Anda di halaman 1dari 20

IDE DARI SKEMA

Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr. Siti Khabibah, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Putri Dwi Naryaningsih (19070785008)
2. Citra Dwi Anggreini (19070785009)
Kelas 2019 A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI MAGISTER


PENDIDIKAN MATEMATIKA 2019
BAB III
IDE DARI SKEMA
A. Pendahuluan

Pada bab sebelumnya, pembahasan hanya ditujukan pada konsep-konsep


tunggal dengan sifat-sifat alaminya. Pada dasarnya setiap konsep merupakan
turunan dari konsep-konsep yang lain sehingga akan membentuk konsep baru
yang pada akhirnya akan menimbulkan rangkaian-rangkaian konsep. Tetapi pada
setiap tingkat bisa dipilih penggolongan-penggolongan yang berlainan,
membentuk suatu hirarki yang berbeda-beda. Mobil dapat digolongkan sebagi
kendaraan dengan bus, kereta api, dan pesawat terbang. Ketika menyatakan
sebuah lambang status seseorang dengan gelar, alamat yang jelas, dan pakaian
yang dikenakan. Ketika menyatakan sebuah sumber pendapatan dalam negeri
dengan tembakau, hasil bumi, dan pajak kendaraan. Ketika menyatakan sebuah
barang ekspor dengan batu bara, biji kopi, bahan pakaian, dan seterusnya. Konsep-
konsep golongan yang jadi pusat perhatian kita sampai sekarang ini bukanlah jenis
satu-satunya. Diberikan suatu kumpulan yang bukan objek tunggal tetapi dari
pasangan objek, sehingga kita menyadari ada kesamaan antara pasangan tersebut.
Misalnya: Jika kita diberikan kumpulan pasangan objek-objek, mungkin kita dapat
melihat sesuatu yang sama, contohnya:
No Contoh Pasangan Objek Ide Penghubung
Anak Anjing – Anjing
1 Anak Kucing – Kucing … Anak dari …
Anak –Ayam
Bristol – Ayam
Inggris
2 Hull – Inggris … Pelabuhan di …
Rotterdam
Pada contoh – Belanda
penghubung dari ide-ide tersebut merupakan sebuah konsep
dari ide baru yang dinamakan relasi. Sebuah relasi matematika dapat dilihat
sebagai sebuah koleksi dari pasangan, contohnya:
No Contoh Pasangan Objek Ide Penghubung
1 (6,5), (2,1), (9,8), (33,32) … Satu lebihnya dari …
( ), ( ), ( )
2 … Senilai dengan …
3 (5,6), (1,2), (8,9), (31,32) …. Satu kurangnya dari …

Relasi “senilai dengan” terkadan tidak identik merepresentasikan angka


yang sama. Namun, perhatikan bahwa dalam matematika, merupakan hal biasa
menyertakan pasangan objek dalam relasi dengan tanda kurung. Selain itu,
urutan dari setiap pasangan diperhatikan (ordered pair).
Dalam matematika relasi ini dapat dituliskan sebagai pasangan berurut,
dengan cara:
1. Tiap pasangan ditulis dalam tanda kurung.
2. Memperhatikan urutan penulisan masalah, seperti contoh pada
Tabel 2
Ada dua jenis utama relasi, yaitu:
1. Relasi terurut/urutan
Contoh: lebih dari, nenek moyang dari, terjadi setelah.
2. Relasi kesamaan/ekivalen
Contoh: ukuran yang sama, saudara dari, sama warna dengan.
Kedua jenis relasi tersebut tidak hanya mempunyai struktur konsep yang
hierarki, tetapi juga struktur lain dari relasi individual dan golongan-golongan
yang saling berhubungan dengan struktur sebelumnya.
Suatu sumber lain dan sambungan–sambungan silang, timbul dari
kemampuan untuk “mengubah suatu ide menjadi ide lain” dengan melakukan
sesuatu pada ide itu. Berawal dari sesuatu yang dapat dilakukan untuk suatu
gagasan inilah yang nantinya muncul suatu transformasi atau sering disebut
sebagai suatu fungsi. Beberapa hubungan silang terbentuk dari kemampuan kita
untu menurunkan dari suatu ide ke ide lain‟.
Contoh: baik  buruk panas  dingin tinggi 
rendah

