Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Pengaruh Stratifikasi dalam Penegakan hukum








Oleh;
Rio Dwiky Perwira
EAA 113075





Fakultas Hukum
Universitas Palangkaraya
2014



BAB I
PENDAHULUAN
Penggolongan kelas telah terjadi sejak zaman dahulu kala,seperti adanya golongan
raja,bangsawan dan rakyat jelata. Dalam masa penjajahan dikenal pula dengan Upper
Class,Midle Class dan Bottom Class. Pernyataan tersebut sangat membenarkan dan tidak dapat
dipungkiri pula bahwa dari dahulu hingga sekarang masih terdapat lapisan-lapisan atau
tingkatan-tingkatan masyarakat. Peran dan kedudukan seseorang merupakan faktor penentu
strata sosial seorang dalam masyarakat.
Dasar dan inti dari lapisan-lapisan yang terdapat dalam masyarakat itu adalah
ketidakseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap
nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat. Sehingga,stratifikasi sosial akan
ada timbulnya kelas-kelas sosial tertentu dalam masyarakat yang dihargai oleh masyarakat
tersebut, sebaliknya ada juga masyarakat yang tidak menghargai lapisan-lapisan tersebut karena
mereka menganggap sesuatu yang dimiliki oleh seseorang tidak mempunyai nilai yang berarti
baginya.
Dengan adanya stratifikasi sosial semacam ini akan menimbulkan perbedaan-perbedaan
dalam pemberlakuan seseorang didalam masyarakat,terutama dalam pemberian fasilitas yang
akan diterima seorang dalam masyrakat. Sebagai contoh,bagi orang yang memiliki jumlah materi
yang lebih tinggi akan dengan mudah dalam memperoleh fasilitas yang dia inginkan ketimbang
mereka yang memiliki materi dibawah rata-rata kebutuhan. Begitu pula bagi mereka yang
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan kekuasaan yang luas akan sangat lebih ditakuti dan
disegani ketimbang mereka yang tidak memiliki kedudukan atau kekuasaan.
Pada dasarnya manusia berkeinginan tidak ada perbedaan kedudukan dan peranan
dalam masyarakat. Terutama dalam penegakan hukum,tentunya setiap individu di dalam
masyrakat menginginkan kesamaan hak di depan hukum dalam perlindungan dan peradilan.
Hukum sebagai seperangkat dan kaidah kaidah yang mengatur sistem masyarakat harusnya
mampu memberikan rasa adil kepada masyarakat tanpa adanya pandang bulu atau melihat
stratifikasi sosial dari seorang individu



BAB II
RUMUSAN MASALAHAN
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil temuan yang dilakukan Lingkaran Survei
Indonesia (LSI), menyatakan bahwa berdasarkan survei yang diakukan kepada 1.200
responden di 33 provinsi di Indonesia, kepuasan masyarakat terhadap hukum di Indonesia
berada pada titik terendah.
"42,2 persen publik yang percaya bahwa aparat hukum akan bertindak adi dalam mengusut
dan mengadili sebuah perkara. Sedangkan 46.7 persen tidak percaya bahwa aparat hukum
akan bertindak adil. Mayoritas mereka cenderung percata bahwa proses hukum yang
dilakukan aparat mudah diintervensi oleh kepentingan tertentu. Misalnya kedekatan
dan kompensasi materi," kata Dewi dalam konferensi pers LSI tentang "Publik Menilai
Wibawa Hukum Berada Pada Titik Terendah" di Kantor LSI, Jalan Pemuda, Rawamangun,
Jakarta Timur, Minggu (7/4/2013).
Yang kedua, Dewi menjelaskan publik marah karena politisi banyak yang melakukan
praktik korupsi daripada mengurusi rakyat. Ketiga, pembiaran penegak hukum atas
kasus amuk massa isu primordial.
"Di Indonesia, seringkali terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh satu kelompok
terhadap kelompok lain, karena hanya perbedaan identitas atau keyakinan. Kesan
'ketidakberdayaan' negara dalam menghadapi kekerasan komuna ini memunculkan
pesimisme terhadap penegakan hukum," lanjutnya.
Alasan keempat ialah, lemahnya kepemimpinan nasional dalam menegakan hukum
secara konsisten. Menurut Dewi, sikap inkonsisten pemimpin nasiona juga menjadi
penyebab merosotnya wibawa hukum.
Berdasarkan artikel diatas, dapat diketahui bahwa antara hukum dengan gejala- gejala
social, dalam hal ini stratifikasi social yang terdapat pada setiap masyarakat saling
mempengaruhi. Kelihatan bahwa mekanisme hukum memeng kurang efektif; seolah- olah telah
terjadi anarki di dalam kesibukan penegakan hukum. Untuk praktisnya, hukum diartikan sebgai
aturan yang ditetapkan oleh penguasa. Peraturan- peraturan tadi dapat bersifat umum dan dapat
juga bersifat khusus dari sudut ruang lingkup norma- normanya. Sehingga dari uraian tersebut
dapat diambil sebuah rumusan masalah tentang bagaiman pengaruh strtifikasi sosial dalam
penegakan hukum di masyarakat?.








BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Stratifikasi Sosial dalm Penegakan Hukum
Dalam sebuah asas hukum yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan
yang sama di hadapan hukum (equality before the law). Hukum tidak memandang kaya atau
miskinnya seseorang. Setiap orang baik kaya ataupun miskin punya hak yang sama untuk
merasakan keadilan hukum. Hukum berlaku top-down. Artinya bahwa hukum ditentukan oleh
kalangan atas kemudian diterapkan pada masyarakat kalangan bawah.
Namun stratifikasi tetap saja muncul. Oleh karena itu, antara hukum dan relita sosial
terjadi sebuah kesenjangan yang biasa disebut dengan legal gap. Terjadi perbedaan antara apa
yang seharusnya terjadi menurut hukum dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat.
Masyarakat merupakan struktur organisasi kehidupan bersama. Di dalam struktur, setiap orang
memainkan perannya masing-masing. Keanekaragaman peran yang ada dalam masyarakat
menimbulkan apresiasi yang berbeda terhadap pemegang peran. Ada profesi yang dianggap ada
pada struktur lapisan yang dipandang oleh masyarakat baik. Namun ada juga kelompok profesi
yang menurut masyarakat dianggap berada pada struktur lapisan masyarakat tingkat bawah
seperti yang dianggap masyarakat kurang terpandang. Hal yang terjadi kemudian adalah
disfungsi hukum bagi masyarakat kalangan bawah. Hukum tidak lagi berfungsi sebagaimana
mestinya. Seharusnya hukum tidak membeda-bedakan dan berlaku adil bagi semua kalangan.
Bantuan hukum bagi masyarakat strata bawah terdapat dalam dua model. Dua model
tersebut berbentuk bantuan secara konvensional dan bantuan secara structural. Para ahli hukum
yang berprofesi sebagai pengacara mencoba membantu mengatasi persoalan kesenjangan kaya-
miskin ini dengan cara memberikan bantuan hukun secara cuma-cuma kepada golongan miskin,
apabila golongan miskin ini harus berperkara dan beracara di siding-sidang pengadilan. Bantuan
ini desebut dengan legal aid. Bentuk inilah yang kemudian disebut dengan bantuan secara
konvensional.Bantuan hukum yang terbatas pada bantuan hukum dalam persidangan saja belum
cukup untuk melepaskan kaum miskin dari diskriminasi yang disebabkan oleh stratifikasi.
Bantuan hukum juga dilakukan dengan memperjuangkan kaum miskin pada rancangan undang-
undang yang akan diberlakukan. Pada bentuk bantuan ini, para ahli hukum akan berusaha agar
hak-hak kaum miskin tidak terpinggirkan, Perjuangan semacam ini disebut dengan legal service.
Bantuan model ini juga disebut dengan bantuan secara struktural. (Soetandyo, 2008:193)
Hal yang harus dihilangkan adalah diskriminasi dalam hukum. Tidak seharusnya hukum
hanya dibuat oleh kaum strata atas saja. Hukum menyangkut kehidupan setiap orang. Tidak
peduli dari strata atas atau bawah. Oleh kerena itu, hukum seharusnya dibuat secara bersama-
sama untuk kebaikan bersama. Semua kalangan harus dilibatkan dalam sebuah perumusan
hukum agar hukum dapat diterima semua pihak.
Menurut Soerjono Soekanto (Pokok-Pokok Sosiologi, 2005: 94) terdapat dua hipotesa
mengenai penegakan hukum:
a. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam stratifikasi sosialnya, semakin sedikit hukum yang
mengaturnya
b. Semakin rendah kedudukan seseorang dalam stratifikasi sosialnya, semakin banyak hukum yang
mengaturnya.
Penegakan hukum adalah suatu proses yang didalamnya merupakan perwujudan dari
tujuan suatu organisasi. Tujuan organisasi penegakan hukum akan menentukan bagaiamana
tingkah laku organisasi. Dalam menjalankan tujuan suatu organisasi, disatu sisi harus dapat
melayani masyarakat. Pada sisi yang lainya organisasi tersebut harus hidup ditengah-tengah
masyarakat tersebut. Dalam kondisi demikian terjadi proses penyesuaian yang menimbulkan
gejala yaitu goal substitution dan goal displacemen.
Didalam goal substitution. Maka, tujuan yang formal digantikan oleh kebijakan-
kebijakan dan langkah-langkah yang akan lebih menguntungkan bagi organisasi disatu pihak dan
dipihak lain akan menekan sedapat mungkin ancaman-ancaman terhadapnya.. Didalam goal
displacement. Maka, tujuan-tujuan organisasi yang sudah diterima dan disetujui ditelantarkan
demi tujuan-tujuan lain.
Penegakan hukum terhadap lapisan-lapisan masyarakat yang tergolong upper
class begitu terasa tumpul, lambat dan tidak jelas akhirnya. Hal yang berbeda manakala yang
menjadi pelaku/korbannya adalah golongan yang berkategori masyarakat lapisan bawah
(Low/Botom Class). Sehingga dalam penerapanya dikenal dengan penegakan hukum seperti
tajamnya sebilah mata pisau. Artinya pisau akan terasa tajam manakala diarahkan kebawah,
pada saat yang sama pisau akan terasa tumpul jika diarahkan keatas. Sehingga hukum hanya
tajam dengan baik untuk menjangkau golongan-golongan lemah (masyarakat miskin, pinggiran,
dan masyarakat tak berdaya) dan hukum akan terasa tidak berdaya untuk menjerat golongan-
golongan pejabat, pengusaha, dan orang-orang berpengaruh dinegeri ini.











































BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Staratifikasi sosial adalah bentuk pelapisan secara vertikal yang ada dalam masyarakat
yang disebabkan karena adanya sesuatu yang dihargai misalnya keuasaan, pengetahuan. Rule of
law yang berarti persaaman di hadapan hukum, dimana setiap warga harus tunduk pada hukum,
namun dalam realitamya terlihat bahwa mekanisme hukum tidak berjalan efektif. Dalam
penegakan hukum stratifikasi sosial sangat berpengaruh walaupun dalam konsep hukum
menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum (equality
before the law) ,keadilah hanya berpihak pada orang-orang yang berada dalam kelas-kelas elite
dan menyebabkan terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang yang berada dalam kelas-kelas
menengah ke bawah.
Penegakan hukum terhadap lapisan-lapisan masyarakat yang tergolong upper
class begitu terasa tumpul, lambat dan tidak jelas akhirnya. Hal yang berbeda manakala yang
menjadi pelaku/korbannya adalah golongan yang berkategori masyarakat lapisan bawah
(Low/Botom Class). Sehingga dalam penerapanya dikenal dengan penegakan hukum seperti
tajamnya sebilah mata pisau.
Saran
Seharusnya bekerjanya hukum dalam masyarakat seyogyanya digunakan untuk
mewujudkan kehidupan yang selaras, damai, dan tenang. Dan untuk mewujudkannya dengan
cara mewujudkan peradilan yang harus adil dan tanpa melihat status sosial seseorang yang
terbagi di dalam stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dan didalam
mewujudkannya harus diperlukan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan peradilan seperti
hakim, jaksa, polisi, dan penegak hukum lainnya. Para hakim yang membuat keputusan haruslah
progresif dan tidak hanya mengeja undang-undang dan seharusnya hakim mengutamakan
nuraninya, baru kemudian mencarikan dasar hukumnya dalam peraturan perundang-undangan.
Prinsip kesetaraan harus dipegang teguh.
Diperlukan jaksa yang merujuk pada hati nurani didalam membuat keputusan tanpa
melihat status sosial dari seseorang maupun jabatan seseorang yang berada di dalam masyarakat
baik itu golongan low class, middle class, ataupun high class. Karena menjalankan hukum tidak
hanya didasarkan pengetahuan logika peraturan tetapi juga logika lain seperti keadilan dan
kepatutan sosial (social reasonableness).
Pengadilan sekarang haruslah sebagai tempat menemukannya keadilan oleh golongan
kelas bawah, karena pengadilan dituntut untuk terus menunjukkan dan membuktikan
kemanfaatan sosial. Pengadilan seharusnya menjadi tempat untuk menemukan keadilan bukan
menjadi medan perang untuk mencari menang. Hakim harus mendengarkan, melihat, membaca,
lalu menjatuhkan pilihan yang yang adil tanpa melihat status seseorang itu berasal dari golongan
kelas manapun.

Anda mungkin juga menyukai