PENYUSUN
Ahmad Nurdin, M.Pd
Lampiran
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk melaksanakan amanat pendidikan tersebut, dikembangkan Standar
Proses Pembelajaran yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi. Standar Proses Pembelajaran merupakan kriteria minimal
mengenai perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian
pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran pada satuan Pendidikan
Menengah Kejuruan untuk mencapai kompetensi lulusan. Perencanaan
pembelajaran sebagai bagian dari proses pembelajaran disusun dalam
bentuk silabus, RPP, dan/atau perangkat pembelajaran lain yang
mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Proses pembelajaran diselenggarakan berbasis aktivitas secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta
didik. Selain itu proses pembelajaran juga memberikan ruang untuk
berkembangnya keterampilan abad XXI yaitu kreatif, inovatif, berfikir kritis,
pemecahan masalah, kolaboratif dan komunikatif untuk menyongsong era
revolusi industri 4.0 maupun perubahan situasi dan kondisi industri yang
akan datang. Era revolusi industri 4.0 juga dikenal dengan fenomena
disruptive innovation yang menekankan antara lain pada pola ekonomi
digital, kecerdasan buatan, big data, dan robotik. Untuk menyiapkan
tamatan yang siap bekerja di situasi tersebut, diperlukan proses
pembelajaran yang berbentuk HOTS. Untuk mendukung tercapainya HOTS
tersebut, pendidik perlu mempersiapkan beberapa kegiatan sebelum
membuat perencanaan pembelajaran antara lain adalah:
memahami taksonomi ranah kompetensi,
memahami pendekatan pembelajaran saintifik,
mengklasifikasikan kompetensi yang mengarahkan siswa untuk
memiliki keterampilan tingkat tinggi (HOTS) atau kompetensi yang
tidak memerlukan tercapainya HOTS,
menganalisis model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik KD
yang ada, dan
memadukan antara langkah-langkah dalam pendekatan
pembelajaran saintifik dengan sintak model pembelajaran.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup perencanaan pembelajaran berbasis HOTS mencakup:
Taksonomi Kompetensi
Pendekatan pembelajaran saintifik
Model-model pembelajaran
C. Tujuan
Tujuan perencanaan pembelajaran berbasis HOTS ini adalah
1. Meningkatkan mutu pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran di SMK;
2. Mengembangkan silabus yang mengandung HOTS (Higher-order Thinking
Skills);
3. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengandung HOTS (Higher-order Thinking Skills);
Bab II. Persiapan Perencanaan Pembelajaran
C-4 Menganalisis
C-6 Mengkreasi
Dimensi KI-4
(Keterampilan)
Artikulasi
K-4 Menalar Alami
K-6 Mencipta
Dave Simpson
B. Pendekatan pembelajaran saintifik dalam proses Pembelajaran
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang meliputi
lima pengalaman belajar sebagai berikut.
1. Observing (mengamati). Yang dimaksud dengan observing adalah
mengamati dengan pancaindra, kegiatannya dapat berupa mendengar,
menyimak, mencium, mengecap, merasakan, membaca, melihat, dan
menonton baik dengan alat maupun tanpa alat. Kegiatan mengamati ini
diakhiri dengan pembuatan kesimpulan sementara dari proses observing
baik secara individu maupun secara kelompok.
2. Questioning (menanya). Yang dimaksud dengan questioning adalah
proses perenungan tentang informasi yang belum dipahami atau
informasi tambahan lain yang ingin diketahui lebih lanjut dalam batas
ruang lingkup materi, atau dapat juga digunakan sebagai
penegasan/klarifikasi materi yang tidak diyakini seluruhnya sudah
dikuasai. Hasil kegiatan questioning dibuat dalam bentuk kalimat
pertanyaan yang dapat dilakukan secara individu maupun dalam
kelompok kecil. Langkah kegiatan ini merupakan langkah yang sangat
‘krusial’ dalam proses pendidikan di Indonesia, karena siswa sangat
jarang dibiasakan untuk mengembangkan pertanyaan tentang “apa yang
tidak/belum mereka kuasai”. Pertanyaan selalu datang dari guru, siswa
disuruh untuk mencari jawabannya.
3. Experimenting (Mengumpulkan informasi/mencoba). Yang dimaksud
dengan Experimenting adalah segala usaha yang diperlukan untuk
mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang di kembangkan.
Kegiatannya dapat berupa mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara
sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan,
4. Associating (Mengasosiasi). Yang dimaksud dengan Associating adalah
mengolah data yang sudah dikumpulkan dari kegiatan sebelumnya
untuk mensintesakan (membuat kesimpulan) dalam bentuk klasifikasi
data berdasarkan kategori, hubungan antara fenomena/informasi yang
terkait, pola keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/
pendapat dll. Kemampuan mensintesakan beberapa data yang sudah
ditemukan dapat mengantarkan siswa untuk memiliki HOTS.