Contoh lain: baik  terbaik buruk  terburuk tinggi 


tertinggi
Sesuatu yang dapat kita lakukan pada sebuah ide‟ dinamakan
transformasi, atau lebih umumnya sebuah fungsi. Ada beberapa jenis fungsi
yang dapat kita kombinasikan dari dua fungsi khusus untuk mendapatkan fungsi
lain (seperti mengkombinasikan dua nomor untuk mendapatkan nomor lain).
Sebagai suatu contoh dengan mengkombinasikan dua fungsi diatas diperoleh

baik  terburuk, panas  terdingin, dst

Jadi, fungsi adalah kedua contoh ide yang menghubungkan antara satu dengan
yang lain dan juga merupakan sebuah sumber hubungan lain antara ide-ide
yang dapat diaplikasikan.
Sebagai contoh lain dalam matematika dari relasi terurut dapat ditunjukkan
sebagai berikut:

x 2  4x  6

Turunannya adalah
ekivalen
’ 2x  4 2( x  2)

Turunannya adalah Turunannya adalah

Dari gambar di atas terdapat relasi terurut x 2  4 x  6 turunannya adalah


2 x  4 , turunan dari 2 x  4 adalah 2, dan relasi kesamaan dari 2 x  4 adalah
2( x  2) . Muncul relasi baru yaitu 2( x  2) yang turunannya adalah 2. Kajian dari
struktur itu merupakan bagian yang penting dalam matematika. Dalam kajian
struktur itu dibangun relasi yang merupakan inti dari psikologi belajar
matematika.

Telah dijelaskan singkat tentang sekilas keragaman cara untuk


menghubungkan konsep dan cara menghasilkan sebuah struktur. Kajian tentang
struktur dan cara membentuknya berperan penting dalam matematika. Kedua
kajian tersebut (fungsi) adalah hal yang mendasar dalam mempelajari psikologi
pembelajaran matematika.

Istilah psikologi umum dalam sebuah struktur mental adalah skema.


Istilah tersebut tidak hanya mengenai struktur kompleks dari konsep struktur
matematika, tetapi merupakan struktur sederhana yang menghubungkan
aktivitas sensori motorik. Disini kita memerhatikan secara keseluruhan dari
skema konsep abstrak. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa
suatu konsep berawal dari pengalaman sensori, aktivitas motorik, dari
kehidupan sehari-hari, tetapi kemudian dipisahkan dari asalnya dan
pengembangan selanjutnya diperoleh dari interaksi satu dengan yang lain. Jadi,
sebuah skema memiliki dua fungsi utama yaitu menghubungkan pengetahuan
sebelumnya dan sebagai alat mental dalam pembelajaran berikutnya juga
membentuk suatu pemahaman.
B. Fungsi Integratif dari Sebuah Skema

Ketika mengenali sesuatu sebagai sebuah contoh konsep, kita sadar akan
konsep ini berada pada dua level, yaitu konsep tersebut sebagai konsep itu
sendiri dan konsep sebagai bagian dari suatu kelompok. Oleh karena itu, ketika
melihat sebuah mobil, secara otomatis mengira bahwa itu adalah mobil
pribadi. Tetapi kelas konsep dihubungkan oleh skema mental kita dengan
konsep lain yang lebih besar, dimana dapat membantu untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi berbeda dimana sebuah mobil dapat
membentuk bagian. Andaikan sebuah mobil dijual, maka segala pengalaman
motorik dibawa kembali, hal-hal tentang keadaan mobil diingat kembali, dan
pertanyaan-pertanyaan akan muncul sendiri. Misalkan harga mobil tersebut
tidak sesuai dengan uang yang kita miliki. Maka kredit dari bank,
pinjaman, muncul ke pikiran kita. Misalkan, mobil yang kita kendarai
mogok, maka segala instrumen yang dapat membantu seperti derek mobil,
telepon umum ada di dalam pikiran kita.

