Anda di halaman 1dari 38

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN HUKUM SYARA

1. Pengertian Hukum Syara


Secara etimologi hukum berarti “ man’u” yakni mencegah,mengandung pengertian bahwa
engkau mencegah melakukan sesuatu yang berlawanan dengan itu.
Hukum juga berarti qadha yang memiliki arti “putusan” mengandung pengertian bahwa engkau telah
memutuskan dan menyelesaikan kasus mereka.
Hukum syara’merupakan acuan dalam tindakan manusia tentunya seorang mukallaf yang beragama islam
yang di tugasi untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT sesuai dengan kitab Allah yaitu al-quran.
2. Pembagian Hukum Syara
Adapun pembagian hukum syara mayoritas ulama ushul fiqh dua bagian besar ,yaitu :

A. Hukum Takhlifi dan Macam – macamnya


Hukum Takhlifi adalah tuntutan Allah yang berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau
perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan.Terdapat perbedaan bentuk hukum ini
antara yang dikemukakan Jumhur Ulama Mutakallimin dan Ulama Hanafiyyah .
Perbedaan itu berawal dari sisi kekuatan dalil hokum itu sendiri.
1. Hukum Takhlifi menurut Jumhur Ulama Ushul Fiqh Mutakallimin
 Ijab
Yaitu tuntutan secara pasti dari sya’ri untuk dilaksanakan dan tidak boleh
(dilarang)ditinggalkan,karena orang yang meninggalkannya dikenakan hukuman.Misalnya
dalam suara Al-Baqarah ,2:110,Allah berfirman yang artinya:
“…. Dirikanlah olehmu sholat dan tunaikanlah zakat …..
Dalam ayat ini Allah menggunakan lafal amr,yang menurut ahli ushul fiqh melahirkan ijab,yaitu kewajiban
mendirikan sholat dan membayar zakat.
 Nadb
Yaitu tuntutan untuk melaksanakan suatu perbuatan,tetapi tuntutan itu tidak secara pasti.Seseorang tidak
dilarang untuk meninggalkannya ,karena orang yang meninggalkannya tidak dikenakan hukuman Yang
dituntut untuk dikerjakan itu disebut Mandub sedangkan akibat dari tuntutan itu disebut nadl.Misalnya dalam
surah Al- Baqarah,2:282 – 283yang artinya :
“ Hai orang – orang yang beriman ,apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan ,hendaklah kamu menuliskannya.”(282)
“ Akan tetapi apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya.”(283)
Dalam surah Al Baqarah,2:282 pada dasrnya mengandung perintah (wujub),tetapi terdapat indikasi yang
memalingkan perintah itu kepada Nadb yang terdapat dalam kelanjutan dari ayat Al Baqarah,2:283,dimana
tuntutan wujub dalam ayat itu,berubah menjadi Nadb.Indikasi yang membawa kepada perubahan ini adalah
lanjutan ayat dsimana Allah menyatakan jika ada sikap sailng mempercayai ,maka penulisan utang tersebut
tidak begitu penting .Tuntutan Allah seperti ini ,disebut dengan nadb,sedangkan perbuatan yang dituntut
untuk dikerjakan itu yaitu menuliskan hutang-hutang disebut mandub dan akibat dari tuntutan Allah diatas
disebut nadb.
 Ibahah
Yaitu khitab yang mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat.Akibat dari khitasb Allah ini
disebut juga dengan ibahah,dan perbuatan yang boleh dipilih itu disebut mubah.Misalnya dalam surah Al
Jum’ah,62:10 yang artinya :
“apabila telah ditunaikan sholat,maka bertebaranlah kamui dimuka bumi dan carilah karunia (rezeki)
alllah.”
Dalam ayat ini menggunakan lafal amr (perintah) yang mengandung perintah wujub,tetapi ada indikasi
yang memalingkannya kepada hokum boleh ,yaitu bahwa tidak semua orang wajib mencari rezeki dan
tidak harus selalu sholat.Oleh sebab itu,lafal amr dalam ayat itu dipalingkan kepada hokum ibahah(boleh)

