Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN HUKUM

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


NI PUTU KRISNA DEWI 1814101001

NI PUTU DEWI LAURINA 1814101005

KADEK GESA ANANDA JATI UTAMA 1814101017

NI LUH MELIYANI 1814101019

KETUT JODI MAHENDRA 1814101032

SITI SAFA’ATI ROHMAH 1814101036

KELAS A SEMESTER 1

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
1. Masyarakat Hukum
Hukum sudah ada dari zaman dahulu tetapi tidak dapat diketahui dalam
istilah lain berarti hukum ada sejak masyarakat itu sendiri ada , tetapi
masyarakat pada zaman dahulu masih beum mengerti apa itu yang dinamakan
hukum. Melihat dari sisi sejarah pada zaman dahulu hukum di Indonesia sangat
panjang sekali sejarah terbentuknya hingga menjadi hukum yang ditaati seperti
sekarang ini mulai dari hukum yang sudah ada dari zaman dahulu yang
dinamakan dengan hukum adat sampai dengan hukum pada masa kolonial
hindia belanda, era reformasi, era pasca reformasi dan sampai dengan sekarang
ini. Indonesia mengalami beberapa kali revisi terhadap UUD 1945 yang
menjadi dasar hukum di Indonesia, UUD 1945 mengalami empat kali
amandemen , yang pertama pada oktober 1999, kedua Agustus 2000, ketiga
november 2001 dan yang terakhir adalah agustus 2002. Indonesia merupakan
salah satu negara hukum yang ada di dunia ini, pengertian negara hukum secara
sederhana merupakan negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan pada hukum. Dan didalam negara hukum nantinya
akan terdapat suatu satu kesatuan sistem hukum yang yang berpuncak atau
menjadi pandangannya adalah konstitusi atau Undang–Undang Dasar. Dalam
negara hukum semua warga negara tanpa terkecuali harus menaati semua
peraturan yang berlaku didalam negara tersebut apabila melanggar akan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketatapan hukum yang berlaku sehingga
apabila semua warga negara sudah menaati hukum maka cita-cita bangsa dan
negara akan cepat terlaksana dan negara akan damai dan tentram.1
Di dalam suatu negara pastinya ada satuan-satuan individu yang
dinamakan dengan masyarakat. Masyarakat yang ada didalam negara hukum
dinamakan masyarakat hukum, pengertian dari masyarakat hukum itu sendiri
adalah sekelompok orang yang hidup di dalam suatu wilayah tertentu dimana
didalam kelompok tersebut terdapat suatu rangkaian peraturan yang menjadi
tingkah laku bagi setiap kelompok didalam pergaulan hidup mereka, peraturan-
peraturan tersebut dibuat oleh masyarakat itu sendiri dan berlaku didalam

1https://id.m.wikipedia.org/wiki/Undang-
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945

1
kelompok masyarakat tersebut, hukum diciptakan dan dikehendaki oleh seluruh
anggota masyarakat adakalanya hukum juga diciptakan dengan pandangan
kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat dan inilah yang disebut dengan
masyarakat adat. Hal ini sesuai dengan pandangan Roscou Pound yang
mengatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum
yang berada didalam masyarakat dan mencerminkan nilai - nilai yang sudah
hidup di masyarakat, dengan sadar atau tidak manusia selalu diikat dan
dipengaruhi oleh hukum untuk mengatur tingkah laku dan hubungan antar
manusia. Dan peraturan yang mempengarui tersebut memberikan pengertian
bahwa perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang tidak
boleh dijalankan.2

2. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut
hukum. Subjek hukum adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki,
meperoleh, dan menggunakan hak-hak kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Sedangkan sifat subjek hukum yaitu: mandiri, terlindungi, dan perantara.3
Hakikat subyek hukum dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
a. Pribadi Kodrati
b. Pribadi Hukum
c. Tokoh/Pejabat
Sementara,klasifikasi subyek hukum dibedakan atas dua, yaitu terdiri
manusia dan badan hukum.4
a. Manusia
Setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing adalah subjek
hukum. Jadi dapat dikatakan, bahwa setiap manusia adalah subjek hukum
sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia.

