Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM NUMERASI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Dasar

Dosen Pengampu : Ibu Suci Frisnoiry S.Pd M.Pd

Disusun Oleh :

1. Dina Witriana (4202121008)

2. Cindy Renika Manalu (4203321010)

3. Putri Aprillia (4202421002)

4. Sampang Rotua Simanullang (4202421013)

PENDIDIKAN FISIKA B

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang sistem numerasi, dan makalah ini di susun
untuk memenuhi salah satu syarat pembelajaran Matematika Dasar di Universitas Negeri
Medan. Di sini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan kesempatan. Dengan harapan dapat menambah wawasan serta pengetahuan,
sehingga dapat bermanfaat untuk hidup kita sebagai bangsa Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna perbaikan
dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 26 September 2020

Kelompok 1

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 2


1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Numerasi ........................................................... 3


2.2 Konsep yang digunakan dalam Sistem Numerasi ........................... 4

2.3 Sejarah Peradaban dalam Sistem Numerasi ................................. 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 6

3.2 Saran ............................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 8

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sudah sejak masa purbakala pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dasar
dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan
matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-
bilangan. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat,
sehingga manusia perlu mengembangkan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya bilangan karena
bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi,ataupun dalam dunia musik,
filosofi, dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya. Adanya bilangan membantu manusia untuk
melakukan banyak perhitungan, mulai dari perhitungan sederhana tentang keperluan belanja di
dapur, untuk keperluan mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi,
penghitungan hasil pertanian dan peternakan sampai perhitungan yang rumit tentang cara menilai
kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak dan keperluan peluncuran pesawat ruang
angkasa dll yang mana masing-masing bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan
bilangan dalam bentuk simbol.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang ingin dibahas pada makalah ini
adalah perkembangan sistem numerasi yang pernah digunakan dalam peradaban manusia, mulai
dari yang paling primitif hingga sistem angka yang digunakan saat ini, yang merupakan sistem
angka Hindu-Arab.
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai bahas presentasi di depan kelas, agar mahasiswa
tau dan mengerti sejarah perkembangan numerasi dan juga sistem numerasi yang pernah ada,
yaitu mulai dari sistem numerasi Mesir Kuno, Babilonia, Yunani Kuno. Maya, China, Jepang,
Romawi< hindi Arab.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Numerasi

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral. Menurut sejarah ketika manusia
mulai mengenal tulisan (zaman sejarah) dan melakukan kegiatan membilang atau mencacah,
mereka bingung bagaimana memberikan lambang bilangannya. Sehingga kemudian dibuatlah
suatu sistem numerasi yaitu sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan
number (bilangan). Sistem numerasi adalah aturan untuk menyatakan/menuliskan bilangan
dengan menggunakan sejumlah lambang bilangan.

Bilangan sendiri itu adalah ide abstrak yang tidak didefinisikan. Setiap Bilangan mempunyai
banyak lambang bilangan. Satu lambang bilangan menggambarkan satu bilangan. Setiap
bilangan mempunyai banyak nama. Misalnya bilangan 125 mempunyai nama bilangan seratus
dua puluh lima. terdiri dari lambang bilangan 1, 2, dan 5. Karena banyaknya suku bangsa di
dunia sejak zaman purba,maka berkembang pula sistem numerasi yang berbeda sehingga saat
ini dapat diketahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam
lambang,tetapi suatu lambang tentu hanya menunjuk pada satu bilangan. Beda antara bilangan
dan lambang bilangan(numeral) serupa dengan beda antara seseorang dengan namanya , beda
antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda itu, atau beda antara binatang
dengan nama binatang yang ditunjuk.

Sesuai dengan urutan waktu terjadinya ,beberapa sistem numerasi yang dikenal adalah
sistem mesir kuno kurang lebih (3000 SM) , sistem Babilonia kurang lebih (2000 SM), sistem
Yunani Kuno kurang lebih (600 SM), Maya (300 SM) , sistem Jepang-Cina kurang lebih (200 SM)
sistem Romawi kurang lebih (100 SM) sistem Hindu –Arab (300 SM-750 SM).

2.2 Konsep yang dipakai pada Sistem Numerasi

Beberapa konsep yang digunakan dalam sistem numerasi adalah:

1. Aturan Aditif : Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari
menjumlah nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya

2. Aturan pengelompokan sederhana : Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0,
n1, n2,… dan mempunyai aturan aditif
3. Aturan tempat : Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai
yang berbeda

4. Aturan Multiplikatif : Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-
lambang bilangan 0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,.. dan seterusnya.

