Anda di halaman 1dari 10

AKAD WAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah


Dosen Pengampu : Sairul Basri

Disusun Oleh :

Reva Ramdayanti (2341030013)


Nabillah Chantya (2341030024)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karuniaNya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya yang merupakan salah satu
tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah. Sholawat beserta salam semoga dapat tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, Sahabat-sahabatNya dan kita
selaku umatnya kelak diakhir zaman.

Alhamdulillah makalah yang penulis buat yang berjudul “ADAB WAKALAH” telah selesai
dan terima kasih penulis hanturkan kepada dosen kami yang telah membimbing kami Bapak
Sairul Basri sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar. Makalah kami
tidak bisa mendekati atas sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT
semata, kami berharap makalah kami berguna terutama mahasiswa UIN RADEN INTAN
LAMPUNG sendiri selanjutnya kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini.

Bandar Lampung, 09 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5
A. Definisi Wakalah ......................................................................................... 5
B. Rukun dan Syarat-syarat Wakalah .............................................................. 5
C. Dasar Hukum Wakalah ............................................................................... 6
D. Macam-macam Wakalah ............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 9
B. SARAN ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat kehidupan sekarang ini, perlu kiranya kita mengetahui akad akad didalam
muamalah. Di dalam makalah ini akan kita bahas mengenai akad wakalah (perwakilan) yang
semua itu sudah ada dan diatur dalam Al-Qur'an, hadist, maupun kitap kitap klasik yang dibuat
oleh ulama terdahulu. Untuk mengetahui tentang hukum wakalah, sumber sumber hukum
wakalah, dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan didalam kehidupan kita.
Wakalah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena wakalah dapat membantu
seseorang menyelesaikan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh seseorang tersebut. Tetapi
pekerjaan itu masih bisa tetap berjalan seperti layaknya yang telah direncanakan. Hukum
wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap tolong menolong. selama
wakalah tersebut bertujuan kepada kebaikan. Terkadang seseorang tidak bisa menyelesaikan
pekerjaan, mungkin karena tidak memiliki kompetensi, atau keterbatasan waktu dan tenaga
untuk menyelesaikannya. Biasanya ia akan memberikan mandat atau perwakilan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Wakalah?


2. Apa saja rukun dan syarat-syarat Wakalah?
3. Apa saja dasar hukum Wakalah?
4. Apa saja macam-macam Wakalah?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Wakalah
2. Mengetahui syarat dan rukun Wakalah
3. Mengetahui dasar hukum Wakalah
4. Mengetahui Macam-macam Wakalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Wakalah
Wakalah dalam hukum Islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak
pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan. Wakalah
mempunyai beberapa pengertian dari segi bahasa, diantaranya adalah perlindungan (al-hifz),
penyerahan (at-tafwid), atau memberikan kuasa. Menurut kalangan Syafi'iyah pengertian
wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain supaya
melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan dan dapat dilakukan oleh
pemberi kuasa. Dengan ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa
masih hidup.1 Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti menyerahkan
atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil. 2
Al-wakalah juga memiliki arti at-tafwid yang artinya penyerahan, pendelegasikan atau
pemberian mandat.3 Sehingga wakalah dapat diartikan sebagai penyerahan sesuatu oleh
seseorang yang mampu dikerjakan sendiri sebagian dari suatu tugas yang bisa diganti kepada
orang lain, agar orang itu mengerjakannya semasa hidupnya. 4 Wakalah dalam praktik
pengiriman barang terjadi ketika orang lain atau untuk mewakili dirinya mengirimkan sesuatu.
Orang yang diminta diwakilkan harus menyerahkan barang yang akan dia kirimkan untuk
orang lain kepada yang mewakili dalam suatu kontrak. Berdasarkan definisi-definisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan al-wakalah adalah penyerahan dari seseorang
kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dan perwakilan berlaku selama yang
mewakilkan masih hidup. 5
Wakalah mempunyai beberapa makna yang berbeda menurut beberapa ulama, berikut ini
adalah masing-masing pandangan dari para ulama:
a. Menurut Hasby Ash Shiddieqy, wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan yang akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak (bertasarruf).
b. Menurut Sayyid Sabbiq, wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang
lain dalam hal-hal yang di wakilkan.6

B. Rukun dan Syarat-syarat Wakalah


Rukun wakalah itu hanya ijab qabul, akan tetapi jumhur ulama tidak memiliki pendapat
yang serupa, mereka berpendirian bahwa rukun dan syarat wakalah sekurang- kurangnya
terdapat empat rukun,7 yaitu:

1 Heri Karim, Figh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2002), 20.
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwit Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 1579.
3
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2008), 120-121.
4
Abu Bakar Muhammad, Figh Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.
5
Hendi Suhendi, Figh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 231-233.
6
Sayyid Sabig, Figh Al-Sunnah, Juz V (Beirut: Daar Al-Fikr, 1983), 235.
7
Hendi Suhendi, Figh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 234-235

