TENTANG
JURUSANSISTEMINFORMASI
T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………………….….. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ……………..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al – Ahkam …..………………………………….…………………………1
B. Makna dan Contoh Hukum Taklifiy ……………….……….…………………………………... 1
C. Makna dan Contoh Hukum Wadh’I ......................………………………………........ 4
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum
syar'i ialah: "Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang
mukallaf, yang mengandung suatu tuntutan
Hukum taklifi adalah khithab syar'i yang mengandung tuntutan untuk dikerjakan oleh para
mukallaf atau untuk ditinggalkannya
Hukum wadh'i ialah khithab syara' yang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu
itu adalah sebagai sebab, syarat atau penghalang sesuatu.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al – Ahkam
Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum syar'i ialah:
"Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf, yang
mengandung suatu tuntutan, atau pilihan yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau
pengahalang bagi adanya sesuatu yang lain"
Al-Ahkam Menurut para ahli Ushul Fiqih (Ushuliyyun), yang dimaksud dengan hukum syar'i ialah:
"Khithab pencipta syari'at yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan orang mukallaf, yang
mengandung suatu tuntutan
1. Hukum Taklifi
Hukum taklifi adalah firman Allah yang menuntut seseorang untuk mengerjakan sesuatu (wajib dan
sunnah) atau meninggalkan sesuatu (haram dan makruh) atau memilih antara mengerjakan dan
meninggalkan (mubah). Dengan demikian, bentuk hukum menurut ulama usul fikih ada lima yaitu:
Ijab (wajib), yaitu tuntutan Allah yang bersifat memaksa harus dikerjakan yang tidak boleh
ditinggalkan. Orang yang meninggalkannya akan dikenai sanksi. Misalnya kewajiban salat berdasar
firman Allah QS. Al-Nur ayat 56:
Allah menggunakan bentuk kata kerja perintah dalam ayat ini. Menurut para ahli usul fikih
melahirkan hukum wajib salat dan zakat. b. Nadb (sunnah), yaitu tuntutan Allah untuk melaksanakan
suatu perbuatan yang tidak bersifat memaksa yang tidak dilarang untuk meninggalkannya. Orang
yang meninggalkannya tidak dikenai sanksi. Misalnya anjuran dalam QS. Al Baqarah ayat 282:
ينأيها الذين امنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فأكتبوه.
. "Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan hendaklah kamu menuliskannya...
Lafal faktubuhu (u) dalam ayat pada dasarnya mengandung perintah wajib. tetapi terdapat indikasi
yang memalingkan perintah itu kepada nadb yang terdapat dalam kelanjutan dari ayat tersebut "...
akan tetapi apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya... (QS. Al-Baqarah: 283). Tuntutan wajib dalam ayat berubah menjadi nadb.
Indikasi yang membawa perubahan ini adalah bahwa Allah menyatakan jika ada sikap saling
mempercayai maka penulisan utang tersebut tidak begitu penting. c. Ibahah (mubah), yaitu kalam
Allah yang bersifat fakultatif (mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat). Misalnya
firman Allah dalam QS. AlMaidah ayat 2:
"... apabila kamu elah selesai melaksanakan ibadah haji maka bolehlah kamu berburu..."
Ayat ini juga menggunakan lafal perintah yang mengandung makna ibahah (mubah) karena ada
indikasi yang memalingkannya.. d. Karahah (makruh), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu
perbuatan, tetapi diungkapkan melalui kandungan makna yang tidak bersifat memaksa. Orang yang
mengerjakan perbuatan itu tidak dikenai hukuman. Misalnya sabda Rasulullah:
"Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak." e. Tahrim (haram), yaitu tuntutan untuk
tidak mengerjakan sesuatu dengan sifat memaksa. Orang yang mengerjakan yang terlarang ini
dikenai sanksi. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-An'am ayat 151:
"... Jangan kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah... Khihab ayat disebut dengan tahrim,
yaitu membunul jiwa seorang manusia hukumnya haram.
Hukum Taklifi :
1. hukum at-taklif terkandung tuntutan untuk melaksanakan, meninggalkan, atau memilih berbuat
atau tidak berbuat.
2. Hukum at-taklif merupakan tuntutan langsung pada mukkallaf untuk dilaksanakan, ditinggalkan,
atau melakukan pilihan untuk berbuat atau tidak berbuat.