2 Prof.Dr. Marzuki, Mahmud Peter, S.H., M.S., LL.M. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
Kencana Predana Media Group
3 Yahyanto, Lukman Santoso AZ, S.H., M.H. 2016. Jawa Timur: Setara Press Malang., hlm. 53.
4 Ibid., hlm. 53-54.

2
Manusia sebagai subyek hukum telah mempunyai hak dan mampu
menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku. Setiap manusia
pribadi sesuai dengan hukum dianggap cakap bertindak sebagai subjek
hukum kecuali dalam undang-undang dinyatakan tidak cakap seperti halnya
dalam hukum telah dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hukum
Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan manpu
menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku dalam hal itu
menurut pasal 1 KUH Perdata menyatakan bahwa menikmati hak
kewarganegaraan tidak tergantung pada hak kewarganegaraan.
1) Syarat-Syarat Cakap Hukum.5
a) Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun).
b) Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah.
c) Seseorang yang sedang tidak menjalani perkara hukum.
d) Berjiwa sehat dan berakal sehat.
2) Syarat-Syarat Tidak Cakap Hukum6
a) Seseorang yang belum dewasa.
b) Sakit ingatan.
c) Kurang cerdas.
d) Orang yang ditaruh dibawah pengampuan.Seorang wanita yang
bersuami (pasal 1330 KUH perdata).
3) Batasan Usia Subjek Hukum
Usia dewasa bagi sebagian remaja merupakan suatu prestasi
tersendiri, yang patut dirayakan. Secara awam, jika seseorang sudah
merayakan ulang tahun yang ke-17 tahun, dan sudah berhak memegang
KTP atau memiliki SIM sendiri, dianggap sudah dewasa. Artinya dia
sudah berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan sudah bisa
bertanggung jawab atas dirinya sendiri secara hukum.7
Di mata hukum, batas usia dewasa seseorang menjadi penting,
karrna hal tersebut berkaitan dengan boleh/tidaknya orang tersebut

5 Yahyanto, Lukman Santoso AZ, S.H., M.H. 2016. Jawa Timur: Setara Press Malang., hlm. 54.
6 Ibid.
7 Ibid., 54-56

3
melakukan perbuatan hukum, ataupun diperlakukan sebagai subjek
hukum. Artinya, sejak seseorang mengalami usia dewasanya, dia berhak
untuk membuat perjanjian dengan orang lain, melakukan perbuatan
hukum tertentu, misalnya menjual/membeli harta tetap atas namanya
sendiri, semuanya tanpa bantuan dari orng tuanya selaku walinya.
Batas usia dewasa di dalam persepsi masyarakat berbeda dengan
batas usia dewasa dimata hukum. Menurut Undang Perkawinan No.
1/1974 dan KUH Perdata, seseorang dianggap dewasa jika sudah
berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah. Bertahun-tahun batas
usia dewasa tersebut di ikuti oleh seluruh ahli hukum di Indonesia.
Sehingga, jika terdapat tanah dan bangunan yang terdaftar atas nama
seorang anak yang belum berusia 21 tahun, maka untuk melakukan
tindakan jual-beli atas tanah dan bangunn tersebut dibutuhkan
izin/penetapan dari Pengadilan negeri setemat.
Demikian pula untuk melakukan tindakan pendirian suatu
PT/CV/Firma/Yayasan, jika salah seorang pendirinya adalah seseorang
yang belum berusia 21 tahun, harus diwakili oleh salah satu orang
tuannya.
Namun, sejak tanggal 6 Oktober 2004 dengan diundangkannya UU
No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, terdpat pergeseran dalam
menentukan usia dewasa. Dalam pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa,
Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut.
a) Paling sedikit berusia 18 tahun atau telah menikah.
b) Capak melakukan perbuatan hukum.
Dengan demikian dapat disimpulkan Bahwa sejak diterbitkannya
UU No. 30/2004 tersebut, maka setiap orang yang berusia 18 tahun atau
sudah menikah, dianggap sudah dewasa, dan berhak untuk bertindak
selaku subjek hukum.
Setiap orang sejak lahir sampai dengan meninggalnya sebagai
subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum
pendukung hak dan kewajiban,dapat melakukan tindakan hukum,