5
1) Orang yang memberi kuasa (Al-Muwakkil)
Seseorang yang mewakilkan, pemberi kuasa, disyaratkan memiliki hak untuk tasharruf pada
bidang-bidang yang didelegasikannya. Karena itu seseorang tidak akan sah jika mewakilkan
sesuatu yang bukan haknya.
Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang dikuasakannya, disisi lain juga dituntut
supaya pemberi kuasa itu sudah cakap bertindak atau mukallaf. Tidak boleh seorang pemberi
kuasa itu masih belum dewasa yang cukup akal serta pula tidak boleh seorang yang gila.
2) Orang yang diberi kuasa (al-Wakil)
Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu aturan yang mengatur proses akad
wakalah ini. Sehingga cakap hukum menjadi salah satu syarat bagi pihak yang diwakilkan.
Seseorang yang menerima kuasa ini, perlu memiliki kemampuan untuk menjalankan
amanahnya yang diberikan oleh pemberi kuasa. ini berarti bahwa ia tidak diwajibkan menjamin
sesuatu yang di luar batas, kecuali atas kesengajaannya.
3) Objek/perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil)
Objek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain, seperti jual beli, pemberian
upah, dan sejenisnya yang memang berada dalam kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.
Para ulama berpendapat bahwa tidak boleh menguasakan sesuatu yang bersifat ibadah
badaniyah, seperti salat, dan boleh menguasakan sesuatu yang bersifat ibadah maliyah seperti
membayar zakat, sedekah, dan sejenisnya. Selain itu hal-hal yang diwakilkan itu tidak ada
campur tangan pihak yang diwakilkan.
Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga objek yang akan diwakilkan
pun tidak diperbolehkan bila melanggar syari'ah Islam.
4) Pernyataan Kesepakatan (Ijab dan Qabul/Shigat)
Dirumuskannya suatu perjanjian antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa, dari mulai
aturan memulai akad wakalah ini, proses akad, serta aturan yang mengatur berakhirnya akad
wakalah ini. Isi dari perjanjian ini berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada penerima
kuasa. Tugas penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan atas pemberi kuasa
melakukan sesuatu tindakan tertentu. Shigat wakalah boleh dengan pembatasan masa tugas al-
wakil, seperti dalam tempo seminggu atau sebulan.

C. Dasar Hukum Wakalah


Dasar hukum dari wakalah adalah boleh dilakukan dalam ikatan kontrak yang
disyariatkan dengan dasar hukum ibadah (diperbolehkan). Wakalah bisa menjadi sunnah,
makruh, haram, atau bahkan wajib sesuai dengan niat pemberi kuasa. pekerjaan yang di
kuasakan atau faktor lain yang mendasarinya dan mengikutinya.. Para Imam Mazhab sepakat
bahwa perwakilan dalam akad (kontrak, perjanjian, transaksi) yang dapat digantikan oleh orang
lain untuk melakukannya adalah diperbolehkan selama dipenuhi rukun-rukunnya. Tiap-tiap hal
dapat dilakukan penggantian, selama hal tersebut bukanlah ibadah yang bersifat badaniah
seperti sholat, puasa dan lainnya tidak dapat diwakilkan, Sedangkan yang boleh dilakukan
penggantian adalah pekerjaan yang dapat dikerjakan orang lain, jual beli, persewaan,

6
pembayaran hutang, menyuruh menuntut hak dan menikahkan maka hukumnya sah. Al-
wakalah adalah jenis kontrak ja'iz min atrafayn, yaitu kedua belah pihak berhak membatalkan
ikatan kontrak kapanpun mereka menghendaki. Pemberi kuasa (al muwakil) berhak mencabut
kuasa (al wakil) dari pekerjaan yang dikuasakan. Begitu pula sebaliknya bagi penerima kuasa
(al wakil) berhak membatalkan dan mengundurkan diri dari kesanggupannya menerima kuasa.
Adapun landasan hukum wakalah ada beberapa macam antara lain sebagai berikut:
➢ Al-Qur'an
Dasar hukum wakalah dari Al-Quran terdapat dalam Q.S. An- Nisa ayat 35,

ً ‫إِص ََل‬
yaitu: ‫حا‬ ‫ق بَينِ ِه َما فَابعَثُوا حك ًما ِمن أَه ِل ِه َو َح َك ًما ِمن أَه ِلهَا إِن يُ ِريدَا‬
َ ‫شقَا‬ ِ ‫َوإِن ِخفت ُم‬
‫علَي ًما َخ ِبي ًرا‬ َ َ َ‫ّللاُ بَينَ ُه َما إِن‬
َ َ‫ّللا كَان‬ َ ‫ق‬ ِ ِ‫يُ َوف‬

Yang artinya: "Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari kelurga
perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. 8
Selain itu juga terdapat dalam Q.S Al-Kahfi ayat 19, yaitu:

‫ساءلُوا بَينَ ُهم قال قائل من ُهم كم لبثت ُم قَالُوا لبننَا يَو ًما أَو بَعض يَوم قَالُوا َربُّكُم‬َ ‫وكذلك بعثنهم ليت‬
َ ‫أَعلَ ُم ِب َما لبثت ُم فَابعَثُوا أ َح َدكُم بورقكُم هذة إلى المدينة فليَنظُر أيُّهَا أزكَى‬
ُ‫طعَا ًما فَليَأتِكُم ِب ِرزق ِمنه‬ َ َ َ
‫طف َو َل يُشع َِرنَ بِكُم أَ َحدًا‬
َ َ‫َوليَتَن‬

Yang artinya: "Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di
antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata
(yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada siapa pun."
Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal muamalah dapat dilakukan
perwakilan dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa diambil manakala manusia mengalami
kondisi tertentu yang mengakibatkan ketidak-sanggupan melakukan segala sesuatu secara
mandiri, baik melalui perintah maupun kesadaran pribadi dalam rangka tolong menolong,
dengan demikian seseorang dapat mengakses atau melakukan transaksi melalui jalan Wakalah.

8 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Jakarta: Jamunu, 1967), 123

7
➢ Al-Hadis
Rasulullah SAW semasa hidupnya pernah memberikan kuasa kepada sahabatnya, di
antaranya adalah membayar hutang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya,
mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan dan lain- lain yang kemudian dapat
dijadikan landasan keabsahan wakalah.9
Salah satu Hadis yang menjadi landasan wakalah yaitu:
َ‫سلَ َم َوكُل عمرو بن أمية الضَم ِري فِي قَبُول نكاح أُم َح ِبينَة َر َمنة‬
َ ‫علَي ِه َو‬
َ ُ‫صلَى للا‬
َ ِ‫أنَ َرسُو َل للا‬
‫ان‬ ُ ‫ِبنتَ أَ ِبي‬
ِ ‫سف َي‬
Yang artinya: "Sesungguhnya Rasulullah SAW, mewakilkan kepada Amr bin Umayyah
al-Dlamry dalam menerima pernikahan Ummi Habibah, Ramlah binti Abi Sufyan." (HR. Al-
Baihaqi).
➢ Ijma' Ulama
Menurut Antonio (2008), para ulama berpendapat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah.
Mereka mensunahkan wakalah dengan alasan bahwa wakalah termasuk jenis ta'awun atau
tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa.

D. Macam-macam Wakalah
1. Wakalah al-khassah adalah wakalah dimana pemberian wewenang untuk menggantikan
sebuah posisi pekerjaan yang bersifat spesifik. Dan telah dijelaskan secara mendetail segala
sesuatu yang berkaitan dengan apa yang diwakilkannya, seperti mengirim barang berupa
pakaian atau menjadi advokat untuk menyelesaikan kasus tertentu.
2. Al-wakalah al-ammah adalah akad wakalah dimana pemberian wewenang bersifat umum,
tanpa adanya penjelasan yang rinci.
3. Al-wakalah al-muqayyadah adalah akad dimana wewenang dan tindakan si wakil dibatasi
dengan syarat-syarat tertentu.
4. Al-wakalah al-mutlaqah adalah akad wakalah dimana wewenang dan wakil tidak dibatasi
dengan syarat-syarat tertentu.10

9 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, Cet. I, 2001), 121.
10
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti menyerahkan atau
mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil. Al-wakalah juga memiliki arti
at-tafwid yang artinya penyerahan, pendelegasikan atau pemberian mandat. Sehingga wakalah
dapat diartikan sebagai penyerahan sesuatu oleh seseorang yang mampu dikerjakan sendiri
sebagian dari suatu tugas yang bisa diganti kepada orang lain, agar orang itu mengerjakannya
semasa hidupnya
Wakalah adalah suatu transaksi dimana seorang menunjuk orang lain untuk menggantikan
dalam pekerjaannya/perkara ketika masih hidup. Ijma para ulama membolehkan wakalah
karena wakalah dipandang sebagai bentuk tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa
yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulnya. Wakalah dianggap sah jika memenuhi
rukun dan syaratnya.
Rukun dan syarat-syarat wakalah yaitu: Orang yang memberi kuasa (Al-Muwakkil), Orang
yang diberi kuasa (al-Wakil), Objek/perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil), dan Pernyataan
Kesepakatan (Ijab dan Qabul/Shigat).

B. SARAN
Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai wakalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan kita sehingga kedepannya bisa menjadi sumber daya manusia
yang mampu mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Heri Karim, Figh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. III,
2002), 20.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwit Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), 1579.
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2008), 120-121.
Abu Bakar Muhammad, Figh Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.
Hendi Suhendi, Figh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 231-233.
Sayyid Sabig, Figh Al-Sunnah, Juz V (Beirut: Daar Al-Fikr, 1983), 235.
Hendi Suhendi, Figh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 234-235
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Jakarta: Jamunu, 1967),
123
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Jakarta:
Gema Insani, Cet. I, 2001), 121.
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

10

Anda mungkin juga menyukai