Anda di halaman 1dari 9

Hukum dan Pengertian Tentang qishash "Qisas" Dalam Islam- - -Qisas (bahasa arab: )adalah istilah dalam

hukum islam yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan istilah "hutang nyawa
dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk
meminta hukuman mati kepada pembunuh - See more at: http://eduside.blogspot.co.id/2013/10/hukum-danpengertian-tentang-qishash.html#sthash.laCLp5Nz.dpuf
Hukuman terhadap kesalahan qisas;
Mengikut hukum qisas seseorang penjenayah mesti diikuti dengan hukuman yang sama sepertimana dia lakukan
ke atas mangsanya. Kalau ia membunuh maka dia mesti dihukum bunuh.

Berdasarkan pengertian di atas maka qishash dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Qishash pembunuhan (yang merupakan hukuman bagi pembunuh).
2. Qishash anggota badan (yang merupakan hukuman bagi pelaku tindak pidana melukai,
merusak atau menghilangkat fungsi anggota badan)

Pengertian Qishash
Qishash berasal dari kata yang artinya memotong atau berasal dari kata Iqtassan yang artinya
mengikuti, yakni mengikuti perbuatan si penjahat sebagai pembalasan atas perbuatannya. Menurut
syara' qishash ialah hukuman balasan seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun perusakan atau
penghilangan fungsi anggota tubuh orang lain yang dilakukan dengan sengaja.

Macam-Macam Qishash
Berdasarkan pengertian di atas maka qishash dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Qishash pembunuhan (yang merupakan hukuman bagi pembunuh).
2. Qishash anggota badan (yang merupakan hukuman bagi pelaku tindak pidana melukai,
merusak atau menghilangkat fungsi anggota badan).

Hukum Qishash
Hukum mengenai qishash ini, baik qishash pembunuhan maupun qishash anggota badan, dijelaskan
dalam Al-Qur'an surat Al-Miadah ayat 45:



Artinya:

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan lukapun
ada qishashnya. Barang siapa melepaskan (hak qishashnya) akan melepaskan hak itu (menjadi)
penembus dosa baginya. Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. (Q.S Al-Maidah ayat 45)

Syarat-Syarat Qishash
Hukuman qishash wajib dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana berikut:
A. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya (orang yang benar-benar baik). Jika seorang
mukmim membunuh orang kafir, orang murtad, pezina yang sudah menikah, ataupun seorang
pembunuh, maka dal hal ini hukuman qishash tidak berlaku. Rasulullah SAW bersabda:


Artinya:
Tidak dibunuh seorang muslim yang membunuh orang kafir. H.R Al-Bukhari)

Hadis di atas menjelaskan bahwa seorang muslim yang membunuh orang kafir tidak diqishash. Pun
demikian, harus dipahami bahwa orang kafir terbagi menjadi bagian yaitu:

Kafir Harby

Kafir Dzimmi

Kafir yang melakukan tindak kedzaliman kepada kalangan muslimin hingga sampai pada tahapan
"memerangi". Seorang muslim yang membunuh kafir ini tidak diqishash dan tidak dikenai hukuman
apapun.

B. Pembunuh sudah baligh dan berakal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Dari Aisyah R.A bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: "Terangkat hukum (tidak kena
hukum) dari tiga orang yaitu: orang tidur hingga ia bangun; anak-anak hingga ia
dewasa; dan orang gila hingga ia sembuh dari gilanya." (H.R Ahmad dan Abu Dawud)

C. Pembunuh bukan bapak (orang tua dari terbunuh). Jika seorang bapak (orang tua) mem
bunuh anaknya maka ia tidak dikenakan qishash. Rasulullah SAW bersabda:

Tidak dibunuh seorang bapak (orang tua) yang membunuh anaknya. (H.R Ahmad dan
At-Tirmidzi)
Dalam hal ini hakim berhak menjatuhkan ta'zir kepada orang tua tersebut, semisal mengasingkannya
dalam rentangw aktu tertentu atau hukuman lain sehingga membuatnya ia jera. Adapun jika seorang
anak membunuh orang tuanya maka ia wajib dihukum qishash.
D. Orang yang dibunuh sama derajatnya dengan orang yang membunuh. Seperti muslim dengan
muslim, merdeka dengan merdeka, dan hamba dengan hamba. Allah berfirman:

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
(Q.S Al-Baqarah ayat 178)
E. Qishash dilakukan dalam hal yang sama. Misalnya jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, dan
lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 45:



Artinya:
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan lukapun
ada qishashnya. Barang siapa melepaskan (hak qishashnya) akan melepaskan hak itu (menjadi)
penembus dosa baginya. Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. (Q.S Al-Maidah ayat 45)

Hikmah Qishah

Hikmah yang dapat dipetik bahwa Islam menerapkan hukuman yang sangat menjaga serta menjaga
kehormatan dan kesalamatan jiwa manusia. Perilaku perbuatan pembunuhan diancam dengan
qishash baik yang terkait pada al-jinayat 'alan nafsi (tindakan pidana pembunuhan) ataupun al-jinayah
'ala ma dunan nafsi (tindakan pidana yang berupa merusak anggota badan ataupun menghilangkan
fungsinya) akan menimbulkan banyak efek postitif. Yang terpeting diantaranya adalah:
1. Dapat memberikan pelajaran bagi kita bahwa keadilan harus ditegakkan.
2. Dapat memberikan keamanan dan ketertiban.
3. Dapat mencegah pertentangan dan permusuhan yang mengundang pertumpahan darah.

A. QISHASH

1.

Pengertian Qishash
Menurut syara Qishash ialah pembalasan yang serupa dengan perbuatan pembunuhan, melukai/
merusakkan anggota badan/ menghilangkan manfaatnya (disesuaikan dengan pelanggarannya).

2.

Macam-macam Qishash
Qishash ada 2 macam, yaitu :

a.

Qishash jiwa, yaitu hukum bunuh bagi tindak pidana pembunuhan.

b.

Qishash anggota badan, yakni hukum qishash atau tindak pidana melukai, merusakkan anggota badan,
atau menghilangkan manfaat anggota badan. Semua anggota tubuh ada qishashnya. Hal ini selaras
dengan firman-Nya, Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu
(menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah : 45)

3.

Syarat-Syarat Qishash
Terdapat syarat-syarat bagi seseorang pelaku jinayah yang harus di qishash, syarat tersebut antara lain :

a.

Pembunuh sudah baligh dan berakal (mukallaf). Tidak wajib qishash bagi anak kecil atau orang gila,
sebab mereka belum dan tidak berdosa.

b.

Pembunuh bukan bapak dari yang terbunuh. Tidak wajib qishash bapak yang membunuh anaknya. Tetapi
wajib qishash bila anak membunuh bapaknya.

c.

Orang yang dibunuh sama derajatnya, Islam sama Islam, merdeka dengan merdeka, perempuan dengan
perempuan, dan budak dengan budak.

d.

Qishash dilakukan dalam hal yang sama, jiwa dengan jiwa, anggota dengan anggota, seperti mata
dengan mata, telinga dengan telinga.

e.

Qishash itu dilakukan dengn jenis barang yang telah digunakan oleh yang membunuh atau yang melukai
itu.

f.

Orang yang terbunuh itu berhak dilindungi jiwanya, kecuali jiwa orang kafir, pezina mukhshan, dan
pembunuh tanpa hak. Hal ini selaras hadits rasulullah, Tidakklah boleh membunuh seseorang kecuali
karena salah satu dari tiga sebab: kafir setelah beriman, berzina dan membunuh tidak dijalan yang
benar/aniaya (HR. Turmudzi dan Nasa)

4.