 Karahah
Yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan,tetapi tuntutan itu diungkapkan mellalui redaksi yang
tidak pasti.Seseorang yang mengerjakan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan itu,tidak dikenai
hukuman.Akibat dari tuntutan seperti itu disebut juga karahah,dan perbuata yang dituntut untuk
ditinggalkan itu disebut dengan makhruh.Misalnya ,sabda Rasulullah saw yang artinya :
“ Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak (H.R. Abu Daud,Ibn Majah,al-Baihaqi dan
Hakim ).”
Khitab hadis ini disebut karahah,dn akibat dari khitab ini disebut juga dengan karahah,sedangkan
perbuatan yang dikhitab ini disebut makhruh.
 Tahrim
Yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti .Akibat dari tuntutan ini
disebut hurmah dan perbuatan yang dituntut itu disebut dengan haram.Misanya dalam surah al An-am,6: 151
yang artinya :
“ jangan kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan allah …”
Ayat ini disebut dengan tahrim,akibat dari tuntutan ini disebut hurmah ,dan perbuatan yang dituntut untuk
ditinggalkan ,yaitu membunuh jiwa seseorang disebut dengan haram.

1. Hukum taklifi menurut ulama Hanafiyyah


 Iftiradh
Yaitu tuntutan Allah kepada mukallaf untuk dilaksanakan melalui tuntutan yang pasti dan didasarkan atas
dalil yang Qath’i(pasti)pula,baik dari segi periwayatan maupun dari segi dalalah (kandungannya).Misalnya
tuntutan untuk melaksanakan sholat dan membayar zakat.
 Ijab
Yaitu tuntutan kepada mukallaf untuk melaksanakan suatu perbuatan,tetapi melalui tuntutan yang bersifat
zhanni (relatif benar) ,baik dari segi periwayatan maupun dari segi dalalah (kandungan)-nya.Misalnya
kewajiban membayar zakat fitrah,membaca al-Fatiha dalam sholat dan ibadah kurban

 Nadb
Maksudnya sama dengan nadb yang dikemukakan Jumhur ulama ushul fiqh/Mutakallimin.

 Ibahah
Juga sama yang dikemukakan Jumhur ulama ushul fiqh Mutakallimin.

 Karahah Tanzihiyyah
Yaitu tuntutan Allah untuk meninggalkan suatu pekerjaan, tetapi tuntutannya tidak dengan pasti,seperti
larangan berpuasa pada hari jum’at.
 Karahah Tahrimiyyah
Yaitu tuntutan Allah untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan cara
pasti,tetapi didasarkan pada dalil yang zhanni ,baik dari segi periwayatan
maupun dari segi dalalah(kandungan)-nya.Apabila pekerjaan yang dituntut
untuk ditinggalkan tersebut ,tetapi dikerjakan seseorang ,maka ia dikenakan
hukuman.Misalnya tuntutan untuk meninggalkan jual beli ketika panggilan
sholat jum’at telah terdengar (Q.S.al-Jum’ah.62:9).

 Tahrim
Yaitu tuntutan untuk meninggalkan pekerjaan secara pasti dan didasarkan
pada dalil yang qath’i,baik dari segi periwayatan maupun dari segi dalalah
(kandungan)-nya.Misalnya larangan untuk membunuh orang (Q.S. al
Isra17:23 diatas) dan melakukan perzinahan (Q.S al-Nur,24:2).
A. Hukum Wadh’I dan Macam –macamnya

Para ulama ushul fiqh menyatakan bahwa hokum wadh’i itu ada lima macam
yaitu :

1. Sabab
Yaitu sifat yang nyata dan dapat diukur yang dijelaskan oleh nash
(Alquran dan atau sunnah) bahwa keberadaannya menjadi petunjuk bagi
hokum syara.Artinya ,keberadaansebab merupakan pertanda keberadaan
suatu hokum ,dan hilangnya sebab menyebabkan hilangnya
hokum .Misalnya perbuatanj zina menyebabkan seseorang dikenai
hukuman dera 100 kali,tergelincirnya matahari menjadi sebab wajibnya
sholat zhuhur ,dan terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnya sholat
maghrib.
1. Syarth
Yaitu sesuatu yang berada diluar hokum syara,tetapi keberadaan hokum syara tergantung
kepadanya ;Apabila syara tidak ada ,maka hokum pun tidak ada .Tetapi adanya syarat
tidak mengharuskan adanya hokum ayara.Oleh sebab itu ,suatu hukuman taklifi tidak
dapat diterapkan kecuali apabila telah memenuhi syarat yang telah ditepkan
syara.Misalnya wudhu adalah salah satu syarat sah sholat.sholat tidak dapat
dilaksanakan tanpa wudhu ,akan tetapi ,apabila seseorang berwudhu ,maka tidak mesti
ia harus melaksanakan sholat.