Kebanyakan skema-skema tersebut mungkin telah dihubungkan dengan


konsep mobil yang sebelumnya. Tetapi misalkan ketika mobil diparkir di tepi
pantai dan melihat roda mobil berada pada lempung. Masalah tersebut,
menghubungkan skema tentang lempung yang disebabkan oleh air pasang, dan
skema-skema lain yang tersedia.
C. Skema sebagai Pembelajaran Lanjut

Skema dimiliki sebelumnya diperlukan untuk mempelajari pengetahuan


lebih lanjut. Hampir semua yang akan di pelajari tergantung pada pengetahuan
lain yang diketahui sebelumnya. Untuk mengetahui pesawat terbang kita harus
mengetahui aerodinamika, yang dipengaruhi oleh kemampuan kalkulus, yang
membutuhkan pengetahuan aljabar, dan yang bergantung pada aritmetika.

Prinsip ini–ketergantungan dari pengetahuan baru yang harus memiliki


pengetahuan sebelumnya–merupakan generalisasi dari prinsip kedua dari
pemahaman konsep. Secara umum, sebuah fitur baru menjadi penting dan tidak
terperhatikan ketika kita berkonsentrasi pada pembelajaran konsep khusus,
meskipun menggunakan konsep sebelumnya konsep baru tampak tertanam baik.
Sebagai sebuah pendahuluan, akan sangat berguna melihat suatu eksperimen
yang bertujuan untuk mengisolasi faktor-faktor yang ada dalam sebuah skema
dalam pembelajaran, tepatnya, untuk mengetahui perbedaan antara adanya dan
tidak adanya skema yang cocok yang dibuat sebagai materi baru yang dapat
dipelajari.

Untuk tujuan dari sebuah eksperimen, sebuah eksperimen buatan


direncanakan, seperti simbol suku Red-indian yang bermula dari 16 simbol dasar
seperti gambar:
Pengetahuan 1
Pada hari kedua penerjemahan memasangkan simbol menjadi simbol
baru yang terdiri dari dua atau tiga simbol seperti berikut:

Pengetahuan 2

Arti dari grup-grup kecil simbol dihubungkan ke arti dari setiap


simbol dasar. Pada hari ketiga dan keempat kelompok yang diajarkan mulai
meluas, artinya terjemahan itu terkait ke kelompok yang lebih kecil. Berikut
beberapa contoh (perhatikan bahwa (()) berarti jamak).

Pengetahuan 3

Pengetahuan 4
Tugas final pada hari keempat digunakan untuk mempelajari dua
halaman dari simbol, dimana setiap halaman mengandung seratus simbol
dalam sepuluh kelompok yang terdiri dari 8 sampai 12 simbol. Pada halaman
satu dari setiap kelompok diberikan terjemahan yang berhubungan dengan
kelompok yang lebih kecil, seperti pada contoh yang diberikan. Pada halaman
lain berisi kelompok simbol yang memiliki arti yang sama terhadap kelompok
yang dibandingkan, tetapi tidak untuk subjek penelitian. Kelompok
pembanding telah mempelajari simbol yang sama tetapi artinya berbeda. Jadi
pada tugas final tiap kelompok memiliki pendekatan pada suatu halaman dan
pendekatan lain pada halaman yang berbeda. Dengan kata lain, pendekatan
yang dilakukan dalam satu kelompok bermakna bagi dirinya dan tidak
bermakna bagi kelompok lain, dan sebalikannya.
Ketika hasil dari penstrukturan dari sebuah pembelajaran
dibandingkan, maka hasilnya pun berbeda

Tabel 1. Persentase pengulangan (Semua subjek (%))

Setelah empat
Saat pembelajaran Setelah satu hari
minggu

Skematik 69 69 58
Menghafal 31 23 8

Pada kasus ini, kemampuan mengulang dengan belajar secara


skematik dua kali lebih baik daripada yang menghafal; dan dalam 4 minggu
porsi kemampuan mengulang berubah tujuh kali. Pembelajaran skematis
bukan hanya merupakan pembelajaran yang lebih baik, tetapi juga mudah
dipertahankan.

