Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya
Pendidikan
Dosen Pengampu :
Imam Suseno, S.E., M.Pd.

Disusun oleh :
1. Joko Awal Suroto 20217270059
2. Novita Marlina 20217270066
3. Lasmaria Tessalonika 20217270095
4. Sheptiani Ekasari Dewi 20217270119

FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
November 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Didaktik Metodik, Konsep Pembelajaran Unggul dan Hubungan Kebudayaan
Pendidikan” ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan sebagai salah satu
penilaian terhadap proses pembelajaran dalam Program Studi Magister Pendidikan
MIPA, Fakultas Pascasarjana, Universitas Indraprasta PGRI.

Makalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang didaktik metodik, konsep


pembelajaran unggul dan hubungan kebudayaan pendidikan.

Makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Teori, Proses
dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan Bapak Imam Suseno, S.E., M.Pd. Semoga budi
baik dan jasa-jasa beliau akan mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan Yang Maha
Esa.

Makalah ini dibuat oleh kami dan berusaha dengan maksimal, namun penulis masih
merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu penulis meminta kritik dan
saran pembaca makalah ini, Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 17 November 2021

Penulis
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. Didaktik Metodik ............................................................................ 4

B. Definisi Pembelajaran Unggul ...................................................... 9

C. Kebudayaan dan Pendidikan ........................................................ 16

BAB III. PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 27

B. Saran .............................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 28

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia–


manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang
lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di
negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara
tersebut.

Pembelajaran Unggul (The Exellence Teaching) adalah proses belajar mengajar yang
kembangkan dalam rangka membelajarkan semua siswa berdasarkan tingkat
keunggulannya (individual differences) untuk menjadikannya beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi secara
mandiri namun dalam kebersamaan, mampu menghasilkan karya yang terbaik dalam
menghadapi persaigan pasar bebas (Bafadhal, 2003: 30).

Merujuk pada konsepsi di atas, perlu ditegaskan bahwa pembelajaran unggulan bukanah
pembelajaran yang secara khusus dirancang dan dikembangkan hanya untuk siswa yang
unggul, melainkan lebih merupakan pembelajaran yang secara metodologis maupun
psikologis dapat membuat semua siswa mengalami belajar secara maksimal dengan
memperhatikan kapasitasnya masing-masing. Menurut Bafadhal (2003) ada tiga
indikator pembelajaran unggulan. Pertama, pembelajaran unggulan apabila dapat
melayani semua siswa (bukan hanya pada sebagian siswa). Kedua, dalam pembelajaran
unggulan semua anak mendapatkankan pengalaman belajar semaksimal mungkin.
Ketiga, walaupun semua siswa mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya
sangat bervariasi bergantung pada tingkat kemampuan anak yang bersangkutan.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. DIDAKTIK METODIK

1. Pengertian Didaktik Dan Metodik

Didaktik berasal dari kata yunani “didoskein” yang berarti pengajaran atau
pembelajaran yaitu aktifitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan
kecakapan baru pada orang lain. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar,
maka pengertian didaktik mengandung pengertian yang sangat luas,
pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam
proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern
adalah aktivitas guru dalam organisasikan lingkungan dan mendekatkannya
kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar ( nasution:1935:5)
Secara garis besar didaktik dibagi menjadi 2, yakni :

Didaktik umum
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan
berkenaan dengan penyajian bahan pelajar. Diantara prinsip-prinsip
pengajaran tersebut : Minat, perhatian, motivasi, appersepsi, lingkungan,
individualitas, aktivitas, peragaan, korelasi dan konsentrasi. Prinsip- prinsip
pengajaran berlaku atau seyogianya dapat diterapkan dalam semua bidang
studi yang diajarkan.