5. Communicating (Mengomunikasikan). Yang dimaksud dengan
Communicating adalah menyajikan laporan dalam bentuk tertulis dan
/atau lisan. Dalam bentuk tertulis dapat berupa bagan, diagram, grafik,
atau laporan tertulis melalui media elektronik, multi media dan lain-lain;
atau menyajikan laporan secara lisan meliputi proses, hasil, dan
kesimpulan dari mengamati sampai menalar.
Dalam pendekatan saintifik, walaupun KD yang di bahas di level LOTS namun
pada langkah mengasosiasi sudah melatih dan mengantarkan siswa untuk
memiliki HOTS.
C. Model-model Pembelajaran
Terdapat beberapa model Pembelajaran beserta sintaknya yang
dikembangkan oleh para ahli, secara umum model-model Pembelajaran ini
sudah mengarahkan pembekalan HOTS. Model Pembelajaran yang dibahas
dalam dokumen ini adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Teaching Factory
Model pembelajaran Teaching Factory (Tefa} adalah model pembelajaran
yang bernuansa industri melalui sinergi SMK/MAK dengan dunia
usaha/industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai
dengan kebutuhan pasar. Model pembelajaran ini dirancang dan
dilaksanakan dengan mengaitkan Kompetensi Dasar dalam dokumen
kurikulum dengan jenis produksi yang dihasilkan baik berupa barang dan
ataupun jasa yang dibutuhkan oleh DUDI dan masyarakat pada
umumnya. Pembelajaran melibatkan siswa secara langsung dan
menyeluruh dalam proses produksi yang dilaksanakan di ruang
praktik/bengkel/lahan atau tempat lain yang telah dikondisikan
mendekati situasi dan suasana tempat kerja yang sesungguhnya,
menyangkut: waktu, prosedur, dan cara/aturan sesuai standar DUDI.
Perencanaan, pembuatan, dan pengembangan jenis produksi
diselenggarakan berdasarkan kemitraan antara SMK dan DUDI terutama
yang berada di sekitarnya atau wilayahnya, mulai dari menetapkan dan
atau inovasi produk (barang/jasa), menyiapkan perangkat pembelajaran,
mengondisikan ruang praktik/bengkel/lahan dan lingkungan, proses dan
evaluasi pembelajaran serta pemanfaatan produk dan lulusan.
a. Tujuan Tefa
1) Menciptakan sinergi dan integrasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran muatan Nasional, Kewilayahan, dan Kejuruan untuk
menunjang penguasaan kompetensi lulusan;
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skills dan
hard skills kepada peserta didik;
3) Meningkatkan kolaborasi dengan DUDI melalui penyelarasan
kurikulum, penyediaan instruktur, alih pengetahuan/teknologi,
internalisasi standar dan budaya kerja DUDI;
4) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
melalui interaksi dengan DUDI;
5) Mendorong lahirnya perubahan paradigma pembelajaran dan
budaya kerja di SMK.
b. Sintak model pembelajaran Tefa
1) Merancang produk;
2) Membuat contoh produk (proto type);
3) Memvalidasi proto type;
4) Mengorganisasikan pekerjaan/pembelajaran;
5) Menjadwalkan pekerjaan/pembelajaran (Misal: sistem blok);
6) Melaksanakan produksi/pembelajaran;
7) Mengevaluasi hasil produksi;
8) Memasarkan hasil produksi.
8) Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap pasang KD didasarkan atas
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
sesuai yang tersedia di Struktur Kurikulum dengan
mempertimbangkan jumlah KD serta keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan masing-masing KD. Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai pasang KD yang dibutuhkan peserta didik
yang memiliki kemampuan beragam.
SILABUS MATA PELAJARAN
(Khusus Mapel PABP dan PPKn)
Nama Sekolah : ……………………………………………………………………
Bidang Keahlian : ……………………………………………………………………
Kompetensi Keahlian : …………………………………………………………….
Mata Pelajaran : ……………………………………………………………………
Durasi (Waktu) : ……………………………………………………………………
KI-1 (Sikap Spiritual) : .........................................................................
KI-2 (Sikap Sosial) :
................................................................................................................
KI-3 (Pengetahuan) :
................................................................................................................
KI-4 (Keterampilan) :
……………………………………………………………………………………………..
Indikator Alokasi
Kompetensi Materi Kegiatan Sumber
Pencapaian Waktu Penilaian
Dasar Pokok Pembelajaran Belajar
Kompetensi (JP)
1 2 3 4 5 6 7
1.1
2.1
3.1
4.1
1.2
2.2
3.2
4.2
_____________________ ________________________
NIP……………………… NIP ………………………
Bab IV. Penutup
Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu para guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran berbasis HOTS, baik secara konsep, pengembangan
dan penerapannya sesuai mata pelajarannya.
Semoga, para guru diberi kemudahan dalam memahami dokumen ini dan
menerapkannya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan penilaian.
Pada akhirnya, peserta didik dapat memahami materi pelajaran secara
bermakna, luas dan mendalam serta dapat menerapkannya pada berbagai
konteks kehidupan sesuai dengan semangat kurikulum. Dengan demikian,
upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkeadilan dapat tercapai.