Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN TUGAS 1

1. Sampai saat ini di kalangan masyarakat masih ditemui adanya sekelompok orang yang
belum paham betul tentang peranan matematika dalam kegiatan hidup sehari-hari
bahkan sampai kepada masyarakat belajar sekalipun tidak tahu mengenai arti
pentingnya belajar matematika. Tuliskan argumentasi saudara/i menanggapi kasus ini !
Jawab :
Sangat disayangkan sekali memang banyak masyarakat yang tidak mengetahui betapa
pentingnya belajar matematika, bahkan masyarakat terpelajar sekalipun juga masih
banyak yang tidak mengetahui. Menurut saya karena mereka banyak yang tidak
menyadari bahwa hampir seluruh kegiatan kita sehari-hari menggunakan konsep
matematika, pekerjaan diberbagai bidang juga menggunakan konsep matematika.
Misalnya ibu rumah tangga yang mengatur pengeluaran kebutuhan keluarga
menghitung uang dengan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian ataupun
pembagian. Contoh penerapan diberbagai bidang pekerjaan misalnya seorang arsitek
menggunakan ilmu geometri untuk merangakai sebuah bangunan, teori peluang
digunakan para pekerja asuransi untuk mengetahui kejadian barang/jasa yang
diasuransikan pada masa yang akan datang, teori aljabar digunakan untuk menghitung
pembelian bermacam-macam barang dengan harga yang berbeda-beda, aritmatika
sosial untuk mempelajari perhitungan-perhitungan bunga bank dan persentase
keuntungan dalam jual-beli, dan lain sebagainya.
Selain itu penyebab masyarakat tidak mengetahui arti pentingnya matematika karena
pada saat sekolah mereka cenderung tidak menyukai pelajaran matematika, mungkin
karena banyaknya rumus-rumus yang sulit menurut mereka. Sebetulnya mudah saja
untuk memahami asalkan mereka tidak malas dan rajin belajar. Kebanyakan para guru
juga tidak menjelaskan arti pentingnya matematika untuk kehidupan sehari-hari,
mereka cenderung hanya menjelaskan rumus dan teori saja. Kita selaku calon guru
nantinya sangat perlu menjelaskan arti penting matematika bagi kehudpan sehari-hari
kepada siswa.

2. Buatlah penjelasan bahwa matematika merupakan warisan budaya manusia !


JAWAB :
1
Sebagai warisan budaya, matematika hadir sebagai solusi di tengah-tengah permasalahan
kehidupan sosial masyarakat. Matematika memiliki sejarah panjang hingga tercipta serangkaian
ilmu matematika yang begitu kompleks seperti saat ini. Sejarah mencatat bahwa matematika
telah banyak digunakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu, meskipun dalam bentuknya yang
paling sederhana seperti membilang atau mengukur.
2
Perkembangan matematika hingga sekarang ini tidak terlepas dari hasil penemuan para
ahli matematika pada abad-abad sebelumnya. Karenanya, menurut Bell sangat tidak adil apabila
pembahasan tentang matematika hanya menekankan pada ide matematika modern saja tanpa
memberi perhatian yang sewajarnya pada sejarah matematika beserta para perintisnya.
3
Sejarah matematika dimulai sejak 3.000 tahun Sebelum Masehi dalam wilayah
kebudayaan-kebudayaan besar di dunia seperti Mesir, Babylonia, Yunani,
Romawi, India, Persia, dan Cina.
4
Kebudayaan-kebudayaan tersebut melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar dunia yang
meletakkan pondasi ilmu matematika.
5
Pada periode penemuan ini, ilmuwan matematika memfokuskan diri mereka pada praktik
dan teori, termasuk penentuan karakter dari masing-masing bidang kajian matematika yang
tengah ditekuninya. Misalnya Euclid, seorang matematikawan asal Yunani yang mencetuskan
aksioma Euclid sebagai azas dalam ilmu geometri (ilmu tentang bangun dan ruang), Pythagoras
menemukan teorema Pythagoras yang berlaku pada segitiga siku-siku, Archimedes yang
mengkaji persamaan parabola, hiperbola, dan elips, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Sumber :
1
NCTM dalam Michael N. Fried. 2007. Didactics and History of Mathematics : Knowledge and
Self Knowledge. Educational Studies in Mathematics, 66. h.206.
2
Gatot Muhsetyo. 2012. Gagasan (HCN+K) untuk Pengembangan Model Pembelajaran
Matematika dalam Kompetisi Global. Karya Tulis disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat
Universitas Negeri Malang. Malang, 12 September. h.2.
3
Muhammad Sabirin. 2006. Al-Khawarizmi dan Hasil Pemikirannya dalam Bidang
Matematika. Khazanah Vol. V, no.6. h.2.
4
Loc.cit.
5
Vassiliki & Theodorus. 2007. Employing Genetic ‘Moments’ in The History of Mathematics
in Classroom Activities. Educational Studies in Mathematics, 66. h.87.