Secara objektif, dua halaman simbol sama untuk semua subjek


penelitian. Perbedaannya adalah pada struktur mental yang dijadikan tugas.
Lebih jelasnya, skema yang dibangun pada pembelajaran sebelumnya akan
menjadi hal krusial untuk dikuasai dalam mempelajari materi selanjutnya.
Ketika pembelajaran dilakukan secara skematis-dimana pada konteks terkini-
kita tidak hanya belajar secara efisien untuk menghadapi sesuatu, kita
mempersiapkan alat mental untuk mengaplikasikan pendekatan yang
sama pada pembelajaran mendatang. Selain itu, efek dari menggunakan alat ini
adalah menggabungkan konten sebelumnya dari sebuah skema. Hal ini yang
menyebabkan penggunaan skema memberikan manfaat untuk mengingat lebih
baik.

Belajar skematik memberi keuntungan daripada belajar hafalan.


Keuntungan tersebut antara lain:
1) Belajar lebih bermakna

2) Belajar lebih efisien

3) Belajar menyiapkan sebuah akal pikiran untuk menerapkan


pendekatan yang sama pada tugas belajar di kemudian hari.
Belajar dengan menggunakan skema juga mempunyai beberapa kerugian,
antara lain:

1) Pada tugas yang terbatas, pembelajaran skematis membutuhkan waktu


yang lama.

Aturan dalam menyelesaikan sebuah persamaan sederhana dapat


diingat dalam waktu yang singkat daripada mencapai pemahaman.
Sebagai contoh, akan sangat mudah dan tidak mengalokasikan waktu
yang cukup lama jika membelajarkan menyelesaikan persamaan linear
satu variabel dengan menggunakan istilah “pindah ruas” daripada
menggunakan istilah “mengurangkan masing-masing ruas dengan”, atau
“membagi masing-masing ruas dengan”.

2) Skema mempunyai daya selektif yang kuat

Pengalaman baru akan mempengaruhi skema yang telah ada.


Apabila skema yang ada diserang dengan jumlah yang besar maka
akan mudah dilupakan. Jika skema yang baru tidak sesuai dengan
skema yang lama, maka diperlukan perubahan dari terhadap susunan
skema. Ada dua cara agar skema baru dapat dapat diserap oleh skema
lama. Cara pertama adalah dengan proses asimilasi, yaitu proses
penyerapan skema baru yang skema baru tersebut telah sesuai atau
cocok dengan dengan skema lama. Cara kedua adalah akomodasi,
yaitu proses merubah skema lama yang dimiliki oleh individu
karena skema lama tidak sesuai dengan informasi yang baru.
Contoh: ketika anak membedakan orang pribumi dengan orang asing,
proses asimilasi terjadi pada saat adanya skema bahwa orang asing
adalah orang yang datang dari luar negeri, berbahasa inggris dengan
logat yang berbeda. Tetapi ketika si anak tersebut pergi ke luar negeri,
dia menemukan bahwa dirinya sendiri dideskripsikan sebagai orang
asing. Berdasarkan asimilasi yang telah terjadi sebelumnya maka
terbentuklah ide baru bahwa orang asing adalah orang yang tidak di
negaranya sendiri, maka inilah yang disebut akomodasi.
Hal ini mengantarkan kita untuk mempertimbangkan kesesuaian
pada level baru. Selebihnya skema merupakan instrumen penyesuaian
utama yang digunakan secara efektif oleh suatu organisasi pengetahuan
yang ada, dalam menyelesaikan masalah, dan mempelajari pengalaman
yang baru (mungkin saja penyelesaian masalah menjadi masalah baru
kedepannya). Maka hal penting dari sebuah skema adalah perubahan
stuktur yang harus sesuai dengan apa yang dihadapi. Selain stabil,
skema yang berkembang dari pengalaman sebelumnya melalui asimilasi
data. Rekonstruksi sangat diperlukan sebelum situasi tersebut untuk
dipahami. Mungkin ini sulit dan kadang gagal. Pengalaman baru yang
tidak berhasil diinterpretasikan mengakibatkan kemampuan
menyesuaikan diri berkurang, sehingga seseorang tidak dapat
mengatasinya.
Salah satu skema konsep dasar matematika yang dipelajari
adalah sistem bilangan asli, yaitu himpunan dari bilangan dengan
operasi penjumlahan dan perkalian. Ketika menghitung sampai 10,
seorang anak dapat berproses sampai 20, dan melanjutkan hitungannya.
Menambahkan sebuah bilangan, dengan bantuan benda kongkret, dapat
segera dipelajari. Pengembangannya adalah penambahan dari dua buah
bilangan, awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan pemahaman nilai
dari suatu bilangan bedasarkan nilai tempat, dan ini harus dikuasai
seterusnya sehingga pengembanganya menjadi lebih baik. Perkalian
adalah penjumlahan berulang, yang juga merupakan sebuah
pengembangan.
Hal lain, pecahan, yang merupakan sistem bilangan baru, dan
merupakan pengembangan dari sistem sebelumnya. Sistem numerasi ini
berbeda dan memiliki karakteristik baru, contohnya, tak hingga
banyaknya pecahan dapat digunakan untuk menyatakan bilangan yang
sama. Perkalian tidak lagi dipahami dalam hal penjumlahan yang
berulang. Sebelum memahami sistem pecahan, skema tentang bilangan
seharusnya dipahami terlebih dahulu. Beberapa orang dalam
kenyataannya tidak selalu dapat memahami pecahan dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin guru belum
memahami sistem itu awalnya, dan kesulitannya terletak pada
rekonstruksi khusus dimana membutuhkan anak jenius pada saat materi
tersebut diajarkan di umurnya.
Ada contoh yang menarik dalam sejarah matematika yang
menunjukkan betapa susahnya rekonstruksi dari sistem bilangan baru.
Seperti Phyagoras yang menemukan sisi miring segitiga siku-siku tidak
selalu dapat dinyatakan sebagai bilangan rasional dan menjadi hambatan
bagi guru untuk menerangkannya. Bell (1937) mengatakan bahwa
bilangan ganjil muncul dari kredit dan utang, sebagai sebuah bilangan,
yang dibenci seperti halnya bilangan imajiner. Sistem bilangan Hindu-
arab juga mengalami perlawanan di eropa pada abad ke 13, dan untuk
beberapa wilayah dianggap ilegal. Tak boleh dibicarakan, tidak alami,
dan ilegal merupakan cara bagi manusia sebagai alat untuk bekerja pada
matematika saat ini dimana sudah dicirikan oleh matematikawan
sebelumnya. Tetapi sekarang kita mengerti pentingnya memahami
skema kita, dengan mulai memahami sifat dari reaksi terhadap ide baru
apapun yang muncul
D.Pemahaman

