 17-25 dengan judul Tempat Tinggal atau Domisili. Jadi sesungguhnya
domisili dapat dikatakan sebagai tempat tinggal atau pusat kediamannya. Domisili
diperlukan baik oleh natuuralijk persoon (manusia pribadi) maupun oleh
rechtpersoon (badan hukum). Pentingnya domisili adalah untuk pengeurusan
perkawinan, tempat dipanggil hukim, dan mempermudah ketika membuat
perjanjian.
Terdapat beberapa hal atau kriteria untuk menentukan seseorang atau badan
hukum dinyatakan berdomisili di suatu tempat tertentu, yaitu:
(1) Terdapat tempat yang tertentu, baik tetap atau pun sementara;
(2) Orang tersebut selalu dapat ditemui di tempat tersebut;
(3) Hak dan kewajiban orang tersebut didapatkan dan ditunaikan di tempat
tersebut.
Ada tiga macam domisili, yakni: domicile of origin, domicile of dependence,
dan domicile of choice. Domicile of origin adalah domisili atau tempat tinggal anak-
anak mengikuti domisili orang tuanya. Sedangkan domicile of dependence tempat
tinggal seorang istri yang mengikuti suaminya. Terakhir, domicile of choice adalah
tempat tinggal yang dipilih oleh seseorang sebagai tempat kediamannya untuk
mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya.

3. Kecakapan/Ketidakcakapan Berbuat
Kecakapan atau ketidakcakapan hukum perdata mengacu pada kemampuan
seseorang untuk memiliki hak dan kewajiban serta melakukan perbuatan hukum
secara penuh atau terbatas. Hal ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang dapat
bertindak dalam hubungan hukum.
a) Kecakapan Hukum (Capasitas Yuridik): Adalah kemampuan seseorang untuk
memiliki hak dan kewajiban serta melakukan perbuatan hukum secara penuh.
Menurut Pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
setaip orang yang berumur 18 tahun ke atas dan berada dalam keadaan sehat
rohani dan jasmani dianggap memiliki kecakapan hukum penuh. Artinya,
orang yang memenuhi syarat tersebut dianggap mampu untuk memiliki hak
dan kewajiban serta melakukan perbuatan hukum dengan sepenuhnya.
b) Ketidakcakapan Hukum (Incapacitas juridik): Adalah keadaan di mana
seseorang tidak memiliki kemampuan penuh untuk memiliki hak dan
kewajiban serta melakukan perbuatan hukum. Ketidakcakapan hukum dapat
terjadi karena beberapa hal, seperti belum mencapai usia dewasa, mengalami
gangguan jiwa yang berat, atau dijatuhi pidana penjara yang berkepanjangan.
Pasal 52 KUHPerdata menyatakan bahwa orang yang berumur 18 tahun
dianggap tidak memiliki kecakapan hukum penuh dan memerlukan wali atau
pengampu untuk melakukan perbuatan hukum tertentu.

4. Kewenangan Berbuat
Orang yang wenang berbuat (Bevoegdheid) adalah orang tersebut mampu
dalam melakukan hukum sendiri dan berwenang normatif. Oleh karena itu orang
dikatakan non-cakap atau tidak mampu (On Bekwaamdheid) dalam melakukan
perbuatan hukum adalah orang yang pada umumnya dilarang untuk melakukan
perbuatan hukum khususnya perjanjian. Sedangkan orang yang tidak wenang
(Onbevoegd) adalah orang yang dilarang melakukan perbuatan hukum khususnya
perjanjian.
5. Pendewasaan, Perwalian, Pengampuan
a) Pendewasaan
Merupakan kondisi dimana seseorang telah mencapai usia dewasa
menurut hukum yang berlaku. Usia dewasa ini dapat bervariasi tergantung pada
sistem hukum di suatu negara. Biasanya, seseorang dianggap telah dewasa pada
usia tertentu, misalnys 18 tahun. Setelah mencapai usia ini, seseorang dianggap
memiliki kapasitas hukum penuh untuk melakukan tindakan hukum dan
mengikatkan diri dalam perjanjian.
b) Perwalian
Adalah mekanisme perlindungan hukum bagi mereka yang belum
mencapai usia dewasa. Orang tus atau wali yang ditunjuk oleh hukum bertindak
sebagai perwali untuk melindungi kepentingan hukum anak di bawah umur
dalam melakukan tindakan hukum atau mengikatkan diri dalam perjanjian.
Perwalian ini diperlukan karena anak di bawah umur belum memiliki kapasitas
hukum penuh untuk melakukan tindakan hukum.
c) Pengampuan
Merujuk pada keadaan di mana seseorang tidak memiliki kapasitas
hukum yang cukup untuk melakukan tindakan hukum untuk melakukan tindakan
hukum atau mengikatkan diri dalam perjanjian, baik karena kurangnya
kecerdasan atau akal sehat. Dalam hal ini, pengampu dilakukan untuk melindungi
kepentingan hukum orang yang tidak memiliki kapasitas hukum penuh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).


Irawaty. dkk. 2019. Hukum Perdata dan Hukum Acara Perdata. Jakad Media Publishing.
Wardino, Kelik. dkk. 2018. Hukum Perdata. Jawa Tengah: Muhammadiyah University Press

Anda mungkin juga menyukai