: RIMA KURNIASI
NIM
: A1C215010
PRODI
DOSEN PENGAMPU
: EVTITA, M.Pd.
A. Intellegence Quotient/IQ
1. Pengertian Intellegence Quotient
Menurut John. W. Santrock (2010), inteligensi adalah keahlian
memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada pengalaman hidup
serta belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut Super & Cities (Dalyono, 2010: 182), pengertian inteligensi
dikatakan bahwa Inteligence has frequently been defined as the ability to adjust
to the environment or to learn from experience artinya inteligensi adalah
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman.
Selain itu, pendapat lain tentang pengertian inteligensi dikemukakan oleh
Heidentich (Haryu Islamudin, 2012:250) yaitu Intelligence refers to the ability to
learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliat situation, or
in the solving of problems artinya adalah kecerdasan menyangkut kemampuan
untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan
masalah-masalah.
2. Teori teori Intellegence Quotient
Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang
dalam belajar. Kecerdasan intelektual sering disebut sebagai kecerdasan yang
mengacu terhadap kemampuan kognitif seseorang, yaitu kemampuan berpikir
yang tinggi dalam usaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
a. Teori Uni-facktor
Wilhelm Stern memperkenalkan inteligensi dengan sebutan Uni- factor
theory. Menurut teori ini, inteligensi adalah kemampuan umum. Reaksi terhadap
1
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat yang telah ada sejak lahir. Hal
demikian terjadi karena kemampuan peserta didik yang berbeda yaitu memiliki
kecerdasan yang baik dan tidak memiliki kecerdasan yang kurang baik.
b. Kematangan
Kematangan itu dapat disebut sebagai kesanggupan organ tubuh dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Misalnya, seorang siswa menerima soal
namun tidak dapat mengerjakan dengan baik, dan merasa sukar karena soal
tersebut masih sangat sukar baginya. Hal demikian terjadi karena, kapasitas soal
yang diterima belum sesuai dengan usia anak didik.
c. Pembentukan
Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan itu dapat dilakukan
dengan sengaja (belajar disekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam sekitar).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada tujuan yang hendak dicapai.
Dalam diri manusia terdapat dorongan dorongan yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode yang hendak
digunakan dalam memecahkan masalah.
B. Spiritual Quontient/SQ
1. Pengertian Spiritual Qountient
Menurut Zohar dan Marshall, orang yang pertama kali mengeluarkan ide
tentang konsep kecerdasan spiritual, mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai.
Kecerdasan yang memberi makna, yang melakukan kontektualisasi, dan bersifat
transformatif. Mereka mengatakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Dan kecerdasan itu
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007:52).
Sebagaimana hadits Rasullullah SAW Sesungguhnya orang cerdas
adalah orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan dia beramal
untuk sesudah mati. Kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar merupakan
3
pencerminan dari rukun.iman yang harus diimani oleh setiap orang yang mengaku
beragama Islam (Agustian, 2001:57).
2. karakteristik Spiritual Qountient (SQ)
Menurut Zohar dan Marshall (2007), ciri-ciri dari kecerdasan spiritual
yang telah berkembang dengan baik secara umum adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan untuk
menghadapi dan melampaui rasa takut.
3) Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai.
4) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
5) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik).
6) Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa? atau bagaimana jika?
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
7) Kepemimpinan yang penuh pengabdian dan tanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Kecerdasan spiritual siswa adalah kemampuan seorang siswa untuk berserah diri
kepada Tuhan.
3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Kasih Haryo (2015) dalam jurnalnya, menunjukan bahwa
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika salah satunya dengan
meningkatkan kecerdasan spiritual. Dengan kecerdasan spiritual, diharapkan
siswa dapat lebih cermat dalam mengambil keputusan. Sebab dengan kecerdasan
spiritual siswa dituntut untuk memahami dan terampil dalam memilih dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada.
a. Pengaruh Langsung Motivasi Belajar
Matematika
Control (kendali)
Reach (jangkauan)