Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Perancangan Kegiatan Pembelajaran Yang Mampu Mengembangkan Budaya


"Reasoning and Sense Making" di Kelas

DOSEN PEMBIMBING :
Karmila Suryani S.Kom., M.Kom.

DISUSUN OLEH :
Gefrianda 1910013231029

M. Dyon 1910013231017

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perancangan
Kegiatan Pembelajaran Yang Mampu Mengembangkan Budaya "Reasoning and
Sense Making" di Kelas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari buk Karmila Suryani S.Kom., M.Kom. pada mata kuliah Bimbingan
Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada buk Karmila Suryani S.Kom., M.Kom.
selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Payakumbuh, 07 Desember 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………….…………………………………..........
DAFTAR ISI……………………………….…………………………………………
BAB I………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN…………………….………………………………………………
A. Latar Belakang ……………………….……………………………………….
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………...…

BAB II…………………………….…………………………………………………..

PEMBAHASAN………………….…………………………………………………...

A. Definisi Reasoning and Sense Making ……………………………………….


B. Tujuan Reasoning dan Sense Making ………………………………………..
C. Rancangan Kegiatan Pembelajaran dengan Mengembangan budaya Reasoning
and Sense Making di Kelas …………………………………………………..
D. Contoh Penerapan Budaya Reasoning and Sense Making dalam Pelajaran
Matematika …………………………………………………………………...

BAB III………………………………………………………………………………
PENUTUP…………………………………………………………………………...
A. Kesimpulan ……..…………………………………………………………...
B. Saran ………………….……………………………………………………..

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itulah terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketika proses pembelajaran
berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang memungkinkan bagi guru
untuk dapat mengenali karakteristik serta potensi yang dimiliki siswa. Demikian pula
sebaliknya, pada saat pembelajaran siswa memiliki kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga potensi tersebut dapat
dioptimalkan. oleh karena itu, pendidikana bukan lagi memberikan stimulus akan
tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengetahuan itu tidak diberikan,
akan tetapi dibangun oleh siswa.

Untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam proses
pembelajaran perlu pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak lagi berpusat
pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator serta
pembimbing. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang luas untuk
mengembangkan kemampuannya seperti mengemukakan pendapat, berpikir kritis,
menyampaikan ideatau gagasan dan sebagainya. Belajar aktif sangat diperlukan oleh
siswa untukmendapatkan hasil yang maksimal. Ketika siswa pasif, atau hanya
menerima dari pengajar ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah diberikan
pengajar.

Pada kenyataanya proses pembelajaran masih dominan terpusat pada guru, salah
satu indikatornya yaitu pembelajaran masih dominan dengan metode ceramah dan
siswa lebih banyak pasif, sebagai pendengar. Okezone.com memberitakan bahwa
dalam menyampaikan penjelasan, guru di Indonesia terlalu panjang lebar. Selain itu,
durasi pembelajaran selama 80 menit membuat guru kurang cermat dalam merancang
pembelajaran. Tanpa sadar itu sudah menjadi budaya guru-guru di Indonesia.

Salah satu masalah yang sering dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih
banyak diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
3
memahami informasi yang diingatnya itu dan mengkonstruksikan menjadi pengalaman
belajar yang bermakna. Pengalaman belajar bermakna hanya dapat diperoleh siswa
apabila pembelajaran bersifat kreatif, inovatif, menyenangkan dan memberi
kesempatan siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran tersebut. Sebaliknya
kemampuan menghafal informasi berakibat siswa hanya pintar secara teoritis, akan
tetapi mereka miskin aplikasi.

