Anda di halaman 1dari 29

Critical Book Report

Skor Nilai :

Multivariabel Calculus
(James Stewart,2008)

Nama Mahasiswa : Muhammad Irfan Anshori


NIM : 8176171021
Kelas : Pendidikan Matematika A-1
Dosen Pengampuh : Dr. Syafari, M.Pd
Mata Kuliah : Kalkulus Lanjut

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang telah
memberikan petunjuk dalam pembuatan Critical Book Kalkulus lanjut ini. Terlebih lagi
pemakalah berharap dengan adanya makalah ini dapat mendatangkan manfaat yang
baik bagi pembaca.
Demikianlah makalah ini diperbuat, pemakalah mengharapkan pembaca dapat
mengambil manfaat dan tujuan dibuatnya makalah ini. Pemakalah juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, apabila terdapat sesuatu yang kurang berkenan dihati
pembaca. Pemakalah merasa masih memiliki banyak kekurangan. Mudah-mudahan
pembaca dapat memakluminya.

Medan, Maret 2018

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1
C. Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 1
D. Informasi Buku Utama.................................................................................................. 2
E. Informasi Buku Pembanding..................................................................................... 2
BAB II Ringkasan Isi Buku......................................................................................................... 3
A. Ringkasan Buku Utama................................................................................................ 3
BAB III
A. Penilaian Isi Buku .......................................................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 24
B. Rekomendasi.................................................................................................................... 24
Daftar Pustaka................................................................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR


Critical Book merupakan suatu bentuk kritik sastra dimana kita
menganalisis buku dengan melihat dari sisi isi, gaya bahasa, dan kejelasan
buku. Metode ini sangat penting karna dengan cara ini kita berpikir lebih
mendalam tentang sebuah buku yang telah kita baca dan untuk menunjukkan
pemahaman kita.

B. Tujuan Penulisan CBR


Tujuan critical book adalah untuk memperluas pemahaman kita
tentang sebuah buku. Memberikan informasi dasar tentang buku dan isi
buku, seperti :
1. Memberikan pengenalan yang mengidentifikasi judul, penerbit, tahun,
jumlah halaman dan penulis buku dan jelas menyatakan maksud
tertentu dari penulis.
2. Memberikan ringkasan singkat dari buku, mungkin hanya sebuah
paragraf yang menguraikan isi buku. Jangan ragu untuk mengutip
kata-kata penulis sendiri, atau menggunakan beberapa kutipan
ilustratif lain untuk menyampaikan fokus utama dari kritikan.
3. Memberikan rekomendasi. Apakah buku layak dibaca? Apakah
keuntungan dan kerugian pembaca setelah membaca buku tersebut ?

C. Manfaat CBR
Manfaat dalam CBRi ini adalah :
1. Memudahkan pembaca dalam memilih suatu buku
2. Sebagai bahan pembanding kepada pengarang untuk merivisi buku
menjadi lebih baik lagi.

1
D. Identitas buku yang direview
Judul buku : Multivariabel Calculus
Nama Pengarang : James Stewart
Penerbit : Brooks/Cole
Tahun Terbit :2008

E. Identititas buku pembanding


Judul Buku : Calculus Early Transcendentals
Nama Pengarang : Howard Anton Drexel University, Irl Bivens Davidson
College, Dan Stephen Davis Davidson College
Penerbit : John Wiley & Sons, Inc.
Tahun terbit :2012

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

1. Persamaan Parametrik

Kita telah lama terbiasa dengan kurva yang didefinisikan oleh sebuah
persamaan yang menghubungkan koordinat x dan y. Contohnya persamaan
eksplisit seperti y = x2 atau implisit seperti x2 + y2 = 13. Dalam geometri
persamaan yang bergantung pada lokasi disebut persamaan ekstrinsik.
Persamaan y = x2 disebut persamaan eksplisit karena y didefinisikan
sebagai fungsi dari x. Jadi, untuk menentukan (satu-satunya) titik pada kurva
dengan x = -3, untuk tiap x, cukup substitusikan nilai x = -3 pada fungsi x2
untuk memperoleh y = 9. Maka diperoleh ( -3, 9) berada pada parabola y =
x2. Sedangkan, pada persamaan implisit, ketika nilai x = -3 disubstitusikan ke
persamaan x2+y2 = 13, diperoleh 9+y2 = 13. Untuk memperolah nilai y kita
harus menyelesaikan dulu persamaan tersebut, dan memperoleh y = ±2.
Maka titik (-3,2) dan (-3, -2) berada pada lingkaran x2 +y2 = 13. Persamaan ini
mendefinisikan secara implisit y sebagai fungsi dari x, setelah diputuskan
apakah y > 0 atau y < 0.
Persamaan intrinsik sebuah kurva adalah persamaan yang
mendefenisikan kurva tersebut melalui hubungan antara sifat-sifat intrinsik
kurva, yaitu sifat-sifat yang tak bergantung pada lokasi. Dengan demikian,
persamaan intrinsik kurva mendefinisikan kurva tersebut tidak menetapkan
posisi titik relatif terhadap sebuah sistem koordinat. Umumnya persamaan
intrinsik dikaitkan dengan sudut singgung θ, waktu t, kelengkungan k,
panjang kurva s, dan torsi T. Besaran ini disebut parameter dari persamaan
tersebut.
Misalkan x dan y dinyatakan sebagai fungsi-fungsi dari parameter,
misalnya t, oleh persamaan
x = f (t), y = g (t) t Є I = [a, b]

3
disebut persamaan-persamaan parametrik. Tiap nilai t menentukan titik
(x, y) pada kurva. Jadi, dengan berubahnya nilai t, titik (x, y) = (f (t), g (t))
bergerak sepanjang kurva yang disebut kurva parametrik.

Contoh: Berilah persamaan-persamaan eksplisit, implisit, parametrik garis


melalui titik (1, 2) dan (4, 1).
Penyelesaian:
1
Persamaan eksplisit : y = - (x -1) + 2
3
Persamaan implisit : x + 3y- 7 = 0
Persamaan parametrik : x = 1 + 3t y = 2 – t, -∞ < t < ∞
Contoh: Persamaan implisit x2+y2 = 1 merupakan persamaan untuk lingkaran
berpusat di (0,0) dengan radius 1. Lingkaran ini juga di identifikasi dengan
persamaan parametrik.
Penyelesaian:
x = cos t, y= sin t, 0 ≤ t ≤ 2π
Parameter t ini merupakan sudut antara antara garis melalui (0,0) dan
titik (x,y) dengan sumbu -x. Lingkaran yang sama juga dilalui oleh persamaan
parametrik
x = cos 2t, y = sin2t, 0≤ t ≤ 2π, tetapi tiap titik dilalui dua kali.

4
2. Menggambar grafik
Salah satu tujuan utama menggambar grafik adalah membuat sketsa
kurva yang diberikan dalam bentuk persamaan parametrik. Metode yang
paling sederhana adalah mencari hubungan antara x dan y, yang biasanya
dilakukan dengan melakukan substitusi.
Contoh: Diberikan x (t) = 2t-4 dan y (t) = t2 + 1
Penyelesaian:
x ( t )=2 t−4
{ 2
y ( t )=4 t +1
, -1 ≤ t ≤ 2.

x+t
Dari x = 2t- 4diperoleh t = .Maka
2

y = 4t2 + 1 = ( x+2 t ) + 1 = ( x + 4) + 1.
2 2

Jadi, kurva merupakan bagian dari parabola y = (x + 4)2 + 1. Karena


-1 ≤ t ≤ 2, maka
-2 ≤ 2t ≤ 4 atau -6 ≤ 2t – 4 ≤0 atau -6 ≤ x ≤ 0.
Jadi, domain grafik adalah interval [-2,0]

Contoh: Diberikan x(t) = t2 -1 dan y (t) = t2 + 2, - 2≤ t ≤ 1.


Penyelesaian: Hubungan antara x dan y adalah
y = t2 + 2 = (x + 1) + 2 = x + 3
Jadi, kurva merupakan bagian dari garis y = x + 3. Tetapi kurva tidak
mencakup seluruh garis karena

5
-2 ≤ t ≤ 1 => 0 ≤ t2 ≤ 4, sehingga
-1 ≤ x = t2 -1 ≤ 3

Titik awal adalah (x( -2), y ( -2)) = (3, 6) dan titik akhir adalah (x(1), y
(1)) = (0, 3).

Contoh: Diberikan x(t) = 2 + cos t dan y (t) = -1 + 2 sin t, 0 ≤ t ≤ .
3
y+ 1
Penyelesaian: Karena x – 2 = cos t dan = sin t, diperoleh bahwa
2
y +1 2
( )
1= cos2t + sin2t = x2 + 2
22
yang merupakan persamaan ellips berpusat di (0,-1), (x(0) , y(0) )= (3,-1)
4π 4π
( ( ) ( ))
ke x
3
,y
3
bergerak dari dengan orientasi berlawanan arah jarum

jam.


Contoh: Diberikan x(t) = -1 + 2sin t dan y = 2 + cos t, 0 ≤ t ≤ .
3

6
Penyelesaian: Ini seperti contoh di atas, hanya dipertukarkan fungsi x (t)
dan y (t). Maka kurva ini merupakan elips dengan orientasi searah jarum jam,

3
(
dari (-1, 3) ke −1−√ 3 ,
2 )
.

Contoh: Berikan persamaan parametrik dari kurva bagian parabola x = 2- y2


dari ( 2,2) ke (2,0).
Penyelesaian: Karena x adalah fungsi dari y, maka yang paling mudah adalah
memilih y = t. Maka haruslah 0≤ t ≤ 2. Dan akibatnya x = 2- t2. Tetapi kurva
persamaan parametrik adalah
x=2−t 2 , 0 ≤ t ≤ 2.
{ y =t
berawal dari (2,0) dan ini tidak sesuai dengan yang diminta soal.
Misalkan y = at + b. Maka dari itu, karena arah dari ( 2,2) ke (2,0), haruslah
y (0) = 2  y (0) = a0 + b =2
y (2) = 0  y (2) = 2a + b = 0
Maka diperoleh b = 2 dan a = -1. Jadi, y = - t + 2. Dengan demikian,
persamaan parametriknya adalah
¿ , 0 ≤ t ≤ 2.
Contoh: Berikan persamaan parametrik dari kurva bagian parabola x = 2- y2

x=2−( g(t))2
dari ( 2, 2) ke (2, 0) dengan -2 ≤ t ≤ 6. Maka {
y=g(t )
, -2 ≤ t ≤ 2.

Penyelesaian:
Kita perlu menentukan g (t) yang sesuai yaitu g (-2) = 2 dan g (2) = 0.
Pilih g (t) linear, yaitu g(t)= at+b.
g ( -2) = -2a + b = 2
g (2) = 2a + b = 6
Maka b = 4 dan a = 1. Jadi, persamaan parametrik yang dimaksud adalah

7
¿ , -2 ≤ t ≤ 2.

3. Kalkulus Pada Kurva Parametrik


Misalkan C adalah sebuah kurva yang didefinisikan oleh persamaan
parametrik
x=f (t )
{ y=g(t )
, -a ≤ t ≤ b.

Jika f mempunyai inverse pada [a,b], maka y = g (t) = g( f- 1 (x)) = g ○ f-

1 dy
(x) = F (x). Kita ingin menentukan gradien kurva dengan menggunakan f,
dx

df dg
y,g, dan
dt dt
dy dF ( x) dy dy dx
Maka = . =
dx dx dx dx dt
Sedangkan
'
dy d dy d g (t )
' ( ) ( )
dy dt g ( t) d 2 y dy dt dx dt f , ( t)
= = . Dan =( ¿= =
dx dx f , (t) d x 2 dx dx dx
dt dt dt
d2 y
d2 y d t 2

d x2 d2 x
dt2
Contoh: Diberikan kurva dengan persamaan parametrik
x(t) = t + cos t, y (t) = t + 2sin t, 0 ≤ t ≤ 6π. Tentukan semua titik pada
kurva dengan garis singgung mendatar.
Penyelesaian:
'
dy g ( t)
Garis singgung mendatar jika = −0yang ekuivalen dengan g’ (t) = 0
dx f , (t)
dan f’ (t) ≠ 0,0 ≤6 π .
Syarat g’ (t) = 1 + 2cos t = 0, 0 ≤ t ≤ 6π.

8
1 2π 4 π 2π
Memberikan t = cos -1 ( ¿ , 0 ≤t ≤ 6 µ .Diperoleh enam solusi , , +2
2 3 3 3

4π 2π
, +2 ,
3 3

+ 4 , dan 3 + 4 .

dan jelas f’ (t) = 1- sin t tidak bernilai nol pada semua nilai t tersebut di atas.
Karena nilai x(t) berbeda pada ke enam solusi tersebut, maka diperoleh enam
titik di mana garis singgung kurva adalah mendatar.
Contoh: Diberikan kurva dengan persamaan parametrik seperti pada contoh
di atas:
x(t) = t + cos t, y (t) = t + 2sin t, 0 ≤ t ≤ 6 π .
Penyelesaian: tentukan semua titik pada kurva dengan garis singgung

'
dy g ( t)
vertikal. Garis singgung vertikal jika jika = yang ekuivalen dengan f’
dx f , (t)

(t) = 0 dan g’ (t) 6. Syarat


π π
f’ (t) = 1 – sin t = 0, 0 ≤ t ≤ 6 π .Memberikan tiga solusi yaitu t = , +2π,
2 2

π
dan + 4π. Jelas g (t) ≠ 0 pada ketiga nilai tersebut. Maka tiga titik tersebut
2
adalah
π π π π π π
( 2 2 )( 2
( x ) )( 2
, y ( ) , x ( +2 π ) , y ( +2 π ) , x ( + 4 π ) , y ( + 4 π )
2 2 )

9
Contoh terakhir memberikan ilustrasi kelebihan lain dari penyajiak kurva
dengan persamaan parametrik, yaitu dapat memberikan titik-titik dengan

dx
garis singgung vertikal, yaitu titik dimana =0.
dy

4. Koordinat Polar
Koordinat polar dimulai dengan sebuah setengah garis tetap, disebut
sumbu polar, memancar dari sebuah titik tetap O, disebut polar atau titik asal
(lihat gambar 2). Sumbu polar dipilih horizontal dan mengarah ke kanan dan
oleh sebab itu sumbu ini dapat disamakan dengan sumbu x-positif pada
sebuah koordinat siku – siku. Sebarang titik P (selain polar) adalah
perpotongan anatar sebuah lingkaran tunggal yang berpusat di O dan sebuah

sinar tunggal yang memancar dari O. Jika r adalah jari-jari lingkaran dan
adalah salah satu sudut antara sinar dan sumbu polar, maka (r,Ѳ) adalah
sepasang koordinat polar untuk

10
Dalam koordinat polar, r negatif menyatakan bahwa sinar yang
berlawanan dari sisi akhir Ѳ dan |r| satuan dari titik asal. Contoh-contoh dari

2
persamaan polar adalah r = 8 sin Ѳ dan r = . Persamaan polar dapat
1−cos Ѳ
dibuat dalam bentuk grafik persamaan polar dimana grafik persamaan polar
adalah himpunan titik-titik, masing-masing mempunyai paling sedikit
sepasang koordinat polar yang memenuhi persamaan polar tersebut.
Cara yang paling mendasar untuk mensketsakan grafik ialah menyusun
tabel nilai – nilai, plot titik – titik yang berpadanan, kemudian
menghubungkan titik-titik ini dengan kurva mulus.
Hubungan Koordinat Cartesius Kita andaikan bahwa sumbu polar
berimpit dengan sumbu x-positif sistem Cartesius. Maka koordinat polar
(r,Ѳ) sebuah titik P dan koordinat Cartesius (x,y) titik yang sama itu
dihubungkan oleh persamaan

Polar ke Cartesius Cartesius ke Polar


x = r cos Ѳ r2 = x2 + y2

y
y = r sin Ѳ tanѲ =
x

Contoh :
π
Carilah koordinat Cartesius yang berpadanan dengan (4, ) dan
6
koordinat polar yang berpadanan dengan (-3,√ 3) !

11
Penyelesaian :
π
Jika (r,Ѳ) = (4, ) maka :
6
π √3 = 2 3
x = 4 cos = 4. √
6 2
π 1
y = 4 sin = 4. = 2
6 2
Jika (x,y) = (-3,√ 3) maka :
2 2
r 2 = (−3) + ( √ 3) = 12

tanѲ = √3
−3
Satu nilai (r,Ѳ) adalah (2√ 3, 5 ᴨ/6). Lainnya adalah (-2√ 3, -ᴨ/6).
Persamaan Polar untuk Garis, Lingkaran, dan Konik Jika sebuah
garis melalui polar, persamaannya adalah θ=θ0. Apabila garis tidak melalui
polar, maka garis

tersebut berjarak misalnya d dari kutub (d >0). Andaikan θ0 sudut antara


sumbu polar dan garis tegaklurus dari polar pada garis itu (Figure 9).

d
Apabila P(r , θ) sebuah titik pada garis, maka cos ( θ−θ0 ) = ,atau
r
Apabila sebuah lingkaran dengan jari-jari a berpusat di polar,
persamaannya adalah r = a. Apabila pusatnya di ( r 0 , θ 0), persamaannya agak
rumit, kecuali kalau kita pilih r 0 =a (Figure 10). Maka menurut hukum

kosinus, a 2=r 2 +a2−2ra cos (θ−θ0 ) yang dapat disederhanakan menjadi

12
Suatu hal yang menarik jika θ0 =0 dan θ0 =π /2. Yang pertama
menghasilkan persamaan r =2 a cos θ; yang kedua menghasilkan

π
r =2 a cos ⁡(θ− ) atau r =2 asin θ. Persamaan terakhir hendaknya
2
dibandingkan dengan contoh 1.
Akhirnya kalau sebuah konik (elips, parabol, atau hiperbol) diletakkan
sedemikian hingga fokusnya berada di polar, garis arahnya berjaark d satuan
dari kutub (Figure 11), maka dengan menggunakan definisi konik, yaitu
|PF|=e∨PL∨¿ kita akan memperoleh

r =e [ d−r cos ( θ−θ0 ) ]

Atau, secara analitik setara

Contoh

13
Contoh 1: Tentukan persamaan elips mendatar dengan keeksentrikan ½,
berfokus di polar dan dengan garis arah tegak yang jaraknya 10 satuan di
sebelah kanan polar.
Penyelesaian
1
. 10
2 10
r= =
1 2+cos θ
1+ cos θ
2

Contoh 2: Tentukan jenis konik dan gambarkan grafik yang


persamaannya
7
r=
2+ 4 sin θ

Penyelesaian kita tulis persamaan itu dalam bentuk baku sebagai berikut.
7
2( )
7 7/2 4
r= = =
2+ 4 sin θ 1+ 2sin θ 1+2 sinθ

Yang kita kenal sebagai koordinat polar


menggambarkan sebuah hiperbol dengan e
= 2, berfokus di polar dan dengan garis arah
yang mendatar, sejauh 7/4 satuan di atas
sumbu polar ( Figure 12).

E. Grafik Persamaa Polar


Grafik persamaan polar simetri terhadap sumbu-x (sumbu polar) jiak
penggantian (r,θ ) atau oleh ( - r,  - θ ) memnghasilkan persamaan yang
ekuivalen.

14
Grafik persamaan polar simetri terhadap sumbu-y (gariθ s = /2) jika
penggantian (r, θ ) oleh (-r, -θ ) atau oleh ( r,  - θ ) menghasilkan persamaan
ekuivalen.

Grafik persamaan polar simetris terhadap titik asal (polar), jika


pengganti ( r, θ ) oleh (- r, θ ) atau oleh ( r,  + θ ) menghasilkan persamaan
yang ekuivalen.

Karena pernyataan ganda titik-titik di dalam koordinat polar, maka


mungkin terdapat simetri-simetri yang tidak teridentifikasi oleh ketiga tes
ini.
Kardioida dan Limason kita tinjau persamaan yang berbentuk
r = a ± b cos θ r = a ± b sin θ
dengan a dan b positif. Grafik mereka dinamakan limason, dengan khusus
untuk a = b disebut sebagai kardioda.

15
Contoh 1
Analisis persamaan r = 2 + 4 cos θ untuk simetri dan sketsakan grafiknya.
Penyelesaian Karena kosinus adalah fungsi genap (cos(-θ) = cos θ), grafik
simetris terhadap sumbu-x. Pengujian simetri yang lain gagal.

Lemniskat Grafik dari


r2 = ± a cos 2θ r2 = ± a sin 2θ
berupa kurva berbentuk-angka-delapan dinamakan lemniskat.
Contoh 2
Analisis persamaan r2 = 8 cos 2θ untuk simetri dan sketsakan grafiknya
Penyelesaian Karena cos(-2θ) = cos 2θ dan
cos [2 ( - θ ) ] = cos (2 - 2θ ) = cos(-2θ ) = cos 2θ
maka grafik simetris terhadap kedua sumbu. Jelas, garfik simetri jga terdapat
titik asal.

16
Mawar Persamaan polar yang berbentuk
r = a cos nθ r = a sin nθ
menyatakan kurva-kurva berbentuk bunga yang dinamakan mawar. Mawar
memiliki n daun jika n gasal dan 2n daun jika n genap.
Contoh 3
Sketsakan grafik r = θ untuk θ ≥ 0.
Penyelesaian Kita abaikan tabel nilai, tetapi perhatikan bahwa grafik
memotong sumbu polar di (0,0), (2, 2), (4, 4), … dan memotong
perpanjangan yang ke kiri di (, ), (3, 3), (5, 5), … .

Perpotongan Kurva dalam Koordinat Polar Dalam koordinat polar


sebuah titik P memiliki banyak koordinat polar, dan satu pasangan dapat
memenuhi persamaan polar satu kurva dan pasangan yang lain dapat
memenuhi kurva yang lain. Misalnya, lingkaran r = 4 cos θ memotong garis θ
= /3 di dua titik, yaitu polar dan (2, /3), tetapi hanya pasangan terakhir
yang merupakan penyelesaian bersama kedua persamaan tersebut. Ini

17
terjadi karena koordinat polar yang memenuhi persamaan garis adalah (0,
/3) dan yang memenuhi persamaan lingkaran adalah (0, /2 + n).

Kesimpulannya untuk memperoleh semua perpotongan dua kurva


yang persamaan polarnya diberikan, selesaikanlah persamaan-persamaan
secara imulutan; kemugian Gambarkan garfik dua persamaan tersebut secara
seksama untuk menemukan titik potong lain yang masih mungkin.

F. Kalkulus Dalam Koordinat Polar


Luas dalam Koordinat Polar untuk memulai,misalkan r =f (θ)
menentukan sebuah kurva di bidang,dengan f fungsi kontinu, tak-negatif
untuk ∝≤ θ ≤ βdan β−α ≤2 π. Kurva-kurva r =f ( θ ) , θ=α ,dan θ=β membatasi
daerah R (yang diperlihatkan di bagian kiri dalam Gambar 2).yang luasnya
A(R) ingin kita temukan.

Gambar 2
Partisikan interval [∝ ,∝ ¿ menjadi n interval bagian menggunakan
sarana bilangan-bilangan α =θ0 <θ 1<θ 2< …<θn =β ,dengan demikian mengiris
daerah R menjadi n daerah berbentuk kue yang lebih kecil,yaitu R1 , R2 , … , Rn ,

18
seperti diperlihatkan dalam paruhan kanan Gambar 2. Jelas
A ( R )= A ( R 1) + A ( R 2 ) +…+ A ( Rn ) .

Kita aproksimasi luas irisan ke-I, A ( R1 ); kenyataannya kita melakukannya


dalam dua cara. Pada interval ke-I [ θi−1 ,θ i ¿ ,misalkan f mencapai nilai
minimumnya dan nilai maksimumnya,masing-masing di ui dan vi ( Gambar
3). Jadi,jika ∆ θ i=θi−θ i−1

Gambar 3

Sehingga

Anggota pertama dan ketiga pertidaksamaan ini adalah jumlah

Riemann untuk integral yang sama: ∫ 12 [f ( θ ) ]2 dθ . Ketika norma pastisi kita


α

biarkan menuju nol,kita peroleh (dengan menggunakan Teorema Apit)


rumus luas

Contoh soal :
Carilah luas satu daun dari mawar berdaun-empat r =4 sin 2 θ
Jawaban :

19
Disini kita hanya memperlihatkan daun di kuadran pertama ( Gambar 3)
Daun ini panjangnya 4 satuan dan lebarnya rata-rata 1,5 satuan, memberikan
estimasi 6 untuk luasnya. Luas eksak A diberikan oleh

π π
2 2
1
A=
20
∫ 16 sin 2 2 θ dθ=8∫ 1−cos
2


0

π π
2 2

¿ 4 ∫ dθ−¿∫ cos 4 θ .4 dθ ¿
0 0

π π
¿ [4 θ]02 −[sin 4 θ]02
¿2π
Garis Singgung dalam Koordinat Polar Dalam koordinat Cartesius,
kemiringan m dari garis singgung pada suatu kurva diberikan oleh m = dy /dx.
Dengan cepat kita menolak dy /dϴ sebagai rumus kemiringan yang
berpadanan dalam koordinat polar. Lebih baik. Jika r = f (ϴ) menentukan
kurva , kita tuliskan
y = r sin ϴ = f (ϴ) sin ϴ
x = r cos ϴ= f (ϴ) cos ϴ
jadi,
dy Δy Δy/ Δϴ dy /dϴ
= lim = lim =
dx Δx → 0 Δx Δx → 0 Δx/ Δϴ dx /dϴ
Yakni,
f ( ϴ ) cos ϴ+ f ' ( ϴ ) sin ϴ
m=
−f ( ϴ ) sinϴ+ f ' ( ϴ ) cos ϴ
Rumus yang baru saja diturunkan menjadi sederhana jika grafik r = fθ
() melalui polar. Sebagai contoh, andaikan untuk sudut α, r = f (α) = 0 dan f’
(α) ≠ 0. Maka ( di polar tersebut ) rumus kita untuk m adalah

20
f ' ( α ) sin α
m= ' = tan α
f ( α ) cos α
Karena garis = α juga memiliki kemiringan tan α, kita simpulkan
bahwa garis ini menyinggung kurva di polar. Kita memutuskan fakta yang
berguna bahwa garis – garis singgung di titik polar dapat dicari dengan
menyelesaikan persamaan f (θ) = 0. Kita ilustrasikan ini berikutnya
Contoh Soal.
Perhatikan persamaan polar r = 4 sin 3θ.
Carilah kemiringan garis singgung di θ = п /6 dan θ = п /4.
Carilah garis singgung di titik polar.
Sketsakan grafik.
Carilah luas satu daun.
Penyelesaian
f ( ϴ ) cos ϴ+ f ' ( ϴ ) sin ϴ 4 sin 3 ϴ cos ϴ+12 cos 3 ϴsin ϴ
m= =
−f ( ϴ ) sinϴ+ f ( ϴ ) cos ϴ −4 sin3 ϴ sin ϴ+ 12cos 3 ϴ cos ϴ
'

Di θ = п /6
3 1
4 . 1 . √ +12 . 0 .
2 2
m= = -√ 3
1 3
−4 . 1 . + 12. 0 . √
2 2
Di θ = п /4
2 2 2 2
4 . √ . √ −12. √ . √
2 2 2 2 2−6 1
m= = =
√ 2 √2 √ 2 √ 2 −2−6 2
−4 . . −12. .
2 2 2 2
Kita tetapkan r = 4 sin 3θ = 0 dan selesaikan. Ini menghasilkan θ = 0, θ =
п /3, θ = 2 п/3, θ = п, θ = 4 п/3, dan θ = 5 п/3.
Setelah memperhatikan bahwa sin 3 ( п - θ ) = sin ( 3п - 3θ ) = sin 3п
cos 3θ - cos 3п sin 3θ = sin 3θ yang mengaplikasikan simetris terhadap
sumbu-y, kita dapatkan suatu tabel nilai dan mensketsakan grafik , sebagai
berikut
θ R
0 0

21
п /12 2,8
п /6 4
п /4 2,8
п /3 0
5 п/12 -2,8
п /2 -4
п /3 п /3
1
A = ∫ ¿ ¿ ¿ dϴ = 8 ∫ sin 2 3 ϴ dϴ
2 0 0

п /3 п /3 п /3
4
=4 ∫ ¿ ¿ = 4 ∫ dϴ - 6 ∫ cos 6ϴ .6 dϴ
0 0 0

п /3
2 4п
[
= 4 ϴ− sin 6 ϴ
3 ]
0
=
3

22
BAB III
PENILAIAN TERHADAP ISI BUKU

Dalam buku Stewart definisi dari persamaan parametrik dan koordinat


titk polar itu di paparkan di awal pembahasan dengan penjelasan yang
sangat mudah dipahami. Jadi pertama itu dikenalkan asal dari definisi
persamaan parametrik dan koordinat titk polar itu sendiri, kemudian
dilakukan pembahasan secara mendalam, sedangkan dalam buku Howard
definisi dari persamaan parametrik dan koordinat titk polar itu di paparkan
tanpa ada penjelasan awal dari perumusan definisi yang dipaparkan dengan
baik dan dengan penjelasan defenisi.

Tapi setelah di pahami makna dari definisi persamaan parametrik dan


koordinat titk polar tentu dari kedua buku ini memiliki maksud, tujuan, dan
makna yang sama. Menurut kelompok kami keduanya bagus tergantung
orang yang membacanya mana yang lebih baik untuk dia. Karena ada siswa
atau mahasiswa yang harus dibuat dari mana rumusnya kemudian di
simpulkan, ada juga yang pemahamannya harus rumus dulu baru dijelaskan
dari mana rumusnya itu berasal.

Kemudian defenisi yang dibuat dikembangkan dengan beberapa contoh


dan gambar yang bisa membantu kita untuk lebih mudah memahami dari
defenisi yang dibuat serta memahami konsep dari integral ganda.

Untuk pembahasannya menurut kelompok kami yang lebih mudah di


pahami adalah buku Stewart karena pembahasannya lebih singkat dan jelas
serta dipaparkan asalmula dari sebuah defenisi kemudian dikembangkan
lebih luas lagi. Bukan berarti buku Howard tidak jelas hanya saja
pembahasannya langsung ke defenisi tanpa ada awal pendahuluan. Makna
dari setiap pembahasan dari kedua buku ini sama karena pada dasarnya
definisinya juga sudah sama. Mungkin yang berbeda adalah cara
penyelesaian dalam contoh serta cara pembahasan dan penjelasan
materinya.

23
Kedua buku ini sama – sama memuat gambar yang terkait dengan
materi persamaan parametrik dan koordinat titk polar tadi. Dan kedua buku
ini memuat gambar berwarna sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan
dibayangkan jika gambarnya tiga dimensi atau satu dimensi.

Menurut kelompok kami kedua buku ini sudah memiliki kelengkapan


cara pembuktian,soal, contoh soal, grafik, atau gambar. Hanya saja
pembahasannya lebih mendalam dalam buku Stewart dari pada buku
Howard. Karena dalam buku Howard pembahasannya hanya sedikit tapi
memuat semua sedang kan buku Steward pembahasannya lebih dalam dan
meluas. Pada dasarnya prinsip, dalil, teorema dan sifat yang di bahas dalam
kedua buku memiliki makna yang sama, hanya berbeda dalam penyajiannya
di buku.

Setiap buku pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing –


masing. Kekurangan buku Howard adalah pembahasan defenisi nya kurang
kengkap, defenisinya dijelaskan tanpa pengenalan awal sehingga mahasiswa
dituntut untuk belajar sendiri dan mencari sendiri, sedangkan kekurangan
buku Steward adalah menurut saya tidak ada karena buku ini membahas
secara bagus dan dibuat teorema serta pembuktian yang di ikuti dengan
banyak contoh. Kelebihan buku kedua buku ini adalah penyajian gambar
yanng dipaparkan dengan gambar yang memudahkan mahasiswa dalam
mengimajinasikan gambarnya dalam tiga dimensi.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan kelompok setelah membaca kedua buku ini adalah setiap
buku memiliki kelebihan dan kekurangannya, tergantung pada diri dan
kemampuan kita lebih memehami metode yang seperti apa dan penjelasan
seperti apa. Kedua buku ini sudah cukup baik dijadikan sbagai buku referensi
dalam berbagai hal, mungkin kendalanya hanya pada kurangnya penguasaan
bahasa Inggris pada pembaca bukunya.

B. Saran
Tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali ciptaan-Nya. Apalagi
manusia tidak ada daya apa-apa untuk menciptakan sesuatu. Demikian juga
dengan critical book report ini yang jauh dari kesempurnaan. Penulis harap
critical book report ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah
membantu dan para pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya terima demi
penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya dan saya ucapkan terima kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Stewart,James. 2010.Kalkulus Edisi Kelima jilid 2.Jakarta:Salemba Teknika

Varberg,dkk.2011.Kalkulus Edisi Kesembilan Jilid 2.Jakarta:Erlangga

http://www.space.com/spacelwatch/sun_cam_animated.html
http://www.w3.org/1999/xhtml
http://www.joomla.org
http://id.wikepedia.com
http:// Indonesia.org.com
http:// id.pengetahuan.co.id
http://binasetya.co.id
http://bobbyfiles.wordpers.c

26

Anda mungkin juga menyukai