2.3 Sejarah Peradaban dalam Sistem Numerasi

a. Sistem Numerasi Ijir / Tally

Perhitungan yang paling terdahulu dan sederhana adalah perhitungan dengan memakai
sistem korespondensi 1-1, sistem ini dinamakan sistem numerasi Ijir (Tally). Caranya dengan
memakai goresan atau memakai tongkat untuk satu objek yang dihitung.

Contoh sistem numerasi Ijir :

Bila seseorang memiliki 3 ekor sapi maka ia akan membuat goresan sebanyak 3 goresan atau
dengan menyusun tongkat sebanyak 3 buah, yaitu : | | |
Jika dalam sebuah keluarga 3 ekor kambing ayangnya digabungkan dengan 4 ekor kambing
anaknya maka mereka akan membuat goresan sebanyak 7 goresan atau menyusun tongkat
sebanyah 7 buah, yaitu : | | | | | | |

Walaupun cara ini primitif dan sederhana, namun sampai sekarang masih banyak dipergunakan
umpamanya pada penyusunan data untuk pembuatan tabel distribusi frekuensi dalam statistika.

b. Sistem Numerasi Yunani (±600 SM)

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546
SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh
mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia.

Yunani mengembangkan sistem numerasinya sendiri. Sistem Yunani kuno pada mulanya
disebut dengan sistem attic, muncul sekitar tahun 600 SM, yakni dilambangkan sederhana,
dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat, misal: 2 → ll,
kemudian berkembang menjadi sistem ionia (alfabetis) Yunani.

1. Sistem Attic (Yunani Kuno)

Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. Tulisan ini ditemukan didaerah
reruntuhan Yunani yang bernama Attic.

Lambang-lambang dasar dari sistem ini adalah :

Desimal Simbol Yunani angka


(1 Ι -
(5 Π πέντε
(10 Δ δέκα
(100 Η ἑκατόν
(1000 Χ χίλιοι / χιλιάς
(10000 Μ μύριον
Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10. Lambang untuk bilangan
nol belum ada. Selain lambang-lambang diatas ada pula lambang lain yang dipergunakan sebagai
“penyingkat”, yaitu “Π” yang berarti lima. Lambang ini dapat pula digabung dengan lambang-
lambang diatas, dengan demikian nilainya sama dengan lima kali nilai lambang dasar yang
tertulis.

2. Sistem Ionia (Alfabetis)

Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem angka,
yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-huruf itu mempunyai nilai
sebagai berikut :

Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari α sampai θ) dibubuhi tanda
aksen (‘), sebagai contoh α’ = 1000, ε’ = 5000. Sedangkan kelipatan 10000 dinyatakan dengan
menaruh angka yang bersangkutan diatas tanda М. 6

c. Sistem Numerasi Maya (±300 SM)

Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu kala telah terkenal memiliki
peradaban yang tinggi, antara lain mereka telah mempunyai sistem angka atau numerasi.
Keistimewaan sistem ini dibandingkan dengan sistem-sistem lain adalah telah adanya lambang
nol. Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan
lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang dipakai, yaitu
tongkat yang penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara manusukkan tongkat ke tanah
liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas garis.

Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun 1517 M di kota
peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang-lambang dari sistem
numerasi ini adalah gabungan antara garis dan noktah. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar
dari 19 dipakai bilangan dasar 20. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar lagi, dipakai
bilangan dasar 18.20, 18.202, 18.203, ... 18.20n.

Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai dari pangkat tertinggi
sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai dalam sistem angka Maya ini adalah
:

Seperti diuraikan diatas, tulisan Maya ini adalah gabungan antara noktah dan garis, setiap satu
noktah mempunyai nilai satu dan tiap satu garis mempunyai nilai lima. Penulisan lambang suatu
bilangan pada sistem angka maya ini dari atas kebawah, dimulai dari koefisien pangkat tertinggi
sampai koefisien pangkat terendah.

d. Sistem Numerasi Cina-Jepang (±200 SM)

Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya
berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina-Jepang
disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Angka tradisional Cina-Jepang menggunakan pengelempokan dengan bilangan dasar 10.
Disamping itu sistem angka ini juga mempunyai sistem pengelompokan perkalian (multiplikatif),
maksudnya adalah sebagai berikut:

Andaikan telah ditentukan lambang-lambang bilangan dasar dari 1 sampai 9, sedangkan


bilangan 10, 102, 103, ... dimisalkan mempunyai lambang berturut turut a, b, c, ... maka bilangan
Cina-Jepang 5624 ditulis 5 c 6 b 2 a 4, jadi setiap lambang a, b, c dan seterusnya dikalikan
dengan koefisiennya dan tidak ditulis berulang-ulang. Keunikannya angka yang ditulis dalam
angka Cina-Jepang itu ditulis dari atas kebawah.

