Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Matematika Sebelum dan Sesudah

nce Serta Tokoh-Tokoh Matematikanya

Makalah
emenuhi tugas matakuliah sejarah matematika
gampu: YULIANA TAMU INA NUHAMARA,S.Pd.,M.Pd

Nama NIM
ICI NDJURUHAPA
2217OO5
SMIRNALNCE2217033
M. NYUNGGA
YUMINA FREDERIKA
2217028

VALENTANIA
2218007
RAMBU NORA

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas ilmu-ilmu sosial
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI......................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 2
B. Rumusan masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan..................................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
KEGIATAN 1
PERKEMBANGAN SEBELUM RENAISSANCE

A. Sejarah..................................................................................................... 4
B. Lima Aliran............................................................................................. 4
C. Skala Waktu............................................................................................ 5
D. Tujuh Periode.......................................................................................... 8
E. Issac Newton (1642-1722)......................................................................11

RENAISSANCE

A. Ciri Khas Umum Tiap Periode................................................................12


B. Motivasi Berkembangnya Matematika...................................................13
C. Sisa-sisa Zaman.......................................................................................15
D. Karl Friederich Gauss (1777-1855)........................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................19
B. Saran........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelumnya kita telah mempelajari bahwa matematika sangat berperan
dalam menentukan kebudayaan manusia, dan sebaliknya kebudayaan manusia
juga menentukan perkembangan matematika. Pada pembahasan kali ini akan
dipaparkan perkembangan matematika dari abad ke-6 SM hingga abad ke-21.
Perkembangan itu dapat dilihat dari jenis atau macam perkembangannya dan ada
pembagian menurut waktu. Skala waktu ini ada dua macam. Yang pertama
pembagian waktu menurut “dahulu”, “pertengahan”, dan “sekarang”. Yang kedua
pembagian menurut cara konvensional. Akan dipaparkan pula hal-hal yang
menonjol dari setiap masa pertumbuhannya. Juga akan dijelaskan motivasi yang
memunculkan perkembangan itu.
Dalam pembahasan makalah ini akan mempelajari perkembangan
matematika lebih rinci daripada dalam modul yang mengkhususkan
perkembangan aritmatika. Ratusan tahun yang lalu (abad ke-16/, sejarah Eropa
bersaksi telah terjadinya zaman keemesan bagi perkembangan. Sebelumnya 6 ribu
tahun yang lalu, dapat dikatakan tidak terjadi apa pun yang dapat dipantau
menegani keperkasaan dan kemegahan perekembangan matematika yang
mengagumkan ini. Matematika kontemporer merupakan puncak kejayaan prestasi
dan merupakan warisan budaya yang tak ternilaikan.
Untuk lebih jelasnya kami akan mengkaji perkembangan matematika
dalam bentuk makalah yang berjudul “Perkembangan Matematika” yang akan
membahas tentang sejarah perkembangan matematika sebelum dan sesudah
Renaissance, serta menjelaskan karya tokoh-tokoh matematikawan sebelum dan
sesudah Renaissance.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

2
1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika sebelum dan sesudah
Renaissance?
2. Apa saja karya tokoh-tokoh matematikawan sebelum dan sesudah
Renaissance.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah perkembangan matematika
sebelum dan sesudah Renaissance?
3. Untuk mendskripsikan karya tokoh-tokoh matematikawan sebelum dan
sesudah Renaissance.

D.       Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini di harapkan agar mampu
menjelaskan sejarah perkembangan matematika sebelum dan sesudah
Renaissance serta menjelaskan karya tokoh-tokoh matematikawan sebelum
dan sesudah Renaissance.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
Dalam sejarah waktu semua bangsa yang beradab berdaya upaya terhadap
matematika. Pada zaman prasejarah, sejarah matematika tidak tercatat seperti
halnya pada sejarah seni dan bahasa, dan bahkan sampai pada awal-mula
kebudayaan hanya dapat diterka dari tingkah laku manusia “primitif” pada hari
ini. Apa pun sumber asalnya, matematika sampai hari ini terbagi kedalam dua
aliran yaitu bilangan dan bangun. Yang pertama terhimpun dalam aritmatika dan
aljabar, dan yang kedua dalam geometri. Dalam abad ke-17 keduanya disatukan
(ingat Rene Descartes), membentuk sungai analisis matematika yang makin luas.
B. Lima aliran
Ke dalam dua aliran utama itu, bilangan dan bangun, mengalir banyak
anak sungai. Pada awalnya hanya kecuran kecil, yang lainnya meluncur dengan
cepatnya kedalam kuasa sungai bebas. Kedua-duanya teristimewa mempengaruhi
seluruh arah matematika dari hampir awal sejarah yang tercatat sampai abad ke
dua puluh. Perhitungan dengan bilangan alam 1, 2, 3, ... mengintroduksi
matematikawan dengan konsep kediskretan. Penemuan bilangan irasional
√ 2 , √3 , √ 6; dalam usaha untuk menghitung luas bidang yang dibatasi oleh kurva-
kurva atau oleh garis-garis lurus yang tidak sama ukurannya; dan demikian pula
untuk luas permukaan dan volume. Juga dalam pergulatan manusia memberikan
perhitungan yang memadai untuk gerak, pertumbuhan dan perubahan terus-
menerus yang indah, memaksa matematikawan menemukan konsep kekontinuan.
Seluruh sejarah matematika dapat diartikan sebagai pertempuran rebut-
unggul di antara ke dua konsep tadi. Konflik ini barangkali berkumandang lebih
tua dari pada pertengkaran filsafat awal Yunani kuno, pertengkaran antara satu
lawan banyak. Tetapi gambaran pertempuran ini tidak seluruhnya sesuai, di