4
kecuali orang yang belum dewasa atau belum samai umur 18 tahun atau
orang yang tidak sehat pikirannya atau dibawah pengampuan.
Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak dan kewajiban.
Meskipun menurit hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali
memiliki hak-haknya, akan tetapi dalam hukum, tidak semua orang
dapat diperbolehkan bertindak sendiri didalam melaksanakan hak-
haknya itu. Mereka digolongkan sebagai orang yang “tidak cakap” atau
“kurang cakap” untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-
perbuatan hukum, sehingga mereka itu harus diwakili atau dibantu oleh
orang tua
b. Badan Hukum
Badan hukum merupakan badan-badan perkumpulan dari orang-orang
yang diciptakan oleh hukum. Atau dapat dipahami pula sebagai
perkumpulan atau organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai
subjek hukum, misalnya dapat memiliki kekayaan, mengadakan perjanjian
dan sebagainya. Sedangkan perbuatan yang dapat menimbulkan akibat
hukum yakni tindakan seseorang berdasarkan suatu ketentuan hukum yang
dapat menimbulkan hubungan hukum, yaitu akibat yang timbul dari
hubungan hukum.8
Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum seerti
manusia. Dengan demikian, badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak
berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak manusia seperti daat
melakukan persetujuan-persetujuan dan memiliki kekayaan yang sama
sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotany, oleh karena itu badan
hukum dapat bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.
Meijers menyatakan Badan Hukum itu adalah meliputi yang menjadi
pendukung hak dan kewajiban. Begitu juga pendapat Logemann, dan E.
Utrech. Yang menjadi penting bagi perbaulan hukum ialah Badan Hukum
itu mempunyai kekayaan yang sama sekali terpisah dari kekayaan
anggotanya, yaitu dalam hal Badan Hukum itu berupa korporasi. Hak dan

8 Yahyanto, Lukman Santoso AZ, S.H., M.H. 2016. Jawa Timur: Setara Press Malang., hlm. 56.

5
kewajiban Badan Hukum sama sekali terpisah dari hak dan kewajiban
anggotanya. Bagi bidang perekonomian, terutama lapangan perdagangan,
gejala ini sangat penting. 9
Dalam pada itu R. Rochmat Soemitro mengatakan, Badan Hukum ialah
suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang
pribadi.
Badan hukum merupakan badan-badan perkunpulan yakni orang-
orang yang diciptakan oleh hukum. Badan Hukum sebagai subjek hukum
dapat bertindak hukum seperti manusia. Dengan demikian, badan hukum
sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa
hak manusia seperti dapat melakukan persetujuan-persetujuan dan memiliki
kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan-kekayaan anggota-
anggotanya, oleh karena itu badan hukum dapat bertindak dengan perantara
pengurus-pengurusnha.
Misalnya suatau perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai
badan hukum dengan cara sebagai berikut.10
1) Didirikan dengan akta notaris.
2) Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negara setemat.
3) Dimintakan pengesahan Anggaran Dasar (AD) kepada Menteri Hukum
dan HAM, sedangkan khusus untuk badan hukum dana pensiun
pengesahan anggaran dasarnya dilakukan Menteri Keuangan.
4) Diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.
Terjadi banyak perdebatan mengenai bagaimana badan hukum dapat
menjadi subjek hukum, dan memiliki sifat-sifat subjek hukum seperti
manusia. Banyak sekali teori yang ada dan digunakan dalam dunia akademis
untuk menjelaskan hal tersebut, akan tetapi menurut Salim HS, teori yang
paling berpengaruh Dalam hukum positif adalah Teori Konsensi di mana
pada intinya berpendapat badan hukum dalam negara tidak dapat memiliki
kepribadian hukum kecuali diperkenankan oleh hukum, dalam hal ini berarti
negara sendiri.

