Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan  kehadirat Allah Swt.yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang hukum Taklifi dan
Wadi.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.Tentunya,tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,baik dari


penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Lamongan,November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTR……………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………….

A.Latar Belakan…………………………………………………………………………………………………………

B.Runusan masalah…………………………………………………………………………………………..........

C.Tujuan…………………………………………………………………………………………………………….........

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...................................

A.Pengertian hukum syara……………………………………………………………………………………….

B.Pembagian hukum syara……………………………………………………………………………………….

C.Pengertian hukum taklifi……………………………………………..…………………………………………

D.Pengertian hukum wida i……………………………………………………………………………………….

BAB III Penutup………………………………………………………………………………………………………………

A.Simpulan………………………………………………………………………………………………………………..

B.Kritik Dan Saran………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam Ilmu yang mempelajari tentang Ushul Fiqh terdapat pembahasantentang objek
kajian Ushul Fiqh yang di antaranya adalah pengetahuan tentang hukum Syara dari sumber-
sumbernya.Oleh karena itu, sangat penting kedudukan hukum Syara dalam pembahasan
ini,maka lebih dulu perlu dijelaskan hakikat hukum Syara itu sendiri serta berbagai
macamnya.

Istilah hukum Syara’ bermakna hukum hukum yang di gali dari syariat Islam.Hukum Syara
terbagi dua, yaitu hukum Taklifi dan hukum Wadh’I Hukum Syara ialah hukum yang sangat
penting untuk dipelajari, terlebih lagi bagi mukallaf yaitu bagi orang yang sudah baligh
(dewasa) dan berakal. Karena hukum Syara adalah peraturan dari Allah SWT yang wajib di
ketahui bagi seluruh umat yang beragama Islam.

Oleh karena itu, pada pembahasan makalah ini, hal-hal yang berkaitan dengan hukum
Syara’ akan dikaji dan di berikan penjelasan oleh pemakalah.

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian hukum Syara’ dan pembagiannya?

2.Apa pengertian hukum Taklifi?

3.Apa pengertian hukum Wadh’i?

4.Bagaimana perbedaan antara hukum Taklifi dan hukum Wadh’i?

C.Tujuan
1.Bisa memahami hukum syara,hukum taklifi dan hukum wadh’i

2.Bisa untuk menambah wawasan ke ilmuan

3.Bisa untuk pedoman dalam menentukan hukum hukum islam


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Hukum Syara

Secara etimologi, kata hukum berarti mencegah atau memutuskan.Sedangkan secara


terminologi, hukum adalah khitab (kalam) Allah yang bersangkutan dengan perbuatan orang
yang sudah Mukallaf baik berupa Iqtidla,Takhyir,atau Wadh.

Secara global, tujuan syara dalam menerapkan hukum-hukumnya adalah untuk


kemaslahatan manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia yang fana ini, maupun
kemaslahatan di hari yang (kekal) kelak.

Sedangkan menurut istilah ahli fiqh, yang disebut hukum adalah khitab Allah dan sabda
Rasul. Apabila disebut hukum syara’, maka yang dimaksud ialah hukum yang berpautan
dengan manusia, yakni yang dibicarakan dalam ilmu fiqh, bukan hukum yang berpautan
dengan akidah dan akhlaq.

B.Pembagian Hukum Syara

Secara garis besar para Ulama Ushul Fiqh membagi hukum kepada duamacam,yaitu
hukum Taklifi dan hukum Wadh’i.

C.Pengertian Hukum Taklifi

Hukum taklifi menurut para ahli ushul fiqh adalah:ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-
Nya yang berhubungan langsung dengan perbuatan mukalaf,baik dalam bentuk
perintah,anjuran untuk melakukan,larangan,anjuran untuk tidak melakukan,atau dalam
bentuk memberi kebebasan untuk berbuat atau tidak berbuat.

Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung perintah, larangan, atau memb eri
pilihan terhadap seorang mukalaf, Hukum taklifi dalam berbagai macamnya selalu
berada dalam batas kemampuan seorang mukalaf.Hukum Taklifi dibagi menjadi lima:

 Al-Ijab (kewajiban)
 An-Nadb (kesunnahan)
 At-tahrim (keharaman)
 Al-l-karahah (kemakruhan)
 Al- ibahah (kebolehan)

1. Al-Ijab (kewajiban)
Secara etimologi kata wajib berarti tetap atau pasti.secara terminologi,seperti yang
dikemukakan Abd. Al-karim Zaidan, ahli hukum islam berkebangsaan Irak, wajib
berarti:Sesuatu yang diperintahkan (diharuskan) oleh Allah dan Rasul-Nya untuk
dilaksanakan oleh orang mukalaf, dan apabila dilaksanakanakan mendapat pahala dari Allah,
sebaliknya apabila tidak dilaksanakan diancam dengan dosa.

2. An-Nadb (kesunnahan)

Kata sunah menurut etimologi berarti “sesuatu yang dianjurkan”. Secara


terminologi yaitu suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-nya
dimana akan diberi pahala jika melaksanakannya. Namun tidak mendapat dosa
orang yang meninggalkannya.

3. At-tahrim (keharaman)
Pengertian haram menurut bahasa berarti yang dilarang. Menurut istilah ahli syara’
haram ialah: “pekerjaan yang pasti mendapat siksaan karena mengerjakanya”. Sedaangkan
secara terminologi ushul fiqh kata haram berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-
Nya,dimana orang yang melanggarnya dianggap durhaka dan diancam dengan dosa, dan
orang yang meninggalkannya karena menaati Allah, diberi pahala.

