Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN, URGENSI, RUANG LINGKUP, dan PRINSIP MUAMALAH dalam


AJARAN ISLAM.
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Muamalah
Dosen Pengampu : Isnawati Nurul Azizah, M.Hum.

Oleh :
Kelompok 7

1. Tiaran Alamsyah Putri (2101055031)


2. Syarifah Rani Guntar (2101055033)
3. Firyal Nur Maulida (2101055036)

KELAS 4 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEILMUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA =23
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami, sehingga penyusunan makalah dengan
judul “Inovasi Pendidikan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Muamalah. Selain itu, tersusunnya makalah ini pun bertujuan untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi pembaca juga bagi penyusun tentang “Pengertian, Urgensi, Ruang
Lingkup, Prinsip, dan Kedudukan muamalah dalam Ajaran Islam.

Dapat terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan dan partisipasi dari
berbagai pihak, Oleh karena itu tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Pak Nazhori Author, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan
amanat untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun kami
telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah yang kami susun
dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 10 Maret 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Runusan Masalah............................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAAN.....................................................................................................................6
A. Pengertian Muamalah......................................................................................................6
B. Ruang Lingkup Muamalah..............................................................................................7
C. Kedudukan Keluarga Dalam Muamalah.........................................................................8
D. Prinsip-Prinsip Muamalah...............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah
secara etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat,
yang berarti hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain.
Muamalah berasal dari kata ‘aamala-yu’amilu-mu’amalat yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Dalam fikih, muamalah dimaknai
dengan tukar-menukar barang maupun jasa yang bermanfaat melalui proses jual-beli,
sewa-menyewa, utang-piutang, dan usaha lainnya. Sementara dalam arti luas,
muamalah memiliki arti yaitu aturan-aturan Allah Swt yang mengatur manusia
dengan urusan duniawinya terkait pergaulan sosial. Dengan kata lain, semua transaksi
barang atau jasa yang dilakukan umat Islam harus sesuai muamalah.
Ada beberapa transaksi yang termasuk dalam kategori muamalah, seperti upah
mengupah, sewa menyewa, jual beli, dan lain-lain yang sejenis, karena kedua proses
bertransaksi tersebut di atas sudah memasuki kegiatan transaksi muamalah, maka
transaksi muamalah juga dapat dilakukan disana.

Berdasarkan uraian diatas kami bertujuan untuk membahas tentang pengertian,


urgensi, ruang lingkup, prinsip, dan kedudukan muamalah dalam ajaran islam lebih
lanjut dan menambah ilmu Pendidikan yang seharusnya sesuai dengan aturan.

B. Runusan Masalah

1. Apa pengertian muamalah?


2. Bagaimana urgensi muamalah?
3. Apa saja ruang lingkup muamalah?
4. Apa saja prinsip mualah?
5. Apa saja kedudukan muamalah dalam ajaran islam?
C. Tujuan

1. Mendeskripsi pengertian muamalah.


2. Mendeskripsi urgensi muamalah.
3. Mendeskripsi ruang lingkup muamalah.
4. Mendeskripsikan prinsip mualah.
5. Mendeskripsikan kedudukan muamalah dalam ajaran islam.
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian Muamalah

Muamalah dalam Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di
antaranya ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya.
Muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah
secara etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat,
yang berarti hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain.
Muamalah berasal dari kata ‘aamala-yu’amilu-mu’amalat yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Dalam fikih, muamalah dimaknai
dengan tukar-menukar barang maupun jasa yang bermanfaat melalui proses jual-beli,
sewa-menyewa, utang-piutang, dan usaha lainnya. Sementara dalam arti luas,
muamalah memiliki arti yaitu aturan-aturan Allah Swt yang mengatur manusia
dengan urusan duniawinya terkait pergaulan sosial. Dengan kata lain, semua transaksi
barang atau jasa yang dilakukan umat Islam harus sesuai muamalah.
Maka, dapat disimpulkan bahwa arti muamalah adalah hubungan antar
manusia dalam usaha untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dengan cara yang baik
sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama. Hal-hal yang melingkupi muamalah adalah
pinjam-meminjam, jual-beli, sewa-menyewa, dsb.