4
matematika paling tidak, sebab konsep kontinu dan diskret sering kali
menunjukkan kemajuan yang satu membantu kemajuan yang lain.
Suatu jenis ide matematis lebih menyukai pada masalah yang berkaitan
dengan kekontinuan. Geometri, analisis, dan pengguna matematika untuk sains
dan teknologi adalah jenis ini. Tipe yang lainnya lebih menyukai kediskretan,
biasanya mengambil contoh teori bilangan dan semua percabangan pada aljabar,
dan pada logika matematis. Tidak ada garis tegas yang membagi keduanya, dan
matematikawan bekerja dengan kedua-duanya baik kontinu maupun diskret.
Tambahan untuk bilangan, bangun, diskret dan kontinu, aliran yang kelima
adalah terapan, telah menjadi amat sangat penting dalam sejarah matematika,
terutamanya sejak abad ke-17. Sebagia sains berwal dari astronomi, dan
keteknikan dalam zaman kuno, dan berakhir dengan biologi, psikologi, dan
sosiologi di abad modern, ilmu-ilmu ini makin lama makin menjadi eksak.
Mereka ini secara ajek meningkat kebutuhannya akan penemuan matematis dan
utamanya sebagian besar terjadi secara luas sejak 1637. Industri dan penemuan
menjadi makin ilmiah setelah revolusi industri pada akhir abad ke -18, dan awal
abad ke-19. Mereka ini amat sangat dirangsang oleh kreasi matematis yang ada.
Contoh masa kini adalah masalah aliran udara bergejolak (turbulen), bagian
terpenting dalam ‘dinamika’. Disini, seperti banyak hal lain , usaha memecahkan
secara essensial masalah teknologi baru membawa ekspsansi matemtika kerah
depan.
C. Skala waktu
Akan kita bicarakan ide pendistribusian matematika menurut waktu atau
zaman, sebelum kita melihat kemajuan masing-masing. Kurva produktivitas
matematika terhadap waktu secara kasar dapat dipikirkan sebagai kurva
eksponesial pertumbuhan biologis (kira-kira:
y=ekt , y= produksi matematika ,t=waktu), mulai menanjak yang susah dilihat
pada masa lalu dan tiba – tiba melonjak dengan kecepatan yang menakjubkan
pada masa sekarang. Kurva itu tentu saja tidak mulus; sebab seperti halnya seni,
matematika pun ada kalanya mengalami depresi. Terdapat keadaan yang paling
dalam pada Abad Pertengahan, karena terjadi kemunduran matematika di Eropa

5
yang hanya menjadi bagian keseimbangan kebudayaan islam, matematika sendiri
resesi paling tajam pada epoch besar (abad ke tiga SM) Archimedes. Akan tetapi
di samping depresi, kecenderungan secara umum dari masa lalu adalah dalam arah
menanjak dan matematika yang valid tetap meningkat.
Kita tidak mengharapakan bahwa kurva pertumbuhan matematika
mengikuti aktivitas budaya yang lain, umpamanya seni dan musik meskipun
sangat dekat. Seni pahat yang indah, sekali dihancurkan sangat sulit untuk
disimpan apa lagi dingat-ingat. Ide-ide besar matematika survive (tahan uji) dan
terus dibawa berkelanjutan, yakni, tetap dan kebal terhadap kecelakaan. Karena
diekspresikan di dalam satu bahasa universal yang bijak sebagai alat kemanusiaan,
kreasi matematika tidak terpengaruh oleh rasa nasionalisme, seperti dalam
kesusastraan misalnya.
Mayoritas matematikawan setuju tentang ukuran kenaikan produktivitas
ini bahwa matematika diciptakan sejak 1800 kurva-waktunya naik dengan tajam
daripada tahun-tahun sebelumnya. Siapa pun yang pengetahuan matematikanya
bukan tangan pertama dalam kehidupan matematika diluar kalkulus percaya
bahwa matematika berkembang sangat subur pada masa lalu. Matematikawan
tidak berpikir demikian . Zaman sekarang, dimulai pada abad ke-19, biasanya di
pandang sebagai masa keemasan bagi mereka yang bergelut dengan matematika
atau paling tidak dari sejarahnya.
Agak klasik, tetapi pendapat bahwa skala-waktu perkembangan
matematika membagi seluruh sejarahnya menjadi tiga bagian yang tidak sama
panjang. Masing-masing dapat disebut masa terpencil (dahulu), masa
pertengahan, dan masa sekarang.
ahun 1673.
Masa pertengahan dari 1638 sampai 1800.
Masa sekarang membentang dari 1821 sampai kini.
Untuk tanggal yang pasti ada alasan tertentu. Geometri menjadi analitis
pada 1673 dengan terbitnya karya besar Rene Descartes. Kira-kira setengah abad
kemudian hasil karya kalkulus oleh Newton dan Leibniz, juga dinamika (bagian
dari fisika) oleh Galileo dan Newton, mulai menjadi milik umum semua

