Anda di halaman 1dari 6

Kaidah 11

‫المشقة تجلب التيسر‬

“Kesulitan itu akan menghasilkan kemudahan”

Contoh :

1. apabila seseorang kesulitan berdiri dalam sholat fardhu maka dibolehkan sholat dengan
duduk, seperti itu juga kesulitan duduk maka dapat dengan berbaring.
2. Apabila seseorang kesulitan menggunakan air, maka dibolehkan dengan tayamum.
3. Apabila seseorang kesulitan dalam menghilangkan najis, maka najis itu diampuni, seperti
darah luka, bisul, kototan dijalan, dan bekas najis yang sulit dihilangkan.
4. Imam Syafi’I berkata “apabila wanita tidak memiliki wali dalam perjalanan, maka dia
dapat menyerahkan kepada orang yang dipercaya.
5. Imam Syafi’I berkata juga, tentang wadah yang dibuat dari tanah yang dipanaskan
dengan kotoran maka boleh digunakan untuk wadah tempat wudhu.

Arti dari kaidah ini, imam Syafi’I berkata :

‫االمر اذاضاق اتسع‬

“suatu perkara ketika dalam kondisi sempit, maka hukum akan menjadi longgar”

Dan pendapat sebagian ‘ulama :

‫االشياء اذاضاقت اتسعت‬

“Setiap sesuatu itu jika dalam kondisi sempit akai a akan menjadi longgar”

FAIDAH

Keringanan dalam hukum syara’ itu dibagi menjadi tujuh macam :

1. Keringanan menghilangkan atau menggugurkan, seperti gugurnya kewajiban sholat


Jum’at, haji dan umroh karena sebab adanya udzur atau halangan.
2. Keringanan mengurangi, seperti mengqashar sholat (rokaat sholat).
3. Keringanan menggantikan, seperti menggantikan wudhu dan mandi dengan tayamum,
menggantikan berdiri dalam sholat dengan duduk, berbaring miring dan isyarah, dan
mengganti puasa dengan memberi makan fakir miskin.
4. Keringanan mendahulukan, seperti sholat jama‟ taqdim dan mendahulukan zakat
sebelum waktunya, mendahulukan zakat fitrah dibulan Ramadhan, dan mendahulukan
membayar kafarat bagi yang melanggar sumpah.
5. Keringanan Mengakhirkan, seperti sholat jama’ ta’khir, mengakhirkan puasa ramadhan
bagi orang yang sakit dan musafir, dan mengakhirkan sholat bagi orang yang
menyelamatkan orang yang tenggelam.
6. Keringanan Rukhshoh, seperti sholatnya orang yang beristinja’ dengan batu karena masih
ada bekas sisa kotorannya, dan minum arak bagi orang yang haus, serta makan najis
untuk kebutuhan obat.
7. Keringanan merubah, seperti merubahnya peraturan atau praktik sholat pada sholat khauf.
Kaidah 13

‫ يزال‬D‫الضرر‬

“Kemadharatan itu dihilangkan”

Contoh :

1. Diperbolehkan bagi pembeli untuk melakukan khiyar karena jelas terdapat cacat pada
barang yang akan dibeli
2. Diperbolehkan bagi suami dan istri untuk fasakh (pisah) nikah karena disebabkan cacat.
3. Diperbolehkan bagi istri meminta fasakh nikah karena susahnya suami

Kaidah 14

‫الضرر اليزال بالضرر‬

“Kemadharatan tidak bisa dihilangkan dengan kemadharatan lainnya”

Contoh

1. seseorang tidak boleh makan makanan orang lain yang terdapat madharatnya juga, dan
tidak boleh membunuh anaknya atau hamba sahayanya
2. jika seseorang jatuh diatas orang yang luka sehingga orang tersebut meninggal maka
hukumnya adalah membunuh, dan apabila orang itu pindah maka yang membunuh bukan
orang tersebut.
3. Jika dinar terjatuh didalam tempat tinta dan tidak bisa dikeluarkan kecuali dengan
merusaknya,maka orang tersebut harus mengganti tempat tinta tersebut kepada yang
memilikinya, dan jika yang merusaknya adalah pemiliknya maka orang tersebut tidak
harus menggantinya.