2. Penghalang/Mani’
Yaitu sikap yang nyata yang keberadaannya menyyebabkan tidak ada hokum atau tidak
ada sebab.Misalnya hubungan suami istri dan hubungan kekerabatan menyebabkan
terciptanyan hubungan kewarisan (waris mewarisi).Apabila ayah wafat maka istri dan
anak akan mendapat warisan sesuai dengan pembagiannya masing-masing,tetapi apabila
ayah wafat karena dibunuh hak akan warisannya akan terhalang
1. Shihhab
Yaitu suatu hukuman yang sesuai dengan hokum syara’,yaitu terpenuhinya sebab,syarat dan tidak
ada mani’.Misalnya mengerjakan sholat zhuhur setelah tergelincir matahari (sebab) dan telah
berwudhu ‘(isyarat),dan tidak ada halangan bagi orang yang mengerjakannya (tidak haid,nifas dan
sebagainya).

2. Bathil
Yaitu terlepasnya hokum syara dari ketentuan yang telah ditetapkan dan tidak ada akibat hokum
yang ditimbulkannya,Misalnya memperjualbelikan minuman keras.Akad ini dipandang batal
karena minuman keras tidak bernilai harta dalam pandangan syara’
c. Perbedaan Hokum Takhlif dan Hukum Wadh’i
Ada empat perbedaan antara hokum taklifi dan huikum wadh’i antara lain :

1. Dalam hokum al-taklifi terkandung tuntutan untuk melaksanakan,meninggalkan


atau memilih berbuat atau tidak berbuat.dalam hokum al wadh’i hal ini tidak
ada,melainkan mengandung keterkaitan antara dua persoalan,sehingga salah satu
diantaranya bias dijadikan sebab,penghalang atau syara.
2. Hukum al-taklifi merupakan tuntutan langsung pada mukallaf untuk
dilaksanakan,ditinggalkan,atau melakukan pilihan untuk berbuat atau tidak
berbuat.Sedangkan hokum al wadh’i tidak dimaksudkan agar langsung dilakukan
mukallaf.hukum al wadh’I ditentukan syari’ agar dapat dilaksanakan hokum al
taklifi.Misalnya zakat itu hukumnya wajib (hokum taklifi).Akan tetapi kewajiban
ini tidak bias dilaksanakan apabila harta tersebut tidak mencapai ukuran satu
nishab dan belum haul.ukuran satu nishab merupakan penyebab (hokum wadh’i)
wajib zakat dan haul merupakan syarat (hokum al wadh’I)wajib zakat.
1. Hukum al taklifi harus sesuai dengan kemampuan mukallaf
untuk melaksanakan atau meninggalkannya karena dalam
hokum al taklifi tidak boleh ada kesulitan (masyaqqah) dan
kesempitan (haraj) yang tidak mungkin dipikul oleh
mukallaf.Sedangkan dalam hokum al wadh’i hal seperti ini
tidak dipersoalkan,karena masyaqqah dan haraj dalam hokum
al wadh’I adakalanya dapat dipikul mukallaf (seperti
menghadirkan saksi sebagai syarat dalam pernikahan).
2. Hukum al taklifi ditujukan kepada mukallaf,yaitu orang yang
telah baliqh dan berakal,sedangkan hokum al wadh’I ditujukan
kepada manusia mana saja,baik telah mukallaf,maupun
belum,seperti anak kecil dan orang gila.
c. Pembagian hokum taklifi
1. Wajib
a. Pengertian Wajib