Lambang-lambang bilangan Cina-Jepang itu adalah sebagai berikut:

e. Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)

Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM. Sampai saat ini,
lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem
numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari sistemnya yang
lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang
sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol. Tetapi sistem Romawi yang seperti
sekarang ini belum lama dikembangkannya. Lambang bilangan yang digunakan dalam sistem
Romawi sebagai berikut.

Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika beberapa lambang
dikombinasikan, lambang-lambang tersebut dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka
memuat dua lambang dasar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang lain, maka berlaku:
• Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.

• Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.

• Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama,
maka semua lambang menyatakan jumlah.

Contoh :

CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi dijumlahkan)

XC = 100 - 10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan)

Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:

Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X, dan C.

Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.

Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.

Aturan yang berlaku di Mesir, empat ditulis IV dan bukan IIII

Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae” yang
menyatakan nol.

Untuk menuliskan bilangan-bilangan besar dipakai sistem perkalian yang ditunjukan dengan
tanda-tanda tertentu. Umpamanya sebuah strip (ruas garis) diatas lambang bilangan tertentu
menunjukan nilai yang sama dengan 1000 kali nilai bilangan itu. Dua strip diatas sebuah
lambang bilangan tertentu menunjukan nilai sejuta kali bilangan itu.

Contoh :

= 1000 x 10 = 10.000

= 1000 x 23 = 23.000
= 1.000.000 x 14 = 14.000.000

= 1.000.000 x 62 = 62.000.000

10

f. Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300 SM – 750 M)

Sistem Hindu-Arab berasal dari India sekitar 300 SM dan mengalami banyak perubahan yang
dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar tahun 750 M sistem
Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulis dalam buku karangan
matematisi arab yang bernama Al-Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi De Numero
Indorum.

Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan belum mempunyai
lambang nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat diperkirakan terjadi pada tahun
500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang
dipengaruhi oleh banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya
sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal. Tidak diketahui
pastinya kapan dan di mana dimulainya lambang nol digunakan, hanya ada beberapa dugaan
bahwa lambang nol ini berasal dari Babylonia lewat Yunani. Sistem numerasi Hindu-Arab yang
kita kenal sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah berbeda dari asalnya.

Hindu-Arab Arab Timur Hindu-Arab Hindu-Arab


(1 ۱ 6( ٦
2( ۲ 7( ٧
3 ۳ 8 ٨
4 ٤ 9 ٩
5 ٥ 10 ١٠

Walaupun penulisan dengan tulisan Arab dari kanan ke kiri, tetapi penulisan lambang bilangan
adalah tetap dari kiri kekanan.
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral. Karena banyaknya suku bangsa di
dunia sejak zaman purba, maka berkembang pula sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini
dapat diketahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang.

Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem ijir (tallies) yang didasarkan
pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban
manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin kompleks menyebabkan manusia
mengembangkan berbagai sistem numerasi yang berlaku di berbagai belahan dunia, seperti
Mesir, Babilonia, Yunani, Maya, Cina-Jepang, Romawi, dan Hindu-Arab.

Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang merupakan
perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan karena dianggap masih
mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.

3.2 Saran

Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang
diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang lebih valid, di
luar sumber bacaan dari internet – yang belum dapat divalidasi seluruhnya.
12

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Angka-angka_Babilonia. Diakses pada 26 September


2020.

Anonim. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Chinese_Number. Diakses pada 26 September 2020.

Anonim. http://www.basic-mathematics.com/HinduArabic_Numeration_System.html. Diakses


pada 26 September 2020

Anonim. 2012. http://streamzon3.web.id/stream-sistem-bilangan-maya. Diakses pada 26


September 2020.

Anonim. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Romawi. Diakses pada 26 September 2020.

Bambang. 2010. http://bambang1988.wordpress.com/matematika-yunani-kuno. Diakses pada 26


September 2020.

Hanafiah, Siti. 2011. http://fian34.blogspot.com/Sistem-Bilangan-Zaman-Mesir-Kuno. Diakses


pada 26 September 2020.

Rants, Nihongo. http://anmsid.blogsome.com/Mengenal_angka. Diakses pada 26 September


2020
13

Anda mungkin juga menyukai