Kaidah 15

‫الضرورات تبيح المحظورات‬

“Kemadharatan itu dapat diperbolehkan dari semua yang dicegah/larang (madharat)”


Contoh :

1. Diperbolehkan makan bangkai dan daging babi bagi orang yang sangat kelaparan dan
yang kehausan diperbolehkan minum khamr.
2. Diperbolehkan mengucapkan kalimat kufur karena dipaksa.
3. Diperbolehkan mengambil harta orang yang menolak bayar hutang tanpa ijin darinya.

Kaidah 16

‫ما ابيح للضرورة يقدر بقدرها‬

“Yang diperbolehkan dalam kemadharatan itu hanya pada ukuran perkiraan madharatnya”

Contoh:

1. tidak diperbolehkan bagi seseorang memakan sesuatu yang haram kecuali memakan
untuk menyambung hidup.
2. Tidak diperbolehkan menikahkan orang gila lebih dari satu (poligami) karena menolak
kebutuhan baginya.
3. Diperbolehkan menambah sholat Jumat karena sulitnya berkumpul pada satu tempat,
dengan adanya perkiraan dapat menghilangkan sulit berkumpul, dan jika dua tempat
sholat penuh maka tidak diperbolehkan dengan tempat yang ketiga.

Kaidah 17

‫الحاجة تنزل منزلة الضرورة‬

“Hajat itu terkadang berada diposisi dharurat”

Contoh :

1. Diperbolehkan melihat perempuan karena alasan mu’amalah dan khitbah


(melamar).
2. Pendapat sebagian ulama yang membolehkan akad Muzara‟ah (bibitnya dari yang
menggarap sawah) dan Mukhabarah (bibitnya dari yang punya sawah) karena
butuh pada keduanya dalam kehidupan ini. Menurut sebagian ulama : diperbolehkan
menjual (sayuran dll) yang masih
berada didalam tanah, seperti : lobak dan bawang karena kemashlahatan umum
bagi manusia, karena jika disyaratkan pada penjualnya untuk mengeluarkannya
dari dalam tanah sekaligus, maka itu menjadikannya susah dan rusaknya (sayuran
dll) yang tidak dibeli, dan jika ia menjualnya dengan cara sedikit-sedikit, maka itu
juga akan menjadikannya kesusahan dan hilangnya kemashlahatan baginya

Kaidah 18

‫اذا تعارض مفسدتان روعي اعظمهما ضرارا بارتكاب اخفهما‬


“Apabila terdapat dua kemafsadatan maka hindari yang lebih besar madharatnya dengan
melakukan yang lebih ringan mafsadatnya”

Contoh :

1. diperbolehkan membelah perut orang meninggal jika diperkirakan terdapat anak yang
masih hidup.
2. Tidak diperbolehkan minum khamr dan judi karena keduanya memiliki madharat kebih
besar daripada manfaatnya.
3. Hukum dalam agama terdapat qisash, hudud,dan membunuh begal.
4. Diperbolehkan orang yang memiliki madharat mengambil makanan dengan paksaan.

Kaidah 19

‫درءالمفاسد مقدم على جلب المصالح‬


“Mendahulukan untuk menolak kemafsadatan dari pada mengambil kemashlahatan”

Contoh :

1. Mubalaghah dalam berkumur dan istinsyaq hukumnya disunnahkan,


dan dimakruhkan bagi orang yang berpuasa karena untuk menjaga puasa
dari jalan yang menjadikannya batal.
2. Menyela-nyela rambut hukumnya sunnah dalam bersuci, tetapi dimakruhkan bagi
orang yang sedang ihram karena menjaga dari rontoknya rambut.
3. Diampuni dalam meninggalkan sebagian kewajiban dengan yang lebih rendah
tingkat kesukarannya seperti berdiri dalam melaksanakan sholat (boleh duduk
jika udzur), dan berbuka (bagi yang udzur berpuasa) serta dalam hal bersuci
(boleh diganti dengan tayammum), dan tidak diampuni dalam hal melakukan
perbuatan yang dilarang (seperti memilih yang lebih rendah dosanya) terlebih lagi
dalam masalah dosa-dosa besar.

Anda mungkin juga menyukai