Didaktik khusus
Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan sesuatu mata
pelajaran tertentu dimana prinsip-prinsip umum pengajaran juga diterapkan
dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Penerapan didaktik khusus
sangat diperlukan dalam pengajaran, karena setiap bidang studi yang
diajarkan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, dan guru

4
harus dapat memilih metode apa yang sesuai digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar bidang studi tertentu,hal ini tergantung pada ciri-ciri khas
bidang studi yang diajarkan disamping memperhatikan faktor-faktor lainnya.
Didaktik khusus juga disebut dengan metodik atau disebut juga metodologi
pengajaran. Metodik berasal dari bahasa yunani yaitu metodos yang berarti
mengajar,menyelidiki,cara melakukan suatu prosedur.

Metodik dibagi menjadi 2:


Metodik umum

Metodik umum membicarakan tentang cara-cara mengajarkan suatu jenis


pelajaran secara garis besarnya saja. Dalam metodik umum tersebut juga
dibicarakan beberapa aspek,antara lain:
1. Rencana pelajaran

2. Jalannya pelajaran

3. Sikap dan gaya mengajar (style)

4. Bentuk pengajaran dan metode-metode mengajar

5. Alat dan media yang dipakai,dsb.

Metodik khusus (S.nasution,1982:5)

Metodik khusus membicarakan tentang pengetahuan yang membahas cara-


cara mengajarkan suatu jenis materi pelajaran tertentu secara mendetail
artinya diuraikan sampai kepada bagian- bagian yang terkecil.

2. Hubungan metodologi pembelajaran (metodik) dengan didaktik.

Secara garis besar dikatakan bahwa didaktik membicarakan prinsip-prinsip


umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran, sedangkan
metodologi pengajaran (metodik) membicarakan tentang cara-cara
mengerjakan bidang studi tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut
berlaku didalamnya.

5
Jadi, didaktik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan
belajar mengajar pada umumnya, sedangkan metodologi pembelajaran
(metodik) bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut.
Sehingga dikatakan antara didaktik dan metodik terdapat hubungan erat,
terutama dalam kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Jika diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran
penghidangan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung.
Sedangkan metodik bergerak didalam penyediaan jalan atau siasat yang
akan ditempuh, jadi garis sentuh yang akan menggantikan antara didaktik
dan metodik terletak pada titik persiapan pelajaran.

Dalam pasal 2 bab 17 dari buku Didactia Magna menyebutkan bahwa


pengajaran akan menjadi mudah jika diikuti langkah-langkah :
a. Jika pengajaran dimulai awal benar, sebelum jiwa rusak
b. Jika jika telah sedia untuk menerimanya
c. Jika dimulai dari yang umum kepada yang khusus
d. Jika dimulai dari yang mudah kepada yang sukar
e. Jika siswa tidak dibebani dengan mata pelajaran yang banyak
f. Jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam
setiap hal
g. Jika kecerdasan tidak dipaksa untuk suatu yang belum mengarah
kepada kecenderungan, dan harus sesuai dengan umur dan metode
yang benar
h. Jika segala sesuatu diajarkan dengan media pengertian
i. Jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkesinambungan
j. Jika segala sesuatu diajarkan denga satu dan metode yang sama.

Jika diformulasikan, maka didaktik itu bergerang dalam lingkungan


penghidupan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung
sedangkan metodologi bergerak di dalam lingkaran penyediaan jalan atau
siasat yang akan ditempuh sebelum pelajaran berlangsung.

6
1. Fungsi dan peran guru

A. Fungsi Guru

Dalam proses belajar mengajar guru harus bisa memposisikan sesuai dengan
status serta dengan profesinya. Hal ini dapat disesuaikan dan menerapkan
dirinya sebagai seorang pendidik, seseorang dikatakan sebagai seorang guru
tidak cukup tahu sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia
harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian guru dengan
segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi
pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi, mendidik berarti mentrasfer
nilai-nilai pada siswanya. Nilai- nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah
laku sehari-hari.

Oleh karena itu pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan dan nilai-nilai
yang akan di transfer, maka guru harus bisa memfungsikan sebagai seorang
pendidik (tranfer of values) ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan akan
tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia.

