Disusun Oleh:
Kelompok 12
1. Mohammad Romdhon Baehaqi
14030174014
14030174024
2014 A
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kemudahan sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang sekitar, diantaranya orang tua, dosen pengajar, dan temanteman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca khususnya calon guru dan guru dapat memperluas
materi tentang Konstruktivisme dan Matematika yang akan diaplikasikan pada proses belajar
mengajar.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri
Surabaya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengajar, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3
Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1
Pengertian Konstruktivisme.......................................................................3
2.2
Konstruktivisme Matematika.....................................................................3
2.3
2.4
2.5
2.6
BAB III.................................................................................................................. 12
PENUTUP.............................................................................................................. 12
3.1
Kesimpulan.............................................................................................. 12
3.2
Saran....................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat konstruktivisme dapat digolongkan dalam filsafat pengetahuan, bagian dari
filsafat yang mempertanyakan masalah pengetahuan dan bagaimana kita dapat
mengetahui sesuatu. Dewasa ini filsafat konstruktivisme banyak mempengaruhi
perkembangan
pendidikan,
terutama
dalam
proses
pembelajaran.
kita
dikenalkan
dengan
Cara
Belajar
Siswa
Aktif
(CBSA).
Dalam praktek pengajaran, penyelesaian materi dan hasil bukanlah merupakan hal
terpenting. Yang lebih penting adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan
partisipasi murid. Belajar adalah kegiatan murid untuk membentuk pengetahuan. Inilah
knstruktivisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalahnya
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya yaitu :
1.
2.
3.
4.
5. Untuk
mengetahui
contoh
Pembelajaran
Berbasis
Konstruktivisme
dalam
Matematika.
6. Untuk mengetahui Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme berarti paham atau aliran.
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia
menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila
pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang
sesuai (Suparno, 2008:28). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan
sendiri oleh tiap-tiap orang. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu
proses yang berkembang terus-menerus. Dan dalam proses itulah keaktivan dan
kesungguhan seseorang dalam mengejar ilmu akan sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya.
Teori-teori konstruktivis mengenai pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori
pengembangannya Piaget (1952, 1959) dan teori-teori pembelajaran sosialnya Vygotsky.
Kajian
Piaget
fokus
pada
pengalaman-pengalaman
individu
langsung
yang
yang powerfull untuk memahami dunia, bagaimana merefleksikan lensa-lensa itu untuk
menciptakan lensa-lensa yang lebih kuat, dan bagaimana mengapresiasi peranan dari
lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka. Saya mencoba untuk
mengajarkan mereka untuk mengembangkan suatu alat intelektual yaitu matematika.
Hal ini tersebut di atas mencerminkan bahwa matematika hanyalah sebagai alat
untuk berfikir. Dimana fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa
untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh
ahli-ahli sebelumnya.
Suparno menyatakan bahwa proses konstruksi pengetahuan bercirikan antara lain
sebagai berikut:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi dalam hal ini dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
2. Konstruksi pengetahuan adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat
maupun lemah.
3. Belajar
bukanlah
kegiatan
mengumpulkan
fakta,
melainkan
lebih
suatu
yang baru, yaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan
informasi baru dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah penyusunan kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat,
Reseffendy (dalam Ratumanan, 2002)
Menurut Davis (dalam Hermayani, 2008) pandangan konstruktivisme dalam
pembelajaran matematika berorientasi kepada:
1. Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi.
2. Dalam pengerjaan matematika, setiap langkah pebelajar dihadapkan kepada apa.
3. Informasi baru dikaitkan dengan pengalamannya tentang dunia melalui suatu
kerangka logis yang mentransformasikan, mengorganisasikan dan mengintepretasikan
pengalamannya.
4. Pusat pembelajaran adalah bagaimana pebelajar berpikir, bukan apa yang mereka
katakan atau tulis. Sehinnga proses konstruksi pengetahuan terjadi di dalam benak
siswa sendiri melalui proses internalisasi.
Dengan kalimat lain, apabila suatu informasi (pengetahuan) baru diperkenalkan
kepada siswa dan pengetahuan tersebut sesuai dengan struktur kognitif yang telah
dimilikinya, maka pengetahuan itu akan beradaptasi melalui proses asimilasi dan
terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan baru yang dikenalkan itu
tidak sesuai dengan struktur kognitif siswa maka akan terjadi ketidakseimbangan
(disequilibrium), kemudian struktur kognitif tersebut direstrukturisasi kembali akan
dapat disesuaikan dengan pengetahuan baru atau terjadi keseimbangan (equilibrium)
(dalam Ratumanan, 2002)
Berdasarkan pengertian diatas, maka menurut pendekatan konstruktivisme dapat
diartikan bahwa belajar adalah proses pembentukan makna secara aktif oleh siswa
sendiri terhadap masukan sensori baru yang didasarkan atas struktur kognitif yang telah
dimiliki sebelumnya.
2.4 Implementasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk
memahami topik atau konsep selanjutnya. Menurut konstruktivis secara substantif,
belajar matematika adalah proses pemecahan masalah. Evaluasi dalam pembelajaran
6
akan
mengikuti
Sedangkan
yang
berpandangan bahwa mengajar adalah suatu proses memfasilitasi suatu konstruksi, maka
ia akan mengikuti model negosiasi. Aktivitas guru dikelas dipengaruhi oleh paham
mereka tentang pembelajaran.
Perbedaan individu di kelas berimplikasi bahwa guru diisyaratkan untuk
mempertimbangkan bagaimana menerapkan pembelajaran matematika agar dapat
melayani secara cukup perbedaan-perbedaan individu siswa.
Berkenaan dengan perbedaan individu, Board of Studies tahun 1995 menyatakan
bahwa siswa akan mencapai prestasi belajar dalam kecepatan yang berbeda dan secara
kualitatif dalam cara-cara yang berbeda. Lovitt dan Clarke, 1988 (dalam Suherman,
2003) menambahkan bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam
lingkungan belajar:
Mulai dari mana siswa ini berada.
Mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda
berbeda.
Melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar.
Meminta siswa untuk menvisualkan yang imajiner.
Dengan demikian ada suatu perbedaan yang sangat berarti antara pembelajaran
matematika menggunakan paradigma konstruktivisme dan pendekatan tradisional. Di
dalam konstruktivisme peranan guru bukan pemberi jawaban akhir atas pertanyaan
siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk membentuk (mengkonstruksikan)
pengetahuan matematika sehingga diperoleh struktur matematika. Sedangkan dalam
paradigma tradisional, guru mendominasi pembelajaran dan guru senantiasa menjawab
dengan segera terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa.
2. Guru bertanya kepada para siswa, berapa kelereng yang dimiliki Ardi pada awalnya?
Jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar di papan tulis, 12 buah
kelereng seperti gambar di bawah ini dengan menekankan bahwa 12 bernilai 1
puluhan dan 2 satuan atau 12 = 10 + 2.
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk melaporkan cara
mereka mendapatkan hasilnya. Diskusikan juga, yang mana dari dua cara tersebut
yang lebih mudah digunakan.
7. Guru memberi soal tambahan seperti 139 dan 128. Para siswa masih boleh
menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih menggunakan alternatif
pertama, sarankan untuk mencoba alternatif kedua dalam proses menjawab dua soal
di atas.
8. Guru memberi soal tambahan seperti 149 dan 138. Bagi siswa atau kelompok
siswa yang sudah dapat menyelesaikan soal ini tanpa menggunakan benda konkret
dapat mengerjakan soal-soal yang ada di buku.
2.6 lmplikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di
dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman
barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya, belajar
matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan
oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Di samping itu,
pentingnya kemampuan memecahkan masalah, terutama di saat para siswa sudah bekerja
atau di saat mempelajari materi lain, akan menuntut adanya perubahan proses
pembelajaran di kelas-kelas.
Prinsip-prinsip yang diambil dari konstruktivisme adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik secara aktif.
9
menerangkan
atau
upaya-upaya
sejenis
untuk
memindahkan
pengetahuan matematika pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang
membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-kontruksi mental yang
diperlukan.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan
bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri.
Pembelajaran matematika berdasarkan konstruktivisme adalah pembelajaran yang harus
melibatkan siswa aktif untuk mengkontroksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi
dengan benda konkrit.
Pendekatan konstruktivisme dapat diartikan bahwa belajar adalah proses
pembentukan makna secara aktif oleh siswa sendiri terhadap masukan sensori baru yang
didasarkan atas struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran
matematika yang menggunakan pendekatan konstruktivis, maka strategi yang sesuai
dengan kondisi tersebut adalah dengan pemberian tugas rumah, karena dapat
memberikan suatu motivasi kepada siswa untuk memahami suatu konsep secara utuh
melalui pengerjaan tugas dengan kondisi dan situasi yang tidak hanya terpaku pada ruang
kelas dan keterbatasan waktu dalam proses belajar.
3.2 Saran
Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelasjelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
mengajar suatu materi kepada siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti
dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para
siswa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirian bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya.
12
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan
dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing
konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya menguliahi, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan
situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksikonstruksi mental yang diperlukan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Auranet, Priyono. Pembelajaran Konstruktivisme dalam Matematika. 16 April 2016.
http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/pembelajaran-konstruktivismedalam.html.
Thea, Toha. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. 16
April 2016. http://tohathea.blogspot.co.id/2011/01/implikasi-konstruktivismedalam.html.
Ova. Filsafat Konstruktivisme. 18 April 2016.
http://tiganovana.blogspot.co.id/2012/11/filsafat-konstruktivisme_391.html.
Dewin. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika. 18 April 2016.
http://www.sekolahdasar.net/2012/05/pendekatan-konstruktivismedalam.html#ixzz46BJE5jn4