Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU FIKIH

HUKUM SYARA' (KESYARIATAN ISLAM)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. SYAFIKA RAHMA (90400122100)


2. PUTRI NURFADILLAH SYAHBANI (90400122105)
3. ANDI ARDIAMSAH (90400122103)
4. FATMA (90400122111)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022-2023

I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. I
PRAKATA ............................................................................................................. II
DAFTAR ISI .......................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1
C. TUJUAN....................................................................................................... 1
BAB II ISI .............................................................................................................. 2
PENGERTIAN SYARA’ ....................................................................................... 2
KEDUDUKAN SYARA’ ....................................................................................... 2
MACAM-MACAM HUKUM SYARA’ ................................................................ 3-6
BAB III SIMPULAN ............................................................................................. 7
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 7
B. SARAN ........................................................................................................ 7

II
PRAKATA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, serta puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Hukum Syara’.
Makalah ini kami susun secara maksimal dengan referensi dari internet
terlepas dari semua itu saya mohon maaf apabila dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya masih ada kekurangan.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu kita
semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gowa, 25 September 2022

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa didalam mempelajari Ushul
Fiqh terdapat bermacam-macam hukum yang diantaranya yaitu hukum syara’.
Hukum syara’ adalah kata majemuk yang tersusun dari kata “Hukum” dan kata
“Syara”. Kata Hukum berasal dari bahasa arab. “Hukum” yang secara etimologi
berarti “memutuskan atau menetapkan dan menyelesaikan”. Sedangkan kata
Syara’ secara etimologi berarti “jalan-jalan yang biasa dilalui air, maksudnya
adalah jalan yang dilalui manusia untuk menuju kepada Allah. Dalam Al-Quran
terdapat 5 kali disebutkan kata syara’ dalam arti ketentuan atau jalan yang harus
ditempuh. Jadi Hukum Syara’ berarti seperangkat peraturan, berdasarkan
ketentuan Allah tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku,
serta mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
Dalam hukum syara’ terdapat beberapa pembagian hukum. Didalam
pembagian hukum tersebut terdapat beberapa macam bentuk-bentuk hukumnya
yang akan kami bahas lebih luas didalam pembahasan makalah ini. Untuk itu,
lewat makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian hukum syara’,
kedudukannya dan macam-macam hukumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Syara’ ?
2. Apa kedudukan Syara’ dalam islam?
3. Apa Macam-Macam Hukum Syara’ ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Syara’
2. Untuk mengetahui kedudukan Syara’ dalam islam
3. Untuk mengetahui Macam-Macam Hukum Syara’

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syara’
Banyak ayat dalam Al Qur'ân yang memuat kata syari'ah dengan berbagai
tashrif-nya (surat al-Syur'â ayat 13 dan 21, surat al-Ma'idah ayat 48, surat al-
A'râf ayat 162, dan surat al-Jatsiyah ayat 18). Kata syari'ah, menurut bahasa,
mempunyai banyak arti sesuai dengan ushlûb kalimatnya itu sendiri. Sering kali
syari'ah berarti "ketetapan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya". Kadang kadang
juga berarti "jalan yang ditempuh oleh manusia atau jalan yang menuju ke air"
atau berarti "jelas".
Di dalam surat al-Jatsiyah ayat 18 disebutkan,

‫ثم جعلناك على شريعة من األمر فاتبعها وال تتبع أهواء الذين ال يعلمون ين‬
"Kemudian kami jadikan engkau di atas perkara yang di-syariatkan, maka
ikutilah syari'ah itu dan janganlah engkau ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui"
Dari ayat ini jelas bahwa: (a) syari'ah itu dari Allah; (b) syari'ah itu harus
diikuti; dan (c) syari'ah tidak memperturutkan keinginan hawa nafsu.
Menurut istilah para ulama, syari'ah adalah; "Hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya yang dibawa oleh salah seorang
Nabi-Nya SAW., baik hukum-hukum tersebut berhu-bungan dengan cara-cara
bertingkah laku, yaitu yang disebut dengan hukum-hukum cabang (furu)".
Untuk hukum-hukum semacam ini, dihimpunlah ilmu Fiqh.

B. Kedudukan Syara’
Asas Syara’ yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al-
Quran atau Al-Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam di mana Al- Quran
itu asas pertama Syara` dan Hadis itu asas kedua syara'. Sifatnya, pada dasarnya
mengikat umat Islam seluruh dunia di mana pun berada, sejak kerasulan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
2
C. Macam-Macam Hukum Syara’
Ulama ushul fiqh membagai hukum syara’ menjadi dua macam, yaitu hukum
Taklifi dan hukum wadh’i.