6
matematikawan yang kreatif. Leibniz dipastikan bertanggung jawab mengestimasi
kemajuan besar ini. Ia dicatat pernah mengatakan bahwa, semua matematikawan
dari awal kejadian dunia sampai zaman Newton, apa yang pernah dilakukan
Newton separuh lebih baik.
Pada abad ke delapan belas dieksplorasi metode Descartes, Newton, dan
Leibniz di semua departemen matematika ketika departeman ini dibentuk.
Barangkali gambaran paling signifikan pada abad ini ialah dimulainya abstraksi,
yang menjadi tantangan umum. Meskipun realisasi kekuatan metode abstrak
tertunda sampai abad ke-20, perlu dicatat adanya antisipasi hasil karya Lagrange
atas persamaan aljabar dan lebih dari itu adalah dalam mekanika analisinya. Dan
sampai saat ini karya ini merupakan alat paling kuat dalam sains fisika. Sebelum
Lagrange belum ada karya serupa itu.
Yang terakhir, 1801, ditandai dengan era baru yang belum ditemukan
sebelumnya, dimulai dengan diterbitkannya karya monumental Gauss.
Alternatifnya, 1821, ada masa di mana Cauchy mulai yang pertama kali
memperlakukan kalkulus diferensial dan integral dengan sangat memuaskan.
Perceatpatan produktivitas paling tinggi dalam abad ke-19, sebagai akibat
penguasaan dan pengerasan metode yang ditemukan pada periode pertengahan,
dicirikan oleh perkembangan geometri. Lima orang berikut: Lobachevsky, Bolyai,
Plucker, Riemann dan Lie, menemukan geometri baru, sebagai bagian dari
hidupnya, sebanyak (bahkan lebih) dari pada yang diciptakan dari seluruh
matematikawan di yunani di abad ke-2 atau ke-3 di masa kegiatan terbesarnya.
Terdapat landasan yang baik dari asersi yang mengatakan bahwa dalam abad ke-
19 sendiri berkonstribsi kira-kira lima kali sebanyak matematika yang diproduksi
sepanjang sejarah sebelumnya. Bukan saja dalam kuantitas akan tetapi justru yang
lebih penting kualitasnya.
Bahwa matematikawan sebelum periode pertengan menemui datangnya
kesulitan bagi kepoloporannya, kita tidak perlu mempersempit prestasi besarnya
pada proporsi pengisian-semesta. Harus di ingat bahwa kemajuan pada masa kini
telah memumbung ke atas dan termasuk semua matematika yang valid yang
mendahului tahun 1800, sebagai contoh khusus adalah teori dan metode umum

7
matematika. Tentu saja tak seorang pun yang bekerja dalam bidang matematika
percaya bahwa pada abad ini matematika telah sampai pada akhir perjalanannya.
D. Tujuh periode
Pembagian skala-waktu sejarah matematika yang lebih membaginya
ke dalam tujuh periode.
1. Dari masa awal sejarah sampai Babilonia dan Mesir Kuno
2. Dari konstribusi Yunani, sekitar 600 SM, sampai sekitar 300 SM (900
tahun), yang terbaik adalah abad ke-4 dan ke-3 SM.
3. Masyarakat Timur yang berbahasa semit (Hindu, Arab, Cina, Persia,
Islam, Yahudi, dan sebagainya), sebagian sebelum dan sebagian lagi
sesudah (2).
4. Eropa dalam masa Renaissance dan reformasi, secara kasar pada abad ke-
15 dan ke-16.
5. Pada abad ke tujuh belas dan ke delapan belas.
6. Pada abad ke sembilan belas.
7. Pada abad ke dua puluh dan sesudahnya.
Pembagian secara umum ini mengikuti perkembangan kebudayaan Barat
dan ia berutang budi kepada Timur Dekat. Barangkali hanya (6) dan (7) satu-
satunya yang berkembang di Barat meskipun secara sangat signifikan
kecerundangan baru menjadi jelas setelah 1900-an.
Meskipun masyarkat timur Dekat lebih aktif dari pada orang Eropa selama
periode ke-3 dan ke-7 matematika seperti adanya sekarang ini didominasi oleh
produk kebudayaan Barat. Kemajuan-kemajuan Cina kuno, misalnya, apakah
tidak masuk dalam perdagangan belum dilacak. Bahkan teknik tertentu seperti
dirakit baik sebagai matematika yang dangkal atau ditarik dari matematikawan
Eropa sampai setelah mereka menunjukkan kemandiriannya dalam
menemukannya di Eropa. Umpamanya, metode Horner untuk solusi numerik
suatu persamaan barangkali sudah ditemukan di Cina, akan tetapi Horner tidak
mengetahuinya. Dan, faktanya, matematika tidak menjadi kerdil apakah Cina atau
Horner yang pernah menemukan metode itu lebih dahulu.