A. Urgensi Muamalah
Urgensi muamalah berkaitan erat dengan hubungan antara manusia dengan
manusia dan hubungan antara manusia dengan Allah atau Tuhannya.Urgensi
maumalah itu sendiri ialah keharusan yang mendesak. Jadi terciptanya hubungan yang
harmonis antara sesama manusia, sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan
tentram.Adapun hubungan ini berupa jalinan pergaulan,saling menolong dalam
kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya kepada AllahSWT. Secara umum
tujuan muamalah adalah untuk menciptakan suatu hubungan yang baik dan harmonis
antar sesama manusia sehingga dapat menciptakan masyarakat yang rukun dan
tentram. Karena dalam kegiatan muamalah terdapat sifat tolong menolong. Selaini tu,
setiap orang tidak terlepas dari dua kewajiban yakni Hablumminallah yaitu suatu
hubungan terhadap Allah dan Hablumminannas yaitu suatu kewajiban sebagai
makhluk social

B. Ruang Lingkup Muamalah

Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang


muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf, meliputi : Pertama, Ahkam al-Ahwal al-
Syakhiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban
suami, istri dan anak. Itu harus memelihara dan membangun keluarga sebagai unit
terkecil. Kedua, al-Ahkam al-Maliyah (hukum perdata), yaitu hak transaksi
perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ Wal Ijarah), hak tanggungan (rahn), persekutuan
(syirkah), beli hutang (udayanah), kontrak ('uqud). Tujuan dari undang-undang ini
adalah untuk mengatur orang menurut kekayaan dan perlindungan hak-hak mereka.

Ketiga, Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu Hukum Kejahatan dan


Hukumannya. Tujuan undang-undang ini adalah untuk memelihara ketentraman hidup
dan harta manusia, kehormatan dan hak-haknya, serta membatasi hubungan pelaku
kejahatan dengan korban dan masyarakat. Keempat, al-Ahkam al-Murafa'at (Hukum
Acara), yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan Pengadilan (al-Qada), Kesaksian
(al-Syahadah) dan Idul Fitri (al-Yamin), tujuan dari undang-undang ini adalah untuk
mengatur pengadilan. . prosedur untuk menegakkan keadilan antar manusia.

Kelima, Al-Ahkam al-Dusturiyyah (The Law of the Law), yaitu hukum-


hukum yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang membatasi
hubungan antara hakim dan terpidana serta mengatur hak-hak individu dan
kelompok.Keenam, al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Negara), yaitu hukum yang
berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat dalam negara dan antar negara.
Tujuan dari undang-undang ini adalah untuk membatasi hubungan antar negara di
masa damai dan perang, serta hubungan antara umat Islam dan orang lain di negara
tersebut. Ketujuh, al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan
Keuangan), yaitu hukum tentang hak orang miskin atas harta benda orang kaya,
mengatur sumber pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Akan mengatur hubungan
ekonomi antara si kaya (agniya), si miskin dan hak-hak ekonomi negara dan individu.

Ini adalah bagian dari hukum Muamalah, yang berisi tujuh bagian hukum,
yang mata pelajarannya berbeda. Pembagian seperti itu tentu saja dapat berbeda-beda
di antara para ahli hukum. Yang pasti hukum Islam tidak dapat dipisahkan menjadi
hukum publik dan hukum privat. Hampir semua ketentuan hukum Islam dapat
berkaitan dengan urusan publik (umum) maupun urusan pribadi (privat). 