Kini akan dibahas tentang apa yang dimaksud dengan pemahaman.


Memahami sesuatu berarti mengasimilasi pemahaman ke skema yang
tepat. Ini menjelaskan sifat subjektif pemahaman dan juga memperjelas
bahwa pemahaman bukan sekedar keadaan biasa. Kita mungkin
memperoleh pendapat subjektif tentang pemahaman terhadap proses
asimilasi ke skema yang tidak sesuai. Misalnya Bangsa Yunani
“memahami” badai hujan petir dengan mengasimilasikan suara petir ke
skema sosok Zeus yang besar dan kuat yang sedang marah dan
melemparkan sesuatu. Padahal skema yang tepat adalah hal yang
berkaitan dengan kilatan listrik, sehingga pemikiran tersebut tidak
bertahan hingga abad kedelapanbelas bahwa ada kemungkinan
pemahaman lain tentang petir yang sebenarnya. Langkah besar pertama
dilakukan oleh Benjamin Franklin, yang mengasimilasi konsep petir
terhadap pelepasan listrik. Pemahaman sebenarnya tentu melibatkan
pengetahuan tentang proses ionisasi di atmosfer. Hal tersebut
melibatkan asimilasi ke skema yang lebih luas. Apa yang terjadi
dalam hal ini, skema dasar diperluas dan untuk asimilasi gagasan awal
lebih ditambahkan, contohnya dari suara ke suara, kilatan petir ke
percikan listrik. Pengorganisasian internal yang lebih baik dari suatu
skema mungkin juga meningkatkan pemahaman dan jelas tidak ada
tingkatan dimana proses pengorganisasian tersebut lengkap. Satu
tantangan untuk peningkatan pemahaman lebih lanjut adalah
keyakinan bahwa seseorang telah memahami sesuatu secara penuh.
Telah dibahas sebelumnya apakah kita memahami sesuatu atau tidak
dan apakah ditemukan dengan benar. Ini adalah pendapat subjektif
bahwa kita memahami sesuatu dan terbuka terhadap kesalahan berpikir
itu mungkin secara umum menandakan kita sekarang mampu bersikap
secara tepat dalam keadaan baru.
Perbedaan kemampuan beradaptasi antara yang mengetahui aturan
dan yang memahami aturan telah ditunjukkan baik melalui eksperimen
M.A. Bell. * Contoh dipilih dari materi topologi karena memiliki
keuntungan skema relevant dapat di bentuk cepat, dimana kebanyakan

