Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGANTAR STUDI HUKUM ISLAM

TENTANG

“PENGERTIAN AL – AHKAM SERTA MAKNA DAN CONTOH

HUKUM TAKLIFIY DAN WADH’IY”

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :

FAHRI ANANDA (1917020027)

DIVA DIANDRA MAHARDIKA (2117020014)

PUTRI WIDIAWATI (2117020010)

DOSEN PENGAMPU: MUFTI ULIL AMRI, MA

UJANG WARDI, M.Si

JURUSANSISTEMINFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataa’la, atas pertolongan-Nya


kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dan tentunya dengan karunia-Nya juga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini pada waktunya.
Shalawat beriring salam tak henti-hentinya kami kirimkan kepada junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SAW, karena hanya dengan petunjuknya dan segala upaya beliau, kita
dapat merasakan kehidupan yang berbudaya, berakhlaq, dan menjadikan kita makhluk yang
lebih mulia dihadapan Allah Subhanahuwataa’la.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Pengantar Sistem Informasi yang
telah memberikan ilmu,bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul: “PENGERTIAN AL – AHKAM SERTA MAKNA
DAN CONTOH HUKUM TAKLIFIY DAN WADH’IY”
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu kami sebagai penunjang penilaian
dalam mata kuliah pengantar studi hukum islam. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami berharap kepada Bapak/Ibu sekalian agar memberikan
masukan untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Padang, 4 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………….….. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ……………..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al – Ahkam …..………………………………….…………………………1
B. Makna dan Contoh Hukum Taklifiy ……………….……….…………………………………... 1
C. Makna dan Contoh Hukum Wadh’I ......................………………………………........ 4

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan .........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................6

iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum
syar'i ialah: "Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang
mukallaf, yang mengandung suatu tuntutan

Hukum taklifi adalah khithab syar'i yang mengandung tuntutan untuk dikerjakan oleh para
mukallaf atau untuk ditinggalkannya

Hukum wadh'i ialah khithab syara' yang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu
itu adalah sebagai sebab, syarat atau penghalang sesuatu.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Al- Ahkam


b. Apa yang dimaksud dengan Hukum Taklifiyi
c. Apa yang dimaksud dengan Hukum Wad’i
d. Apa saja contoh dari hukum Taklifiy
e. Apa saja contoh dari hukum Wad’i

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui makna dari Al ahkam


b. Untuk mengetahui maksud dari hukum Taklify
c. Untuk mengetahui maksud dari hukum wad’i
d. Untuk mengetahui contoh dari hukum taklifiy
e. Untuk mengetahui contoh dari hukum taklifiy

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al – Ahkam

Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum syar'i ialah:
"Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf, yang
mengandung suatu tuntutan, atau pilihan yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau
pengahalang bagi adanya sesuatu yang lain"

Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum syar'i ialah:
"Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf, yang
mengandung suatu tuntutan

B. Makna dan Contoh Hukum Taklifiy

1. Hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah firman Allah yang menuntut seseorang untuk mengerjakan sesuatu (wajib dan
sunnah) atau meninggalkan sesuatu (haram dan makruh) atau memilih antara mengerjakan dan
meninggalkan (mubah). Dengan demikian, bentuk hukum menurut ulama usul fikih ada lima yaitu:

Ijab (wajib), yaitu tuntutan Allah yang bersifat memaksa harus dikerjakan yang tidak boleh
ditinggalkan. Orang yang meninggalkannya akan dikenai sanksi. Misalnya kewajiban salat berdasar
firman Allah QS. Al-Nur ayat 56:

Allah menggunakan bentuk kata kerja perintah dalam ayat ini. Menurut para ahli usul fikih
melahirkan hukum wajib salat dan zakat. b. Nadb (sunnah), yaitu tuntutan Allah untuk melaksanakan
suatu perbuatan yang tidak bersifat memaksa yang tidak dilarang untuk meninggalkannya. Orang
yang meninggalkannya tidak dikenai sanksi. Misalnya anjuran dalam QS. Al Baqarah ayat 282:

‫ ينأيها الذين امنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فأكتبوه‬.