9 Ibid., hlm. 57.


10 Ibid.

6
Badan hukum dibedakan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut.
1) Badan Hukum Publik
Badan Hukum Publik adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau
orang banyak atau negara umumnya. Dengan demikian badan hukum
publik merupakan badan hukum negara yang dibentuk oleh yang
berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara
fungsional oleh pemerintah atau badan pengurus yang diberikan tugas
untuk itu, seerti Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah tingkat
I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.
2) Badan Hukum Privat
Badan Hukum Privat adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan
banyak orang didalam badan hukum itu.
Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum
swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni keuntungan,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain menurut hukum
yang berlaku secara sah misalnya perseroan terbatas, koperasi, yayasan,
badan amal
Menuru pendapat J.J. Dormeimeristilah Badan Hukum dapat diartikan
sabagai berikut.
a) Persekutuan orang-orang, yabgdidalam pergaulan hukum bertindak
selaku seorang saja.
b) Yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan, yang dipergunakan untuk
suatu maksud yang tertentu.
Selain manusia sebagai subjek hukum, didalam hukum terdapat pula
badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat juga memiliki
hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti layaknya
seorang manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan iru
mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan
perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat dimuka
hakim.

7
a) Badan hukum publik, seperti negara, provinsi, kabupaten.
b) Badan hukum perdata, seperti perseroan terbatas (PT), yayasan, dan
koperasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapatlah disimpulkan tentang
pengertian Badan Hukum sebagai subjek hukum itu mencangkup hal
berikut, yaitu:
a) Perkumpulan orang (organisasi)
b) Dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum
c) Mempunyai harta kekayaan tersendiri
d) Mempunyai pengurus
e) Mempunyai hak dan kewajiban
f) Dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan
Sebagai subjek hukum, badan usaha mempunyai syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh hukum yaitu:
a) Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya
b) Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para
anggotanya.
Dalam konteks ini, terdapat empat teori yang digunakan sebagai syarat
badan hukum atau menjadi subjek hukum yaitu sebagai berikut.
a) Teori Fictie adalah badan hukum itu semata-mata buatan negara daja
b) Teori Kekayaan Bertujuan adalah hanya manusia saja yang dapat
menjadi subjek hukum
c) Teori Pemilikan adalah hak dan kewajiban badan hukum itu pada
hakikatnya adalah hak kewajiban anggota bersama-sama.
d) Teori Organ adalah salah suatu jelmaan yang sungguh-sungguh ada
dalam pergaulan hukum.

3. Objek Hukum
a. Pengertian Objek Hukum
1) Objek hukum menurut pasal 499 KUH perdata, yakni benda. Benda
adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum atau segala
sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi

8
parasubyek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjad objek hak
milik.11
2) Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subyek
hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Objek
hukum berupa benda atau barang ataupun hak yang dapatdimiliki dan
bernilai ekonomis.
b. Jenis Objek Hukum
Berdasarkan pasal 503-504 KUH perdata disebutkan bahwa benda
dapat dibagi menjad dua, yakni benda yang bersifat kebendaan
(Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateri
ekegoderan).12
1) Benda yang Bersifat Kebendaan/Berwujud (Materiekegoderen)
Benda yang bersifat kebendaan/berwujud (Materiekegoderen)
adalah suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan
pancaindera, terdiri dari benda berubah/berwujud, meliputi:
a) Benda Bergerak atau Tidak Tetap
Benda bergerak yaitu berupa benda yang dapat dihabiskan dan
benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi sebagai
berikut.
1. Benda bergerak karena sifatnya menurut pasal 509 KUH perdata
adalah benda yang dapat dipindahkan, misalnya meja,kursi dan
yang dapat berpindah sendiri contohnya ternak.
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut
pasal 511 KUH perdata adalah hak-hak atas benda
bergerak,misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas
benda-benda bergerak , hak pakai(Gebruik) atas benda bergerak,
dan saham-saham perseroan terbatas.
b) Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut.