secara etimologi ,wajib berarti “tetap”.”mengikat”,dan “pasti.”Secara
terminologi,ada dua defenisi wajib yang dikemukakan para ahli ushul fiqh
yaitu :
a. Sesuatu yang yang dituntut syari’ (Allah dan atau Rasul-Nya) untuk
dilaksanakan mukallaf dengan tuntutan yang pasti.Misalnya kewajiban
sholat,membayar zakat,melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu,apabila
ditinggalkan akan diganjar oleh Allah dengan siksa.
b. Sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
mendapat dosa.
b . Cara-cara Mengetahui Wajib
1. Melalui lafal amr (perintah)
2. Melalui lafal perintah itu sendiri
3. Melalui ismu al fi’li (Noun yang berarti verbal),seperti kalimat alaikum “(atas
kamu)”.
4. Lafal yang bertujuan untuk melakukan suatu perbuatan dan diiringi dengan
ancaman dan siksa bagi yang tidak melaksanakannya baik ancaman didunia
maupun diakhirat.
5. Redaksi bahasa arab lainnya yang menunjukkan tuntutan yang mesti
dilaksanakan .
6. Lafaz yang digunakan itu sendiri berarti kewajiban,seperti lafaz uajab dan
faradha.
7. Fi’lu al-mudhari’ yang dibarengi dengan lam al-amr (lafaz amr yang
mengandung perintah).
8. Lafaz mashdar yang berarti fi’il
a. Macam-macam Wajib
1. Dari segi waktu
 Wajib al-muthlak
Adalah sesuatu yang dituntut syari’ untuk dilaksanakan orang
mukallaf tanpa ditentukan waktunya,Misalnya kewajiban
membayar kafarat sebagai hukuman bagi orang yang melanggar
sumpahnya.OPrang yang bersumpah tanpa dikaitkan dengan
waktu,lalu ia langgar sumpahnya itu,maka kafarat itu boleh ia bayar
kapan saja.
 Wajib al-mu’aqqad
Adalah kewajiban yang harus dilaksanakan orang mukallaf pada
wajtu-waktu tertentu ,seperti sholat dan puasa ramadhan.Sholat
wajib harus dikerjakan pada waktunya waktu disini merupakan
bagian dari kewajiban itu sendiri,sehingga apabilla belum masuk
waktunya kewajiban itu belum ada.
1. Dari segi ukuran yang diwajibkan
 Wajib al-muhaddad
Adalah suatu kewajiban yang ditentukan ukurannya oleh syara’
dengan ukuran tertentu.Misalnya,jumlah harta yang wajib dizakatkan
dan jumlah rakaat dalam sholat.Jumlah ukuran ini tidak boleh
diubah,ditambah atau dikurangi.
 Wajib ghairu al-mu’aqqad
Adalah kewajiban yang tidak ditetukan oleh syara,’ukuran dan
jumlahnya,tetapi diserahkan kepada para ulama dan pemimpin umat
untuk menentukannya.Misalny,penentuan hukuman dalam zarimah
ta’zir (tindak pidana diluar hudud dan gishash)yang diserahkan
kepada para qadhi (hakim).Dalam penentuan hukuman ini,para hakim
harus berorientasi kepada tercapainya tujuan syara’ dalam
mensyari’atkan suatu hukuman dan bersifat adil.
1. Dari segi orang yang dibebani kewajiban
 Wajib al-‘aini
Maksudnya kewajiban yang ditujukan kepada setiap pribadi orang
mukallaf.Misalnya kewajiban melaksanakan sholat bagi setiap orang
mukallaf.