B. Peran Guru
Pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) menuntut adanya berbagai peran
untuk senantiasa aktif dan aktivitas interaksi belajar mengajar dengan siswanya.
Peran guru dipandang strategis dalam usaha mencapai keberhasilan proses
belajar mengajar apabila guru mau menempatkan dan menjadikan posisi
tersebut sebagai pekerjaan profesional. Dengan demikian, guru akan disanjung,
diagungkan dan dikagumi, karena perannya yang sangat penting diarahkan ke
arah yang dinamis yaitu menjadi pola relasi antara guru dan lingkungannya,
terutama siswanya.

Mengenai peran guru akan diuraikan beberapa pendapat, yaitu menurut Watten
B yang dikutip oleh Piet A. Sahertian, peran guru adalah sebagai tokoh terhormat
dalam masyarakat sebab ia nampak sebagai orang yang berwibawa, sebagai
penilai, sebagai seorang sumber karena ia memberi ilmu pengetahuan, sebagai

7
pembantu, sebagai wasit, sebagai detektif, sebagai obyek identifikasi, sebagai
penyangga rasa takut, sebagai orang yang menolong memahami diri, sebagai
pemimpin kelompok, sebagai orang tua / wali, sebagai orang yang membina dan
memberi layanan, sebagai kawan sekerja. Sedang menurut Oliva, peran guru
adalah sebagai penceramah, nara sumber, fasilitator, konselor, pemimpin
kelompok, tutor, manajer, kepala laboratorium, perancang program dan
manipulator yang dapat mengubah situasi belajar.

Sejalan dengan penadapat Oliva, Sardiman AM, menyatakan bahwa peran guru
adalah sebagai informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator dan evaluator. Lebih lanjut Sardiman menerangkan bahwa :

a. Informator berarti guru harus melaksanakan cara-cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.

b. Organisator berarti guru diharapkan mampu mengorganisasikan sedemikian


rupa komponen- komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar
sehingga dapat dicapai efektifitas dan efisiensi belajar pada diri siswa.

c. Motivator berarti guru dituntut mampu merangsang dan memberikan dorongan


serta reinforcement untuk mengkomunikasikan potensi siswa, menumbuhkan
aktivitas dan daya cipta (kreatif) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses
belajar mengajar (PBM) sebagai usaha untuk meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa.

d. Direktur berarti guru harus memberikan bimbingan dan pengarahan tentang


kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai peranan ini akan
menonjolkan jiwa kepemimpinan guru dalam menjalankan pekerjaan profesional.

e. Inisiator berarti guru dipandang sebagai pencetus ide-ide kreatif dalam proses
belajar yang dapat dicontoh oleh siswanya.

8
f. Transmitter berarti guru bertindak sebagai penyebar kebijakan pendidikan dan
pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar.

g. Fasilitator berarti guru hendaknya memberikan fasilitas atau kemudahan dalam


proses belajar mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan
belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa sehingga
interaksi belajar mengajar dapat berlangsung efektif.

h. Mediator berarti guru diartikan sebagai penengah atau pemberi jalan


untuk mengatasi kemacetan dalam kegiatan belajar mengajar siswa di
samping penyedia media sekaligus mengorganisasikan penggunaan
media.

i. Evaluator berarti guru berhak menilai prestasi akademik dan prilaku sosial
sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar. Evaluasi tidak
hanya sebatas ekstrinsik saja, tetapi juga menyentuh aspek intrinsik yang
diwujudkan dalam prilaku sehingga guru dalam menjatuhkan nilai akan lebih
berhati-hati.

B. Defenisi Pembelajaran Unggul

Adapun pengertian unggul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai kuat, dan sebagainya
daripada yang lain; terbaik; terutama. Sedangkan Keunggulan artinya keadaan unggul,
kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih daripada yang lain.

Secara definitive sekolah unggul merupakan alternatif dalam pendidikan yang


menekankan kepada kemandirian dan kreatif sekolah yang memfokuskan pada
perbaikan proses pendidikan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendefenisikan sekolah unggul sebagai


sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output)
pendidikannya, sehingga untuk mencapai keunggulan (high achievement) tersebut
maka masukan (input) misalnya guru dan tenaga pendidikan, menejemen, layanan

9
pendidikan, sarana penunjang serta program pendidikandiarahkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut.

Dimensi keunggulan sekolah unggul mengandung dua unsur utama, yaitu:

a. Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang lebih fungsional
dalam kehidupan peserta didik.

b. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan daya nalar,
kemampuan meningkatkan kualitas kepribadiaannya, kemampuan
mengembangkan potensi dan prestasi

Tim peneliti dari Seattle Public School, Washington (dalam Moedjiarto, 2001)
mendefinisikan sekolah unggul sebagai sekolah yang seluruh siswanya memenuhi
persyaratan berikut:

a. Menguasai (mastery) keterampilanketerampilan dasar.

b. Berusaha meraih prestasi akademik semaksimal mungkin (academic excellence)


pada semua mata pelajaran.

c. Menunjukan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis untuk mengetahui


apakah tujuan instruksional telah tercapai, dengan eveluasi terhadap belajar
siswa.

2. Konseptualisasi Sekolah Unggulan

Sekolah Unggulan dapat didefenisikan sebagai sekolah yang dikembangkan untuk


mencapai keunggulan yang dihasilkan (Out put/Outcome) dari pendidikan yang
dilaksanakan. Artinya sekolah unggul itu dikembangkan dan diproses sebagaimana
sekolah-sekolah konvensional lain yang telah berkembang selama ini dengan
memberikan tambahan perlakuan yang lebih kepada semua peserta didik. Sekolah
unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah (stake holder) bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan.

10
Secara konseptual sekolah unggul dikelompokkan menjadi dua konsep sekolah yaitu:

Pertama, sekolah unggulan parsial versus sekolah unggulan total. Untuk sekolah
unggulan parsial versus sekolah unggulan total adalah sekolah keunggulan pada
komponen-komponen tertentu.

Kedua, sekolah unggulan total adalah sekolah dengan keunggulan pada semua
komponen atau aspek, ada pandangan masyarakat pendidikan dan masyarakat umum
bahwa sekolah dapat dikatakan unggulan bilamana mampu menghasilkan lulusan
dengan nilai UAN atau transkip nilai yang tinggi melalui proses pembelajaran yang
baik. Dalam perspektif teoritik keunggulan tersebut dinamakan dengan keunggulan
mutio dimensional.

Sekolah unggul diselenggarakan karena ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu bagaimana meningkatkan


nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional, pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan
pembangunan berkelanjutan.

2. Untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap


terjadinya transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat agraris ke
masyarakat modern, menuju ke masyarakat industri yang menguasai teknologi
dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan sumber
daya manusia (SDM).

3. Persaingan global yang semakin ketat. yaitu bagaimana meningkatkan daya


saing Bangsa dalam menghasilkan karya-karya yang bermutu dan mampu
bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks).

4. Munculnya kolonialisme baru di bidang iptek dan ekonomi menggantikan


kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi berbentuk fisik,
melainkan dalam bentuk informasi. Ketergantungan Bangsa kita pada Bangsa
lain merupakan suatu bentuk kolonialisme baru yang menjadi semacam virtual
enemy yag telah masuk ke seluruh pelosok dunia ini. Semua tantangan ini
menuntut SDM Indonesia agar meningkatkan serta memperluas pengetahuan

11
dan wawasan keunggulan, keahlian yang profesional, ketrampilan dan
kualitasnya

3. Kriteria Sekolah Unggulan

Sebagaimana defenisi sekolah unggulan yang dijelaskan diatas, tujuan utama sekolah
unggulan adalah untuk mencapai keunggulan dalam out put pendidikannya,maka
sebagai tolok ukur keunggulan sebuah institusi pendidikan perlu dipaparkan beberapa
kriteria keunggulannya. Adapun beberapa kriteria dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan dan Kurikulum yang Berdiferensiasi

Untuk melayani kebutuhan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang


berdiferensiasi yaitu yang memberikan pengalaman pendidikan dengan disesuaikan
minat, bakat dan kemampuan intelektual siswa.

Kurikulum berdiferensiasi adalah sebuah sebuah kurikulum yang dirancang secara


khusus untuk melayani anak-anak berbakat unggul dengan program pendidikan yang
dipercepat, diperluas dan diperdalam yang memberi keleluasaan gerak pada anak
berbakat unggul untuk belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-
masing.

b. Pembelajaran Unggul

Pembelajaran Unggul (The Exellence Teaching) adalah proses belajar mengajar yang
kembangkan dalam rangka membelajarkan semua siswa berdasarkan tingkat
keunggulannya (individual differences) untuk menjadikannya beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi secara
mandiri namun dalam kebersamaan, mampu menghasilkan karya yang terbaik dalam
menghadapi persaigan pasar bebas (Bafadhal, 2003: 30).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran unggul hendaknya menggunakan strategi


pembelajaran yang paling optimal sesuai dengan karakteristik kondisional yang
tersedia untuk pembelajaran itu. Jadi keunggulan dalam suatu pembelajaran dilihat
dari ketepatan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi yang ada.

12
c. Kelas Unggulan

Kelas unggulan adalah sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol


dikelompokan dalam satu kelas khusus. Sistem pelaksanaan pembelajaranya dengan
menerapkan kurikulum plus ditambah pendalaman materi yang dapat menambaha
terhadap keilmuan siswa. Misalkan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan beberapa
ekstra kurikuler untuk mengembangkan minat, bakat dan kemampuan para siswa.
Pembelajaran unggul dikelas unggulan bertujuan :

a) mempersiapkan siswa yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sehat jasmani dan rohani.

b) memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata


normal untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan
potensi yang dimiliki siswa.

c) memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih cepat mentransfer ilmu


pengetahuan dan teknologi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
pembangunan.

d) memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi baik.

e) mempersiapkan lulusan kelas unggulan menjadi siswa yang unggul sesuai


dengan perkembangan mental siswa.

4. Unsur-Unsur Sekolah Unggulan

a. Kepemimpinan kepala sekolah yang professional.

Kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan dan pemahamana yang menonjol.


Dari beberapa peneltian, tidak didapati sekolah maju namun dengan kepala sekolah
yang bermutu rendah.

b. Guru-guru yang tangguh dan professional.

Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan langsung


dengan siswa. guru yang professional mampu mewujudkan harapan-harapan orang
tua dan kepal sekolah dalam kegiatan sehari-hari di dalam kelas.

13
c. Memiliki tujuan pencapaian filosofi yang jelas.

Tujuan filisofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan sekolah. Tidak
hanya itu, Visi dan Misi dapat dicerna dan dilaksanakan secara bersama oleh setiap
elemen sekolah.

d. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran.

Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan berbagai fasilitas
mewah, lingkungan tersebut bisa berada di manapun selama lingkungan tersebut
dapat memberikan dimensi pemahaman belajar secara menyeluruh bagi siswa.

e. Jaringan organisasi yang baik dan solid.

Baik itu organisasi guru, orang tua akan menambah wawasan dan kemampuan tiap
anggotanya untuk belajar dan berkembang, serta perlu adanya dialog antar organisasi
tersebut. Misalnya orang tua murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan
dari guru dan kenyataan yang dialami guru di kelas.

f. Kurikulum yang jelas.

Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik dimana


Diknasmembuat kurikulum dan dilaksanakan secara nasional. Dengan hanya memuat
20% muatan lokal menjadikan potensi daerah dan kemampuan mengajar guru dan
belajar siswa terpasung. Selain itu pola evaluasi yang juga sentralistik menjadikan
daerah semakin tenggelam dalam kekayaan potensi dan budayanya.

Sebaiknya kemampuan membuat dan mengembangkan kurikulum disesuaikan di tiap


daerah bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi materi yang akan diujikan
secara nasional. Sedang pada pelaksanaan pembelajaran diserahkan kepada daerah
dan tiap sekolah menyusun kurikulum dan target pencapaian pembelajaran sendiri.

Diharapkan akan muncul sekolah unggulan dari tiap daerah karena memiliki corak dan
pencapaian sesuai dengan potensinya. Seperti misalnya sekolah di Kalimantan
memiliki corak dan target pencapaian mampu mengolah hasil hutan dan tambang, juga
potensi seni dan budaya mampu dihasilkan sekolah-sekolah di Bali, dan juga lulusan
dari pulau Madura bisa mengolah garam yang berkualitas.

14
g. Evaluasi belajar yang baik.

Evaluasi yang baik adalah berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai. Bila kurikulum sudah tertata rapi
dan jelas, akan dapat teridentivikasi dan dapat terukur target pencapaian
pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan
kemampuan siswa.

h. Partisipasi orang tua murid.

Didalam sekolah unggulan selalu melibatkan orang tua dalam kegiatannya. Kontribusi
yang paling minimal sekali adalah memberikan pengawasan secara sukarela kepada
siswa pada saat istirahat. Pada proses yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses
penyusunan kurikulum sekolah sehingga orang tua memiliki tanggung jawab yang
sama di rumah dalam mendidik anak sesuai pada tujuan yang telah dirumuskan.
Sehingga terjalin sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan pola
pendidikan dirumah.

5. Potret Sekolah Unggulan

Sekolah unggulan yang lahir belakangan, tentu berdasar pada inovasi kekinian dan
sengaja dipersiapkan terhadap kebutuhan modernitas yang berkembang sangat
pesat. Sebagai salah satu alternatif pendidikan kontemporer, sekolah unggulan
berusaha menampilkan visi orientasi pendidikannya pada dataran realitas. Berbagai
kemungkinan masa depan yang bakal terjadi, pendidikan unggulan mencoba
menawarkan “nilai jual”, daripada “jual nilai” yang kehilangan realitasnya. Sekolah
unggulan tentu saja mengadopsi dari beberapa sistem pendidikan.

Sampai sekarang, sekolah unggulan masih tergolong langka dan tidak semua orang
dapat ‘menyentuh’ model sekolah itu. Sekolah unggulan mencoba tampil beda dari
yang lain. Sistem pendidikannya dikelola secara profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas yang memadahi. Dari gedung sekolah sampai tempat pemondokan disediakan
dengan sarana mewah. Alat-alat penunjang belajar tercukupi yang disediakan untuk
anak didik. Bahkan lingkungannya pun memilih pada dataran yang benar-benar alami
yang jauh dari polusi udara dan limbah.

15
C. Kebudayaan dan Pendidikan

Kebudayaan

Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan
menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku,
melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman
tradisional untuk memasuki zaman modern.

Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus
berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang
mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa
keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya
telah dapat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang
dikendalikan oleh manusia.

Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat,


kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
Kebudayaan adalah milik manusia yang membedakannya dari makhluk lainnya di
muka bumi ini. Hanya masyarakat manusialah yang punya kebudayaan.

Karakteristik kebudayaan

Karakteristik kebudayaan yang bersifat universal menurut Murdock, antara lain:

➢ Kebudayaan dipelajari dan bukan bersifat instingtif, karena itu kebudayaan tidak
dapat dicari asal usulnya dari gen atau kromosom
➢ Kebudayaan ditanamkan
➢ Kebudayaan bersifat sosial dan dimiliki bersama oleh manusia dalam berbagai
masyarakat yang terorganisir
➢ Kebudayaan bersifat gagasan
➢ Kebudayaan sampai pada satu tingkat memuaskan individu-individu,
memuaskan kebutuhan-kebutuhan biologis
➢ Kebudayaan bersifat integratif

16
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia

➢ Pelanjut keturunan dan pengasuhan anak, penjamin kelangsungan hidup


biologis dari kelompok sosial.
➢ Pengembangan kehidupan ekonomi, menghasilkan dan memakai benda-benda
ekonomi.
➢ Transmisi budaya, cara-cara mendidik dan membentuk generasi baru menjadi
orang-orang dewasa yang berbudaya.
➢ Keagamaan
➢ Pengendalian sosial
➢ Rekreasi

Dalam kehidupan nyata fungsi-fungsi ini dikerjakan oleh berbagai institusi budaya dan
institusi sosial. Institusi atau pranata adalah sistem aktivitas manusia yang
terorganisasi. Menurut Malinowski, institusi sebagai kelompok orang yang bersatu
untuk melaksanakan suatu aktifitas yang sederhana atau komplek.

Berbagai contoh institusi dalam suatu masyarakat, mislanya, institusi kekerabatan


(pelamaran, perkawinan, perceraian), institusi pendidikan (pengasuhan anak,
pendidikan dasar, menengah, tinggi), institusi ilmiah (metode ilmiah, penelitian).

Pendidikan membudayakan atau memasyarakatkan institusi-institusi guna kestabilan


dan kesinambungan masyarakat. Tetapi karena pendidikan juga dapat menagasah
kemampuan kritis generasi muda,maka pendidikan dapat pula menghasilkan orang-
orang yang berkemauan untuk merubah dan menciptakan institusi baru yang lebih
cocok dengan tuntutan zaman. Jadi pendidikan dapat berfungsi melestarikan institusi
sosial atau pendidikan dapat dijadikan wahana untuk mendorong pengembangan
institusi baru.

17
Unsur-unsur pendidikan dan kebudayaan

Unsur-unsur pendidikan, meliputi :

1. Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung


menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi
yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

➢ Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
➢ Individu yang sedang berkembang.
➢ Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
➢ Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungankeluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif
dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

18
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang
kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.

Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur


kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua
bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia.Ketujuh unsur kebudayaan tersebut
adalah :

1) Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya
untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu
antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik.
Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya,
menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara
simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung
pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia


secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-
ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan
beserta variasivariasi dari bahasa itu.

19
2) Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan
hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di
dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena
mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam
kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender
pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu
telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya.
Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan
sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk
menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau.
Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah
tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua
aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan
Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi
laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut.
Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau
letak gugusan bintang di langit.
3) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka
akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para
antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi
yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai
peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan
demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan
hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
4) Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian
mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau

20
sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem
ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
▪ berburu dan meramu
▪ beternak
▪ bercocok tanam di ladang
▪ menangkap ikan
▪ bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu
masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan
sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif
belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan
utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah
pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari
subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri,
seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari
pekerjaan.

5) Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada
adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi
daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab
lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi
suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang
dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.

21
6) Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi
mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang
dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau
artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan
etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah
pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu,
deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni
tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir,
seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental,
sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak
dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran
maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk,
dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Pendidikan

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.

Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictionary of Education bahwa pendidikan itu
mengandung pengertian:

➢ Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku


yang berlaku dalam masyarakatnya
➢ Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya.

Dalam masyarakat dewasa ini orang lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
persekolahan.pendidikan menurut Hansen merupakan sub bahagian dari enkulturasi

22
yaitu usaha yang disengaja atau bersifat sistematis untuk menyampaikan
keterampilan-keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berfikir dan bertingkah laku
yang dituntut harus dimiliki oleh para pelajar sebagai anggota baru.. sedangkan
persekolahan adalah pendidikan yang dilembagakan.

Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan

Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan,
menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-
persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.

Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang
dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan,
pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada
generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan
Langgulung. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali
huibugan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu
sama lainnya.

Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya
serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut.
Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan
dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya
akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada
generasi mudanya sebagai generasi penerus.

Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan.
Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program
pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk
kelembagaan pendidikan formal.

Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua


kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai
budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan

23
kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling
membutuhkan antara satu sama lainnya.

Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan


dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung
antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu
pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari
sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai
budaya.

Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan
potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk
berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian
meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.

Misalnya pendidikan sebagai transformasi budaya, Sebagai proses transformasi


budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi
ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan
budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan
telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang dikehendaki oleh
masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima
tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, bercocok tanam, dan seterusya.

Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke


generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok untuk
diteruskan misalnya nilai-nilia kejujuran, rasa tanggung jawab, dan yang lain-lain.

Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan


budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas meyiapkan peserta didik
untuk hari esok.

Implikasi kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia

Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui
sosialisasi sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu
menjadi satu dengan dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan

24
dalam kehidupan nyata. Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar,
1998:1). Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan.
Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung
antara satru sama lainnya.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki
masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya
dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan
karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di
masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan
kehidupan bangsa yang bermartabat.

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik
berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak
terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah
budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan
peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak
akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam
lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan
adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

25
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya
nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila
peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan
baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa.
Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan
cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan. Kecenderungan
itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan. Oleh karena itu
kebudayaan suatu bangsa wajib dipertahankan dan dikembangkan, sebab berfungsi
sebagai filter (counter culture) dan motor penggerak dalam meningkatkan kreatifitas
yang tinggi, ketahanan jati diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and culturation,


artinya pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya, ekonomi, teknologi
dan pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat mengembangkan sikap
hidup, cara bekerja yang tercermin dalam sistem kemasyarakatan sehingga mampu
menghadapi perkembangan yang ada tanpa membawa akibat destruktif terhadap
identitas bangsa sebagai subjek budaya. Dalam masyarakat modern proses
pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal yaitu melalui
pendidikan di sekolah. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal yang
nantinya menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap
akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Salah satu peran
kebudayaan dalam pendidikan di sekolah adalah membentuk kepribadian.

26
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide
gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
2. pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
3. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
dengan pendidikan sangat erat sekali keduanya saling berkesinambungan
dan tidak dapat dipisahkan karena saling dan membutuhkan antara satu
sama lainnya.
4. Dalam konteks, dapat dilihat hubungan antara pendidikan dan kebudayaan.
Kebudayaan akan terlestarikan dalam setiap ini tentunya hanya akan
mungkin terjadi bila para generasi mudanya sebagai generasi penerus.
5. Transfer nilai-nilai budaya atau cara yang paling efektif dalam mentrasnfer
nilai-nilai budaya adalah dengan cara proses pendidikan, karena keduanya
sangat erat hubungannya..

B. Saran

Adapun saran saya sebagai penyusun makalah ini yaitu:


1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya,
sepatutnya kita mempertahankan budaya lama yang baik sebagai warisan
kebudayaan luhur menjadi karakteristik bangsa kita.
2. kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan bangsa
untuk meraih kebudayaan dan peradaban yang cemerlang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bafadal Ibrahim Dr. Strategi Membangun Sekolah Unggulan di Era OTODA. 2002.
Echols M John. dan Shadily Hasan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: P.T
Gramedia, 1992.
Fattah,Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah.
Bandung: Bani Quraisy, 2004.
Maimun Agus, Agus Zainul Fitri. Madrasah Unggulan. Malang : UIN, Maliki
Press, 2010.
Moedjiarto. Sekolah Unngul. Surabaya : Duta Graha Pustaka, 2001.
Salim Peter dan Salim Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 1991.
Semiawan. Prespektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo, 1996.
Sidi Djati Indra. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.
Surtiah. Pengembangan Potensi Anak Didik di Madrasah. Malang: STAIN,
Makalah Pelatihan,1999.
Tim Penyusun. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Unggul. Jakarta: Depdikbud RI,
1993.

28

Anda mungkin juga menyukai