Matematika dan warisan budaya dibagi menjadi dua, yaitu

1. Matematika Empiris (Abad ke 6 SM – 1850)

Budaya yang paling menonjol dapat dikatakan sebagai ciri khas budaya suatu bangsa. Ciri
khas bangsa Yunani Kuno adalah ide-ide idealnya, bangsa Romawi dengan budaya politik, militer
dan suka menaklukan bangsa lain. Bangsa Mesir Kuno dengan seni keindahab dan juga mistik.
Tahun 600 – 1200 ciri khas budaya bangsa Eropa adalah teologis. Tahun 1200 – 1800 budaya
bangsa Eropa mulai eksplorasi alam sebelum revolusi industri. Abad ke 19 dan 20 penciptaan
mesin-mesin otomatis berbarengan dengan kemajuan dalam bidang sains dan matematika.

Bangsa-bangsa Babilonia, Mesir, Sumeria dapat dipandang sebagai matematika empiris.


Nama ini berkaitan dengan perkembangan matematika yang selalu untuk memenuhi keperluan
dalam perdagangan, pengukuran, survei, dan astronomi. Dengan kata lain, matematika diangkat
dari pengalaman manusia bergelut dengan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun demikian matematika empiris ini telah mengantisipasi datangnya matematika
non-empiris seperti telah digunakannya bilangan negatif dan sistem bilangan alam atau asli yang
menuju ketakhingga.
Kontribusi paling menonjol bangsa Yunani terhadap perkembangan matematika terletak
pada dipilihnya metode deduktif dan kepercayaannya bahwa fenomena alam dapat disajikan
dalam lambang-lambang bilangan. Dan ini terbukti sekarang telah ditemukan alat-alat elektronik
digital.

Bangsa Eropa sendiri baru belakangan tertarik pada matematika. Selam 1000 tahun
matematika berkembangdi Asia kecil (Yubabi, Arab). Tahun 400 – 120 perkembangan
matematika dikatakan mandek, hanya beberapa gelintir orang mengembangkan secara
individual (tanpa ada komunikasi satu sama lain), diantara mereka adalah Boethius, Alcuino, dan
Gerberet, dan yang paling akhir Leonardo Fibonacci. Barulah pada ke-16, pusat perkembangan
matematika berada di Eropa.,

2. Matematika Konvensional (1850 – sekarang)

Aritmetika memiliki peranan ganda : sebagai alat bantu sains dan perdagangan, dan sebagai
uji komparatif landasan dasar tempat sistem matematika itu dibangun. Hogben, Well, dan
McKey dan lain-lain telah melukiskan peran aritmetika dengan indahnya.

Perkembangan kalkulasi yang paling spektakuler adalah diciptakannya “otak elektronik”,


komputer. Komputer lebih banyak memerlukan matematika daripada aritmetika elementer.
Penciptaan komputer memerlukan kolaborasi para pakar matematika, aritmetika, dan ahli
teknik pakar mesin.

Pada abad 20 perkembangan aritmetika makin abstrak dan tergeneralisasi.


Perkembangannya mengacu pada aljabar dan analisis guna lebih “mengeraskan” aritmetika.
Sebaliknya yang terakhir ini disebut “arimetisasi”.

Abstraksi dan generalisasi pada abad 20 telah diantisipasi oleh Lobachevsky dengan
munculnya geometri non-euclidnya. Selanjutnya pakar-pakar lain seperti Peacock, Gregory,
DeMorgan, memendang aljabar dan geometri sebagai “hipothetico-deductive” dengan cara
eucqlid.

Dengan kritikan tajam oleh Cantor, Dedekind, dan Weirstrass terhadap sifat-sifat sistem
bilangan (seperti faktorisasi, habis dibagi dan sebagainya) pada tahun 1875, pada tahun 1899
Hilbert muncul dengan “metode postulatsional”. Dengan demikian, dari pandangan ini, bilangan,
titik, garis, dan sebagainya adalah abstrak murni, tidak mempunyai kaitan dengan benda fisik.
Akhirnya Peano berjaya menjelaskan bahwa sistem bilangan 1, 2, 3, …… dapat diperluas (dalam
arti dapat “menghasilkan”) sistem bilangan bulat, rasional, real, dan kompleks hanya melalui
postulat pada bilangan alam.

