Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN MANFAAT USHUL FIQH

Mata Kuliah : Ushul Fiqh Ekonomi I


Dosen Pengajar : Nurma Sari, S.Hl., M.E.l

DI SUSUN

Oleh:
Cut Cahaya (2101104010015)
Dewi Andrama (2101104010021)
Farah Fadhila (2101104010127)
Ira Nazira (2101104010083)
Irna Dwi Amara (2101104010067)
Mutia Rifa Rahayu (2101104010115)
Rahmadika Fitria (2101104010005)
Saltania Aslafi (2101104010128)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI EKONOMI ISLAM
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ...………………………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 2


2.1 Pengertian Hukum Taklifi ……………………………………………………..... 2
2.2 Macam Macam Hukum Taklifi ………………………………………………….3
2.3 Contohh Hukum Taklifi …………………………………………………………. 6

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………… 9


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala amal perbuatan manusia, perilaku dan tutur katanya tidak dapat lepas dari ketentuan hukum
syari’at yang tercantum didalam Al-Quran dan sunnah, maupun yang tidak tercantum pada keduanya,
akan tetapi terdapat pada sumber lain yang di akui syari’at.

Sebagaimana yang dikatakan imam Ghazali, bahwa menegetahui hukum syara’ merupakan buah (inti)
dari ilmu fiqh dan ushul fiqh.

Dalam islam terdapat berbagai macam hukum, diantaranya adalah hukum taklifi. Hukum taklifi
menurut pengertian kebahasaan adalah hukum pemberian beban sedangkan menurut istilah adalah
perintah Allah yang berbentuk pilihan dan tuntutan. Dinamakan hukum taklifi karena perintah ini
langsung mengenai perbuatan seorang mukallaf (balig dan berakal sehat). Disebutkan tuntutan karena
hukum taklifi menuntut seorang mukallaf umtuk melakukan dan meninggalkan suatu perbuatan secara
pasti. Begitu juga terdapat macam-macam hukum taklifi. Makalah ini akan menjelaskan pengertian dari
macam-macam hukum tersebut beserta contohnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum taklifi?

2. Apa saja macam-macam hukum taklifi?

3. Sebutkan contoh dari hukum taklifi?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum taklifi
2. Untuk mempelajari macam-macam hukum taklifi
3. Untuk memahami contoh dari hukum taklifi
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Taklifi


Secara etimologi kata hukum (al-hukm) berarti “mencegah” atau “memutuskan”. Menurut
terminologi ushul fiqh, hukum (al-hukm) berarti: khitab (kalam) Allah yang mengatur amal perbuatan
orang mukallaf, tidak berupa iqtidla (perintah, larangan, anjuran untuk melakukan atau anjuran untuk
meninggalkan), takhyir ( kebolehan bagi orang mukallaf untuk meimilih antara melakukan dan tidak
melakukan), atau wald (ketentuan yang menetapkan seuatu sebagai sebab, syarat, atau mani’
[penghalang]). ( Abd-al-wahab Hallaf ‘ilmu ushul fiqh {al-Qahira: Dar al-Hadit 2003})
Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung tuntutan (untuk dikerjakan atau ditinggalkan
oleh para mukallaf) atau yang mengandung pilihan antara yang dikerjakan dan ditinggalkan. Dengan
kata lain adalah yang dituntut melakukan nya atau tidak melakukannya atau diperselisihkan untuk
memilih anatara memperbuat dan tidak memperbuat. (muhammad al-Hudari, ushul al-fiqh {saida: al-
maktaba al-Asriya,2003})

2.2 Macam Macam Hukum Taklifi


a. wajib (ijab)
1. Pengertian Wajib
Para ahliushul memberikan definisi wajib menurut syara, ialah apa yang dituntut oleh syara’
kepada mukallaf untuk memperbuatnya dalam tuntutan keras. Atau menurut definisi lain ialah suatu
perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan berdosa. Wajib ini dapat
dikenal melalui lafal atau melalui tanda (qarinah) lain. Wajib yang ditunjuk melalui lafal seperti dalam
bentuk lafal amal (perintah) dalam firman Allah “...dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (QS.
Thaha:14)
Dapat juga dikenal melalui kata-kata yang tercantum dalam kalimat itu sendiri yang
menunjukkan wajib seperti dalam firman-nya. “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu...” (QS- Al-Baqarah: 183)

Hukum wajib dibagi menjadi 4 yakni kewajiban waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang
melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran/kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.

