Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis menyadari banyak kekurang, dari
kekurangan penulisan makalah ini kami sadar serta kami mengharapkan kritikan dan saran
guna untuk membangun, sehingga dapat diharapkan membawa perkembangan dikemudian
hari. Dalam kesempatan ini, kami selaku penulis makalah mengucapkan terimakasih banyak
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam peyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik baiknya, apabila terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini kami memohon maaf sedalam dalamnya. Kami akhiri
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Mu’amalah.............................................................................................
B. Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah...........................................................................
C. Pembahagian Mu’amalah........................................................................................
D. Urgensi Dan Keutamaan Fiqih Mu’amalah.............................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAT PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam memberikan aturan-aturan yang longgar dalam bidang muamalah,
karena bidang tersebut amat dinamis mengalami perkembangan. Meskipun demikian,
Islam memberikan ketentuan agar perkembangan di bidang muamalah tersebut tidak
menimbulkan kerugian salah satu pihak. Bidang muamalah berkaitan dengan
kehidupan duniawi, namun dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dengan ukhrawi,
sehingga dalam ketentuannya mengadung aspek halal, haram, sah, rusak dan batal.
Sebagian besar kehidupan manusia diisi dengan aktivitas muamalah (ibadah
dalam arti luas), dan selebihnya sebagian kecil waktunya diisi dengan aktivitas ibadah
(ibadah dalam arti sempit yaitu ibadah ritual, seperti: shalat, puasa, zakat, haji).
Tidaklah mungkin Allah SWT Yang Maha Tahu melepaskan kendali aspek muamalah
begitu saja tanpa ada aturan dari-Nya. Dengan demikian ajaran Islam yang lengkap
dan menyeluruh ini sebagian besar mengatur tentang muamalah. Para Sahabat dan
para Ulama menegaskan pentingnya memahami muamalah atau mempelajari fiqh
muamalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian mu’amalah
2. Apa saja kah ruang lingkup muamalah
3. Apa saja pembahagian muamalah
4. Apa saja urgensi dan keutamaan mu’amalah dalam islam
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari mu’amalah
2. Untuk memahami ruang lingkup mu’amalah
3. Untuk memahami pembahagian mu’amalah
4. Untuk memahami urgensi dan keutamaan mu’amalah dalam islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu’amalah
Pengertian fikih muamalah sebagai suatu disiplin ilmu harus dimulai dengan
memahami karakteristik setiap kata, fikih dan muamalah. Kedua kata ini harus
dibedah sisi etimologi dan terminologi sebelum masuk ke dalam pengertiannya secara
menyeluruh. Fikih yang berasal dari kata faqoha-yufaqihu-faqihatan dalam bahasa
Arab berarti pemahaman, dan pengetahuan.
Fikih yang sering diartikan dengan pemahaman ini tidak hanya terbatas pada
pemahaman hukum syara‟, tetapi lebih dari itu, fikih juga berarti memahami „illah
hukum, maqashid hukum, sumber-sumber hukum dan hal-hal yang membantu
mujtahid
dalam merumuskan hukum. Dalam terminologi fuqaha, seperti mana yang
diungkapkan jumhur ulama, fikih berarti ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang
berkaitan dengan
amal perbuatan yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.
Ibnu khaldun menambahkan penjelasannya dengan berkata bahwa fikih adalah
mengetahui hukum-hukum Allah tentang amal perbuatan manusia dalam term
kewajiban, larangan, anjuran, makruh dan
mubah. Pengertian ini menunjukkan bahwa fikih secara garis besar berkonten pada
perilaku dan tindak-tanduk manusia secara kasat mata. Baik dalam konteks vertikal
atau
hubungan dengan Sang Pencipta maupun dalam konteks horizontal atau hubungan
sesame manusia.
Kata muamalah berasal dari kata amala-yuamilu-amalatan yang artinya beinteraksi
dengannya dalam jual beli atau hal lainnya. Kata muamalah juga dapat berarti jika
kamu bermuamalah dengan seseorang berarti kamu berinteraksi denganya,
mempergaulinya, dan bercampurnya denganya. Perlu juga digaris bawahi bahwa kata
muamalah hanya berlaku bagi manusia dan tidak bagi makluk yang lainnya seperti
binatang.
Dari sisi istilah, muamalah memiliki beberapa definisi yang dipengaruhi dari
persepsi pembagian hukum syara
1. Muamalah adalah Hukum syariat yang mengatur interaksi antar sesama manusia
di dunia, baik hukum-hukum yang berkaitan dengan harta, wanita dari sisi
2
pernikahan dan perceraian, pertikaian, perkara-perkara, harta warisan dan hal-hal
lainnya. Pengertian ini didasari dari pembagian fikih kepada dua bagian, ibadah
dan muamalah. Ibnu Abidin menyatakan bahwa muamalah terbagi ke dalam lima
bagian, yaitu: transaksi keuangan, pernikahan, pertikaian, amanah dan warisan.
Selaras dengan pembagian ini, Muhammad Ruwas Qal‟ah Ji mengutarakan bahwa
muamalah adalah perkara-perkara syariah yang berkaitan dengan perkara-perkara
duniawi. Dengan bahasa lain, muamalah berarti hukum-hukum syara‟ yang
mengatur hubungan antar manusia di dunia.