C. Kedudukan Keluarga Dalam Muamalah

a. Membangun keluarga merupakan salah satu langkah dari menyempurnakan


perintah Allah SWT. Karena sang pencipta mempersiapkan dari setiap diri
manusia dengan berbagai kemampuan termasuk menyempurnakan setengah
agama melalui keluarga.
b. Melalui keluarga berbagai kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri dapat
dimudahkan dengan adanya bantuan dari keluarga, saling membantu dan mengerti
kebutuhan satu dengan yang lainnya menandakan bahwa keluarga merupakan
khalayak yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Mereka juga
menghadirkan ketenangan dalam kehidupan, melengkapi kekurangan dan menepis
kekhawatiran.
c. Keluarga juga merupakan pondasi masyarakat, oleh karena itu kekuatan sebuah
masyarakat tergantung dengan kualitas keluarga yang membentuknya. Pondasi
yang dimaksud disini adalah keluarga yang merupakan sekolah pertama bagi
keturunannya, yang menentukan kualitas seseorang terlihat dari bagaimana
seseorang di didik di dalam keluarganya.

D. Prinsip-Prinsip Muamalah

1) Harta adalah milik Allah salah satu diantara sekian banyak anugrahNya yang
diberikan kepada manusiau kemanfaatan dan kemaslahatan manusia. Dalam
Quran Surah An-Nahl ayat 53 yang memiliki arti “Dan apa saja nikmat yang ada
pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”.
2) Mengelola harta (istikhlaf al maal). Dengan maksud seorang hamba harus lah
menglolah harta yang ia miliki sebab nantinya akan menjadi pertanggung jawaban
di akhirat nanti. Dalam Quran Surah Al-An’am ayat 165 yang memiliki arti “Dan
Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

3) Kepemilikan harta yang merupakan sarana untuk menikmati perhiasan dunia yang
Allah berikan kepada hamba-Nya melalui rizki yang baik serta sarana untuk
mewujudkan masalah umum seperti financial. Dalam H.R Muslim disertakan
bahwa “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dunia
adlah manis dan dan sesungguhnya Allah menyerahkan kepada kalian semua
didalamnya. Maka Allah akan meilaht bagaimana yang engkau semua perbuay
atas dunia ini”.

4) Memberikan manfaat atas harta yang telah didapat yang sebisa mungkin dapat
dirasakan oleh banyak orang, tidak hanya disimpan untuk dirinya sendiri. Seperti
dalam Quran Surah At-Taubah 34-35 yang memiliki arti “Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-
rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkah-kannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih.35. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".

5) Hak atas harta yang telah dimiliki harus lah dijaga maka dari itu sebagai upaya
menjaga hak tersebut diperlukan catatan dalam sebuah transaksi dari terjadinya
sengketa. lupa, kehilangan dan lainnya maka Syariah mensyariatkan untuk tautsiq
lewat pencatatan, kesaksian, dan jaminan gadai.
6) Mencari harta dan mengelolanya dengan cara yang seharusnya yakni halal erat
kaitannya dengan Islam yang mensyariatkan untuk berbuat adil dalam muamalah
dan akad sehingga masyarakat terhindar dari kerusakan social dan mental.
Sebagaimana dalam Quran Surah An-Nahl ayat 90 yang memiliki arti
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuah kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”

7) Mendapatkan harta dengan cara yang buruk atau batil seperti riba. Seperti
penguasaan terhadap yang bukan haknya dan mengambil hak orang lain yang
menimbulkan kebencian di dalam masyarakat. Dalam Quran Surah Ar-Rum ayat
39 yang memiliki arti berkaitan dengan haramnya riba “Dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba
itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapa keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

8) Sebanding dan adil dalam pengelolaan hartanya, ia menggunakan hartanya sebaik


mungkin, tepat dalam pengguanaan dan tidak berlebihan dan menyepelekan dalam
memakai harta. Sehubungan dengan yang ada dalam Quran Surah Al-Furqon ayat
67 yang memiliki arti “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian”.