. "Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan hendaklah kamu menuliskannya...

Lafal faktubuhu (u) dalam ayat pada dasarnya mengandung perintah wajib. tetapi terdapat indikasi
yang memalingkan perintah itu kepada nadb yang terdapat dalam kelanjutan dari ayat tersebut "...
akan tetapi apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya... (QS. Al-Baqarah: 283). Tuntutan wajib dalam ayat berubah menjadi nadb.
Indikasi yang membawa perubahan ini adalah bahwa Allah menyatakan jika ada sikap saling
mempercayai maka penulisan utang tersebut tidak begitu penting. c. Ibahah (mubah), yaitu kalam
Allah yang bersifat fakultatif (mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat). Misalnya
firman Allah dalam QS. AlMaidah ayat 2:

... ‫ وإذا حللة فأصطادوا‬..

"... apabila kamu elah selesai melaksanakan ibadah haji maka bolehlah kamu berburu..."
Ayat ini juga menggunakan lafal perintah yang mengandung makna ibahah (mubah) karena ada
indikasi yang memalingkannya.. d. Karahah (makruh), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu
perbuatan, tetapi diungkapkan melalui kandungan makna yang tidak bersifat memaksa. Orang yang
mengerjakan perbuatan itu tidak dikenai hukuman. Misalnya sabda Rasulullah:

‫ابغض الحالل عند هللا الطالق‬

"Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak." e. Tahrim (haram), yaitu tuntutan untuk
tidak mengerjakan sesuatu dengan sifat memaksa. Orang yang mengerjakan yang terlarang ini
dikenai sanksi. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-An'am ayat 151:

"... Jangan kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah... Khihab ayat disebut dengan tahrim,
yaitu membunul jiwa seorang manusia hukumnya haram.

Hukum Taklifi :

1. hukum at-taklif terkandung tuntutan untuk melaksanakan, meninggalkan, atau memilih berbuat
atau tidak berbuat.

2. Hukum at-taklif merupakan tuntutan langsung pada mukkallaf untuk dilaksanakan, ditinggalkan,
atau melakukan pilihan untuk berbuat atau tidak berbuat.

3. Hukum at-taklif harus sesuai dengan kemampuan mukallaf untuk melaksanakan atau
meninggalkannya, karena dalam hukum at-taklif tidak boleh ada kesulitan (masyaqqah)
dankesempitan (haraj) yang tidak mungkin dipikul oleh mukllaf.

4. Hukum at-taklif ditujukan kepada para mukallaf, yaitu orang yang telah baligh dan berakal.

C. Makna dan Contoh Hukum Wadh’i


Hukum wadh iy adalah nas yang menuntut untuk menjadi sesuatu sebagai: a) sebab, b) syarat, c)
penghalang, d) Azimah dan Rukhshah, serta e) Sah dan Batal. Dalam ilmu hukum disebut dengan
pertimbangan hukum.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sebab (), yaitu suatu sifat yang dijadikan syar" sebagai tanda adanya hukum. Oleh karena itu
terlihat keterkaitan sebab dengan hukum taklif, sekalipun. keberadaan hukum wadh'iy itu tidak
menyentuh esensi hukum taklif. Para ulama usul menetapkan bahwa sebab harus muncul dari nas,
bukan buatan manusia. Misalnya firman Allah dalam Qs Al-Isra' ayat 78: .

"Dirikanlah salat sesudah matahari tergelincir..." Ayat tersebut menunjukkan matahari yang
tergelincir menjadi sebab kewajiban salat.

b. Syarat (), yaitu sesuatu yang berada di luar hukum syara' tetapi keberadaan. hukum syara'
bergantung kepadanya. Apabila syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada, tetapi adanya syarat
tidak mengharuskan adanya hukum syara'. Oleh sebab itu, suatu hukum taklifi tidak dapat
diterapkan kecuali bila telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan syara'. Misalnya firman Allah
dalam QS. Al-Nisa ayat 6:

‫ وابتلوا اليتمى حتى إذا بلغوا النكاح‬.