8
Matematika di Eropa mengikuti arah yang hampir sejajar dengan
kebudayaan umum di beberapa negara. Jadi, praktik kebudayaan yang sempit di
Roma kuno tidak berkontribusi apapun di matematika; ketika maju dalam dunia
seni, ia maju pula dalam aljabar. Ketika kejayaan era Elizabeth di Inggris,
Matematika justru berkembang di Swiss dan Prancis. Sering kali, terjadi
pemunculan yang sporadis para genius di negara-negara relatif kecil, seperti kreasi
bebas geometri non-euclid di Hongaris pada awal abad ke-19. Kemunduran daya
hidup sekonyong-konyong, biasanya dibarengi dengan meningkatnya kegiatan
matematika, seperti zaman perang Napaloen bersamaan Revolusi Prancis, juga di
Jerman setelah kerusuhan 1848. Akan tetapi Perang Dunia I, 1914-1918, telah
menghentikan laju kemajuan matematika di Eropa dam mengurang di mana-mana,
seperti juga kemudian bermanifestasi nasionalisme di Rusia, Jerman, dan Italia.
Kejadian-kejadian ini mengahalangi kemajuan pesat di mana matematika telah
dijadikan ilmu sekitar 1890 di Amerika Serikat, dan membawa negara itu ke
posisi pimpinan.
Korelasi antara kehebatan dan kecemerlangan dan aspek lain dari
kebudayaan umum kadang-kadang negatif. Dapat diberikan beberapa contoh:
perkembangan paling penting terjadi pada Abad Pertengahan. Ketika arsitektur
Gothic dan kebudayaan Kristen pada puncaknya di abad ke-12 (kadang-kadang
orang menyebut pada abad ke-13), matematika di Eropa baru saja mulai
merangkak dari titik rendah. Sangat menarik bagi para sejarawan bahwa delapan
abad kemudian ketika matematika dan sains secara resmi sangat dihargai dan
berkembang dinegara-negara eropa tertentu, beberapa tahun sebelum kejayaan
ideal seperti abad pertengahan dalam september, 1939, merupakan fajar
kepercayaan baru dalam memasukkan matematika itu sendiri ke dalam
kesederhanaan non matematis dari ketakilmiahnya arsitektur.
Kontribusi paling menonjol diantara semua priode pada zaman
Reinassance adalah penemuan orang yunani tentang penalaran deduktif.
Kemudian orang italia dan prancis mengembangkan aljabar-lambang. Pada abad
ke-7 dan ke-12 orang hindu menemukan hampir semua aljabar lambang; kaum
muslim kembali ke abad klasik, yakni, ke hampir semua aljabar retorik. Kemajuan

9
utama ketiga telah ada tanda-tandanya, dapat ditekankan disini, pada bagian awal
periode ke-5 ( abad ke-17) ketiga cabang utama bilangan, bangun, dan kontinuitas
dipadukan. Secara umum hal ini menciptakan kalkulus dan analis matematis;
perpaduan ini juga mengubah geometri dan kemudian memungkinkan menkreasi
perlunya ruang yang lebih tinggi untuk penerapan modern matematika.
Pelapornya adalah orang-orang perancis, inggris, dan jerman. Periode kelima
biasanya di pandang sebagai puncak sejarah matematika murni modern. Periode
menghimpun awal sains moderen. Kemajuan lainnya adalah penerapan expensive
pada kreasi terbaru matematika murni kedalam astronomi dinamika, mengikuti
karya Newton, dan kemudian, sains fisik mengikuti karya Galileo dan Newton.
Akhirnya, dalam abad ke-19, aliran sungai besar matematika menggenangi
tepiannya, membanjiri rimbaraya, tidak ada matematika yang tidak subur dan
menjadikannya berbuah sangat lebat.
Jika matematika pada abad ke-20 dan ke-19 berbeda secara signifkan,
mungkin perbedaan yang paling penting terletak pada makin meningkatnya
keabstrakan sebagai konsekuensi generalisasi, dan tumbuh dengan morfologi dan
anatomi komparatif dari struktur matematis; penajaman pemahaman yang dalam;
dan makin disadarinya keterbatas deduksi penalaran klasik. Jika “keterbatasan”
membawa kegelisahan salama 7000 tahun, maka usaha manusia dengan jelas,
tentu salah terka. Tetapi benar bahwa evaluasi kritis tentang penerimaan penalaran
matematis yang membadakan empat dekade pertama dengan pada abad ke-20
memerlukan revisi ekstensif matematika terdahulu, dan mengilhami kerja baru
tentang dasar (fundamen) yang menarik baik bagi matematika maupun
epistemologi. Mereka juga terbawa ke tujuan final matematika pada suatu teori
bahwa matematika adalah bayangan Kebenaran Abadi.
Pembagian sejarah matematika ke dalam 7 periode agak tradisional dan
tidak meragukan merupakan penjelasan, utamanya dalam hubungannya dengan
fluktuasi cahaya yang kita namakan kebudayaan. Akan tetapi pembagian kuno:
periode dahulu, pertengahan, dan sekarang, seperti dilukiskan terdahulu, tampak
lebih benar dalam menyajikan perkembangan matematika itu sendiri dan lebih
jelas dari daya hidup sesuai pembawaannya.