Kewajiban dari waktu pelaksanaannya:

a. Wajib muthlaq yakni wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya seperti meng-qadha puasa
Ramadhan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.

b. Wajib muaqqad yakni wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan tidak sah
dilakukan di luar waktu yang ditentukan. Wajib muaqqad terbagi lagi dalam:

-wajib muwassa: wajib yang waktu disediakan untuk melakukannya melebihi waktu pelaksanaannya.
- wajib mudhayyaq: kewajiban yang sama waktu pelaksanaannya dengan waktu yang disediakan seperti
2
puasa Ramadhan.
- Wajib dzu Syabhaini: gabungan antara wajib muwassa dengan wajib mudhayyaq, misalnya ibadah haji.

Kewajiban bagi orang yang melaksanakannya:

-Wajib aini: kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan orang lain
misalnya puasa dan sholat.
-Wajib kafa'i/kifayah: kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun melakukannya maka
berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur kewajibannya seperti sholat jenazah.

Kewajiban berdasarkan ukuran atau kadar pelaksanaannya:

-Wajib muhaddad: wajib yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan seperti zakat.
-Wajib ghairu muhaddad: kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya seperti menafkahi kerabat.

Kewajiban berdasarkan kewajiban perintahnya:

-Wajib Mu'ayyan: kewajiban yang telah ditentukan dan tidka ada pilihan lain seperti membayar zakat
dan sholat lima waktu.

-Wajib mukhayyar: kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif.

b. Mandub
Pengertian Mandub
Para ahli ushul mengatakan yang dimaksud dengan mandub ialah sesuatu yang dituntut oleh
syara’ memperbuatnya dari mukallaf namun tuntutannya tidak begitu keras. Atau dengan kata lain
segala perbuatan yang dilakukan akan mendapatkan pahala, tetapi bila tidak dilakukan tidak akan
dikenakan siksa atau dosa (‘iqab). Perbuatan mandub dapat dikenal melalui lafal yang tercantum dalam
nash seperti dicantumkan kata “disunnatkan” atau “dianjurkan” atau dibawakan dalam bentuk amar
namun ditemui tanda yang menunjukkan bahwa tuntutan itu tidak keras dari nash itu sendiri. Seperti
dalam firman Allah:
Contohnya ialah sunat menulis/mencatatkan hutang sebagaimana dijelaskan dalam QS. AL-Baqarah:
282
Terjemahannya:
“...maka tak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya...”

c. Haram
Pengertian Haram
Para ahli ushul mengatakan tentang haram ialah apa yang dituntut oleh syara’ untuk tidak
melakukannya dengan tuntutan keras.” Atau dengan kata lain dilarang memperbuatnya dan kalau
diperbuat akan mendapat siksa dan kalau ditinggalkan akan mendapat pahal. Tuntutan yang seperti ini
dapat diketahui melalui lafal nash seperti dalam QS. Al-Maidah: 3
3
Terjemahannya:
“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging) hewan yang disembelih
atas nama selain Allah...”

d. Makruh (karahah)
Pengertian Makruh
Makruh menurut para ahli ushul ialah “apa yang dituntut syara’ untuk meninggalkannya namun
tidak begitu keras”. Atau dengan kata lain sesuatu yang dilarang memperbuatnya namun tidak disiksa
kalau dikerjakan. Misalnya merokok, memakan makanan yang menimbulkan bau yang tidak sedap dan
lain sebagainya.

e. Mubah (ibahah)
. Pengertian Mubah
Yang dimaksud dengan mubah menurut para ahli ushul ialah “apa yang diberikan kebebasan
kepada para mukallaf untuk memilih antara memperbuat atau meninggalkannya.