11 Yahyanto, Lukman Santoso AZ, S.H., M.H. 2016. Jawa Timur: Setara Press Malang., hlm. 60.
12 Ibid., hlm. 60-62

9
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala
sesuatu yang melekat diatasnya misalnya pohon,tumbuh-
tumbuhan,area,dan patung.
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat
yang dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi
yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada
bergerak yang merupakan benda pokok.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini
berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak
misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat
bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.
Dengan demikian, menbedakan benda bergerak dan tidak bergerak
ini penting, artinya karena berhubungan dengan empat hal yakni
sebagai berikut.13
a) Pemilikan (Bezit)
Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas
yang tercantum dalam pasal 1977 KUH perdata,yaitu berzitter dari
barang bergerak adalah pemilik (eigenaar) dari barang tersebut.
Sedangkan untuk barang yang tidak bergerak tidak demikian
halnya.
b) Penyerahan (Levering)
Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat
dilakukan penyerahan secara nyata (hand by hand) atau dari tangan
ketangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik
nama.
c) Kedaluwarsa (Verjering)
Kedaluwarsa (Verjering) yakni untuk benda-benda bergerak
tidak mengenal kedaluwarsa, sebab bezit disini sama dengan
pemilikan (eigendom) atas benda bergerak tersebut sedangkan untuk
benda-benda tidak bergerak mengena ladanya kedaluwarsa.

13 Ibid.

10
d) Pebebanan (Bezwaring)
Pebebanan (Bezwaring) yakni terhadap benda bergerak
dilakukan anda (gadai,fidusia) sedangkan untuk benda tidak
bergerak dengan hipotika dalah hak tanggungan untuk tanah serta
benda-benda selain tanah digunakan fidusia.
2) Benda yang Bersifat Tidak Kebendaan/Tidak Berwujud
(Immateriekegoderen)
Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen) adalah
suatu benda yang dirasakan oleh panca indera saja ( tidak dapat dilihat)
dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya
merk perusahaan, paten, dan ciptaan music atau lagu.
Menurut pasal 503 KUH Perdata yang pembagian benda biasanya
dalam perhubungan hukum menyangkut Ganti Rugi, benda dibagi
menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a) Benda Berwujud
Benda ini adalah sebagaimana keseharian, misalnya: rumah, mobil
dan emas.
b) Benda Tidak Berwujud
Benda ini lebih bersifat abstrak namun memiliki nilai, seperti: hak
dan nama baik.
Menurut pasal 504 KUH Perdata yang pembagian benda biasanya
dalam perhubungan hukum menyangkut masalah jaminan (Agunan ),
benda juga dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan,
misalnya: tanah, gedung, dan sebagainya.
b. Benda Bergerak
Benda ini adalah benda yang dapat dipindahkan, seperti ;kendaraan
bermotor.

4. Hubungan Hukum
a. Pengertian Hubungan Hukum

11
Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum.
Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Kita semua mengetahui bahwa
hukum itu mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain, antara orang dengan masyarakat,antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Jadi dalam semua hubungan di dalam masyarakat
diatur oleh hukum. Barang sipa yang mengganggu atau tidak mengindahkan
hubungan ini, maka ia dapat dipaksa oleh hukum untuk menghormatinya.
Misalkan, hubungan hukum yang diatur oleh hukum ialah pasal 1457 KUHP
Perdata tentang perikatan (Verbintenis), yang timbul karena adanya suatu
perjanjian (overenkomst). Contohnya, A menjual rumah pada B. perjanjian
ini menimbulkan hubungan antara A dengan B yang di atur oleh hukum.A
wajib wajib menyerahkan rumah pada B. sebaliknya B wajib membayar
harga rumah kepada A dan berhak meminta rumah kepada A. apabila salah
satu pihak tidak mengindahkan kewajibannya maka hakim akan
menjatuhkan sanksi hukum. Hubungan A dan B yang diatur oleh hukum ini
diberi nama “hubungan hukum atau rechtsbetrekkingen”. Jadi setiap
hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu segi “bevoegdheid”
(kekuasaan/ kewenangan atau hak) dengan lawannya “plicht” atau
kewajiban. Kewenangan yang diberikan pleh hukum kepada subyek hukum
(orang atau badan hukum) dinamakan “hak”. Dengan demikian hukum
sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan social
memberikan suatu hak kepada subyek hukum untuk berbuat sesuatu atau
menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak itu, dan terlaksananya
kewenangan/hak dan kewajiban tersebut dijamin oleh hukum.14
Mengenai hubungan hukum ini, Logemann berpendapat, bahwa dalam
tiap hubungan hukum terdapat pihak yang berwenang atau berhak meminta
prestasi yang disebut dengan “presatie subject” dan pihak yang wajib
melakukan prestasi disebut “plicht subject”.
b. Segi Hubungan Hukum