Matematika yang telah berkembang selama dua ribu lima ratus tahun oleh generasi ke
generasi, ternyata dapat diajarkan kepada anak-anak “hanya” dalam beberapa tahun di sekolah.
Oleh karena itu, Prof  Judd (psikolog) mengatakan bahwa aritmetika adalah kreasi manusia
paling perfect (sempurna) dan alat untuk berkomunikasi sesama manusia. Dengan demikian
matematika perlu dijaga dan dikembangkan untuk mengantarkan manusia menyongsong hari
esok yang cerah.

 Bukti-bukti matematika dalam warisan budaya 


a. Ilham, matematika murni dan terapan, dan estetika

Matematika muncul pada saat dihadapinya masalah-masalah yang rumit yang melibatkan
kuantitas, struktur, ruang, atau perubahan. Mulanya masalah-masalah itu dijumpai di
dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan kemudian astronomi; kini, semua ilmu
pengetahuan menganjurkan masalah-masalah yang dikaji oleh para matematikawan, dan
banyak masalah yang muncul di dalam matematika itu sendiri. Misalnya,
seorang fisikawan Richard Feynman menemukan rumus integral lintasan mekanika
kuantum menggunakan paduan nalar matematika dan wawasan fisika, dan teori dawai masa
kini, teori ilmiah yang masih berkembang yang berupaya membersatukan empat gaya dasar
alami, terus saja mengilhami matematika baru.

Beberapa matematika hanya bersesuaian di dalam wilayah yang mengilhaminya, dan


diterapkan untuk memecahkan masalah lanjutan di wilayah itu. Tetapi seringkali matematika
diilhami oleh bukti-bukti di satu wilayah ternyata bermanfaat juga di banyak wilayah lainnya,
dan menggabungkan persediaan umum konsep-konsep matematika. Fakta yang menakjubkan
bahwa matematika “paling murni” sering beralih menjadi memiliki terapan praktis adalah apa
yang Eugene Wigner memanggilnya sebagai “Ketidakefektifan Matematika tak ternalar di dalam
Ilmu Pengetahuan Alam“.

Seperti di sebagian besar wilayah pengkajian, ledakan pengetahuan di zaman ilmiah


telah mengarah pada pengkhususan di dalam matematika. Satu perbedaan utama adalah di
antara matematika murni dan matematika terapan: sebagian besar matematikawan
memusatkan penelitian mereka hanya pada satu wilayah ini, dan kadang-kadang pilihan ini
dibuat sedini perkuliahan program sarjana mereka. Beberapa wilayah matematika terapan telah
digabungkan dengan tradisi-tradisi yang bersesuaian di luar matematika dan menjadi disiplin
yang memiliki hak tersendiri, termasuk statistika, riset operasi, dan ilmu komputer.

Mereka yang berminat kepada matematika seringkali menjumpai suatu aspek estetika
tertentu di banyak matematika. Banyak matematikawan berbicara
tentang keanggunan matematika, estetika yang tersirat, dan keindahan dari
dalamnya. Kesederhanaan dan keumumannya dihargai. Terdapat keindahan di dalam
kesederhanaan dan keanggunan bukti yang diberikan, semisal bukti Euclid yakni bahwa terdapat
tak-terhingga banyaknya bilangan prima, dan di dalam metode numerik yang anggun bahwa
perhitungan laju, yakni transformasi Fourier cepat. G. H. Hardy di dalam A Mathematician’s
Apology mengungkapkan keyakinan bahwa penganggapan estetika ini, di dalamnya sendiri,
cukup untuk mendukung pengkajian matematika murni.

Para matematikawan sering bekerja keras menemukan bukti teorema yang anggun
secara khusus, pencarian Paul Erdős sering berkutat pada sejenis pencarian akar dari “Alkitab” di
mana Tuhan telah menuliskan bukti-bukti kesukaannya, Kepopularan matematika
rekreasi adalah isyarat lain bahwa kegembiraan banyak dijumpai ketika seseorang mampu
memecahkan soal-soal matematika.

b. Notasi, bahasa, dan kekakuan

Bahasa matematika dapat juga terkesan sukar bagi para pemula. Kata-kata


seperti atau dan hanya memiliki arti yang lebih presisi daripada di dalam percakapan sehari-hari.
Selain itu, kata-kata semisal terbuka dan lapangan memberikan arti khusus matematika. Jargon
matematika termasuk istilah-istilah teknis semisal homomorfisme dan terintegralkan. Tetapi ada
alasan untuk notasi khusus dan jargon teknis ini: matematika memerlukan presisi yang lebih dari
sekadar percakapan sehari-hari. Para NGA`matematik MCawan menyebut presisi bahasa dan
logika ini sebagai “kaku” (rigor).

c. Lambang ketakhinggaan ∞ di dalam beberapa gaya sajian.