10
E. Issac Newton (1642 – 1722)
Meskipun Issac Newton, matematikawan dan imuwan besar bangsa
inggris, hidup kira-kira 350 tahun yang lalu, ia telah dijuluki sebagai pionir uang
matematika. Tanpa penemuannya tentang hukum-hukum matematikawan fisika
yang “mengatur” dunia kita, ilmuwan sekarang tidak akan mampu mengirimkan
roket ke luar angkasa atau satelit mengelilingi bumi.
Seperti matematikawan besar lainnya, bakat matematika Newton
berkembang pada saat masih muda. Ketika ia berumur 14 tahun, ia begitu
berminat terhadap matematika sehingga sering mangkir dari membantu pekerjaan
di kebun pertanian ibunya. Pada umur 24, ia telah memberikan kontribusnya yang
besar pada matematika-penemuan kalkulus yang ia sebutnya “fluxion”. Meskipun
ia telah melakukan penemuan besar, teori—teorinya belum sepenuhnya
dikembangkan, dan ilmu itu diperlukan waktu 10 tahun untuk mampu
menyelesaikan masalah tertentu dalam kalkulus untuk mempersiapkan karya
ilmiah yang penting itu. Kita sekarang barangkali mahasiswa semester pertama
mengahadapi soal yang sama dalam kalkulus dapat menyelesaikannya hanya
dalam waktu setengah jam saja.
Kemansyuran newton sebagai matematikawan sangat luas. Sejarah
mengatakan bahwa ilmuan John Bernoulli mengajukan dua soal matematika
sangat sulit dan memberi waktu matematikawan itu hanya dalam satu sore ia telah
selesai menyelesaikannya. Bahkan dalam masa tuanya keterampilan
matematikanya tidak berkurang. Ketika ia berusia 74 tahun, ia menerima
tantangan dari Leibniz untuk menyelesaikan soal yang sulit, dan ia kerjakan dalam
satu senja.
Issac Newton adalah salah satu intelektual besar disepanjang waktu. Ia
disebut “ornamen dari ras manusia” namun, seperti sebesar namanya, kini ide-ide
besarnya mendapat jabaran dan masih tetap dimodifikasi oleh ilmuwan masa kini.

11
SSANCE
A. Ciri Khas Umum Tiap Periode
Lihat kembali Kegiatan belajar 1, terutama pada pembagian perkembangan
matematika ke dalam 7 periode. Masing-masing dari 7 periode terdapat
peningkatan kematangan yang signifikan namun kemudian diikuti dengan
penurunan karena keterbatasan berpikir matematis. Pada perode Yunani,
misalnya, sintetis geometri metrik, sebagai metode, yakni, cara memperoleh apa
yang secara manusiawi mungkin di peroleh dengan alat inderawi yang ada pada
kita sekarang. Masalah ini diperjelas kembali oleh sesuatu yang baru dengan ide
geometri analitik (Descartes, geometri di pelajari melalui aljabar) di abad ke-17,
dan oleh geometri proyektif pada abad ke-17 dan ke-19 (geometri di pelajari
melalui matriks), dan akhirnya pada abad ke-18 dan ke-19 dengan geometri
differesial (Cauchy, geometri di pelajari melalui kalkulus).
Dalam matematika murni, banyak di antara geometri pada abad ke-19 di
kesampingkan oleh geometri ruang abstrak yang lebih kuat dan geometri non-
Riemann yang di kembangkan pada abad ke-20. Kurang dari 40 tahun setelah
tutup abad ke-19, beberapa karya monumental geometri pada zaman kejayaan
geometri sintesis telah mulai tampak kurang berguna dan di anggap kolot.
Demikian pula halnya bagi kebanyakan geometri differensial dan geometri
proyektif klasik. Ketika matematika terus maju, geometri baru (non-euclid) pada
abad ke-20 tampaknya akan menggantikan kedudukan geometri klasik, atau di
kelompokkan di bawah abstraksi yang masih jarang.
Sejumlah besar penelitian kurva dengan kekuatan dan semangat yang
mengagumkan dalam karya geometri analitis, hanyalah sebagai masalah buku teks
elementer. Barangkali “makam matematis” paling meluas adalah risalat yang
mengabdikan secara artifisial permasalahan sulit dalam mekanika yang telah di
kerjakan oleh Lagrange, Hamilton, dan Jacobi dan tidak pernah di hidupkan
kembali.
Salah satu penemuan besar dalam abad ke-19 lainnya ; teori klasik fungsi
periodik ganda, pada abad yang sama. Yang pertama secara tak langsung