2. Muamalah adalah hukum-hukum syariah yang mengatur hubungan antar manusia
di dalam aspek harta dan hubungan dalam rumah tangga, baik pernikahan,
perceraian, nafkah dan lain-lain. Definisi ini sering kita jumpai dalam Mazhab
Hanafiyah didasari dari persepsi bahwa pernikahan termasuk dari interaksi antar
manusia
3. Muamalah adalah hukum-hukum syariah yang mengatur hubungan antar manusia
di dalam urusan harta. Definisi ini didasari dari pembagian fikih ke dalam
beberapa bagian, yaitu ibadah, muamalah maliyah, munakahat (pernikahan),
jinayah, „alaqah dauliyah (hubungan internasional) dan lain-lain. Ketika fikih
dibagi ke dalam bagian yang lebih besar dimana hukum pernikahan, hukum
warisan, hukum pidana Islam berdiri sendiri maka istilah muamalah menyempit
menjadi hanya sebatas perihal harta dan keuangan. Prof. Ali Fikri mengatakan
bahwa fikih muamalah adalah ilmu yang mengatur pertukaran harta dengan harta
atau manfaat dengan manfaat di antara manusia dengan cara transaksi atau hal
yang mengikat
4. Melihat tiga jenis definisi muamalah, dari yang terluas sampai yang menyempit
maka definisi ketiga lebih tepat untuk menjadi definisi muamalah pada saat ini.
Hal ini tidak lepas dari persepsi masyarakat yang menganggap bahwa muamalah
selalu berkaitan dengan uang dan tuntunan keilmuan yang mengarahkan kepada
spesifikasi dan tidak lagi berkutat dalam perkara-perkara yang umum.
B. Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah
Berdasarkan pembagian fikih muamalah maka ruang lingkup fikih muamalah
dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Al-Muamalah Al-Adabiyah.
Hal-hal yang termasuk Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah ijab kabul,
saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
3
kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber
dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.
2. Al-Muamalah Al-Madiyah
1. Jual beli (al-bai’)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (taflis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (al-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (al-syuf‟ah)
12. Sayembara (al-ji‟alah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra‟), damai (al-shulhu)
16. beberapa masalah mu‟ashirah, seperti masalah bunga bank, asuransi.
17. Pembagian hasil pertanian (musaqqah)
18. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
19. Pinjaman uang (qiradh)
20. Pinjaman barang („ariyah)
21. Sewa menyewa (al-`ijarah)
22. Penitipan barang (wadi‟ah) dan beberapa masalah lainnya
C. Pembagian muamalah
a) Pembagian Muamalah
4
Ini mencakup transaksi dan interaksi antara individu, seperti jual beli,
pinjaman, hadiah, hibah, pernikahan, perceraian, dan sebagainya. Prinsip-
prinsip etika dan keadilan sangat penting dalam muamalah ini.
a. Khiyar Majis
Khiyar majis adalah penjual dan pembeli dapat memilih, apakah ingin
melanjutkan transaksi atau tidak selama mereka masih dalam tempat yang
sama.
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah dengan sebuah syarat yang
telah disepakati antara dua belah pihak.
c. Khiyar Aibi
5
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah yang di mana pembeli dapat
mengembalikan barang yang sudah dibeli selama barang tersebut tidak
ada yang rusak ketika pertama kali membelinya.
3. Mukhabarah
Mukhabarah adalah transaksi muamalah yang berkaitan dengan
pembagian ladang atau sawah yang di mana pembagian tersebut disesuaikan
dengan kesepakatan yang sudah disetujui, bisa seperdua, sepertiga, bahkan
bisa lebih. Sementara itu, bibit atau benihnya berasal dari pemilik tanah.
Misalnya, ada seorang petani yang sudah mengelola sawah milik orang
lain, kemudian petani tersebut tetap mengelola sawah tanpa mengeluarkan
biaya untuk membeli benih. Lalu, muncullah kesepakatan yang terjadi antara
petani dan pemilik sawah dan kesepakatan itu berupa petani akan memperoleh
hasil bertani sebanyak seperdua dari semua jumlah hasil panen.
4. Muzara’ah
Muzara’ah adalah transaksi muamalah yang berupa kerja sama yang
terjadi pada bidang pertanian yang di mana seorang petani yang mengelola
sawah akan menyediakan benihnya dan membagi hasilnya dengan pemilik
sawah sesuai dengan kesepakatan.
Misalnya, ada seorang petani sedang mengelola sawah milik orang
lain, kemudian petani tersebut mengeluarkan biaya untuk membeli benih.
Kesepakatan yang telah disetujui antara petani dengan pemilik tanah adalah
petani akan memperoleh seperdua dari semua jumlah hasil panen.
5. Musaqah
Musaqah adalah kerja sama dalam bidang perkebunan yang di mana
pemilik kebun akan memberikan tanah atau kebunnya kepada petani untuk
dikelola. Kemudian, hasil panen akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang
sudah terjadi.