 Waji al-kifa’i
Adalah kewajiban yang ditujukan kepada seluruh orang
mukallaf,tetapi apabila telah dikerjakan oleh sebagian dari
mereka,maka kewajiban itu telah terpenuhi dan orang yang tidak
mengerjakannya tidak dituntut lagi untuk melaksanakannya.Misalnya
pelaksanaan sholat jenazah.
1. Dari segi kandungan perintah
 Wajib al-mu’ayyan
Adalah kewajiban yang terkait dengan sesuatu yang
diperintahkan,seperti sholat,puasa dan harga barang dalam jual beli
 Wajib al-mu’qayyar
Adalah kewajiban tertentu yang bias dipillih orang
mukallaf.Misalnya sumpah kafarat terdiri atas,member makan fakir
miskin,member pakaian mereka,atau memerdekakan budak.dalam
hai ini ,oaring yang dikenakan kewajiban ini boleh memilih salah
satu dari tiga bentuk hukuman tersebut.

a. Muqaddimah al-wajibah
Adalah bahwa dalam melakukan suatu kewajiban ,ada hal-hal lain yang
harus dikerjakan,yang terkait erat dengan kewajiban itu,sehigga hal lain
itupun harus dipenuhi.Misalnya untuk melaksanakan sholat,seseorang
harus berwudhu lebih dahulu,maka hokum berwudhu itu adalah wajib.
2 . Mandub
a. Pengertian Mandub
Secara etimologi,mandub berarti dianjurkan disenangi.Sedangkan secara terminology berarti
pujian.
b. Ungkapan yang menunjukkan Hokum Mandub
Para ulama ushul fiqh mengemukakan bentuk-bentuk ungkapan antara lain :
1. Diungkapkan dengan jelas melalui lafal “yusannu”(sdisunnahkan) atau “yundabu”(dianjurkan)
seperti terdapat dalam sabda Rasulullah saw,tentang sholat tarawih dimalam ramadhan.
2. Diungkapkan melalui tuntutan yang tidak jelas,yaitu dengan lafal perintah yang dibarengi dengan
suatu indikasi yang memalingkan perintah tersebut dari yang bersifat kewajiban kepada
anjuran.Misalnya mencatat hutang piutang.
3. Syari’ menuntut untuk dilakukan,tetapi tidak dibarengi dengan sanksi.Misalnya membaca
beberapa ayat setelah membaca al-fatiha dalam sholat.
4. Suatu perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah saw,tetapi tidak selalu dikerjakannya,melainkan
dikerjakan satu atau beberapa kali,kemudian ditinggalkannya.Misalnya Sholat yang dikerjakan
empat rakaat sebelum sholat isya.
5. Ungkapan lain yang menunjukkan perintah itu tidak mengikat dan tidak pasti.
a. Pembagian Mandub
Para ulama ushul fiqh membagi mandub kepada tiga macam,yaitu :
1. Sunnah al-mu’akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan)
Yaitu pekerjaan yang ap[abila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan mendapat dosa,tetapi yang meninggalkannya mendapat celaan.seperti
sholat sunnah sebelum shoal lima waktu.
2. Sunnah ghairu al mu’akkadah (sunnah yang biasa saja)
Yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
tidak berdosa dan tidak pula mendapat cela dari syari’ .Seperti bersedekah,sholat
dhuha dan puasa senin dan kami.
3. Sunnah al-za’idah (sunnah yang bersifat tambahan)
Yaitu suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mengikuti apa yang dilakukan
Rasulullah saw,sehingga apabila dikerjakan diberi pahala dan apabila tidak
dikerjakan tidak berdosa dan tidak dicela.Seperti cara makan,cara tidur dan cara
berpakaian.
3. Haram
a. Pengertian Haram

Secara etimologi haram berarti sesuatu yang dilarang mengerjakannya.Adapun secara terminology
ulama ushul fiqh mengemukakan dua definisi yaitu:
1. Dari segi batasan dan esensinya yaitu sesuatu yang dituntut syari’ untuk ditinggalkan melalui tuntutan secara
pasti dan mengikat.
2. Dari segi bentuk dan sifatnya yaitu suatu perbuatan yang pelakunya dicela.