14 Soeroso, R, S.H.2015. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika., hlm. 269.

12
Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi, yaitu sebagai berikut.15
1) Bevoegdheid atau kewenangan, yang disebut hak.
2) Plicht atau kewajiban, adalah segi pasif daripada hubungan hukum.
Hak dan kewajiban ini kedua-duanya timbul dari satu peristiwa hukum,
misalnya peristiwa jual beli.
c. Unsur-Unsur dalam Hubungan Hukum
Hubungan hukum memiliki 3 unsur yaitu sebagai berikut.16
1) Adanya orang-orang yang hak atau kewajibannya saling berhadapan.
Contoh:
A menjual rumahnya kepada B. A wajib menyerahkan rumahnya kepada
B dan berhak meminta pembayaran kepada B. Sedangkan B wajib
membayar kepada A dan berhak meminta rumah A setelah dibayar.
2) Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut
dalam contoh yang obyeknya adalah rumah.
3) Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau
adanya hubungan atas obyek yang bersangkutan .Contoh: A dan B sewa
menyewa rumah tiap hubungan huum mempunyai 2 segi yakni
kekuasaan atau hak (bevoegheid) dan kewajiban (plicht).
Dalam pergaulan hidup, bersosial dan bernegara, manusia mempunyai
hak asasi, yakni hak- hak yang dianugrahi oleh tuhan untuk hidupnya. Hak
ini merupakan hak yang muncul secara alami dalam diri masing – masing
manusia. Pada prinsipnya, dalam diri manusia hanya terdapat tiga hak asasi,
yakni hak hidup,hak berpikir dan hak menentukan pilihan. Normalnya, hak
untuk hidup dan berpikir akan dipergunakan lebih awal, baru kemudian
kedua hak itu diwujudkan dalam bentuk hak untuk memilih. Dari ketiga hak
itu,selanjutnya menghasilkan turunan hak sebagaimana yang selama ini
sudah dikenal sebagai hak asasi, misalnya, hak untuk memilih pekerjaan,
hak untuk memeluk agama, hak untuk berkeluarga,dan sebagainya.17

15 Ibid., hlm. 270.


16 Ibid., hlm. 271
17 Yahyanto, Lukman Santoso AZ, S.H., M.H. 2016. Pengantar Ilmu Hukum. Jawa Timur: Setara

Press Malang., hlm. 68

13
Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendiri. Ia harus
berinteraksi dengan manusia yang lain guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Bahkan lebih
dari itu, manusia pun mesti berinteraksi dengan lingkungannya dan dengan
makhluk hidup lainnya. Interaksi social ini selanjutnya akan menghasilkan
hak-hak baru, disamping juga kewajiban-kewajiban baru. Interaksi-
interaksi itu sangat mungkin berpengaruh pada hak-hak dan kewajiban-
kewajiban masing-masing individu atau bahkan kelompok tertentu. Dalam
kehidupan, seringkali muncul konflik sebagai akibat dari pertentangan hak-
hak atau kewajiban-kewajiban itu. Lalu bagaimana hubungan antara hak
dan kewajiban itu dengan hukum? Dalam konteks ini, manusia itu bukan
malaikat yang selalu mampu konsisten untuk bertindak dalam kebenaran
dan kebaikan. Sangat mungkin seseorang melanggar hak-hak yang dimiliki
orang lain, atau melupakan kewajiban-kewajibannya kepada orang lain itu.
Kenyataan itu mewarnai sepanjang perjalanan sejarah manusia. Selalu saja
ada pertentangan hak dan kewajiban, dari bentuknya yang paling ringan
hingga yang paling berat sekalipun. 18
Atas dasar itu, manusia membutuhkan hukum untuk mengatur
kedudukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Hukum itu dicantumkan
dalam bentuk norma-norma tertentu yang disepakati secara bersama –sama
oleh manusia-manusia yang membuatnya. Dengan kata lain, kecuali hukum
tuhan, pada dasarnya manusia sendiri itulah debsgsi subyek pembust
hukum. Sebagai pembuatnya, kedudukan manusia adalah di atas hukum
tatkala hukum itu dibuat. Namun ketika hukum itu telah berlaku, kedudukan
manusia turun dan tunduk dibawah hukum yang dibuatnya sendiri. Dalam
perkembangan lebih lanjut, norma-norma hukum itupun dibukukan. Proses
ini menghasilkan peraturan hukum yang lebih jelas dan tegas. Siapapun bisa
mempelajarinya kembali, memberi masukan untuk mengubahnya, atau
bahkan mengusulkan untuk mencabutnya.