Hikmah Qishash
Hikmah qishash ialah supaya terpelihara jiwa dari gangguan pembunuh. Apabila sesorang mengetahui
bahwa dirinya akan dibunuh juga. Karena akibat perbuatan membunuh orang, tentu ia takut membunuh
orang lain. Dengan demikian terpeliharalah jiwa dari terbunuh. Terpeliharalah manusia dari bunuhmembunuh.

B. DIYAT

1.

Pengertian Diyat
Diyat artinya denda, yaitu denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang tidak dikenakan hukum/
qishash, dengan membayar sejumlah barang atau uang sebagai pengganti hukum qishash karena
dimaafkan oleh pihak keluarga korban.

2.

Macam-macam dan Dasar Hukum Diyat


Diyat ada dua macam, yaitu :

a.

Diyat Mugallazah ( ) atau denda yang berat. Ialah harus membayar denda 100 ekor unta terdiri dari
30 ekor hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun), 30 ekor jadzaah (unta betina berumur 4-5 tahun), dan 40
ekor khalafah (unta betina yang bunting). Diyat mugallazah diwajibkan kepada :

Pembunuh yang membunuh dengan sengaja tetapi dimaafkan oleh keluarga korban. Pembayaran diyat ini
sebagai pengganti qishash. Pembayaran secara tunai (langsung).

Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib, bahwa Rosulullah saw. bersabda :


( )
Artinya :
Barang siapa membunuh dengan sengaja, (hukumannya) harus diserahkan kepada keluarga terbunuh.
Jika mereka (keluarga korban) menghendaki, dapat mengambil qishash, dan jika mereka (tidak mengambil
qishash), meraka dapat mengambil diyat berupa 30 ekor hiqqah, 30 ekor jadzaah, dan 40 ekor khalafah.
(HR. Tirmidzi)

Pembunuhan seperti disengaja. Dalam kasus pembunuhan seperti disengaja ini tidak ada hukum qishash,
tetapi membayar diyat seperti dalam ketentuan hadist di atas, dengan masa pembayaran selama tiga
tahun, dan setiap tahunnya sepertiga dari ketentuan di atas.

Pembunuhan yang tak disengaja, yang dilakukan di tanah haram yaitu di kota Mekkah.

Pembunuhan yang tak disengaja, yang dilakukan di bulan-bulan haram, yaitu bulan Zulqadah, Zulhijjah,
Muharram, dan bulan Rajab.

b.

Pembunuhan yang tak disengaja terhadap mahram, kecuali pembunuhan orang tua terhadap anak.
Diyat Mukhaffafah ( ) atau denda ringan, yaitu dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari 20
ekor hiqqah, 20 ekor jadzaah, 20 ekor binta labun (unta betina umur lebih dari dua tahun, 20 ekor unta ibnu
labun (unta jantan umur lebih dua tahun), dam 20 ekor unta binta makhad (unta betina lebih dari satu tahun.
Diyat mukhaffah ini diwajibkan kepada :

Orang yang membunuh tak disengaja selain di tanah haram, bulan haram, dan bukan mahram. Masa
pembayarannya selama tiga tahun. Setiap tahun dibayar sepertiganya.

Orang yang dengan sengaja memotong atau membuat cacat atau melukai anggota badan seseorang, tapi
dimaafkan oleh korban atau anggota keluarganya, maka wajib membayar diyat. Dengan ketentuan sebagai
berikut :

Bila memotong dua tangan, dua kaki, dua telinga, hidung, lidah, dua bibir, kemaluan, merusak dua mata,
tempat keluar suara, penglihatan atau pendengaran, maka membayar diyat mukhaffafah penuh.
Rosulullah saw. bersabda :

Karena (memotong) dua kaki satu diyat penuh.

Karena (memotong) dua tangan satu diyat penuh.
)
(

Memotong hidung seluruhnya, lidah, dua bibir, dua pelir, kemaluan, tulang rusuk, dan dua mata (wajib
membayar) diaya (sempurna) dan memotong satu kaki (wajib membayar) setengah diyat.