2.3 Contoh Hukum Taklifi

a. Wajib
 Puasa Ramadhan, membaca alfatihah dalam shalat, shalat jenazah, masalah kafarat karena
melanggar sumpah, membayar puasa Ramadhan, haji, shalat lima waktu, membelanjakan harta
di jalan allah
b. Mandub
 Shalat sunnah dua rakaat sebelum fajar, sunnah dua rakaat sebelum zuhur, cara tidur rasul,
mengucapkan salam, mendoakan orang bersin
c. Haram
 Berzina, makan darah, makan babi, jual beli saat azan jumat, membunuh, mencuri,
d. Makruh
 Dilarang meminang wanita yang sedang dipinang orang lain, memakan daging kuda saat sedang
perang, makan sambil berdiri, merokok, memakan daging ular
e. Mubah
 Makan, minum, tidur, membeli perabot rumah, membeli pakaian, mendengar musik, perintah
berburu setelah selesai melaksanakan ibadah haji

4
BAB III PENUTUP

Penilitian ini menyimpulkan bahwa hukum taklifi ini terbagi kepada lima bagian yaitu; ijab (wajib),
nadb (sunat), tahrim (haram), karahah (makruh) dan ibahah (mubah).
Ijab adalah firman yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan tuntutan pasti. Misalnya
firman Allah dalam surat Al- Baqarah; 43: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’.”
Nadb adalah firman Allah yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan perbuatan yang tidak
pasti, tetapi hanya berupa anjuran untuk berbuat. Misalnya, firman Allah surat Al-Baqarah:182:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar...”

DAFTAR PUSTAKA
Abdel Hay, MuhammadFawzy. Usul al Fiqh Rise, Davelopments, Methodologies &
Literature. Cairo : Dar al- Salam, 2016
Gazali, abu Hamid, and Abdullah Mahmud Muhammad Umar. Al- mustafa min ilm
Al usul. Lebanon : Dar Al- kKutub al- ilmiyah, 2010
Hallaf, Abd-al-Wahhab. Ilm usul al-Fiqh.al- Qahira: dar al-hadit, 2003.
Hudari, Muhamad al- . Usul al-fiqh. Saida: al-Maktaba al- asriya, 2003
Ibn ‘Aqil, Abu Al- wafa’ Ali,and abd Al-Rahman ibn ‘abd al-‘Aziz Sudays. Al-Wadih
Fi Usul al-Fiqh. Al-tab’ah 1. Silsilat Al-rushd Lil-rasa’il Al-Jami’iyah 222.
Al-Riyad: Maktabat al-Rushd Nashirun, 2008
Meirison, Meirison.”Implementasi tanqih Al-Manath Dalam Penerapan Hukum”
Nizham Journal of Islamic Studies; Vol 2 No 1 (2014): Mazhab Hukum Islam
Di Indonesia, September 25, 2017. https:// e-journal. Metrouniv.ac.id/index.php/nizham/article
“Riba and Justification in Practice in Scholars Views.” TRANSFORMATIF 2,
no.1 (September 20,2018); 348. doi: 10. 23971/tf. V2il.922.
al- Samarqandi, Muhammad Ibn- Abd-al-hamid dan Rihi Murad. Al- Mizan Fi Usul al-Fiqh. Tab’a 1.
Manshurat Muhammad ‘Ali Baydun. Bairut: Dar al- Kutub
buku ilmu fiqih dan ushul fiqih karangan prof. Dr. H. Alaiddin koto, M.A.
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11BX0021020.pdf

Anda mungkin juga menyukai