Saat ini ada namanya mengembangkan budaya reasoning and sense making.
Reasoning artinya penalaran dan sense making artinya membuat/mengambil
keputusan. Reasoning and sense making merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
pisahkan. Karena ketika siswa bernalar pasti akhirya siswa akan merepresntasikan ide
mereka atau mengambil keputusan. Budaya reasoning and sense making ini sangat
bagus dan penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Untuk lebih
jelasnya mengembangkan budaya Reasoning and Sense Making dikelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang perlu dijelaskan
pada makalah ini adalah :
1. Apa Defenisi Reasoning and Sense Making ?
2. Apa Tujuan Reasoning and Sense Making ?
3. Bagaimana rancangan Kegiatan Pembelajaran dengan mengembangan
budaya Reasoning and Sense Making di kelas ?
4. Seperti Apa Contoh penerapan budaya Reasoning and Sense Making
dalam pelajaran Matematika ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Defenisi Reasoning and Sense Making


2. Untuk Mengetahui Tujuan Reasoning and Sense Making
3. Untuk Mengetahui rancangan Kegiatan Pembelajaran dengan
mengembangan budaya Reasoning and Sense Making di kelas
4. Untuk Mengetahui Contoh penerapan budaya Reasoning and Sense
Making dalam pelajaran Matematika

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Reasoning and Sense Making


1. Definisi Reasoning (Penalaran)
Istilah penalaran sebagai terjemahan dari reasoning. Penalaran
merupakan suatu rangkaian proses untuk mencari keterangan dasar yang
merupakan kelanjutan dari keterangan lain yang diketahui lebih dulu.
Keterangan baru inilah yang dinamakan kesimpulan. Penalaran merupakan
salah satu cara berpikir tetapi bukan setiap pemikiran merupakan penalaran.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran.

Sementara defenisi lain bahwa penalaran adalah kegiatan akal budi


dalam memahami makna setiap term dalam suatu proposisi,
menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lain dan menarik
kesimpulan atas dasar proposisi-proposisi tersebut. Dengan demikian jelas
bahwa penalaran merupakan sebuah bentuk pemikiran. Bentuk pemikiran
yang lain adalah pengertian atau konsep dan proposisi atau pernyataan.
Pengertian, proposisi, dan penalaran memiliki hubungan yang tak
terpisahkan. Karena penalaran mensyaratkan proposisi dan proposisi
mengandaikan pengertian. 'Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak
ada penalaran tanpa proposisi.

Penalaran memiliki arti yang berbeda-beda menurut para ahli, seperti


yang dikemukakan oleh R. G. Sukadijo bahwa penalaran adalah suatu
bentuk pemikiran. Keraf berpendapat penalaran adalah proses berpikir yang
berusaha menghubungkan fakta atau evidensi yang diketahui menuju suatu
kesimpulan.
5
Copi menjelaskan penalaran sebagai "Reasoning is a special kind of
thinking in which inference takes place, in which conclusions are drawn
from promises". Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan
kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan
atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan
yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar.

Penalaran sebagai sebuah kemampuan berfikir, memiliki dua ciri pokok


yakni:
a. Logis, artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika
tertentu.
b. Analitis, mengandung arti bahwa proses berfikir ini dilakukan
dengan langkah - langkah teratur seperti yang dipersyaratkan oleh
logika yang dipergunakannya.

2. Sense Making (Merepresentasikan Ide/Pengambilan keputusan)


Sense Making (Merepresentasikan Ide) adalah Memilih bagian yang
penting dari masalah dan Mengubah bentuk kalimat biasa menjadi model
matematika. Sense-making terkait erat dengan kemampuan membangun
skema permasalahan dan merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki.
Ketika memahami situasi matematik kemudian mencoba dikomunikasikan
kedalam simbol atau bahasa matematik maka pada saat itu juga terjadi
proses sense-making melalui proses adaptasi dan pengaitan informasi yang
baru diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya sehingga membentuk suatu
informasi baru yang saling berhubungan dalam struktur pengetahuannya.
Proses pemaknaan akan tepat tergantung pada prior experience dan kualitas
prior knowledge (conceptual framework) siswa.

6
B. Tujuan Reasoning dan Sense Making
1. Tujuan Reasoning
Penalaran terjalin erat dengan pengambilan ideketika guru memberikan
dukungan dan umpan balik. Siswa diharapkan menunjukkan peningkatan
penalaran mereka pada saat pembelajaran baik lisan dan tertulis.
Kesimpulan pendapat di atas digunakan untuk menyusun reasoning habit
matematika peserta didik yang akan dikembangkan dalam instrumen

a. Menganalisis masalah, mengidentifikasi konsep-konsep matematika


yang relevan, prosedur, atau pernyataan tentang masalah matematika.
b. Membuat dugaan awal, memprediksi solusi pada masalah yang
diberikan.
c. Menyusun argumen yang valid menggunakan langkah-langkah
sistematis.
d. Menarik kesimpulan dari apa yang dikerjakan pada masalah
matematika.

Dalam prakteknya, penalaran (reasoning habit) dan pengambilan ide (sense


making) saling terkait berkelanjutan dari pengamatan ke penarikan
kesimpulan.

2. Tujuan Sense Making


Menurut Yackel dan Hanna, (dalam NCTM 2009: 4) sense making
yang artinya pengambilan ide adalah mengembangkan pemahaman
situasi, konteks, atau konsep dengan menghubungkannya dengan
pengetahuan yang ada.Indikator sense making peserta didik
dikembangkan dalam instrumen sebagai berikut :

7
a. Pola pencarian penyelesaian,mencari solusi dari permasalahan
matematika.
b. Mencari struktur tersembunyi, menemukan bentuk ekspresi setara
yang mengungkapkan aspek yang berbeda dari masalah.
c. Mencari solusi matematika yang berbeda, mencari konteks solusi
yang berbeda, dan representasi yang berbeda.
d. Menyatukan pendekatan yang berbeda untuk memecahkan
masalah.
e. Generalisasi solusi yang lebih luas dari masalah dan mencari
koneksi dengan masalah lain. Terkait pernyataan tersebut di atas,
maka perlu ada upaya memperbaiki proses pembelajaran yang
terjadi saat ini.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah
melakukan inovasi pembelajaran.Ruseffendi, (1991:291)
menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan
yang mengunakan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode
belajar yang dapat menumbuhkan berpikir kreatif dan kritis. Dengan
adanya inovasi, terutama dalam perbaikan metode dan cara
menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan bernalar peserta
didik dapat ditingkatkan.

C. Rancangan Kegiatan Pembelajaran dengan Mengembangan budaya


Reasoning and Sense Making di Kelas

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan


pengambilan keputusan siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan
menerapkan Pendekatan Kontrutivisme. Pendekatan Kontrutivisme adalah
suatu pola pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat di dalam proses

8
pembelajaran agar dapat mengembangkan dan membangun pengetahuan yang
dimilikinya.

Diterapkannya konstruktivis juga mempunyai tujuan dalam proses


pembelajaran. Haniafah & Suhana (2009: 62) mengemukakan bahwa
pendekatan Kontrutivisme disajikan supaya lebih merangsang dan memberi
peluang kepada siswa untuk belajar, berfikir inovatif dan mengembangkan
potensinya secara optimal. Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada
dibenaknya (Susanto, 2014: 134). Konstruktivis dalam pembelajaran untuk
diterapkan karena dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam
membangun gagasan dari siswa itu sendiri.

Langkah ” langkah dalam pembelajaran kontrutivisme menurut Sidik ada 4


tahapan yaitu :

No. Tahap Kegiatan Pembelajaran

Apersepsi Pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan


1
konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
Misalnya: mengapa baling-baling dapat berputar?

Eksplorasi Pada tahap ini siswa menggunakan dugaan


2
sementara terhadap konsep yang dipelajari. Kemudian
siswa menggali menyelediki dan menemukan sendiri
konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang
dikemukakan pada tahap sebelumnya melalui manipulasi
benda langsung.

9
Diskusi dan Penjelasan Pada tahap ini, siswa mengkomunikasikan hasil
3
Konsep penyeledikan dan temuannya, pada tahap ini pula guru
menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu
siswa membuat kesepakatan dikelas, yaitu setuju atau tidak
dengan pendapat kelompok lain serta memotivasi siswa
mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui
dan kegiatan tanya jawab.

Pengembangan dan Aplikasi Pada tahap ini. Guru memberikan


4
penekanan terhadap konsep - konsep esensial kemudia
siswa membuat kesi mpulan memlaui bimbingan guru dan
menerapkan pemahaman konseptual
yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui
pengerjaan tugas.

Kelebihan Pembelajaran Kontrutivisme :


1. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri jawabannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk pemikir yang mandiri.

Kelemahan Pembelajaran Kontrutivisme :


1. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun
mengunakan pendekatan tradisional.
2. Guru Kontrutivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pelajaran dan
memilih atau menggunakan media

10
3. Siswa dan orangtua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses
belajar dan mengajar yang baru.

D. Contoh Penerapan Budaya Reasoning and Sense Making dalam Pelajaran


Matematika

Pembelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik untuk


dapat berfikir logis, analitis sistematis dan kreatif serta mampu kerjasama. Dan
hal tersebut dapat diperoleh dari suatu berfikir logis yang disebut penalaran.4
Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk
meningkatkan kemampuan menggunakan penalaran yang diperoleh melalui
proses mempelajari matematika itu sendiri, dengan kata lain materi matematika
dipahami melalui penalaran, dan penalaran diperoleh dari pemahaman dan
latihan pada mat eri matematika. Jadi materi matematika dan penalaran
matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika, salah satu upaya untuk


meningkatkan penalaran siswa yaitu dengan pembelajaran kontrutivsme.
Prinsip teori kontrutivisme adalah "aktivitas harus selalu mendahului analisis"
dan aktivitas yang sesuai dalam hal ini adalah aktivitas Hands On Mathematics.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menerapkan pembelajaran matematika
dengan pendekatan kontrutivsme dan hands on mathematics sebagai upaya
peningkatan penalaran logis siswa.5

Menurut Sukayati, dkk (2003), istilah hands on mathematics dalam bahasa


Indonesia adalah "matematika dengan sentuhan tangan", maksudnya adalah
kegiatan pembelajaran matematika yang ditunjang oleh aktivitas fisik seperti :
melipat, mengunting, mengarsir,merangkal, pengutak-atikan objek dengan

11
tangan, dan sejenisnya. Pembelajaran semacam ini akan lebih bermakna keran
guru mengaitkannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.

Hands on mathematics ini merupakan kegiatan "pengalaman belajar dalam


rangka penemuan konsep atau prinsip matematika melalui kegiatan
eksplorasi,investigasi, dan konklusi yang melibatkan aktivitas fisik hands on
mathematics tersebut akan berakibat langsung terbangunnya kontruksi berfikir
siswa secara sistematis. Melalui hands on mathematic juga akan terbentuk suatu
penghayatan dan pengalaman untuk menetapkan suatu pengertian, karena
mampu membelajarkan secara bersama-sama kemampuan kognitif,afektif dan
psikomotor serta dapat memberikan penghayatan konstruksi secara mendalam
terhadap apa yang dipelajari, sehingga apa yang diperoleh siswa tidak mudah
dilupakan serta mengembangkan kemampuan siswa dalam bernalar
matematika.

❖ Implementasi Pembelajaran Matematika Kontrutivisme dalam Melalui


Hands On Mathematics

Berikut ini disampaikan contoh - contoh pembelajaran matematika


kontrutivisme berorientasi hands on mathematics yang dapat dilakukan
guru di sekolah.

1. Contoh Pertama:
Untuk memberikan pemahaman konseo apakah suatu rangkaian
enam persegi kongkruen merupakan jaring - jaring kubus atau
bukan, kepada siswa dapat diberikan dua macam rangkaian kubus
yang salah satunya bukan merupakan jarring-jaring kubus.

12
Contoh penerapan budaya Reasoning and Sense Makingdalam pelajaran
Matematika

Kegiatan selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mencoba


menyelediki sejumlah rangkain enam persegi sehingga akhirnya
mereka dapat menemukan banyaknya model rangkaian yang
merupakan jaring - jarring kubus.

2. Contoh Kedua
Pada pembelajaran penjumlahan bilangan bulat masih banyak siswa
yang mengalami kebingunngan, sehingga siswa perlu menggunakan
bantuan alat peraga manik - manik bilangan bulat, dengan hands on
mathematics siswa memasangkan manik - manik positif dan negatif.

3. Contoh Ketiga
Pembelajaran geometri menghitung luas bangun gabungan akan
mudah dipahami apabila siswa mengutak - atik bangun gabungan
13
tersebut dengan pengkonstruk pengalaman belajar sebelumnya
bahwa bangun gabungan itu berasal dari beberapa bangun geometri
yang sederhana.

4. Contoh Keempat
Pembelajaran theorem Phytagoras, dari pengalaman mengajar
penulis diketahui bahwa ada beberapa letak kesulitan siswa dalam
memahami konsep Teorema Phytagiras, yaitu (1) menemukan
asalnya rumus yang selama ini pernah mereka gunakan di SD, (2)
siswa kurang memahami penggunaan Teorema Phyatogoras karena
selama ini mereka hanya menghafal saja, dan (3) siswa kurang
memahami kegunaan Teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-
hari.

Bertolak dari penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap


konsep teorema Phytagoras, maka menggunakan pendekatan
kontrutivisme dengan hands on mathematics ini diharapkan guru
14
dapa menggunakan dan mengoptimalkan pengalaman kehidupan
sehari-hari siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
bernalar matematika. Pembelajaran semacam ini lebih bermakna
karena guru mengaitkannya dengan pengalaman yang telah dimiliki
oleh siswa.

5. Contoh Kelima
Pembelajaran dimensi tiga di kelas X SMU/SMA, hand on
mathematics masih diperlukan karena tingkat abstraksi siswa dalam
hal kekurangan masih perlu ada bantuan benda konkret. Dengan
adanya benda - benda tiruan maupun objek - objek konkret yang
secara sengaja disiapkan untuk merangsang pikiran siswa dalam
mengentruksi konsep maupun prinsip.

Melalui contoh - contoh pembelajaran konstrutivisme berorientasi


hands on mathematic yang dilakukan diatas maka -pengalaman
belajar" tersebut sebagai bagian pengembangan konsep yang dalam
tahap belajar siswa dapat benalar secara logic dalam memandang,
menyelesaikan dan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan.

Jadi kesimpulannya : (I) pada pernbelajaran kontrutivisme, siswa


perlu mengkronstruksi pcmahaman mereka sendiri untuk masing -
masing konsep matematika schingga peranan guru dalam mengajar
bukannya "menguliahi” menerangkan atau upaya - upaya sejenis
15
untuk memindahkan pengetahuan matematika pada siswa tetapi
menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan
mereka membuat konstruksi- konstruksi mental yang diperlukan. (2)
Pembelajaran (Materi) matematika dan penalaran matematika
merupalcan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. (3) pembelajaran
konskutivisme berorientasi hands on mathematics mampu
menciptakan suasana belajar yang bermakna (meaningful learning).
(4) Pembelajaran konstrutivisme berorientasi hands on mathematics
mampu membuat siswa kreatif mengembangkan ide dan
meningkatkan kemampuan menggunakan penalaran secara logis.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reasoning artinya penalaran dan sense making artinya membuat/mengambil


keputusan. Reasoning and sense making merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
pisahkan. Karena ketika siswa bemalar pasti akhirya siswa akan merepresentasikan ide
mereka atau mengambil keputusan. Budaya reasoning and sense making ini sangat
bagus dan penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Salah satu
rancangan kegiatan pembelajaran dengan mengembangkan budaya reasoning and
sense making yaitu dengan menerapkan pendekatan kosntrutivisme. Konstruktivis
dalam pembelajaran untuk diterapkan karena dapat meningkatkan keaktifan dan
pemahaman siswa dalam membangun gagasan dari siswa itu sendiri. Sehingga secara
tidak langsung mereka bemalar dan merujuk pada pengambilan keputusan. Salah satu
contohnya dalam pelajaran matematika adalah matematika dengan pendekatan
kontrutivisme dan hands on mathematics sebagai upaya peningkatan penalaran logis
siswa. dari Prinsip teori kontrutivisme adalah "aktivitas harus selalu mendahului
analisis" dan aktivitas yang sesuai dalam hal ini adalah aktivitas Hands On
Mathematics.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran.

17

Anda mungkin juga menyukai