3. Hukum at-taklif harus sesuai dengan kemampuan mukallaf untuk melaksanakan atau
meninggalkannya, karena dalam hukum at-taklif tidak boleh ada kesulitan (masyaqqah)
dankesempitan (haraj) yang tidak mungkin dipikul oleh mukllaf.
4. Hukum at-taklif ditujukan kepada para mukallaf, yaitu orang yang telah baligh dan berakal.
a. Sebab (), yaitu suatu sifat yang dijadikan syar" sebagai tanda adanya hukum. Oleh karena itu
terlihat keterkaitan sebab dengan hukum taklif, sekalipun. keberadaan hukum wadh'iy itu tidak
menyentuh esensi hukum taklif. Para ulama usul menetapkan bahwa sebab harus muncul dari nas,
bukan buatan manusia. Misalnya firman Allah dalam Qs Al-Isra' ayat 78: .
"Dirikanlah salat sesudah matahari tergelincir..." Ayat tersebut menunjukkan matahari yang
tergelincir menjadi sebab kewajiban salat.
b. Syarat (), yaitu sesuatu yang berada di luar hukum syara' tetapi keberadaan. hukum syara'
bergantung kepadanya. Apabila syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada, tetapi adanya syarat
tidak mengharuskan adanya hukum syara'. Oleh sebab itu, suatu hukum taklifi tidak dapat
diterapkan kecuali bila telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan syara'. Misalnya firman Allah
dalam QS. Al-Nisa ayat 6:
"Dan ujilah anak yaitu itu sampai mereka cukup umur untuk kawin (deroasa)..." Ayat tersebut
menunjukkan kedewasaan anak yatim menjadi syarat hilangnya perwalian atas dirinya.
c. Penghalang (), yaitu sifat yang keberadaannya menyebabkan tidak ada hukum atau tidak ada
sebab. Misalnya sabda Rasul:
Hadis ini menunjukkan bahwa pembunuhan sebagai penghalang untuk mendapat warisan.
( )الطالبdan Batal ( )الصحةe, Sah Sah adalah suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara', yaitu
terpenuhinya sebab, syarat, dan tidak ada penghalang. Misalnya mengerjakan salat zuhur setelah
tergelincir matahari (sebab) dan telah berwudhu' (syarat) dan tidak haid, nifas, dan sebagainya
(penghalang). Adapun batal adalah terlepasnya hukum syara' dari ketentuan yang ditetapkan dan
tidak ada akibat hukum yang ditimbulkannya. Misalnya jual-beli minuman keras. Akadnya dipandang
batal karena minuman keras tidak bernilai harta dalam pandangan syarat
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Dalam upaya menarik kesimpulan hukum dari teks teks syariah dibutuhkan metode
istidla liyah (deduksi) dan metode istiqra>’iyah (induksi)
DAFTAR PUSTAKA
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/33072012/MODUL_USHUL_FIQIH-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1646319431&Signature=cDS3c~AQ1QKy06~qlp0BH6kEoqYw59Q664nXqUSWspA15qkH2HG
LGG82ppaLtrtHiBQh21ncEIfvnd6agwafevQCKymAo0U3G3rov87sv1w7Ingu~-
DsfgI4ZKJ8qt49f2ZMCAbvtk7KvLj8DaCQNy1A5cNQOWT2y2cnkaWlDrWm1x3YFqaagLhPhwH0AXwUJ
gNcsiPYWm9GPmpKslarrNEgVyMTAJAyBNLY8CIBWY5UBAJBbu-eiS9Ac3XOysSiLEy68ciVQEpAkN-~e8-
KY26TCqvAhyZ~He1s4SkEmr~XBQpiizo4~TbaQviHVLOZ9HxcyKx1KV44KcSMZIkAgw__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
file:///E:/doc/Downloads/118-Article%20Text-1063-2-10-20210308.pdf
https://www.republika.co.id/berita/93824/hukum-taklifi-dan-hukum-wadhi
https://www.researchgate.net/publication/338749934_Determinasi_al-Ahkam_al-
Syar'iyah_dalam_Tradisi_Hukum_Islam
https://osf.io/v4ekz/