a. Ungkapan – ungkapan yang menunjukkan Haram

Ungkapan yang digunakan dalam al – Qur’an dan sunnah untuk menunjukkan haram banyak
sekali.Diantaranya yang terpenting adalah :
1. Tuntutan yang langsung menggunakan lafal tahrim dan yang seakar dengannya.Misalnya,firman Allah dalam
surat al-Nisa,4;23 yang artinya :
“Diharamkan bagimu (menikahi) ibu-ibu kamu.”
2. Shighat al-nahyi(lafal nahyi) karena nahyi itu memfaedahkan keharaman.Misalnya dalam surah al-
An’am,6;151 yang artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan – perbuatan yang keji,baik yang tampak diantaranya
maupun yang tersembunyi.”
1. Tuntutan untuk menjauhi suatu perbuatan.Misalnya ,firman Allah dalam surah al-
Maidah,5;90 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum)
khamar,berjudi (berkorban untuk) berhala,mengundi nasib dengan
panah,adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan,maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu.
2. Lafal la’tahillu (tidak dihalalkan),firman Allah dalam surat al-Baqarah,2;230 yang
artinya :
“ Kemudian jika sisuami mentalaknya(sesudah talak yang kedua) maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya,hingga dia kawin lagi dengan
suami yang lain …
3. Suatu perbuatan yang dibarengi dengan ancaman hukuman,baik
didunia,diakhirat,maupun hukuman didunia dan diakhirat sekaligus.
4. Setiap lafal yang menunjukkan pengingkaran terhadap suatu pekerjaan dengan
pengingkaran yang amat ditekankan,seperti ungkapan (Allah marah),(Allah
melaknat),(Allah memerangi).
a. Pembagian Haram
1. Haram li dzatih
Yaitu suatu keharaman langsung dan sejak semula ditentukan syari’
bahwa hal itu haram.Misalnya memakan
bangkai,babi,berjudi,meminum minuman keras,berzina,membunuh
dan memakan harta anak yatim.
2. Haram li ghairih
Yaitu sesuatu yang pada mulanya disyari’atkan,tetapi dibarengi oleh
sesuatu yng bersifat mudarat bagi manusia,maka keharamannya
adalah disebabkan adanya mudarat tersebut.Misalnya melaksanakan
sholat dengan pakaian hasil ghashab ( mengambil barang orang lain
tanpa ijin).melakukan tarnsaksi jual beli ketika suara azan sholat
jum’at telah berkumandang,puasa di Hari Raya Idul Fitri.
4 . Makruh
a. Pengertian Makruh
Secara etimologi Makruh berarti yang dibenci, sedangkan secara terminology ada
dua rumusan defenisi yaitu :
1. Dari segi esensinya yaitu sesuatu yang dituntut syari’ untuk meningglakannya,tetapi
dengan cara yang tidak pasti.
2. Dari segi bentuk dan sifatnya yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan mendapat pujian
dan apabila dikerjakan mendapat celaan.
a. Ungkapan yang menunjukkan Makruh
Ada beberapa ungkapan nash yang menunjukkan hokum makruh,diantaranya
adalah :
1. Lafal karahah yang seakar dan semakna dengannya,seperti sabda Rasulullah saw yang
artinya :
“Pekerjaan yang paling dibenci Allah adalah talak “
2. Larangan syari’ yang dibarengi indikasi bahwa larangan itu berubah menjadi makruh.
3. Syari’ menuntut suatu perbuatan untuk dijauhi dan ditinggalkan,tetapi tuntutan ini
dibarengi dengan indikasi yang memalingkannya dari nhukum haram kepada hokum
makruh.
5 . Mubah
a. Pengertian Mubah
Secara etimologi Mubah berarti boleh ,sedangkan secara
terminology ada tiga rumusan dalam ushul fiqh yaitu:
1. Sesuatu yang diserahkan Syari’ kepada mukallaf untuk melaksanakan
atau tidak.
2. Sesuatu yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak mendapat
pujian.
3. Sesuatu yang ada keizinan dari Allah swt untuk melakukan atau tidak
melakukannya ,yang pelakunya tidak diembeli dengan pujian atau
celaan dan orang yang tidak melakukannya tidak pula diembeli pujian
dan celaan.
a. Ungkapan yang menunjukkan Mubah
1. Nash yang sharih (jelas) Yang menunjukkan kebolehan melakukan suatu
perbuatan atau memilih antara melakukan atau tidak.Misalnya seperti
ungkapan :”Kerjakanlah jika kamu mau dan tinggalkanlah jika kamu mau.
2. Nash yang menunjukkan tidak dikenakan dosa jika perbuatan itu dilakukan,atau
lafal yang semakna dengannya.
