Anda di halaman 1dari 3

HUKUM FIKIH.

Hukum Islam menurut bahasa ialah Istbatu syain ala syain artinya, menetapkan sesuatu

atas sesuatu, sedang pengertian Hukum Islam menurut istilah firman Allah yang menuntut

perbuatan mukallaf, hukum islam terbagi dua yaitu hukum taklifi dan hukum wadl’i.

A. HUKUM TAKLIFI

1. Hukum wajib, pengertian hukum wajib menurut mdzhab Hanafy ialah Firman Allah

yang menuntut perbuatan dengan tuntutan yang pasti, sedang pengertian wajib

menurut mdzhab Syafi’i ialah hukum perbuatan yang diberi pahala bila dikerjakan

dan mendapat siksa bila ditinggalkan, yang contohnya shalat lima waktu, zakat, puasa

Ramadan dan hajji hukumnya wajib.

2. Hukum sunnat, pengertian sunnatb menurut mzdhab Hanafi sunnat ialah fiirman

Allah yang menuntu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti, sedang menurut

madzhab Syafi’i ialah hukum perbuatan bila dikerjakan dapat pahala bila ditinggalkan

tida berdosa, shalat tahajjud, puasa syawwal, shadaqah, dan umarh di luar hajji

hukumnya sunnat.

3. Hukum Haram, pengertian haram menurut madzhab Hanafy ialah firman Allah yang

menuntut untuk meninggalkan perbuatan dengan tuntutan yang pasti, sedang

menurut madzhab Syafi’i ialah bila dikerjakan berodosa dan bila ditinggalkan dapat

pahala, membunuh dan mencuri hukumnya haram.

4. Hukum Makruh, pengertian makruh menurut madzhab Hanafy ialah firman Allah

yang menuntu untk meninggalkan perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti, sedang

madzhab Syafi’i ialah perbuatan bila dikerjakan tidak berdosa dan bila ditinggalkan

mendapat pahala, contohnya, berkumur pada saat puasa, berkhawat, menunda nunda

shalat.
5. Hukum mubah, ialah hukum yang memberi pilihan untuk mengerjakan atau

meninggalkan perbuatan contohnya, makan dan minum yang halal hukumnya

mubah.(Abdul Hamid Hakim. Assulam. Hal 7)

Hukum yang lima yaitu wajib, sunnah, haram, dan makruh itulah lima hokum dalam

fiqih, lima hokum itu berasal dari dua firman Allah yaitu firman yang berupa perintah, dan

firman yang berupa larangan, wajib hokum Islam didasarkan pada dua hal pertama pada

perintah dan kedua pada larangan, perintah menghasilkan dua hokum, pertama perintah

mutlak menghasilkan hokum wajib, dan perintah tidak mutlak menghasilkan hokum sunnat,

larangan mutlak menghasilkan haram dan larangan tidak mutlak menghasilkan makruh

B. HUKUM WADL’I

Hukum wadl’i ada tuga yaitu sbb :

1. Sebab

Sebab ialah keadaan atau pekerjaan yang memunculkan adanya kewajiban/ keadaan

atau pekerjaan utama, contohnya baligh menjadi sebab wajibnya sholat.

2. Syarat

Syarat ialah keadaan atau pekerjaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan sebelum

mengerjakan pekerjaan utama, contognya wudlu adalah syarat sahnya sholat

3. Mani

Mani adalah keadaan yang menjadi penghalang dalam mekaksanakan pekerjaan

utama, contohnya menstruasi menjadi penghalang wajibnya sholat. (Abdul Hamid

Hakim. Assulam. Hal 8).

C. AZIMAH DAN RUKHSHOH

1. Azimah ialah hukum asli, contohnya hukum sholat lima waktu adalah wajib, hukum

zakat adalah wajib bagi yang mampu, hukum puasa romadon adalah wajib, hukum

hajji adalah wajib sekalli seumur hidup bagi yang mampu.


2. Rukhshoh adalah, hukum perkecualian atau keringanan, macam macam keringanan :

a. Keringanan dengan isqot atau pengguguran kewajiban, seperti gugurnya

kewajiban jum’at karena ada udzur, misalnya sakit.

b. Keringanan dengan cara pengurangan atau qosor, seperti sholat empat rokaat

di qosor jadi dua rokaat bagi musafir.

c. Keringanan dengan mengganti kewajiban atau ibdal, seperti wudlu dan mandi

boleh diganti dengan tayammum ketika tidak ada air.

d. Keringanan dengan cara mendahulukan pengerjaan atau taqdim, seperti

mengerjakan sholat ashar pada waktu dzhur ketika musafir.

e. Keringanan dengan mengakhirkan pengerjaan seperti mengerjakan sholat

dhuhur pada waktu ashar bagi musafir, dan mengakhirkan puasa romadon

dengan qodlo pada bulan lain bagi yang sakit.

f. Keringaan dengan pengecualian misalnya makan daging babi ketika lapar dan

tidak ada makanan lain.

g. Keringan dengan merubah urutan, seperti meruah urutasn sholat ketika dalam

keadaan perang(Abdul Hamid Hakim, Assulam. Hal. 59)

Anda mungkin juga menyukai