12
berkontribusi pemunculannya relativitas umum; dan yang keduan mengilhami
banyak karya dalam analisis dan geometri aljabar (dalam topologi).
Awal abad ke-20 dipercayai beberapa pakar bahwa keinginan unifikasi ini
dapat dicapai dalam logika matematis. Akan tetapi matematika, terlalu tak
tertahankan kreatifnya untuk mampu di pertahankan oleh kaum formalisme, yang
ternyata merucut atau terlepas. (Dua paragraf terkhir akan di bahas di Modul 4)
B. Motivasi Berkembangnya Matematika
Beberapa butir gambaran apa yang telah terjadi mengisyaratkan bahwa
banyak motivasi yang melatari perkembangan matematika adalah ekonomi. Pada
dekade ketiga da keempat abad ke-20, demi alasan politis yang jelas, usaha-usaha
dilakukan untuk menunjukkan bahwa semua matematika perlu, khususnya dalam
penerapan, adalah demi masalah ekonomi.
Terlau menekankan masalah praktisnya dalam perkembangan matematika
maka sebegitu jauh kuriositas intelektual murni meleset paling tidak pada
sebagian fakta. Bagi setiap pakar matematika moderat yang kompeten dan yang
pendidikannya tidak berhenti hanya sampai kalkulus dan penerapannya dapat
menjelaskan bahwa bukan motivasi ekonomi yang melebihi kuriositasintelektual
murni (keingintahuan yang kuat) dalam mengkreasi matematika. Hal ini berlaku
juga bagi matematika praktis yang diterapkan pada perdagangan, termaksud
semua asuransi , sains dan teknologi, seperti halnya divisi-divisi matematika yang
sekarang ini secara ekonomi tak ternilai. Contoh-contoh dapat dilipatgandakan tak
terbatas, empat contoh kiranya cukup, satu dari teori bilangan, dua dari geometri,
dan satu lagi dari aljabar.
Pertama, kira-kira dua puluh abad sebelum bilangan poligon di perumum
(digeneralisasikan), dan kemudian melalui analisis dan kedua contoh ini dilakukan
melalui analisis kombinatorik, yang terdahulu dengan cara teori probabilitas
matematis, keistimewaannya yang telah mengagumkan telah diteliti oleh pakar
aritmetika dan tanpa di sangka bahwa di kemudian hari bilangan-bilangan ini
terbukti sangat bermanfaat bagi permasalahan-permasalah praktis. Bilangan
poligon menarik Pythagoras pada abad ke-6 SM dan sangat

13
membingungkan/mencengangkan para pengikut-pengikutnya dan memandangnya
sebagai bilangan misterius. Motivasinya di sini dapat dikatakan keagamaan.
Matematikawan berikutnya, termaksud salah satu yang terbesar,
memandang bilangan-bilangan tersebut sebagai legitimasi obyek-obyek kuriositas
intelektual. Fermat, bersama Pascal, penemu teori probabilitas matematika, dalam
abad ke-17, dan oleh karena itu di sebut kakek moyangnya asuransi, mereka
penuh keheranan terhadap bilangan poligon selama beberapa tahun baik Fermat
maupun Pascal memimpikan penemuan probabilitas secara matematis.
Kedua, dan merupakan contoh yang agak majemukan, irisan kerucut yang
secara substansi ditemukan oleh orang Yunani kira-kira abad ke-17 sebelum
penerapannya pada gerak peluru balistik dan astronomi, dan kemudian pada
navigasi, yang tidak di sangka-sangka. Penerapan-penerapan ini mungkin telah
dilakukan tanpa geometri Yunani, yakni, setelah tersedia geometri analitik
Descartes dan dinamika Newton. Akan tetapi fakta bahwa dengan mengambil
perhatian berat pada irisan kerucut Yunani jalan lapang yang pertama telah
diperoleh. Lagi motivasi awal disini adalah kuriositas.
Ketiga, Ruang berdimensi-banyak. Dalam geometri analitik, kurva bidang
di sajikan oleh persamaan dengan dua variabel (f(x,y)=0), permukaan atau luasan
dengan tiga persamaan variabel (f(x,y,z)= 0). Cayley dalam tahun 1843 mengalih
bahasakan geometri kesistem persamaan dengan lebih dari tiga variabel, jadi ia
menemukan geometri pada sebarang di mensi finit. Generalisasi ini terbawa
langsung oleh aljabar secara formal dari geometri analitik biasa, dan di perluas
untuk minat instrinsik sebelum di gunakannya yang ternyata di dapati dalam
termodinamika, mekanika statis, dan bagian sains lainnya, termaksud statistik,
baik teoritis maupun pada perindustrian seperti halnya dalam kimia terpakai.
Singkatnya, dapat dicatat bahwa suatu metode dalam mekanika statis sekoyong-
koyong menggunakan teori partisi aritmetis, yang memperlakukan masalah
demikian seperti menetapakan dalam beberapa cara bilangan positif bulat yang di
ketahui sebagai jumlah bilangan-bilangan positif. Teori ini di awali oleh Euler
pada abad ke-18, dan lebih dari 150 tahun tidak ada apa-apanya terkecuali