3. Lafal yang mengandung perintah untuk melaksanakan sesautu,tetapi ada
indikasi yang menunjukkan bahwa perintah itu hanya untuk kebolehan
saja.Misalnya dalam firman Allah dalam surat al-Jumu’ah,62:10 yang artinya
“Apabila kamu telah menunaikan sholat (jum’at),maka bertebaranlah dimuka
bumi…”
4. Nash yang menunjukkan kehalalan sesuatu.Misalnya kehalalan mengkomsumsi
makanan dan sesuatu yang baik.
5. Ibahah al-Ashliyyah yaitu sesuatu yang tidak ada dalil yang menunjukkan
diperintahkan atau dilarang untuk melakukannya.Oleh sebab itu,segala sesuatu
yang tidak ada perintah dan larangan dihukum mubah.
a. Pembagian Mubah
Para ulama ushul fiqh mengemukakan tiga bentuk mubah
dilihat dari segi keterkaitan dengan mudarat dan mamfaat,yaitu:
1. Mubah yang apabila dilakukan atau tidak,tidak mengandung
mudarat,seperti makan,minum,berpakaian dan berburu.
2. Mubah yang apabila dilakukan mukallaf tidak ada
mudaratnya,sedangkan perbuatan itu sendiri pada dasarnya
diharamkan.Misalnya melakukan sesuatu dalam keadaan darurat atau
terpaksa seperti makan daging babi.
3. Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudarat dan tidak boleh
dilakukan menurut syara’.tetapi Allah memaafkan
pelakunya,sewhingga perbuatan itu menjadi mubah.Misalnya
mengawini dua orang wanita bersaudara sekaligus.
D . Pembagian Hukum Wadh’I
1. Sabab
a. Pengertian Sabab
Secara etimologi berarti sesuatu yang memungkinkan dengannya pada
sampai suatu tujuannya.
b. Pembagian Sabab
 Dari segi obyeknya,al-sabab terbagi dua yaitu:
1. Sab b al-Waqti,seoerti tergeloncirnya matahari sebagai pertanda wajibnya sholat
zhuhur.
2. Sabab al-Ma’nawi,seperti mabuk sebagai penyebab keharaman khamar.
 Dari segi kaitannya dengan kemampuan mukallaf,sabab terbagi dua,yaitu:
1. Sabab yang merupakan perbuatan mukallaf dan mampu dilakukan seperti jual
beli yang menjadi penyebab pemilikan harta
2. Sabab yang bukan perbuatan mukallaf dan tidak mampu untuk
dilakukan ,seperti tergelincirnya matahari sebagai penyebab lahirnya sholat
zhuhur.
 Dari segi hokumnya sabab terbagi menjadi dua,yaitu:
1. Sabab al-Masyru’yaitu seluruh yang membawa kepada kemaslahatan dalam
pandangan syari’,sekalipun dibarengi kemafsadatan secara zhahir,seperti jihad.
2. Sabab ghairu al-masyru’yaitu sabab yang membawa kepada masfadat dalam
pandangan syari’,sekalipundidalamnya terkandung suatu kemaslahatan secara
zhahir.seperti adopsi.
 Dari segi pengaruhnya terhadap hokum,sabab terbagi dari dua bentuk :
1. Sabab yang berpengaruh terhadap hokum yang disebut dengan illat,dinama dfiantara
sebab ini dengan hokum ada keserasian yang bias dinalar dan hikmah yang
mengandung motivasi pensyari’atan atau hokum tertentu.Misalnya mabuk
berpengaruh pada hokum,yang merupakan illat keharaman khamar.
2. Sabab yang tidak berpengaruh terhadap hokum ,dimana diantara sabab dan hokum
tidak ada keserasian.Misalnya waktu penyebab wajibnya salat.
 Dari segi musabbab,terbagi atas dua yaitu :
1. Sabab bagi hokum taklifi,seperti waktu yang ditentukan untuk kewajiban sholat
dan munculnya hilal sebagai pertanda kewajiban puasa.
2. Sabab untuk menetapkan hak milik,melepaskan atau menghalalkannya.Misalnya
jual beli,akad nikah,dan talah.
 Dari segi hubungan sabab dan musabbah,sabab terbagi atas tiga yaitu:
1. Sabab al-Syari’ yaitu sebab yang hubungannya dengan musabbab dihasilkan
hokum syar’I seperti tergelincirnya matahari sebagai sebab wajibnya salat
zhuhur.
2. Sabab al Aqli yaitu sebab yang hubungannya dengan musabbab dihasilkan
melalui nalar manusia,seperti belajar sebagai penyebab seseorang berilmu.
3. Sabab al –adi yaitu sebab yang hubunganny dengan musabbabdidasarkan kepada
adat hokum kebiasaan atau urf ,seperti tubuh merasa tidak sehat karena ada
penyakit.
2. Syarth
a. Pengertian Syarth
Secara etimologi syarth berarti syarat,alamiah (pertanda).Sedangkan
secara terminology yaitu suatu sifat yang keberadaannya sangat
menentukan keberadaan hokum syar’I danketiadaan sifat itu
membawa kepada ketiadaan hokum.

b. Perbedaan Syarth dengan Rukn


Rukn adalah sifat yang tergantung keberadaan hokum padanya dan
sifat yang termasuk kedalam hokum itu sendiri.Misalnya takbiratul
ikhram adalah salah satu rukun salat.Rukun merupaka bagian dari
hokum ,tetapi syarat bukan bagian dari hokum,ia berada diluar
hokum.
a. Macam-macam Syarth
 Dari segi kaitannya dengan sabab dan musabbab yaitu:
1. Al-syarth al-mukammil li al-sabab (syarat penyempurnaan sebab)
2. Al-syarth al-mukammil li al-musabbab (syarat yang menjadi penyempurna bagi
musabbab)
 Dari segi pensyaratannya :
1. Al-syarth al syar’I yaitu syarat yang ditentukan oleh syar;I terhadap berbagai
hokum
2. Al-syarth al ja’li yaitu syarat yang dibut para mukallaf.
 Dari segi hubungn syarth dengan masyurh:
1. Al-syarth al-syar’I ialah syarat yang hubungannya dengan yang disyaratkan
didasarkan atas hokum syara,seperti wudhu untuk salat.
2. Al-syarth al aqli ialah yaitu syarat yang hubungannya dengan yang disyaratkan
didasarkan atas nalar manusia.
3. Al-syarth al-adi ialah syarat yang hubumgannya dengan yang disyaratkan disarkan
kepada adat kebiasaan atau urf.
3 . Mani’
a. Pengertian mani’
Secara etimologi mani’ berarti berhenti dari sesuatu ,dalam bahasa
Indonesia berari halangan.secara terminology yaitu sifat zhahir yang
dapat diukur keberadaannya menyebabkan tidak adanya hokum atau
ketiadaan sebab.
b. Kaitan antara sabab,syarth dan mani’
Mani’ ada bersamaan dengan sebab dan syarat dan berakibat tidak
adanya hokum disebabkan mani’.
c. Macam-macam mani’
 Menurut para ulama ushul fiqh :
1. Mani’ bagi hokum,disebabkan suatu hikmah yang menghendaki berbeda
dengan hokum.
2. Mani’ bagi sabab ,karena keberadaan mani’ merusak hikmah yang ada pada
saba.
 Menurut hanafiyyah :
1. Mani’ yang menyebabkan tidak berlakunya akad.
2. Mani’ yang menyebabkan akad tidak sempurna bagi orang
ketiga diluar akad.
3. Mani’ melalui hokum
4. Mani’ untuk penyempurnaan hokum
5. Mani’ yang menghalangi sifat mengikat suatu hokum.
4 . Sah,Fasad,Dan Batal
a. Pengertian Sah,Fasad dan Batal
- Secara etimoligi Sah berarti sakit,sedangkan secara terminology berarti
sesuatu perbuatatn dikatakan sah ,apabila terpenuhi sebab dan
syaratnya,tidak ada halangan dalam melaksanakannya ,serta apa yang
diinginkan syara’dari perbuatan itu berhasil dicapai.
- Secara etimologi batal berarti rusak dan gugur hukumnya.Sedangkan
secara terminology berarti tindakan hokum yang bersifat syar’I tidak
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh syara’ sehingga apa yang
dikendaki syara dari pernuatan itu tidak tercapai.
- Secara etimologi fasad berarti perubahan sesuatu dari kedaan yang
sebelumnya (sehat),sedangkan secara terminology menurut Jumhur Ulama
bahwa antara batal dan fasad mengandung esensi yang sama yang
berakibat kepada tidak sahnya perbuatn itu.
b. Status Sah,Fasad dan Batal
Ibn al-Hajib al-maliki berpendapat bahwa sah dan
batal merupakan hokum suatu perbuatan adakalanya gugur dan wajib di
qadha,adakalanya memenuhi ketentuan syari’,adakalanya tidak gugur di
qadha atau tidak sejalan dengan ketentuan syara’.Yang disebut terakhir
ini adalah batal dan fasad berdasarkan akal.
5 . Azimah dan Rukhshah
a. Pengertian Azimah
Secara etimologi azimah berarti tekad yang kuat,secara terminology
berarti hokum sejak semula pensyari’atannya tidak berubah dan berlaku
untuk seluruh umat,tempat dan masa tanpa terkecuali.
a. Macam-macam Azimah
1. Hukum yang disyariatkan sejak semula untuk kemaslahatan
umat manusia seluruhnya,seperti ibadah,muamallah.
2. Hokum yang disyariatkan karena adanya sesuatu sebab yang
muncul ,seperti hokum mencaci maki berhala atau sembahan
agama lainnya.
3. Hukum yang disyartiatkan sebagai pembatal bagi hokum
sebelumnya,sehinnga mansukh seakan-akan tidak ada.Misalnya
persoalan pemalingan arah kiblat.
4. Hukum pengecualian dari hokum yang berlaku umum.seperti
Allah mengharamkan mengawini para wanita yang telah
bersuami.
a. Pengertian Rukhshah
Secara etimologi Rukhshah berarti kemudahan,kelapangan,dan
kemurahan.Secara terminology berarti bahwa hokum rukhshah hanya
berlaku apabila dalil yang menunjukkan adanya uzur yang
menyebabkannya.
Rukhshah yang ditetapkan berbeda dengan dalil disebabkan adanya
uzur,berlaku dalam empat bentuk hokum syara’,yaitu Ijab,Nadb,karahah
dan Ibahah,misalnya :
1. Rukshah terhadap yang wajib,yaitu memakan bangkai bagi orang yang dalam
keadaan darurat.
2. Rukshah bersifat mandub seperti mengqashar salat bagi musafir.
3. Rukhshah bersifat mubah bgi para dokter yang melihat aurat orang lain ,laiki-laki
atau wanita ,ketika berlangsungnya pengobatan.
4. Rukhshah bersifat makhruh,apabila seseorang yang karena terpaksa mnengucapkan
kalimat kufur (mengaku kafir)sedangkan hatinya tetap beriman.

Anda mungkin juga menyukai