"Dan ujilah anak yaitu itu sampai mereka cukup umur untuk kawin (deroasa)..." Ayat tersebut
menunjukkan kedewasaan anak yatim menjadi syarat hilangnya perwalian atas dirinya.

c. Penghalang (), yaitu sifat yang keberadaannya menyebabkan tidak ada hukum atau tidak ada
sebab. Misalnya sabda Rasul:

‫ليس للقاتل ميراث‬

"Pembunuh tidak mendapat waris."

Hadis ini menunjukkan bahwa pembunuhan sebagai penghalang untuk mendapat warisan.

d. Azimah (l) dan Rukhshah (1)


Azimah adalah hukum-hukum yang disyariatkan Allah kepada seluruh hamba Nya sejak semula.
Artinya belum ada hukum sebelum hukum itu disyariatkan Allah, sehingga sejak disyariatkannya
seluruh mukallaf wajib mengikutinya. Misalnya jumlah salat zuhur empat rakaat. Jumlah rakaat ini
ditetapkan Allah sejak semula, sebelumnya tidak ada hukum lain yang menetapkan jumlah rakaat
salat zuhur. Hukum tentang rakaat salat zuhur adalah empat rakaat disebut dengan razimah. Apabila
ada dalil lain yang menunjukkan bahwa orang-orang tertentu boleh mengerjakan salat zuhur dua
rakaat (seperti musafir) maka hukum itu disebut rukhshah. Dengan demikian, ahli usul fikih
mendefinisikan rukhshah dengan hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil yang ada karena ada
udzur.

(‫ )الطالب‬dan Batal (‫ )الصحة‬e, Sah Sah adalah suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara', yaitu
terpenuhinya sebab, syarat, dan tidak ada penghalang. Misalnya mengerjakan salat zuhur setelah
tergelincir matahari (sebab) dan telah berwudhu' (syarat) dan tidak haid, nifas, dan sebagainya
(penghalang). Adapun batal adalah terlepasnya hukum syara' dari ketentuan yang ditetapkan dan
tidak ada akibat hukum yang ditimbulkannya. Misalnya jual-beli minuman keras. Akadnya dipandang
batal karena minuman keras tidak bernilai harta dalam pandangan syarat

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al-ahkam al syar’iyah mencakup konsep penilaian terhadap perbuatan mukallaf yang


meliputi hukum tentang pembebanan (taklif) dan yang menyangkut penetapan sesuatu
perbuatan (wad’i) seperti sebab, syarat, mani’, rusa, dan azimah.

2. Hukum taklifi mencakup wajib, sunnah, haram, mubah dan makruh.

3. Dalam upaya menarik kesimpulan hukum dari teks teks syariah dibutuhkan metode
istidla liyah (deduksi) dan metode istiqra>’iyah (induksi)

DAFTAR PUSTAKA

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/33072012/MODUL_USHUL_FIQIH-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1646319431&Signature=cDS3c~AQ1QKy06~qlp0BH6kEoqYw59Q664nXqUSWspA15qkH2HG
LGG82ppaLtrtHiBQh21ncEIfvnd6agwafevQCKymAo0U3G3rov87sv1w7Ingu~-
DsfgI4ZKJ8qt49f2ZMCAbvtk7KvLj8DaCQNy1A5cNQOWT2y2cnkaWlDrWm1x3YFqaagLhPhwH0AXwUJ
gNcsiPYWm9GPmpKslarrNEgVyMTAJAyBNLY8CIBWY5UBAJBbu-eiS9Ac3XOysSiLEy68ciVQEpAkN-~e8-
KY26TCqvAhyZ~He1s4SkEmr~XBQpiizo4~TbaQviHVLOZ9HxcyKx1KV44KcSMZIkAgw__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

file:///E:/doc/Downloads/118-Article%20Text-1063-2-10-20210308.pdf
https://www.republika.co.id/berita/93824/hukum-taklifi-dan-hukum-wadhi
https://www.researchgate.net/publication/338749934_Determinasi_al-Ahkam_al-
Syar'iyah_dalam_Tradisi_Hukum_Islam
https://osf.io/v4ekz/

Anda mungkin juga menyukai