1. Hukum Taklifi
Hukum Taklifi ialah suatu ketentuan yang menuntut mukallaf melakukan
atau meninggalkan perbuatan atau berbentuk pilihan untuk meakukan atau tidak
melakukan perbuatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh-contoh berikut :
Contoh hukum Taklifi yang menuntut kepada mukallaf untuk
dilakukannya;
a. Mukallaf wajib berpuasa di bulan Ramadhan.
b. Mukallaf melakukan ibadah haji bagi yang mampu.

Contoh hukum Taklifi yang menuntut kepada mukallaf untuk


meninggalkan perbuatan:

a. Mukallaf tidak boleh memakan bangkai, darah, daging babi, mencuri,


membunuh, dan berzina.
b. Mukallaf tidak boleh berkata tidak sopan kepada kedua orang orang tua

Contoh hukum Taklifi yang boleh bagi si mukallaf untuk memilih antara
mengerjakan atau meninggalkannya :

a. Mukallaf bisa memilih antar bertebaran atau tidak bertebaran setelah


melakukan shalat jumat.
b. Mukallaf boleh mengqasar shalat ketika berpergian jauh.

Pembagian Hukum Taklifi

1. Wajib ialah ketentuan suatu perintah itu harus dilakukan oleh mukallaf
sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan. Konsekuensi dari hukum
wajib ini akan mendatangkan pahala jika dilakukan dan akan
mendatangkan dosa jika ditinggalkan. Contoh sesuatu yang hukumnya
wajib seperti : Shalat, berpuasa, membayar zakat, menunaikan haji bagi
orang yang mampu, dan berbakti kepada orang tua.

3
2. Mandup (sunah), secara bahasa mandup adalah sesuatu yang
dianjurkan. Secara istilah ialah perintah yang datang dari Allah untuk
yang datang dari Allah untuk dilakukan oleh mykallaf secara tidak tegas
atau harus. Konsekuensi dari mandup ini jika dilakukan akan
mendapatkan pahala dan tidak mendapat siksa atau celaan bagi orang
yang meninggalkannya. Contoh dari perkara mandup (sunah) seperti :
mencatat utang, shalat sunah, dan mengucapkan salam.
3. Haram, secara bahasa berarti sesuatu yang lebih banyak kerusakannya
dan sesuatu yang dilarang. Konsekuensi dari haram ini ialah bagi
sesorang yang mengerjakan akan mendapat dosa dan kehinaan dan bagi
yang meninggalkannya akan mendapat pahala dan kemuliaan.
Contohnya seperti : berzina, mencuri, minum khamar, membunuh tanpa
hak, memakan harta orang dengan zalim, dan lain-lain.
4. Makruh, ialah berasal dari kata kariha yaitu sesuatu yang tidak
disenangi, dibenci atau sesuatu yang dijauhi. Secara istilah makruh
ialah sesuatu yang dituntut syara’ kepada mukallaf untuk
meninggalkannya dalam bentuk tuntutan yang tidak pasti. Contohnya
seperti : larangan Allah kepada manusia untuk tidak bertanya tentang
sesuatu yang apabila dijelaskan akan menyusahkan kamu, dan
menghamburkan harta.
5. Mubah, secara bahasa yaitu melepaskan dan memberitahukan. Secara
istilah, mubah ialah suatu perbuatan yang diberi kemungkinan kepada
mukallaf antara memperbuat dan meninggalkan. Konsekuensinya
adalah jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan
maka tidak berdosa. Contohnya seperti : makan dan minum, berburu
setelah melakukan haji, bertebaran setelah shalat jumat, dan lain-lain.

4
2. Hukum Wadh’i
Hukum Wadh’i adalah ketentuan Allah yang menetapkan sesuatu
sebagai sebab, syarat, mani’, rukhsah atau azimah, sah dan batal.