Bila memotong salah satu anggota tubuh yang dua-dua, maka wajib membayar setengah diyat
nukhaffafah. Nabi saw. bersabda :
( )
Dalam merusak satu telinga (wajib membayar) 50 ekor unta.

Bila melukai kepala sampai otak, luka badan sampai perut, maka wajib membayar sepertiga diyat
mukhaffah.

Jika melukai sampai mengakibatkan putusnya jari tangan maupun kaki, maka wajib membayar diyat 15
ekor unta.

Jika luka sampai sebuah gigi copot, maka wajib membayar diyat 5 ekor unta. Nabi saw. bersabda :
( )
Tiap-tiap satu gigi diyatnya lima ekor unta.

3.

Hikmah Diyat
Hikmah Diyat, antara lain :

Dapat mencegah kejahatan terhadap jiwa raga manusia.

Diyat menjadi obat pelipur lara korban ataupun keluarga korban, sekaligus menghilangkan dendam antara
korban/ keluarga korban dengan pelaku kejahatan.

Timbulnya ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat.

Memberi kesempatan pembunuh untuk bertobat dan lebih berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan.

Mendidik jiwa pemaaf, baik bagi keluarga korban maupun pelaksana diyat.

C. KAFFARAT

1.

Pengertian Kaffarat

Kaffarat adalah sesuatu yang dapat menghapuskan dosa. Yaitu denda atau tebusan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh syariat Islam karena telah melakukan pelanggaran
terhadap syariat Islam.

2.

a.

Macam-macam Kaffarat
Kaffarat karena pembunuhan
Orang yang membunuh selain harus diqishash atau membayar diyat, ia juga harus kaffarat. Diyat
sebagai tanda penyesalan kepada keluarga korban, sedangkan kaffarat sebagai tanda tabat kepada Allah
SWT.
Kaffarat bagi orang yang membunuh adalah memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa dua bulan
berturut-turut. (Lihat dalam Q.S. An-Nisa ayat 92).

b.

Kaffarat karena melanggar sumpah


Jika orang bersumpah dengan menggunakan nama Allah, lalu melanggarnya, maka baginya wajib
kaffarat. Yaitu memberi makan 10 orang miskin atau memberi pakaian, memerdekakan seorang budak, atau
puasa tiga hari. (Lihat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 89).

c.

Kaffarat karena membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram


Kaffaratnya yaitu mengganti dengan binatang ternak yang seimbang atau memberi makan orang miskin
atau dengan berpuasa. (Lihat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 95).

d.

Kaffarat karena zihar


Zihar yaitu menyerupakan istrinya dengan ibunya (ibu suami). Maka kaffarat suami sebelum menggauli
istri adalah memrdekakan hamba sahaya, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberikan
makanan kepada 60 orang miskin. (Lihat dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 3-4).

e.

Kaffarat karena melakukan hubungan suami-istri di siang hari pada bulan Ramadhan
Kaffaratnya sama seperti kaffarat zihar ditambah qada pada hari di mana ia bergaul.

f.

Kaffarat ila
Ila yaitu suami berjanji tidak akan menggauli istrinya selama masa tertentu, maka kaffaratnya sama
seperti kaffarat melanggar janji.

3.

Hikmah Kaffarat
Beberapa hikmah kaffarat, antara lain :

Manusia benar-benar jera dan menyesali perbuatannya yang keliru.

Agar manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk selanjutnya bertobat kepada-Nya.

Memberikan ketenangan kepada pembunuh, karena merasa yakin bahwa dengan dipenuhinya semua
tuntutan agama akibat kejahatannya, tobatnya diterima oleh Allah SWT. Karena biasanya orang yang telah
membunuh hatinya selalu resah dan merasa dikejar dosa kemana saja ia pergi.

Sumber :

Buku FiQiH kelas XI yang minjem di perpus (lupa siapa penulis dan penerbitnya)

http://cyethra.blogspot.com/

hizbut-tahrir.or.id

http://4moslem.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai