DOSEN PEMBIMBING :
Karmila Suryani S.Kom., M.Kom.
DISUSUN OLEH :
Gefrianda 1910013231029
M. Dyon 1910013231017
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perancangan
Kegiatan Pembelajaran Yang Mampu Mengembangkan Budaya "Reasoning and
Sense Making" di Kelas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari buk Karmila Suryani S.Kom., M.Kom. pada mata kuliah Bimbingan
Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada buk Karmila Suryani S.Kom., M.Kom.
selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………….…………………………………..........
DAFTAR ISI……………………………….…………………………………………
BAB I………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN…………………….………………………………………………
A. Latar Belakang ……………………….……………………………………….
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………...…
BAB II…………………………….…………………………………………………..
PEMBAHASAN………………….…………………………………………………...
BAB III………………………………………………………………………………
PENUTUP…………………………………………………………………………...
A. Kesimpulan ……..…………………………………………………………...
B. Saran ………………….……………………………………………………..
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itulah terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketika proses pembelajaran
berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang memungkinkan bagi guru
untuk dapat mengenali karakteristik serta potensi yang dimiliki siswa. Demikian pula
sebaliknya, pada saat pembelajaran siswa memiliki kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga potensi tersebut dapat
dioptimalkan. oleh karena itu, pendidikana bukan lagi memberikan stimulus akan
tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengetahuan itu tidak diberikan,
akan tetapi dibangun oleh siswa.
Untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam proses
pembelajaran perlu pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak lagi berpusat
pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator serta
pembimbing. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang luas untuk
mengembangkan kemampuannya seperti mengemukakan pendapat, berpikir kritis,
menyampaikan ideatau gagasan dan sebagainya. Belajar aktif sangat diperlukan oleh
siswa untukmendapatkan hasil yang maksimal. Ketika siswa pasif, atau hanya
menerima dari pengajar ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah diberikan
pengajar.
Pada kenyataanya proses pembelajaran masih dominan terpusat pada guru, salah
satu indikatornya yaitu pembelajaran masih dominan dengan metode ceramah dan
siswa lebih banyak pasif, sebagai pendengar. Okezone.com memberitakan bahwa
dalam menyampaikan penjelasan, guru di Indonesia terlalu panjang lebar. Selain itu,
durasi pembelajaran selama 80 menit membuat guru kurang cermat dalam merancang
pembelajaran. Tanpa sadar itu sudah menjadi budaya guru-guru di Indonesia.
Salah satu masalah yang sering dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih
banyak diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
3
memahami informasi yang diingatnya itu dan mengkonstruksikan menjadi pengalaman
belajar yang bermakna. Pengalaman belajar bermakna hanya dapat diperoleh siswa
apabila pembelajaran bersifat kreatif, inovatif, menyenangkan dan memberi
kesempatan siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran tersebut. Sebaliknya
kemampuan menghafal informasi berakibat siswa hanya pintar secara teoritis, akan
tetapi mereka miskin aplikasi.
Saat ini ada namanya mengembangkan budaya reasoning and sense making.
Reasoning artinya penalaran dan sense making artinya membuat/mengambil
keputusan. Reasoning and sense making merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
pisahkan. Karena ketika siswa bernalar pasti akhirya siswa akan merepresntasikan ide
mereka atau mengambil keputusan. Budaya reasoning and sense making ini sangat
bagus dan penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Untuk lebih
jelasnya mengembangkan budaya Reasoning and Sense Making dikelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang perlu dijelaskan
pada makalah ini adalah :
1. Apa Defenisi Reasoning and Sense Making ?
2. Apa Tujuan Reasoning and Sense Making ?
3. Bagaimana rancangan Kegiatan Pembelajaran dengan mengembangan
budaya Reasoning and Sense Making di kelas ?
4. Seperti Apa Contoh penerapan budaya Reasoning and Sense Making
dalam pelajaran Matematika ?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Tujuan Reasoning dan Sense Making
1. Tujuan Reasoning
Penalaran terjalin erat dengan pengambilan ideketika guru memberikan
dukungan dan umpan balik. Siswa diharapkan menunjukkan peningkatan
penalaran mereka pada saat pembelajaran baik lisan dan tertulis.
Kesimpulan pendapat di atas digunakan untuk menyusun reasoning habit
matematika peserta didik yang akan dikembangkan dalam instrumen
7
a. Pola pencarian penyelesaian,mencari solusi dari permasalahan
matematika.
b. Mencari struktur tersembunyi, menemukan bentuk ekspresi setara
yang mengungkapkan aspek yang berbeda dari masalah.
c. Mencari solusi matematika yang berbeda, mencari konteks solusi
yang berbeda, dan representasi yang berbeda.
d. Menyatukan pendekatan yang berbeda untuk memecahkan
masalah.
e. Generalisasi solusi yang lebih luas dari masalah dan mencari
koneksi dengan masalah lain. Terkait pernyataan tersebut di atas,
maka perlu ada upaya memperbaiki proses pembelajaran yang
terjadi saat ini.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah
melakukan inovasi pembelajaran.Ruseffendi, (1991:291)
menyarankan sebaiknya dalam pembelajaran digunakan pendekatan
yang mengunakan metode pemecahan masalah, inquiri, dan metode
belajar yang dapat menumbuhkan berpikir kreatif dan kritis. Dengan
adanya inovasi, terutama dalam perbaikan metode dan cara
menyajikan materi pelajaran, diharapkan kemampuan bernalar peserta
didik dapat ditingkatkan.
8
pembelajaran agar dapat mengembangkan dan membangun pengetahuan yang
dimilikinya.
9
Diskusi dan Penjelasan Pada tahap ini, siswa mengkomunikasikan hasil
3
Konsep penyeledikan dan temuannya, pada tahap ini pula guru
menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu
siswa membuat kesepakatan dikelas, yaitu setuju atau tidak
dengan pendapat kelompok lain serta memotivasi siswa
mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui
dan kegiatan tanya jawab.
10
3. Siswa dan orangtua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses
belajar dan mengajar yang baru.
11
tangan, dan sejenisnya. Pembelajaran semacam ini akan lebih bermakna keran
guru mengaitkannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.
1. Contoh Pertama:
Untuk memberikan pemahaman konseo apakah suatu rangkaian
enam persegi kongkruen merupakan jaring - jaring kubus atau
bukan, kepada siswa dapat diberikan dua macam rangkaian kubus
yang salah satunya bukan merupakan jarring-jaring kubus.
12
Contoh penerapan budaya Reasoning and Sense Makingdalam pelajaran
Matematika
2. Contoh Kedua
Pada pembelajaran penjumlahan bilangan bulat masih banyak siswa
yang mengalami kebingunngan, sehingga siswa perlu menggunakan
bantuan alat peraga manik - manik bilangan bulat, dengan hands on
mathematics siswa memasangkan manik - manik positif dan negatif.
3. Contoh Ketiga
Pembelajaran geometri menghitung luas bangun gabungan akan
mudah dipahami apabila siswa mengutak - atik bangun gabungan
13
tersebut dengan pengkonstruk pengalaman belajar sebelumnya
bahwa bangun gabungan itu berasal dari beberapa bangun geometri
yang sederhana.
4. Contoh Keempat
Pembelajaran theorem Phytagoras, dari pengalaman mengajar
penulis diketahui bahwa ada beberapa letak kesulitan siswa dalam
memahami konsep Teorema Phytagiras, yaitu (1) menemukan
asalnya rumus yang selama ini pernah mereka gunakan di SD, (2)
siswa kurang memahami penggunaan Teorema Phyatogoras karena
selama ini mereka hanya menghafal saja, dan (3) siswa kurang
memahami kegunaan Teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Contoh Kelima
Pembelajaran dimensi tiga di kelas X SMU/SMA, hand on
mathematics masih diperlukan karena tingkat abstraksi siswa dalam
hal kekurangan masih perlu ada bantuan benda konkret. Dengan
adanya benda - benda tiruan maupun objek - objek konkret yang
secara sengaja disiapkan untuk merangsang pikiran siswa dalam
mengentruksi konsep maupun prinsip.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran.
17