batasannya
dalam Islam
Latar Belakang
Islam datang untuk mengatur kehidupan
manusia.
Islam memberikan aturan-aturan yang bisa
disebut dengan syariah Islam.
Aturan ini dibuat untuk manusia sedemikian
mudahnya namun tidak bisa dimudahmudahkan.
Tidak semua kondisi/keadaan manusia dapat
menjalankan peraturan tersebut, karena potensi
dan kemampuan manusia berbeda-beda. Dalam
kondisi seperti ini atau kondisi darurat, Allah
memberikan keringanan terhadap manusia
dalam kondisi tertentu juga.
Batasan-Batasan
Hukum darurat dalam hal ini bukan berkenan bebas
dilakukan tetapi tunduk pada batasan-batasan tertentu
yang dijelaskan dalam ayat al-Quran:
2. Istihsan
adalah meninggalkan hukum qiyas dan menerapkan
hukum darurat atau maslahat..
darurat dalam hal ini kebutuhan kepada yang lebih
mudah, kepada yang lebih dekat untuk menolak
kesempitan meskipun tidak terdapat pemeliharaan
terhadap jiwa dari kebinasaan dan harta benda dari
kesia-siaan.[7]
EX: menjual kotoran binatang. Yang hukum awalnya
adalah haram karena penetapan qiyas yang haram
dimakan dan dilarang menjual barang najis namun
ketetapan istihsan membolehkan karena
pertimbangan darurat yaitu dapat memenuhi
kebutuhan manusia yang mendesak dan dapat pula
dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk tanaman.
[8]
3. Rukhsahh
adalah sesuatu yang disyariatkan Allah dari berbagai
hukum untuk memberikan kemudahan kepada
mukallaf dalam berbagai situasi dan kondisi yang
menghendaki kemudahan tersebut.
Diantara rukhsah adalah pembolehan hal-hal yang
dilarang dalam keadaan darurat. Pembolehan
meninggalkan yang wajib apabila ada udzur yang
membuat pelaksanaannya memberatkan mukallaf.
Ulama Hanafiyyah membagi rukhsah kepada dua
macam yaitu :
a. rukhsah tarfih
b. rukhsah isqat.
Daruratnya berobat
yaitu ketergantungan sembuhnya suatu
penyakit pada memakan sesuatu dari
barang-barang yang diharamkan.
para ulama fiqih berbeda pendapat.
1. Tidak dianggap sebagai darurat yang
sangat memaksa seperti makan.
"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan
kesembuhanmu dengan sesuatu yang Ia
haramkan atas kamu." (Riwayat Bukhari)
PENUTUP
Daftar pustaka
1. Ahmad Al-Zarqa, Mustafa. Hukum Islam dan Perubahan Sosial,
Jakarta: PT. Radar Jaya, 2000
2. Mubarok, Jaih. Kaidah fiqih, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002
3. Muslehuddin, Muhammad. Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran
Orientalis, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.
4. Uman, Chaerul. Ushul Fiqih 1, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.
5. Usman, Muchlis. Kaidah-Kaidah Istimbath Hukum Islam, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
6. Wahhab Kallaf, Abdul. Ilmu Ushul Fiqih, Semarang: PT. Dina
Utama, 1994.
7.
soal
1. Bagaimana menurut kalian seorang dokter laki-laki
membantu proses persalinan dalam keadaan tidak
darurat dan padahal terdapat dokter kandungan
perempuan di daerah tersebut?
2. Bagaimana menurut kalian seorang dokter
menggugurkan kandungan pasiennya (usia
kehamilan 5 bulan) dikarenakan kondisi medis yang
dapat menyebabkan ibu tersebut meninggal jika
kandungannya diteruskan?
3. Apa yang akan kalian lakukan jika menjadi seorang
dokter yang meninggalkan sholat dzuhur dan ashar
karena proses operasi yang lama (jam 11.00-18.00)?