Pembagian Hukum Wadh’i

1. Sebab, dalam bahasa Indonesia berarti sesuatu yang dapat


menyampaikan kepada sesuatu yang lain. Secara istilah, sebab
didefinisikan sebagai sesuatu yang dijadikan syariat, sebagai tanda bagi
adanya hukum, dan tidak adanya sebab sebagai tanda bagi tidak adanya
hukum.Contohnya seperti masuknya bulan Ramadhan menjadi petanda
datangnya kewajiban puasa Ramadhan. Masuknya bulan Ramadhan
adalah suatu yang jelas dan dapat diukur, apakah bulan Ramadhan sebab,
sedangkan datangnya kewajiban berpuasa Ramadhan disebut musabbab
atau hukum atau disebut juga sebagai akibat.
2. Syarat, menurut para ulama mendefinisikan ialah sesuatu yang
tergantung kepadanya adanya hukum, lazim dengan tidak adanya tidak
ada hukum, tetapi tidaklah lazim dengan adanya ada hukum. Dari definisi
kedua dapat dipahami bahwa syarat merupakan penyempurna bagi suatu
perintah syara’. Contohnya seperti hubungan perkawinan suami istri
adalah menjadi syarat untuk menjatuhkan talak, tidak adanya perkawinan
maka tidak ada talak. Wudhu adalah syarat sahnya shalat, tanpa wudhu
maka tidak sah mendirikan shalat, tetapi tidak berarti adanya wudhu
menertapkan adanya shalat. Dengan demikian, antara syarat dan yang
disyarati itu merupakan bagian yang terpisah.
3. Mani’(penghalang), secara bahasa kata mani’ yaitu penghalang. Dalam
istilah ushul fiqh mani’ adalah sesuatu yang ditetapkan Syara’ sebagai
penghalang bagi adanya hukum atau berfungsinya sebab (batalnya
hukum). Contohnya seorang anak berhak mendapatkan warisan dari
ayahnya yang sudah meninggal. Tetapi kemudian si anak diputuskan
tidak mendapat warisan dari peninggalan ayahnya karena ada penghalang
(mani’). Penghalang itu bisa berupa karena si anak itu murtad atau
kematiaan ayahnya ternyata karena dibunuh oleh anak itu sendiri.

5
4. Rukhsah dan Azimah, Rukhsah ialah keringan hukum yang diberikan
oleh Allah kepada mukallaf dalam kondisi-kondisi tertentu. Sedangkan
Azimah ialah hukum yang berlaku secara umum yang telah disyariatkan
oleh Allah sejak semula dimana tidak ada kekhususan karena suatu
kondisi. Contoh seperti : shalat lima waktu yang diwajibkan kepada
semua mukallaf dalam semua situasi dan kondisi, begitu juga kewajiban
zakat, puasa. Semua kewajiban ini berlaku untuk semua mukallaf dan
tidak ada hukum yang mendahului hukum wajib tersebut.
5. Sah dan Batal, secara etimologi kata sah atau shihhah merupakan lawan
saqam yang berarti sakit. Istilah sah dalam syara’ digunakan dalam
ibadah dan akad maumalat. Yaitu suatu perbuatan dipandang sah apabila
sejalan dengan kehendak Syara’, atau perbuatan mukallaf disebut sah
apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Sedangkan istilah batal, tidak
tecapainya suatu perbuatan yang memberikan pengaruh secara syara’.
Yaitu suatu perbuatan yang dikerjakan mukallaf apabila tidak memenuhi
ketentuan yang ditetapkan syara’, maka perbuatan disebut batal. Dengan
kata lain, suatu perbuatan yang tidak memenuhi rukun dan syaratnya,
maka perbuatan itu menjadi batal.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Syara’ adalah
Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya yang
dibawa oleh Nabi SAW., baik hukum-hukum tersebut berhubungan dengan
cara-cara bertingkah laku. Kedudukan Syara’ dalam islam adalah sebagai
sumber hukum umat muslim.
Hukum yang termasuk dalam hukum syara’ adalah sebagai berikut :
1. Hukum taklifi yaitu titah Allah yang berbentuk tuntutan dan
pilihan. Dengan demikian hukum taklifi ada lima macam yaitu :
wajib, mandub, haram, makruh, dan mubah.
2. Hukum wadhi’ yaitu titah Allah yang berbentuk ketentuan yang
ditetapkan Allah, tidak langsung mengatur perbuatan mukallaf,
tetapi berkaitan dengan perbuatan mukallaf itu sendiri, seperti
tergelincirnya matahari menjadi sebab masuknya waktu dzuhur.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat menambah sedikit ilmu kita tentang apa-apa
saja Hukum Syara’. Dan semoga kita dapat mengambil manfaatnya. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan
menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup
kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi,
maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih
pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi
penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasi
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai