Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


PENDEKATAN PEMBELAJARAN (KONTEKSTUAL, SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT (STM) DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS) YANG BERKAITAN
DENGAN PEMBELAJARAN FISIKA

DOSEN PENGAMPU :

DRA. RATNA TANJUNG, M.PD.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ABDUL RAFID FAKHRUN GANI (4201121007)

ELIA SRI SURYANI (4203321012)

LAILA TULISNA TULUNG (4203121016)

RODEARNA SIREGAR (4203121046)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, tugas Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini di disusun untuk
melatih keraktifitas para Mahasiswa. Semoga Makalah yang telah Kami selesaikan ini dapat
dinilai dengan baik. Dalam Makalah ini diadakan pembahasan mengenai yang dapat
mendukung dalam kegiatan Pembelajaran Strategi Belajar Mengajar, menjelaskan tentang
Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual, Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan
Keterampilan Proses Sains) yang berkaitan dengan pembelajaran fisika.
Pada kesempatan ini Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra.
Ratna Tanjung, M.Pd. selaku Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas Makalah ini.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat membuat
makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan pembaca.

Medan, 21 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

PENYUSUN..........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN, PENDEKATAN PEMBELAJARAN,
STRATEGI PEMBELAJARAN, METODE PEMBELAJARAN DAN TEKNIK
PEMBELAJARAN............................................................................................................................5
B. PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING).....................................................................................................................................7
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN STM (SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT)..........10
D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES SAINS...........................14
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................16
B. SARAN...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pendidikan selalu menarik untuk dibahas, selain karena merupakan hal penting dalam
kehidupan manusia juga karena selalu ada banyak perkembangan dalam pendidikan dan ada
banyak kemajuan yang dicapai manusia yang berhubungan dengan pendidikan karena
pendidikan merupakan tonggak peradaban umat manusia. Salah satu unsur pendidikan itu
adalah pengajaran di sekolah, inilah yang sebenarnya banyak memunculkan berbagai macam
masalah, mulai dari kurikulum, cara penyampaian pelajaran, sampai keadaan dan kualitas
guru pengajar. Walaupun telah banyak teori – teori tentang pengajaran namun, metode
tersebut selalu saja mengalami kendala dalam prakteknya. Salah satunya adalah kejenuhan
siswa dalam pembelajaran karena guru cenderung pasif dalam mengajarkan pelajaran.

Pendidikan harus menyediakan lingkungan belajar yang kompleks bagi peserta didik yang
mencakup pembelajaran otentik, penilaian dan pengembangan pribadi. Ini akan
memungkinkan peserta didik untuk memecahkan jenis masalah kompleks yang akan mereka
hadapi dalam kehidupan nyata. Tanpa mengabaikan sifat sosial sifat sosial mereka.
Pendidikan perlu mempersiapkan para peserta didik untuk suatu profesi tertentu, dan
mempersiapkan mereka untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam realitas
kehidupan. Dalam mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan sebuah kurikulum yang
merupakan seperangkat pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan bagaimana
penerapannya dalam pembelajaran fisika?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran STM dan bagaimana
penerapannya dalam pembelajaran fisika?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Proses Sains
dan bagaimana penerapannya dalam pembelajaran fisika?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, STM, dan Keterampilan
Proses Sains serta penerapannya dalam pembelajaran fisika.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Strategi


Pembelajaran, Metode Pembelajaran Dan Teknik Pembelajaran

1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 48).
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses
rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata & Syaodih, 2012,
hlm. 151).
Jadi, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial.

2. Pendekatan Pembelajaran
Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146) berpendapat bahwa pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum (Wati, 2010, hlm. 7).
Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan digunakan oleh
pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tujuan tertentu (Rahmawati,
2011, hlm. 74).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut
pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam
menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-
mengajar.

5
3. Strategi Pembelajaran
Gerlach dan Ely (1990): Strategi merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan
urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik.
Kozma (Sanjaya, 2007): Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih,
yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya
tujuan pembelajaran tertentu.
Alim Sumarno (2011): Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dipilih oleh pembelajar atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan fasilitas kepada pebelajar menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu yang telah ditetapkan.
Jadi strategi pembelajaran sebagai sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

4. Metode Pembelajaran
...........Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode” secara harfiah
berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan bahwa metode
pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan.
Dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk
konkret berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran.

5. Teknik Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2008:127), teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode. Teknik merupkan keterampilan dan seni (kiat)untuk
melaksanakan langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan sesuatu kegiatan ilmiah
yang lebih luas atau metode (Sudjana, 2005) Menurut Knowles (Sudjana, 2005), teknik
adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola kegiatan
pembelajaran.

6
...........Jadi, teknik pembelajaran dapat didefinisikan sebagai langkah-langkah yang ditempuh
guru selama pembelajaran dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran.

B. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong mereka membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai hal yang dialami (Zulela, 2008).

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa sesuai konteks
yang ada pada lingkungan. Menurut Suprijono (2009:79), pendekatan pembelajaran
kontekstual atau Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pembelajaran yang mengubungkan kehidupan
siswa dengan lingkungan sosial dan kebiasaan dimasyarakat. Maka, tujuan pembelajaran
bukan hanya berpengaruh terhadap hasil belajar melainkan kebermaknaan pengetahuan dan
pengalaman yang bermanfaat.

Jhonson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran


yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka. Ini dapat dimaknai, siswa dapat mengaitkan pembelajaran di dalam kelas dengan
lingkungan masyarakat dimana siswa tinggal untuk menemukan konteks pemaknaan yang
dimaksud.

Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah


suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh, untuk dapat memahami materi yang dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupannyata, sehingga mendorong siswa untukdapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual siswa terlibat banyak dalam memaknai
pembelajaran yang di berikan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
Kontekstual menganjurkan para pendidik unruk memilih atau mendesain lingkungan

7
pembelajaran yang memadukan sebanyak mungkin pengalaman belajar seperti lingkungan
sosial, budaya, fisik, dan lingkungan psikologis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa
diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna anatara pemikiran yang abstrak
dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata dalam lingkungan pembelajaran.
Tugas seorang pengajar adalah menciptakan dan menyediakan konteks yang sesuai
dengan isi materi yang diajarkan kepada siswa, sehingga harapannya siswa dapat mengaitkan
antara konteks dengan isi materi tersebut. Semakin cepat siswa dapat mengaitkan konteks
dengan isi materi maka semakin cepat pula ia mengetahui makna yang ada dan semakin cepat
ia memahami pelajaran tersbut dan dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari di
lingkungannya.

Menurut Sanjaya (2006) ada tiga hal yang harus dipahami dalam CTL, yaitu:

1) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,


2) CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata,
3) CTL mendorong siswa untuk menerapkan materi yang dipelajari dalam kehidupan.

Pendekatan Kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yaitu


konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya(questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan Pendekatan
CTL (Contextual Teaching and Learning) yakni sebuah sistem belajar yang didasarkan pada
filosofi bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika
mereka mampu menyerap makna pelajaran tersebut.Penilaian otentik (authentic assesment).
(Depdiknas: 2007).
Berikut adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran
kontekstual: Senada dengan pendapat diatas Menurut Muslich (2012: 44) pendekatan
pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama:
a. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan filosofis
pendekatan pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Menurut pandangan konstruktivisme,
tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (a) menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b) memberi kesempatan siswa

8
menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
b. Inkuiri (Inquiry) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning) Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
dimaksudkan untuk menggali informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Ketika menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen.
e. Pemodelan (Modeling) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakansesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika pembelajaran.
Nilai hakiki dari komponen ini adalah semangat instropeksi untuk perbaikan pada
kegiatan pembelajaran berikutnya.
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Penilaian autentik adalah upaya
pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan pembelajaran.

Dua metode pembelajaran yang sesuai dengan dasar-dasar pendekatan ini adalah metode
demonstrasi diskusi dan eksperimen. Kedua metode pembelajaran ini memiliki karakteristik
berbeda namun keduanya mempunyai kemampuan untuk mengakomodir siswa lebih kreatif
dan berpikir kritis.
Materi momentum dan impuls mencakup pengertian momentum, pengertian impuls,
hukum kekekalan momentum, tumbukan, serta aplikasi impuls dan momentum. Karakteristik

9
materi momentum dan impuls adalah salah satu materi fisika yang bersifat abstrak.
Kendatipun konsep momentum dan impuls banyak dijumpai dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya tumbukan. Namun demikian pada materi ini, siswa masih
banyak yang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Hal ini diduga diantaranya terjadi
karena istilah momentum dan impuls pada umumnya jarang didengar oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk membelajarkan konsep momentum dan impuls harus
divisualisasikan dengan sarana bantu (komputer dan video animasi/multimedia interaktif),
dalam hal ini, diperlukan multimedia interaktif yang berkaitan dengan materi tersebut.
Tujuannya adalah agar mempermudah mengkomunikasikan dan membangun konsep tentang
materi tersebut. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang
telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai
tentunya dapat lebih bermakna dan siswa mempunyai tujuan yang nyata dalam mengikuti
pembelajaran.
Disamping penggunaan pendekatan pembelajaran yang harus berorientasi pada proses,
produk, dan sikap, diperlukan juga adanya metode pembelajaran yang berorientasi pada
proses kinerja siswa sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Metode
pembelajaran yang dimaksud harus mampu membuat siswa aktif untuk mengikuti proses
pembelajaran fisika. Dengan demikian, siswa akan merasa mampu dan percaya diri terhadap
pelajaran fisika. Ada beberapa metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif,
antara lain: metode eksperimen, demonstrasi, diskusi, problem composing, tutoring (tutor
sebaya), jigsaw, STAD, dan TGT.

C. Pendekatan Pembelajaran STM (Sains Teknologi Masyarakat)


Menurut Bernadete, pendekatan STSE (Science, Technology, Society, and Environment)
digunakan dengan pengembangan berbasis pengajaran pengetahuan lingkungan dan
pengaruhnya untuk menentukan prestasi akademik, efikasi diri dan perspektif sosial budaya
peserta didik.
Menurut Binadja dalam Dian Nugraheni, dkk. pada hakekatnya SETS merupakan cara
pandang ke depan untuk membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita
hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
sebagai satu kesatuan ser-ta saling mempengaruhi secara timbal balik.

10
Yeger dalam Smarabawa menjelaskan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang memanfaatkan isu
lingkungan dalam proses pembelajaran, secara teori mampu membentuk individu memiliki
kemampuan untuk menumbuhkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif.
Berdasarkan beberapa pengertian yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat merupakan suatu model pembelajaran yang
mengangkat permasalahan atau isu-isu sebagai dampak terhadap lingkungan ke dalam
pembelajaran dan mengaitkan dengan konsep-konsep sains yang ada.

Program STM memiliki karakteristik sebagai berikut:


a) Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah dengan dampak dan ketertarikan
setempat,
b) Menggunakan sumber daya setempat untuk mengumpulkan informasi yang digunakan
dalam memecahkan masalah,
c) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari,
d) Merupakan kelanjutan dari pembelajaran di kelas dan di sekolah,
e) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap peserta didik,
f) Suatu pandangan bahwa isi sains tersebut lebih dari pada konsep-konsep yang harus
dikuasai dalam tes,
g) Penekanan pada keterampilan proses, dimana peserta didik dapat menggunakannya
dalam memecahkan masalah mereka,
h) Penekanan pada kesadaran berkarir, khususnya pada karir yang berhubungan dengan
sains dan teknologi,
i) Kesempatan bagi peserta didik untuk berperan sebagai warga Negara, dimana ia
mencoba untuk memecahkan yang telah diidentifikasi,
j) Mengidentifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan, dan
k) Kebebasan dalam proses pembelajaran (sebagaimana masalah-masalah individu yang
telah diidentifikasi)

Penjelasan dalam tahapan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat adalah


sebagai berikut:
1. Pendahuluan

11
Tahap ini membedakan STM dengan pembelajaran lainnya. Tahap ini dapat disebut
dengan inisasi atau mengawali, memulai, dan dapat pula disebut dengan invitasi yaitu
undangan agar peserta didik memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalam
kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui peserta
didik dengan materi yang akan dibahas, sehingga tampak adanya kesinambungan
pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui peserta didik sebelumnya
yang ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya
apersepsi merupakan proses asosiasi ide baru dengan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh
seseorang. Pada pendahuluan ini guru juga dapat melakukan kegiatan di lapangan atau di luar
kelas secara berkelompok. Kegiatan mengunjungi dan mengobservasi keadaan di luar kelas
itu bertujuan untuk mengaitkan antara konsep-konsep atau teori yang dibahas di kelas dengan
keadaan nyata yang ada di lapangan. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran
memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya
konstruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan di-kokohkan pada tahap pembentukan
dan pemantapan konsep.
2. Pembentukan Konsep
Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode.
Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup,
metode demonstrasi, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-
lain. Selama melakukan berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep peserta didik
diharapkan mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya
konsep yang dimiliki sesuai dengan para ilmuan. Pada akhir tahap pembentukan konsep,
peserta didik telah dapat memahami apakah analisis terhadap masalah yang disampaikan
pada awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep para ilmuan.
3. Aplikasi Konsep
Berbekal pemahaman konsep yang benar, peserta didik diharapkan dapat menganalisis isu
dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-konsep yang telah dipahami
peserta didik misalnya dapat menggunakan produk teknologi listrik dengan benar karena
menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran atau
bahaya yang lain seperti bahaya akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain,
peserta didik menjadi hemat dalam menggunakan beraneka sumber energi. Dalam kehidupan
sehari-hari setelah mengetahui terbatasnya energi saat ini.
4. Pemantapan Konsep

12
Pada tahap ini guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi peserta didik yang keliru.
Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat besar kemungkinan guru
tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajaran sebelumnya.
Pemantapan konsep ini penting, sebab dapat mempengaruhi retensi materi peserta didik.
5. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil
belajar yang telah diperoleh peserta didik. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan
mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik melalui pembelajaran
dengan pendekatan STM.
Letak keunggulan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat adalah pembelajaran sains
yang dikemas untuk mudah dimengerti serta bermanfaat bagi setiap orang. Proses
pembelajarannya mengaktifkan atau mengikutsertakan peserta didik terhadap isu-isu yang
merupakan jalur untuk melihat nilai-nilai sains dan maknanya. Pembelajaran ini dapat
melatih peserta didik mampu berpikir kritis.
Pembelajaran menggunakan modul fluida statis berbasis STM dilakukan sesuai dengan
RPP yang telah disusun. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi,
selanjutnya guru juga menjelaskan penggunaan modul dan pendekatan yang akan digunakan.
Setelah itu guru membagi siswa dalam 8 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Pertemuan pertama siswa mempelajari kegiatan belajar 1 (Tekanan Hidrostatika), pertemuan
kedua mempelajari kegiatan belajar 2 (Hukum Pascal), pertemuan ketiga mempelajari
kegiatan belajar 3 (Hukum Archimedes), dan pertemuan keempat mempelajari kegiatan
belajar 4 (Tegangan Permukaan, Kapilaritas, dan Viskositas).
Setiap kegiatan belajar siswa melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan tahap invitasi
berisi fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Tahap pembentukan konsep melalui kegiatan
eksperimen, tahap aplikasi konsep yang berisi penerapan konsep dalam kehidupan teknologi
dan masyarakat, tahap pemantapan konsep yang berisi uraian materi, dan tahap evaluasi.
Pada akhir pembelajaran setelah kegiatan belajar 4 dilakukan posttest untuk motivasi dan
hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran fisika menggunakan modul fluida statis
berbasis STM. Soal posttest untuk hasil belajar dan angket motivasi belajar sama dengan soal
pretest.

D. Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Proses Sains

13
Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep
yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku
ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah.
Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan keterampilan yang mendasar melalui
percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Yaqin (2005) yang menyatakan bahwa keterampilan
melaksanakan percobaan dapat ditingkatkan dengan menyelenggarakan kegiatan
laboratorium. Demikian juga hasil penelitian Suskandani (2001) yang menyatakan bahwa
kegiatan laboratorium dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa dapat
menumbuhkan sikap ilmiah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
mendasar, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat memahamii konsep yang
dipelajarinya. Dengan demikian hasil belajar yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sebagai tuntutan kompetensi dalam kurikulum yang dikembangkan saat ini akan
tercapai.
Keterampilan proses adalah serangkaian peristiwa yang harus dilakukan oleh mahasiswa
dalam mencari dan memproses hasil perolehannya untuk kemudian dijadikan pengetahuan
baru bagi dirinya sendiri. Keterampilan Proses Sains merupakan hal baru sehingga untuk
mengembangkannya perlu diketahui dan dianalisis terlebih dahulu profil keterampilan proses
sains mahasiswa untuk mengetahui keadaannya. Proses penemuan konsep melibatkan
keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan
ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium (Murniasih, Subagia, Sudria, Pascasarjana, &
Ganesha, 2013).
Keterampilan Proses Sains merupakan kemampuan peserta didik dalam menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan sains serta menemukan ilmu
pengetahuan. Keterampilan Proses Sains sangat penting bagi setiap peserta didik sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang dimiliki (Afrizon, Ratnawulan, &
Fauzi, 2012).
Peran pendekatan keterampilan proses sains dalam belajar mengajar sangat penting
dengan keberhasilan belajar. Melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains pada
mahasiswa akan sangat berguna bagi mahasiswa tidak hanya sebagai proses untuk
membangun pengetahuan dalam pembelajaran namun juga berguna dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh mahasiswa karena

14
sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di masyarakat sebab
mahasiswa dilatih untuk berfikir logis dalam memecahkan suatu masalah yang ada di
masyarakat.
Dalam pembelajaran suhu dan kalor ku-rang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan
eksperimen. Prakosa (2011, p.7) juga menyatakan bahwa fisika merupakan bagian dari sains,
sehingga apa yang ditekankan dalam pem-belajaran sains juga berlaku pada pembelajaran
fisika. Dengan demikian pembelajaran fisika seyogyanya juga diarahkan pada pembelajaran
penemuan (inquiry). Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat
menunjang kegiatan eksperimen yang salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode eksperimen.
keterampilan proses sains yang dimaksud adalah kemampuan dalam kemampuan
mengamati, menghitung, meng-ukur, mengklasifikasikan, menemukan hubungan, membuat
prediksi, melakukan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data, menginterpretasikan
data serta mengkomunikasikan hasil penelitian, namun tidak semua aspek kete-rampilan
proses sains diobservasi. Keterampilan proses sains yang diteliti hanya kemampuan
mengamati yaitu menggunakan semua indera yang sesuai untuk memperoleh informasi dari
eksperimen yang dilakukan berkaitan dengan pokok bahasan suhu dan kalor; membuat
prediksi yaitu dapat membuat hipotesis dari masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan
suhu dan kalor yang disajikan; melakukan penelitian/ eksperimen seperti melaksanakan
eksperimen yang berkaitan dengan pokok bahasan suhu dan kalor sesuai dengan variabel
bebas, variabel terkontrol dan variabel terikat yang telah ditentu-kan serta dapat menguji
hipotesis yang telah dibuat, kemampuan mengukur yaitu dapat membandingkan hasil
pengukuran dengan unit st-dar pengukuran yang telah ada, dan kemampuan menyimpulkan
yaitu dapat menyimpulkan/me-mutuskan hasil yang diperoleh dari eksperimen sesuai dengan
pokok bahasan suhu dan kalor yang dipelajari. Keterampilan proses sains diukur dengan
menggunakan lembar observasi keterampilan proses sains. Lembar observasi keterampilan
proses sains dikembangkan berda-sarkan kisi-kisi lembar observasi keterampilan proses sains
sesuai dengan indikator kemam-puan mengamati, membuat prediksi, melakukan eksperimen,
mengukur dan menyimpulkan.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong mereka membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai hal yang dialami.
Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat merupakan suatu model pembelajaran
yang mengangkat permasalahan atau isu-isu sebagai dampak terhadap lingkungan ke dalam
pembelajaran dan mengaitkan dengan konsep-konsep sains yang ada.Keterampilan Proses
Sains merupakan kemampuan peserta didik dalam menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan sains serta menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan Proses
Sains sangat penting bagi setiap peserta didik sebagai bekal untuk menggunakan metode
ilmiah dalam mengembangkan sains untuk memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

B. SARAN

Diharapkan Mahasiswa sebagai calon guru dapat menerapkan berbagai Pendekatan


Pembelajarn dengan berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Henukh, A., Simbolon, M., & Budiman, N. A. (2019). Deskripsi Sistem Pembelajaran Fisika
Melalui Pendekatan Kontekstual. Musamus Journal of Science Education, 2(1), 22-30.

Kuswandari, M., Sunarno, W., & Supurwoko, S. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Fisika
SMA Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Materi Pengukuran Besaran Fisika. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1(2).

Sambada, D. (2012). Peranan kreativitas siswa terhadap kemampuan memecahkan masalah


fisika dalam pembelajaran kontekstual. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya
(JPFA), 2(2), 37-47.

Bernadette I. Del Rosario. 2009. Science, Technology, Society and Environment (STSE)
Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a Local Culture. Liceo
Journal of Higher Education Research Science and Technology Section. Vol. 6 No. 1
December 2009 ISSN: 2094-1064 CHED Accredited Research Journal, Category B

Yager, R.E. 1996. Science Technology Society: Providing Useful and Appropriate Science
for All. Makalah pada Seminar Sains Teknologi Masyarakat, tanggal 10 Juni 1996,
Bandung.

Realita, A., Sukarmin, S., & Sarwanto, S. (2016). Pengembangan Modul Fisika Berbasis
Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Materi Fluida Statis Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X. Inkuiri, 5(3), 113-121.

Juhji, J. (2017). Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran


IPA. Primary: Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar, 8(1), 25-34.

Subagyo, Y., & Marwoto, P. (2009). Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
sains untuk meningkatkan penguasaan konsep suhu dan pemuaian. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, 5(1).

17
Lestari, M. Y., & Diana, N. (2018). Keterampilan proses sains (KPS) pada pelaksanaan
praktikum Fisika Dasar I. Indonesian Journal of Science and Mathematics
Education, 1(1), 49-54.

Komalasari, K. (2012). The effect of contextual learning in civic education on students â€tm
character development background. 27, 87– 103.

Zulela. (2008). Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan


berpikir kritis pada siswa sekolah dasar. Pythagoras - jurnal pendidikan matematika,
4(2), 14–25. Https://doi.org/10.21831/pg.v4i2.555

18

Anda mungkin juga menyukai