Kaku secara mendasar adalah tentang bukti matematika. Para matematikawan ingin


teorema mereka mengikuti aksioma-aksioma dengan maksud penalaran yang sistematik. Ini
untuk mencegah “teorema” yang salah ambil, didasarkan pada praduga kegagalan, di mana
banyak contoh pernah muncul di dalam sejarah subjek ini.[19] Tingkat kekakuan diharapkan di
dalam matematika selalu berubah-ubah sepanjang waktu: bangsa Yunani menginginkan dalil
yang terperinci, namun pada saat itu metode yang digunakan Isaac Newton kuranglah kaku.
Masalah yang melekat pada definisi-definisi yang digunakan Newton akan mengarah kepada
munculnya analisis saksama dan bukti formal pada abad ke-19. Kini, para matematikawan masih
terus beradu argumentasi tentang bukti berbantuan-komputer. Karena perhitungan besar
sangatlah sukar diperiksa, bukti-bukti itu mungkin saja tidak cukup kaku.

Aksioma menurut pemikiran tradisional adalah “kebenaran yang menjadi bukti dengan


sendirinya”, tetapi konsep ini memicu persoalan. Pada tingkatan formal, sebuah aksioma
hanyalah seutas dawai lambang, yang hanya memiliki makna tersirat di dalam konteks semua
rumus yang terturunkan dari suatu sistem aksioma. Inilah tujuan program Hilbert untuk
meletakkan semua matematika pada sebuah basis aksioma yang kokoh, tetapi
menurut Teorema ketaklengkapan Gödel tiap-tiap sistem aksioma (yang cukup kuat) memiliki
rumus-rumus yang tidak dapat ditentukan; dan oleh karena itulah suatu aksiomatisasi terakhir di
dalam matematika adalah mustahil. Meski demikian, matematika sering dibayangkan (di dalam
konteks formal) tidak lain kecuali teori himpunan di beberapa aksiomatisasi, dengan pengertian
bahwa tiap-tiap pernyataan atau bukti matematika dapat dikemas ke dalam rumus-rumus teori
himpunan.

Sumber : https://ayanahseptianita.wordpress.com/2014/11/11/matematika-dan-warisan-
budaya/
3. Matematika itu ilmu yang statis atau ilmu yang dinamis ? Tuliskan penjelasan singkatnya
!
JAWAB :

Matematika adalah ilmu yang dinamis karena terus berkembang. Teori-teori yang yang telah
ditemukan oleh seorang ilmuan maka akan dipelajari oleh ilmuan berikutnya dan dikembangkan
lagi, dan begitu seterusnya. Misalnya teori elements karya Euclid yang banyak dikembangkan
oleh ilmuan-ilmuan lainnya dan membuat teori baru dari elements.
Sejak abad ketujuh belas, upaya deskripsi ilmiah untuk alam telah terus berkembang dalam
medium matematis ini, yang dahulu diisyaratkan oleh alam mitos matematis Plato. Bidang-
bidang keilmuan sains baru mengalami perkembangan, dan itu semua memasuki kerangka yang
sama dalam hal relasi-relasi numerik, bentuk geometrik dalam ruang, dan rumusan prinsip-
prinsip dasar dalam kaidah-kaidah yang dituliskan secara matematis.
Pada hampir sekitar empat abad berlalu sejak Galileo memulai revolusi sains abad ketujuh
belas, hubungan yang menarik dalam otonomi dan saling ketergantungan diantara sains-sains
alam dan matematika telah mengambil bentuk-bentuk yang semakin kompleks dan mutakhir.
Medium matematis dimana beragam sains hidup terus berkembang dan mengambil bentuk-
bentuk baru. Pada awal abad ke-19, konsep intuitif simetri yang diterapkan pada kajian akar dari
persamaan aljabar telah melahirkan grup.
Berbagai konsep baru dan teori baru timbul dalam penelitian matematika malalui tekanan
dari perlunya memecahkan masalah dan meciptakan alat bantu intelektual dengan mana teori
dan struktur matematis yang sudah ada dapat diperluas dan diterapkan. Segera setelah konsep-
konsep dan teori-teori baru ditetapkan, maka semua itu sendirinya juga menjadi fokus dari
penelitian yang intensif. Sesuatu yang baru itu dicapai dengan imajinasi matematis,
diaplikasikan melalui medium konstruksi-konstruksi matematis dengan mana konsep-konsep
dan struktur-struktur baru diberikan bentuk tertentunya. Meski proses imajinatif ini dalam
makna sesungguhnya bersifat bebas, tetapi hasil darinya segera setelah lahir menjadi suatu real
objektif baru tentang hubungan suatu karakter yang bersifat tertentu.

Sumber : Modul Hkekat dan Sejarah Matematika Edisi 2 (PEMA4101)

Anda mungkin juga menyukai