18 Ibid.

14
Unsur-unsur hubungan hukum setidaknya ada tiga hal yaitu adanya
para pihak,obyek, dan hubungan antara pemilik hak dan pengemban
kewajiban atau adanya hubungan atas obyek yang bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum akan
ada manakala adanya dasar hukum yang melandasi setiap hubungan dan
timbulnya peristiwa hukum.
d. Syarat-Syarat Daripada Hukum
Dari uraian-urain diatas, dapat disimulkan bahwa hubungan hukum itu
baru ada apabila telah dipenuhinya syarat-syarat sebagai berikut.19
1) Adanya dasar hukum, ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum itu.
2) Timbulnya peristiwa hukum. Contoh: A dan B mengadakan perjanjian
jual beli yang dasar hukumnya pasal 1474 dan pasal 1513 KUH Perdata
yang masing-masing menetapkan bahwa si penjual mempunyai
kewajiban menyerahkan barang (pasal 1474 KUH Perdata) dan
sebaliknya si pembeli berkewajiban membayar harga pembelian (pasal
1513 KUH Pedata). Karena adanya perjanjian jual-beli maka timbul
peristiwa hukum ( jual-beli), ialah suatu perbuatan hukum yang
akibatnya diatur oleh hukum.
e. Jenis-Jenis Hubungan Hukum
Hubungan hukum itu ada tiga macam/ jenis yaitu sebagai berikut.20
1) Hubungan Hukum yang Bersegi Satu
Dalam hubungan hukum yang bersegi satu hanya satu pihak yang
berwenang. Pihak lain hanya berkewajiban. Jadi, dalam hubungan
hukum yang bersegi satu ini hanya ada satu pihak saja berupa
memberikan sesuatu, sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Contoh: dalam
masalah utang piutang.
2) Hubungan Hukum yang Bersegi Dua
Dalam hubungan hukum yang bersegi dua yaitu kedua belah pihak
(masing-masing) berwenang/berhak meminta sesuatu dari pihak lain,

19 Soeroso, R, S.H.2015. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika., hlm. 271.
20 Ibid., hlm. 271-272.

15
tetapi sebaliknya kedua belah pihak (masing-masing) juga berkewajiban
memberi sesuatu pada pihak lain.
Contohnya: di dalam perjanjian jual-beli tanah di mana kedua belah
pihak masing-masing memiliki hak dan kewajiban.
3) Hubungan Antara Satu Subjek Hukum dengan Beberapa Subjek Hukum
Lainnya
Contohnya: dalam hal sewa-menyewa,maka si pemilik miliki hak
terhadap beberapa pihak/subyek hukum lainnya, yang menyewa di
lahan si pemilik.

5. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu
Hukum (hal. 35) adalah sesuatu yang bisa menggerakkan peraturan hukum
sehingga ia secara efektif menunjukkan potensinya untuk mengatur.Lebih
lanjut Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa peristiwa hukum ini adalah suatu
kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu peraturan hukum
tertentu, sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya lalu
diwujudkan. Suatu peraturan hukum yang mengatur tentang kewarisan karena
kematian akan tetap merupakan rumusan kata-kata yang diam sampai ada
seorang yang meninggal dan menimbulkan masalah kewarisan. Kematian orang
itu merupakan suatu peristiwa hukum. Secara lebih rinci: apabila dalam
masyarakat timbul suatu peristiwa, sedangkan peristiwa itu sesuai dengan yang
dilukiskan dalam peraturan hukum, maka peraturan hukum itu pun lalu
dikenakan kepada peristiwa tersebut.21
Satjipto Rahardjo menyimpulkan bahwa tidak setiap peristiwa bisa
menggerakkan hukum. Apabila A mengambil sepeda motor miliknya sendiri,
maka timbullah suatu peristiwa. Peristiwa ini tidak menggerakkan hukum untuk
bekerja, lain halnya apabila yang diambil oleh A adalah sepeda motor orang
lain. Di sini hukum digerakkan untuk bekerja, oleh karena hukum memberikan
perlindungan terhadap orang lain yang mempunyai sepeda motor tersebut. Oleh

21Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, S.H. 2006. Ilmu Hukum. Jawa Barat: PT
Citra Aditya Bakti., hlm. 35.