6. Utang Piutang
6
Utang piutang adalah transaksi yang dilakukan oleh peminjam hutang
dengan penerima hutang dengan suatu perjanjian yang di mana penerima
hutang akan meberikan suatu barang kepada pemberi hutang, kemudian barang
tersebut akan dikembalikan setelah penerima hutang melunasi hutangnya.
Misalkan ada seseorang yang meminjam hutan dan memberikan
handphone sebagai jaminan. Setelah peminjam hutang melunasi hutangnya,
maka pemberi hutang akan mengembalikan handphone tersebut.
7. Syirkah
Syirkah adalah suatu transaksi muamalah dengan sebuah akad antara
kedua belah pihak atau lebih dengan tujuan yang sama, yaitu membuat
kesepakatan untuk mendirikan sebuah usaha dengan harapan memperoleh
keuntungan. Ada beberapa jenis syirkah, yaitu syirkah ‘abdan, syirkah ‘inan,
syirkah wujuh, dan syirkah mufawdhah.
a. Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah salah satu jenis syirkah yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, tetapi kedua belah pihak tersebut tidak memberikan modal dan
hanya memberikan tenaga atau bekerja.
b. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang
di mana kedua belah pihak saling memberikan kontribusi pada modal dan
kerja.
c. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan dengan
melihat kedudukan, ketokohan, dan keahlian.
d. Syirkah Mufawadah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah
pihak dengan cara mempersatukan semua jenis syirkah.
e. Ariyah (Pinjam Meminjam)
Ariyah atau pinjam meminjam ini bisa diartikan sebagai meminjamkan
suatu barang yang memiliki manfaat dan halal kepada orang lain, kemudian si
peminjam tidak merusak barang yang sudah dipinjam dan segera
mengembalikannya. Misalkan, budi ingin tidak memiliki buku mata pelajaran
matematika, kemudian ia meminjam buku itu kepada Andi dan berjanji kalau
7
besok pagi akan dikembalikan. Keesokan harinya, Budi mengembalikan buku
mata pelajaran matematika yang sudah dipinjam kepada Andi.
f. Ihyaul Mawat (Membuka Lahan Baru)
Ihyaul Mawat atau membuka lahan baru bukan berarti langsung memiliki
lahan itu. Namun, yang diartikan sebagai membuka lahan baru adalah lahan
atau tanah yang belum pernah dikelola oleh siapa pun dan pemilik dari lahan
atau tanah tersebut belum diketahui.
8
boleh beraktifitas jual-beli, dan tidak boleh berkegiatan ekonomi apapun, kecuali
faham fiqih muamalah. Sehubungan dengan itulah Dr. Abdul Satta
rmenyimpulkan muamalat adalah inti terdalam dari tujuan agama Islam untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia. Dalam konteks ini Allah berfirman:
َو ِاَلى َم ْد َيَن َاَخاُهْم ُش َع ْيًبا َقاَل َيَقْو ِم اْع ُبُدوا َهَّللا َم اَلُك ْم ِّم ْن ِاَلٍه َغ ْيُر ُه َو َال َتْنُقُصوا اْلِم ْك َياَل َو اْلِم ْيَز اَن
ِاِّنْي َاَر ىُك ْم ِبَخْيٍرَّو ِاِّنْي َاَخاُف َع َلْيُك ْم َع َذ اَب َيْو ٍم ُّمِح ْيٍط.
َو َيَقْو ِم َاْو ُفوا اْلِم ْك َياَل َو اْلِم ْيَز اَن ِباْلِقْس ِط َو َالَتْبَخُسوا الَّناَس َاْش َيآَء ُهْم َو َال َتْع َثْو ا ِفى اَاْلْر ِض
ُم ْفِس ِد ْيَنز
Keutamaan Muaamalah
Muamalah dalam Islam merujuk pada transaksi dan urusan dunia,
terutama dalam konteks ekonomi dan keuangan. Keutamaan Muamalah dalam
Islam adalah sebagai berikut:
2. Larangan Riba: Islam secara tegas melarang riba (bunga). Riba dianggap
sebagai dosa besar, dan umat Islam dianjurkan untuk menjauhinya. Transaksi
yang mengandung riba dihindari dalam muamalah.
9
4. Zakat dan Infaq: Muamalah juga mencakup kewajiban memberikan zakat
(sumbangan wajib) dan infaq (sumbangan sukarela) untuk membantu orang
yang membutuhkan dalam masyarakat. Ini merupakan bagian penting dari
keseimbangan ekonomi dalam Islam.
5. Etika Bisnis: Islam mengajarkan etika bisnis yang baik, termasuk kejujuran,
kepercayaan, dan pemenuhan janji. Mematuhi etika bisnis ini dianjurkan
dalam muamalah.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam
seperti yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan,
hukum perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum
penggunaan harta, dan hukum pemerintaha.
Ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia
berdasarkan hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi
perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Hukum-
hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam
kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya.
Pembagian mu’amalah
11
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. A., & dalam Islam, B. M. T. (2003). Fiqih Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sa’diyah, M., & Sy, M. E. (2022). Modul Ajar Fiqih Muamalah. CV. Mitra Cendekia Media.
12