9) Memiliki dan menerapkan sikap jujur dan amanah dalam transaksi muamalah
ialah tidak mengambil hak milik orang lain dan tidak menambahkan daripada apa
yang telah dimiliki. Sesuai dengan Quran Surah An-Nias ayat 105 yang
mengatakan “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, suapa kamu mengadili antara manusia dengan apa yang
telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah, karena (membela) orang-orang yang khianat”.
10) Mencipatakan keseimbangan pengelolaan terhadap sumber daya karena Islam
telah jelas memberikan kekayaan dengan porsi masing-masing dan tidak ada
kekayaan yang hanya utnuk sebagain orang saja sehingga masyarakat luas
terhalang untuk menikmati kemanfaatan dan kemaslahatannya”.

11) Berta’awun dengan sesama dalam muamalah sehingga harta tersebut menjadi
kebaikan untuk banyak orang dan bias dirasakan secara bersama. Dalam Quran
Surah Al-Baqarah ayat 280 dijelaskan bahwa “Dan jika (orang yang berhutang
itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muamalah adalah keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu sendiri,


yaitu aqidah dan syariah. Bahkan sesungguhnya dua sisi Syariah Islam ialah ibadat
dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu tubuh dan keduanya satu tujuan, (yaitu
dalam rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik Allah S.W.T. Berbagai hal
mengenai hubungan dengan manusia yang harus dipenuhi sebagai seorang mahluk
sosial juga sebagai hamba yang taat pada Sang Khalik, mengajarkan adanya hukum di
dalam suatu keluarga dengan perannya masing-masing, harta yang paling baik yang
telah diberi oleh Allah SWT sesungguhnya adalah harta yang memberikan
kemanfaatan dan segala bentuk muamalah yang merupakan satu langkah lebih taat
kepada Allah SWT dan menuju kepada kesempurnaan apabila melaksanakannya
dengan baik.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini menjadi sarana belajar kita untuk lebih baik
kedepannya dan juga lebih memahami tentang makna muamalah. Saran yang
membangun sangat dibutuhkan agar kedepannya penulisan mengenai makalah ini
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bayyinaat. Kedudukan dan Peranan Keluarga dalam Islam. (n.d.). Retrieved March 14, 2023,
from http://al-basair.com/id/news/38/kedudukan-dan-peranan-keluarga-dalam-islam

Habibullah, E. S. (n.d.). Prinsip-Prinsip Muamalah Dalam islam. Ad-Deenar: Jurnal


Ekonomi dan Bisnis Islam. Retrieved March 14, 2023, from
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ad/article/view/237/218

Kompasiana.com. (2021, March 21). Pengertian, urgensi, Dan Ruang Lingkup Muamalah
Serta Hukum Jual Beli Online Menurut Islam. KOMPASIANA. Retrieved March 14,
2023, from
https://www.kompasiana.com/nurfahiroh2429/6056b9c28ede48366d084322/
pengertian-muamalah-urgensi-mumalah-ruang-lingkup-mumalah-dan-prinsip-
muamalah-serta-hukum-jual-beli-online-menurut-islam

Makalah Pengertian, urgensi, Ruang Lingkup, & Prinsip Muamalah - Uhamka. Studocu.
(n.d.). Retrieved March 14, 2023, from
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-prof-dr-hamka/
muamalah/makalah-pengertian-urgensi-ruang-lingkup-prinsip-muamalah/25712758

Ruang Lingkup muamalah. Prodi Muamalah IAIN Parepare. (n.d.). Retrieved March 14,
2023, from https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/ruang-lingkup-muamalah.html

Restu. (2022, February 22). Pengertian Muamalah Dan Macam-Macam muamalah.


Gramedia Literasi. Retrieved March 14, 2023, from
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-muamalah/#:~:text=Adapun
%20beberapa%20contoh%20transaksi%20yang,ke%20dalam%20kegiatan%20transaksi
%20muamalah.

Anda mungkin juga menyukai