4. Al-l-karahah (kemakruhan)
Secara bahasa kata makruh berarti “sesuatu yang dibenci”.dalam istilah ushul fiqh kata
makruh,menurut mayoritas ulama ushul fiqh, berarti sesuatu yang dianjurkan syari’at untuk
ditinggalkan akan mendapat pujian dan apabila dilanggar tidak berdosa. Seperti halnya
berkumur dan memasukkan air ke hidung secara berlebihan di siang hari pada saat
berpuasa karena dikhawatirkan air akan masuk kerongga kerokongan dan tertelan.
5.Al- ibahah (kebolehan)
Secara bahasa berarti”sesuatu yang diperbolehkan atau diijinkan”, menurut para ahli
ushul adalah sesuatu yang diberikan kepada mukalaf untuk memilih antara melakukan atau
meninggalkannya.

D.Pengertian Hukum Wida’i


Sedangkan yang dimaksud dengan hukum wadh’i adalah: ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur tentang sebab, syarat, mani’ (sesuatu yang menjadi penghalang kecakapan
untuk melakukan hukum taklifi).
hukum wadh’i berupa penjelasan hubungan suatu peristiwa dengan hukum taklifi.
Misalnya, hukum taklifi menjelaskan bahwa sholat wajib dilaksanakan umat islam, dan
hukum wadh’i menjelaskan bahwa waktu matahari tergalincir di tengah hari menjadi sebab
tanda bagi wajibnya seseorang menunaikan shalat zuhur.
Hukum wadh’i trbagi menjadi tiga. Berdasarkan penelitian, telah ditetapkan bahwa
Hukum Wadh’i adakalanya menjadikan sesuatu sebagai:
 Sebab
 Syarat
 Mani’
1.Sebab
Sebab menurut bahasa berarti,”sesuatu yang bisa menyampaikan seseorang kepada
sesuatu yang lain”. Menurut istilah Ushul Fiqh, seperti dikemukakan oleh Abdul Karim
Zaidan, sebab yaitu: “sesuatu yang dijadikan oleh syari’at sebagai tanda bagi adanya hukum,
dan tidak adanya sebab sebagai tanda bagi tidak adanya hukum”.[13] Misalya, tindakan
perzinahan menjadi sebab (alasan) bagi wajib dilaksanakan hukuman atas pelakunya,
tindakan perampokan sebagai sebab bagi kewajibannya mengembalikan benda yang
dirampok kepada pemiliknya.
2.Syarat
 Syarat secara bahasa yaitu, “sesuatu yang menghendaki adannya sesuatu yang lain” atau
“sbagai tanda”. Sedangkan menurut istilah Ushul fiqh sprti dikemukakan oleh Abdul Karim
Zaidan syarat adalah: “sesuatu yang tergantung kepadanya ada ssuatu yang lain, dan berada
di luar dari hakikat sesuatu itu”. Seperti: wudhu adalah  syarat bagi sahnya sholat apabila
ada wudhu maka sholatnya sah, namun adanya wudhu belom pasti adanya sholat, adanya
pernikahan merupakan syarat adanya talaq, jika tidak ada pernikahan maka tentu saja talaq
tidak akan terjadi.
3.Mani
Mani’ adalah sesuatu yang adannya meniadakan hukum atau membatalkan sebab. Dalam
suatu masalah, kadang sebab syara’ sudah jelas dan memenuhi syarat-syaratnya, tetapi
ditemukan adanya mani’ (penghalang) yang menghalangi konsekuensi hukum atas masalah
tersebut. Sebuah akad misalnya dianggap sah bilamana telaah memenuhi syarat-syaratnya
dan akad yang itu mempunyai akibat hukumselama tidak terdapat padanya suatu
penghalang(mani’). Misalnya akad perkawinan yang sah karena telah mncukupi syarat dan
rukunnya adalah sebagai sebab waris-mewarisi.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Hukum Syara’ ialah seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan AllahSWT tentang


tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku sertamengikat untuk semua umat
yang beragama Islam. Hukum Syara’terbagimenjadi dua macam yaitu hukum Taklifi dan
hukum Wadh’i.

Hukum Taklifi ialah sesuatu yang menuntut suatu pekerjaan dari mukallaf,atau menuntut
untuk berbuat, atau memberikan pilihan kepadanya antaramelakukan dan
meninggalkannya. Bentuk-bentuk hukum Taklifi menurut jumhur ulama ushul
fiqh/mutakallimin ada lima macam, yaitu ijab (wajib),mandub (sunah),ibahah
(mubah),karahah (makruh) dan tahrim (haram).

HukumWadh’i ialah firman Allah swt. yang menuntut untuk menjadikansesuatu sebab,


syarat atau penghalang dari sesuatu yang lain. bentuk-bentukhukum Wadh’i ada yaitu
sebab, syarat,mani’ (penghalang), rukhshah(keringanan) dan Azimah.

B.Saran

Demikian  makalah yang dapat kami paparkan tentang hukum syar’i, semoga bermanfa’at
bagi pembaca pada umumnyadan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah  ini
tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami
butuhkan, guna memperbaiki makalah selanjutnya.
Daftar pustaka

https://www.academia.edu/41518229/
HUKUM_SYARA_TAKLIFI_DAN_WADHI

http://bilqolami.blogspot.com/2014/11/-hukum-taklifi-dan-wadh

https://www.academia.edu/37433785/
_STUDI_FIQH_PEMBAGIAN_HUKUM_ISLAM_TAKLIFI_DAN_WADH_I_
Tugas Makalah Pelajaran agama islam
Hukum Taklifi dan Wadi

Dosen:

MUFIDO ABROR, Sag.M.Ag

Kelompok:

Anda mungkin juga menyukai