cabang matematika lain membentuk skema relevan lebih lama.

Dua diagram di atas menunjukkan jaringan topologi, yang dibuat


dari beberapa titik yang disebut titik sudut yang dihubungkan oleh garis
lurus atau lengkung yang disebut busur. Melintasi jaringan berarti
melewati lintasan yang tak terputus dimana setiap busur pada
jaringan tersebur dilewati hanya sekali saja. Beberapa percobaan akan
menunjukkan bahwa jaringan (1) dapat dilintasi dan jaringan (2) tidak.
Berikut ini dua contoh lainnya
Dengan cara coba-coba, mudah ditemukan bahwa jaringan (4) dapat
dilintasi dan jaringan (3) tidak, meskipun ini tidak sama halnya dengan
membuktikan bahwa ini tidak mungkin.

Saat jaringan menjadi lebih rumit, cara coba-coba menjadi lebih sulit,
dan kesimpulannya, khususnya secara negatif, mengatarkan pada kurangnya
keyakinan. Terdapat aturan sederhana. Hitung banyaknya busur yang bertemu di
satu titik sudut. Sebut jumlah tersebut sebagai order pada titik sudut tersebut.
Singkatnya, kita katakan bahwa titik sudut ganjil atau genap itu berdasarkan
apakah ordernya ganjil atau genap.

Titik sudut dari order 3 Titik sudut dari order 4

Aturan: jaringan yang dapat dilewati jika dan hanya jika, jumlah dari titik sudut
ganjil adalah nol atau dua.

Dengan aturan ini mudah untuk mengecek apakah jaringan (6) dapat
dilalui, dan jaringan (5) tidak bisa. Jaringan yang lebih rumit menunjukkan
kesulitan yang lebih besar.
Dua kelompok anak-anak umur sebelas tahun diperkenalkan tentang hal
di atas. Kelompok 1 diberikan aturan dan juga penjelasan (yang masih
disembunyikan pada saat ini) tentang alasan aturan tersebut. Kelompok 2 hanya
diberikan aturannya saja. Kedua kelompok diberikan duabelas masalah seperti
di atas, termasuk beberapa jaringan yang cukup rumit. Semua anak pada kedua
kelompok dapat menyelesaikan semua masalah tersebut. Pada keadaan ini tidak
dapat dibedakan antara siswa yang mengerti penjelasan aturan dan yang tidak.

Serangkaian permasalahan jaringan lain kemudian ditunjukkan kepada


kedua kelompok, dengan perbedaan kecil. Berikut ini empat jaringan biasa dari
tugas tersebut.

Masalah baru yaitu (a) mencoba mencari jaringan yang dapat dilalui seperti
sebelumnya, tetapi akhir rute dari jaringan kembali ke titik awal; dan (b)
mencoba mencari aturan untuk menyelesaikannya.

Kelompok anak ketiga, tanpa memiliki pengalaman tentang


permasalahan ini dan tanpa pengetahuan tentang aturan ini, juga diberikan
tugas baru ini. Hasilnya, yang berkaitan dengan anak menemukan aturan baru
yang benar, sebagai berikut:
Kelompok 1 sembilan anak
(aturan pertama dengan lebih dari duabelas (75%)
pemahaman)
Kelompok 2 tiga anak
(aturan pertama tanpa lebih dari sepuluh (30%)
pemahaman)
Kelompok 3 dua anak lebih
(tanpa memiliki dari duabelas. (17%)
pengetahuan
sebelumnya)