16
karena itu hanya peristiwa-peristiwa yang dicantumkan dalam hukum saja yang
bisa menggerakkan hukum dan untuk itu ia disebut sebagai peristiwa hukum.
Hal yang sama juga disampaikan oleh R. Soeroso dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum (hal. 251). Menurutnya, peristiwa hukum adalah:22
a. Suatu rechtsfeit/suatu kejadian hukum.
b. Suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya diatur
oleh hukum.
c. Perbuatan dan tingkah laku subjek hukum yang membawa akibat hukum,
karena hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi subjek hukum atau
karena subjek hukum itu terikat oleh kekuatan hukum.
d. Peristiwa di dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Tidak
semua peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa
adalah peristiwa hukum.
Jadi, secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa peristiwa hukum itu
adalah sebuah peristiwa yang dapat menggerakkan hukum/menimbulkan akibat
hukum. Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai peristiwa hukum.
Contoh Peristiwa Hukum Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Banjir
dan Gempa Bumi dari Kacamata Hukum, peristiwa hukum ini terdiri dari:
a. Keadaan
1) Alamiah: siang/malam hari
2) Kejiwaan: normal/abnormal
3) Sosial: keadaan perang
b. Kejadian
Kejadian dalam peristiwa hukum seperti keadaan darurat,
kelahiran/kematian, kedaluwarsa
c. Sikap Tindak dalam Hukum
1) Menurut hukum, yaitu sepihak atau banyak pihak
2) Melanggar hukum, yaitu sebagai berikut.
a) Exess du pouvoir atau melampaui batas kekuasaan di bidang Hukum
Tata Negara.

22 Soeroso, R, S.H.2015. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika., hlm. 251.

17
b) Detournement de pouvoir atau menyalahgunakan kekuasaan di
bidang Hukum Administrasi Negara.
c) Di bidang hukum perdata: perbuatan melanggar hukum (lihat Pasal
1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH-Perdata)).
d) Strafbaar feit atau peristiwa pidana yang sesungguhnya merupakan
peristiwa atau penyelewengan di tiga bidang lainnya, tetapi diancam
dengan straf/pidana.
e) Sikap tindak lain: zaakwaarneming dalam Burgerlijk Wetboek
(KUH-Perdata).23
Menurut Soeroso dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum.
(hal. 252-253), macam-macam peristiwa hukum terdiri dari:
a. Peristiwa Menurut Hukum dan Peristiwa Melanggar Hukum
Contoh:
1) Kelahiran, kematian, pendudukan tanah, pencemaran laut.
2) Lingkungan hidup, jual-beli, sewa menyewa, pemberian kredit,
pembukaan rekening pada bank, perjanjian negara, pembunuhan, dan
lain-lain.
b. Peristiwa Hukum Tunggal dan Peristiwa Hukum Majemuk
Peristiwa hukum tunggal, yaitu peristiwa hukum yang terdiri dari satu
peristiwa saja. Contoh: hibah (pemberian).
Peristiwa hukum majemuk, yaitu peristiwa hukum yang terdiri dari
lebih satu peristiwa. Contoh:
1) Dalam perjanjian jual-beli akan terjadi peristiwa tawar menawar,
penyerahan barang, penerimaan barang.
2) Peristiwa hukum terus menerus, seperti perjanjian sewa-menyewa.
Uang sewa- menyewa berjalan bertahun-tahun.
c. Peristiwa Hukum Sepintas dan Peristiwa Terus-menerus.
1) Peristiwa hukum sepintas, seperti pembatalan perjanjian tawar-
menawar.

23 Ibid., hlm. 252-253.

18
2) Peristiwa hukum terus menerus, seperti perjanjian sewa-menyewa.
Uang sewa- menyewa berjalan bertahun-tahun.
d. Peristiwa Hukum Positif dan Hukum Negatif

19

Anda mungkin juga menyukai