14
memainkan peran bagi para pakar dalam teori bilangan, lainnya tidak berguna
sama sekali.
Keempat, berkaitan dengan aljabar abstrak seperti yang di kembangkan
dalam tahun 1910. Setiap pakar aljabar dengan mudah dapat menerangkan bahwa
banyak dari hasil karyanya mempunyai asal mula dari salah satu masalah yang tak
bermanfaat tetapi fantastis seperti pernah di bayangkan oleh insan kurions, yaitu,
asersi Fermat yang sangat terkenal pada abad ke-17, yang mengatakan bahwa
x n + y n=z n adalah tidak mungkin untuk bilangan bulat x, y, z, masing-masing
tidak nol jika n bilangan bulat lebih dari dua. Beberapa aljabar terbaru dengan
cepat digunakan dalam sains fisik, utamanya dalam mekanika kuantum modern.
C. Sisa-Sisa Zaman
Setiap zaman kejayaan meninggalkan hasil-hasil yang rinci, sebagian hasil
karya itu kebanyakan hanya sekarang menarik bagi para penggemar “barang
antik”. Selama periode lebih “dahulu”, daya hidup yang bertahan adalah
keingintahuan dengan spesialisasi sejarah matematika. Selama periode
“pertengahan” dan “sekarang”, (sejak dekade awal abad ke-17) tak terbilang
banykanya terorema dan bahkan perkembangan teori yang tinggi diterbitkan
didalam jurnal-jurnal tekhnis dan transaksi pembelajaran masyarakat, dan jarang
jika mau dikatakan sebagai professional. Keberadaannya yang banyak itu hanya
untuk dilupakan saja, kehidupan ribuan “pekerja” telah hilang pada literatur yang
hampir mati. Dalam arti apakah sesuatu yang setengah dilupakan ini hidup? dan
bagaimanakah masalah ini dapat dikatakan dengan sebenarnya bahwa pekerja
yang bersusah paya ini memang tidak sia-sia?
Bagi matematikawan, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang agak
mengecewakan ini adalah jelas bagi setiap orang yang berkutat dalam matematika.
Diantara semua yang tidak terkordinasikan secara rinci pada masa lalu ternyata
memunculkan metode umum atau konsep. Metode atau konsep ini adalah
“bagaimana bertahan hidup”. dengan metode umum rincian yang sangat muskil
dari tempat dikemabangkannya diperoleh seseragaman dalam kasus komparatif.
Konsep baru tampak lebih signifikan bagi seluruh matematika daripada fenomena
yang samar dari yang abstrak. Tetapi hal yang demikian itu adalah sifat dari

15
pemikiran manusia bahwa orang hamper tidak berubah: mengambil jalan lingkar,
dan menemukan cara jalan ke jalan lurus menuju tujuan. Tidak ada prinsip hemat
kerja dalam penemuan ilmiah. Memang, tujuan sasaran dalam matematika sering
kali tak dapat diterka sampai beberapa peniliti bernasib baik (untung ) daripada
saingannya yang tersesat dann juga tersandung disamping menurunnya daya tahan
manusia dalam mengikuti lintasan yang berkelok-kelok. Penyederhanaan dan
pengerahan biasanya merupakan masalah terakhir untuk dicapai.
Dalam gambaran tentang fakta-fakta ini kita dapat mencuplik sakali lagi
teori invarian aljabar (algebraic invariants). Ketika teori ini pertama kali
dikembangkan dalam abad ke-19, skor( nilai) yang diberika kepada pekerja yabf
tekun dan diperbudak dengan perhitungan rinci dari invarian dan kovarian
tertentu. Pekerjaan mereka itu terkubur (terlupakan tak bermanfaat). Tetatpi justru
kerumitannya itulah menarik para pengikut aljabar untuk menyederhankan:
himpunan fenomena yang jelas terasing disusun kembali kedalam contoh-contoh
yang mendasari prinsip utama. Apakah prinsip-prinsip ini pernah dicari, sedikit
ditemukan, tanpa diberikan motivasi oleh himpunan perhitungan, masih dapat
diperdebatkan (debatable). Fakta historis menunjukkan mereka begitu ingin
mencari dan menemukan.
Dalam membicarakan daftar yang hebat tentang kovarian dan invariant
pada periode awal terkuburnya, kita tidak bermaksud mengatakan bahwa hal
tersebut berarti tidak bermanfaat; bagi masadepan matematika masalah itu tak
terdugan mirip sebarang kegiatan masyarakat yang lain. Akan tetapi metode dan
prinsip-prinsip pada periode terakhir membuatnya mungkin meraih semua hasil
yang diinginkan dengan metode yang jauh lebih mudah seperti yang dikehendaki,
dan ini adalah pemborosan waktu dan usaha hari ini untuk menambahnya lagi.
Satu sisa dari semua usaha besar ini adalah konsep invarian. Sebegitu jauh
dapat dilihat pada saat ini, invariant sepertinya menyelimuti matematika murni
maupun terapan selam beberapa dekade. Bukan masalah zaman kejayaannya,
tetapi sisa-sisanya. Tidak juga, sebagai zaman yang menyusahkan masa lalu,
apakah orang yang membuat sisa itu remang-remang terhapa pekerjaan mereka
yang permanen dan bukan pribadi dengan harapannya, ketakutannya,