Hasil sebelumnya dari kelompok 1 dan 2 tidak dapat dibedakan,


sebaliknya masalah baru menunjukkan perbedaan yang besar. 75% dari
kelompok pertama mampu beradaptasi dengan tugas baru, tetapi hanya 30% dari
kelompok kedua, yang mampu melakukannya sedikit lebih baik dari pada
kelompok yang tanpa pengalaman sebelumnya.
Sekarang ambil sehelai kertas dan salin hanya titik sudut-titik sudut saja
dari jaringan (1). Kemudian, gambar jaringan mulai pada sembarang titik sudut
tanpa mengangkat pensil dari kertas. (Ini berhubungan dengan melintasi).
Perhatikan bahwa setiap saat masuk dan keluar dari sebuah titik sudut, kamu
menambahkan dua busur untuk jumlah busur yang bertemu di titik sudut
tersebut, sehingga kamu menambahkan order dari titik sudut dengan dua.
Sekarang lakukan hal yang sama dengan jaringan (4) dan jaringan (6), mulai
dengan sudut kanan atas.
Penjelasan ini tentunya lebih singkat dari pada yang diberikan
kepada kelompok anak-anak tadi. Ini diharapkan memberikan petunjuk yang
cukup untuk memahami aturan pertama. Seharusnya kita berhasil menemukan
aturan kedua tanpa penjelasan.
Dari suatu pengalaman seseorang yang melakukan program pengajaran
mahal yang disebut “Pengantar Topologi”, dipublikasikanlah pengajaran
tersebut. Pengajaran tersebut hanya memberikan aturan pertama dan tanpa
penjelasan. Pengajaran bentuk ini tidak hanya sulit dalam beradaptasi ke
masalah kedua; ini juga sulit menjawab pertanyaan relevan lain seperti
“Bagaimana kita yakin bahwa aturan tersebut berlaku untuk jaringan
lainnya?”,
“Akankah ini berlaku juga untuk jaringan tiga dimensi?” dan
khusunya pertanyaan “Bagaimana bisa kita yakin bahwa jaringan yang
diberikan tidak dapat dilalui oleh seseorang yang cukup pintar?” Semua
pertanyaan ini dapat dijawab oleh seseorang yang mengerti penjelasan dari
aturan, dengan cara demikian menunjukkan kemampuan beradaptasi lebih besar
terhadap skema ke masalah-malah baru.

E. Implikasi Skema terhadap Pembelajaran Matematika

Fungsi utama skema sebagai alat pembelajaran berarti skema awal yang
tidak tepat akan membentuk proses asimilasi pemikiran berikutnya jauh lebih
sulit dan sepertinya tidak mungkin. Ketidaktepatan juga termasuk hal yang
tidak tampak. Belajar memanipulasi simbol- simbol seperti cara mendapatkan
jawaban benar mungkin sulit untuk membedakannya saat pembelajaran konsep
pada tahapan awal. Peserta didik tidak dapat membedakan benar atau salah jika
mereka tidak memiliki pengalaman memahami matematika. Dan semua guru
dapat melihat simbol-simbol tersebut.
Mereka tidak mengetahui apakah konsep-konsep yang benar tersebut
berkaitan atau tidak, atau tidak keduanya. Cara menemukannya yaitu dengan
mengetes kemampuan beradaptasi pembelajar ke situasi baru yang
berhubungan dengan matematika. Dalam hal ini bukanlah tentang perhitungan
mekanis. Sejumlah anak memiliki kemampuan yang baik dalam hafalan dan
kemampuan belajar matematika mungkin dikembangkan hingga ke sebuah
level yang mana hanya pada pembelajaran konseptual yang sesuai dengan
situasi ini. Pada tingkatan ini pembelajar mencoba untuk menguasai tugas baru
dengan cara-cara yang diketahui karena mereka hanya menghafal aturan untuk
setiap jenis masalah. Kini tugas membedakan keterkaitan konsep yang benar
menjadi mustahil untuk diselesaikan, bahkan kemampuan belajar siswa
berhenti berkembang, diiringi dengan kesulitan, dan ada siswa lain yang
berhenti menyelesaikannya.
Skema yang tepat adalah skema yang mempertimbangkan tugas
pembelajaran jangka panjang dan bukan jangka pendek. Sebagai contoh
solusi persamaan biasanya berdasarkan ide sebuah timbangan. Jika kita
menambahkan atau mengurangi beban yang sama di kedua sisi, timbangan
tersebut tetap seimbang. Jadi kita bisa menemukan berat yang menyeimbangkan
berat yang tidak diketahui. Model ini juga membenarkan memindahkan bilangan
ke sisi lain dan merubah tandanya, karena kita akan mendapatkan hasil yang
sama dalam penjumlahan, misalnya memindahkan 3 kg ke sisi kiri timbangan,
atau mengambil 3 kg itu dari sebelah kanan.

Pada tahap awal, skema sederhana patut disukai. Namun ia tetap


memiliki kelemahan dimana x adalah jumlah yang tidak diketahui dan kita
harus „menemukannya‟, dan ide timbangan bukan merupakan konsep dasar
matematika. Konsep dasar matematika adalah variabel. Tetapi kelemahan
utamanya adalah bahwa skema “menyeimbangkan kedua sisi‟ tidak dapat
diterapkan pada persamaan seperti:

Dan

Seorang guru harus melihat lebih jauh tugas yang sedang dikerjakan siswa,
dan jika mungkinkan sampaikan ide-ide baru sehingga skema-skema jangka
panjang yang sesuai dapat dibentuk.
Meskipun memiliki kelemahan, skema di atas masih jauh lebih baik dari
aturan-aturan tanpa alasan yang terkadang diajarkan hanya karena masuk akal
dan oleh karena itu berkontribusi sebagai kegiatan yang berarti dalam
matematika. Terkadang kita juga sulit memilih antara skema jangka pendek
tetapi mudah dan skema jangka panjang susah. Kita harus merekonstruksi
kembali skema, seperti yang telah kita ketahui, hal itu ada kesulitannya. Jadi
pilihannya tidak selalu mudah. Meski demikian, secara umum biasanya ide-
ide jangka panjang tidak sulit dipelajari tetapi hanya sulit menemukan
awalnya saja. Hal tersebut memindahkan kesulitan dari siswa ke guru.

Oleh karena itu, tanggung jawab guru pada tahap-tahap awal sangatlah
besar. Mereka harus yakin bahwa pembelajaran skematis terjadi, bukan
hanya menghafal manipulasi simbol-simbol. Mereka harus mengetahui tahap
mana yang hanya membutuhkan asimilasi langsung dan kapan rekonstruksi
dibutuhkan, karena pada tahap berikutnya, kecepatannya melambat dan
perkembangan siswa diperiksa dengan lebih teliti. Guru harus merencanakan
dasar skema jangka panjang yang akan lebih mampu beradaptasi ke kebutuhan
masa depan maupun kebutuhan sekarang.

Memenuhi kebutuhan mendatang secara penuh tidaklah mungkin. Tingkat


perubahan matematika pada saat ini dan penerapannya, membuat tidak satu
pun dapat mengetahui tantangan masa depan yang harus pembelajar masa
ini hadapi, dan tingkat perubahan semakin meningkat. Jadi apa yang
sebaiknya kita lakukan?

Bagian pertama dari jawaban hal tersebut adalah mencoba meletakkan


dasar yang terstruktur dengan baik dari ide matematika dasar yang bisa siswa
bangun untuk menghadapi permasalahan apapun di masa depan; yaitu dengan
cara menemukan sendiri dan membantu siswa lain menemukan pola-pola dasar.
Kedua, mengajarkan kepada mereka untuk selalu mencari skema sendiri; dan
ketiga, mengajarkan mereka untuk selalu siap merekonstruksi skema mereka,
untuk menghargai nilai skema sebagai alat yang bisa berfungsi, tetapi mereka
juga harus mau menggantinya dengan yang baru. Langkah pertama adalah
mengajarkan matematika, sedangkan langkah kedua dan ketiga adalah
mengajarkan mereka untuk belajar matematika. Hanya dua langkah terakhir
yang mempersiapkan anak-anak menghadapi masa depan yang tidak menentu.

Anda mungkin juga menyukai