16
kecerumbuannya, dan pertikainnya yang tidak penting. Sesuatu yang sangat besar
dan selalu dilakukan dalam matematika adalah sama sekali anonim.
Kita tidak akan tahu siapa yang pertama kali memikirkan bilangan-
bilangan1, 2, 3, … , atau siapa yang pertama kali memikirkan bilangan-bilangan
1,2,3,…., atau siapa yang pertama kalimenegrti bahwa sebuah “tiga” terbebas dari
apa yang rasanya pada tiga galah, tiga lembu, tiga dewa, tiga tempat ibadah, dan
tiga Orang.

D. Karl Friederich Gauss (1777-1855)


Karl Friederich Gauss, bersama-sama Newton dan Archimedes, dianggap
sebagai salah satu dari tiga mateamtikawan yang terus hidup. Gauss terlahir di
Jerman pada tahun 1977, anak orang miskin. Ia berbakat matematika sejak msa
kanak-kanak. Gauss sendiri mengatakan telah belajar berhitung sebelum ia dapat
berbiacara. Ketika ia berumur 10 thun, ia dikagumi gurunya dengan bakat
matematikanya karena menemukan jumlah dari 81.297 + 81.495 + 81.693 + ….
+100.899 hanya beberapa saat setelah gurunya memberikan soal itu. Mulai saat
itu dan seterusnya ia menguasai dan berpikir sendiri dalam matematika.
Aritmatika adalah bidang favorit Gauss dalam sisa hidupnya.
Untunglah bangsawan dari Brunswick membantu keuangan sehingga Karl
dapat menjatuhkan ke perguruan tinggi pada usia 15. Ketika berusia 18 tahun, ia
menemukan hukum-hukum baru dalam teori bilangan dan menemukan metode
statistik baru yang disebut “kuadrat terkecil” yang digunakan untuk menentukan
bangun geometri yang akan terabatik satu perangkat data. Ia amat bahgia ketika
menemukan bahwa setiap bilangan positif adalh jumlah dari tiga bilangan
segitiga, umpamanya, 17=1+6 +10. Pada thun yang sama ia juga menemukan
bagaimana mengonstruksi segi banyak teratur dengan 17 sisi.
Gauss menjadi banyak bergaul dengan para matematikawan, dan idolanya
adalah Newton. Eskipun secara priadi ia sangat ramah dan hangat, ia menunjukan
sifat ketidaksenangannya terhadap seseorang yang ingn tahu segalanya dan tidak
bertoleransi dengan kesalahan. Ia hidup sederhana dan moderat terhadap
sekitarnya, dan terus memberikan kontribusi besar pada matematika smapai

17
kematiannya. Ia sangat terkenal dalam penemuannya dalam aritmatika, geometri,
astronomi, dan statistik. Namun disamping kontribusinya yang mengagumkan
dalam matematika, dengan rendah hati Gauss berkata “ Jika orang ingn mau
menengok matematika dan percaya sedalam seperti saya dan terus tekun seperti
saya, mereka pun akan menemukan seperti yang saya temukan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Matematika sampai hari ini terbagi kedalam dua aliran yaitu biangan
dan bangun. Yang pertama terhimpun dalam aritmatika dan aljabar, dan yang
kedua dalam geometri. Dalam abad ke-17 keduanya disatukan (ingat Rene
Descartes), membentuk sungai analisi matematika yang makin luas.
Pada periode “dahulu” ciri khasnya adalah empiris, mendasarkan pada
pengalaman (indera) hidup manusia. Periode “pertengahan” mulai dengan
analisis (Descartes, Newton, Leibniz, Galileo), sedangkan pada periode
“sekarang” cirri khasnya adalah metode abstraksi dan generalisasi.
Pada periode Yunani, matematika mash bersifat emipris. Pada abad
ke-17, kekurangan itu diperbaiki dengan munculnya geometri analitik,
proyektif, dan diferensial pada abad berikutnya. Yang terakhir muncul
geometri baru (non-euclid) dan menyingkirkan geometri euclid (lama).

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Bagi para mahasiswa
sebagai calon guru matematika memiliki kemampuan menjelaskan sejarah
perkembangan matematika, karena dengan bekal kemampuan-kemampuan
tersebut matematika akan menjadi lebih luas, makin percaya diri dalam
mengajar matemtika, makin mencintai bidang studi matematika dan tidak
menutup kemungkinan dapat mampu mengembangkan diri jauh lebih
professional.

19
DAFTAR PUSTAKA
York: Mc. Millan.
w York:

arta: Gunung Mulva.


ical Series.
John Murray.
Kattasoft, L. O. (1986). Pengantar Filsafat. Alih bahasa: Suyono Sumargono.
Yogyakarta: Tiara Wacara
w York: Dover.
543-556.
mbangunan.
a: Bina Aksara.
s.
.
g Mulya.
York: Dover.

20

Anda mungkin juga menyukai