Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Ejournal Alma Ata University Yogyakarta

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis LITERASI Widha Nur Shanti


ISSN: 2085-0344 (Print)
ISSN: 2503-1864 (Online)
Journal homepage: www.ejournal.almaata.ac.id/literasi
Journal Email: literasi_stia@yahoo.com

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Problem Posing


Widha Nur Shanti
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Alma Ata Yogyakarta
Email: widhanurshanti@gmail.com

Dyahsih Alin Sholihah,


Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Alma Ata Yogyakarta

Adhetia Martyanti
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Alma Ata Yogyakarta

Abstract
This study aims to explain how the problem posing approach adopted in the study of
mathematics can develop students’ critical thinking skills. The method used in this research is
literature study (library research). The data in this study is a secondary data such as the results
of the research as scientific books, scientific journals, research reports, and other relevant
sources. Data analysis techniques in the study include three stages, namely organize, synthesize,
and identify.
These results showed that the problem posing approach to the stages of learning, among
others (1) create a situation of mathematics; (2) create a mathematical question; (3) solve math
problem; (4) to apply mathematics, has relevance to the indicators on critical thinking skills,
which include interpretation, analysis, evaluation, and decision. Overall, it was concluded
that the students’ critical thinking skills can be improved by the application of problem posing
approach in the learning process.

Keywords: critical thinking, problem posing

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pendekatan problem posing yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemamp[uan berpikir kritis
siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library research).
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa hasil-hasil penelitian seperti
buku-buku ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan sumber lain yang relevan. Teknik
analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu organize, synthesize, dan identify.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan problem posing dengan tahapan
pembelajaran, antara lain (1) membuat situasi matematika; (2) membuat pertanyaan matematika;
(3) menyelesaikan soal matematika; (4) mengaplikasikan matematika, memiliki relevansi dengan
indikator pada kemampuan berpikir kritis, yang meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, dan
keputusan. Secara keseluruhan, disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat
ditingkatkan dengan penerapan pendekatan problem posing dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: berpikir kritis, problem posing

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 49


Widha Nur Shanti Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

PENDAHULUAN dimungkinkan untuk dikembangkan melalui


Pada abad 21 ini, persaingan dalam pembelajaran matematika sebagaimana yang
berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang disebutkan dalam Permendiknas RI Nomor
pendidikan sangatlah ketat. Kita dihadapkan 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, yaitu
pada tuntutan akan pentingnya sumber daya bahwa mata pelajaran matematika perlu
manusia yang berkualitas serta mampu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
berkompetisi. Sumber daya manusia yang sekolah dasar untuk membekali peserta didik
berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
yang berkualitas dapat menjadi kekuatan sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
utama untuk mengatasi masalah-masalah yang bekerjasama3. Kompetensi tersebut diperlukan
dihadapi. Salah satu cara yang ditempuh adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
melalui peningkatan mutu pendidikan. Saat memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
ini peningkatan mutu pendidikan di Indonesia informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
khususnya peningkatan mutu pendidikan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
matematika masih terus diupayakan karena Salah satu tujuan utama dunia persekolahan
matematika merupakan salah satu cabang adalah meningkatkan kemampuan berpikir
ilmu yang memiliki banyak manfaat bagi kritis siswa, membuat keputusan rasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. tentang apa yang diperbuat atau apa yang
Hal ini disebabkan karena matematika diyakini4. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa
merupakan bahasa ilmu pengetahuan, mengajak dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan
manusia untuk berpikir logis, dan matematika diperlukan kemampuan berpikir kritis.
merupakan deduktif dalam sains1. Selanjutnya dikatakan bahwa berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan adalah kemampuan untuk membuat keputusan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang rasional tentang apa yang dilakukan dan apa
merupakan salah satu komponen dalam isu yang diyakini.
kecerdasan abad ke-21. Tantangan masa Fakta yang terjadi, kemampuan berpikir
depan menuntut pembelajaran harus lebih kritis siswa dalam pembelajaran matematika
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. masih rendah dan perlu dikembangkan.
Pada pembelajaran matematika diperlukan Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh
kemampuan berpikir kritis, agar siswa mampu informasi bahwa sebagian besar siswa
mengatasi permasalahan matematika yang mengalami masalah dalam hal rendahnya
materinya cenderung bersifat abstrak. Salah kemampuan berpikir kritis. Kebanyakan siswa
satu kelebihan seorang pemikir kritis adalah terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa
mampu untuk mengidentifikasi poin penting menghafal konsep, rumus, dan menyelesaikan
dalam suatu permasalahan, fokus dan mampu soal-soal secara matematis, tanpa dibarengi
observasi dengan teliti, toleran terhadap sudut pengembangan keterampilan berpikir kritis
pandang baru, mau mengakui kelebihan sudut terhadap suatu masalah yang mereka hadapi
pandang orang lain, dan memiliki kemampuan dalam kehidupan nyata 5 . Siswa sekolah
analisis yang dapat digunakan dalam berbagai
situasi2. Sikap pemikir kritis tersebut sangat 3
Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi
1
Sudradjat, Peranan matematika dalam (Jakarta: Kemdikbud, 2006)
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4
Nur, M. & Wikandari, Retno. Pengajaran
Prosiding Seminar Sehari The Power of Mathematics for Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivisme
all Aplications yang diselenggarakan oleh HIMATIKA dalam Pengajaran (Surabaya: Pusat Studi Matematika
UNISBA, tanggal 7 Januari 2008. (Bandung: Universitas dan IPA Sekolah Universitas Surabaya) hlm. 47
Islam Bandung) hlm. 5-6 5
Fachrurazi, Penerapan Pembelajaran Berbasis
2
Cottrell, S., Critical Thinking Skills, Developing Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Effective Analysis and Argument (New York: Palgrave Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Macmillan,2005) (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, 2011) hlm. 77

50 LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Widha Nur Shanti

menengah tidak mampu menyelesaikan dengan matematika); (3) solving mathematics problem
baik tugas-tugas yang menunjukkan kompetensi (menyelesaikan soal matematika); (4) appliying
berpikir kritis6. mathematics (mengaplikasikan matematika).
Sehubungan dengan rendahnya Tahapan-tahapan tersebut dimungkinkan
kemampuan berpikir kritis, kritikus Jacquelin dapat menumbuhkan kemampuan berpikir
dan Brooks mengungkapkan bahwa sedikit kritis siswa dalam belajar matematika. Dalam
sekolah yang mengajarkan siswanya berpikir kajian ini dikemukakan mengenai keterkaitan
kritis7. Guru masih senang mengajar dengan pola problem posing yang diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran konvensional dan sedikit sekali pembelajaran dan pengembangan kemampuan
melihat peluang-peluang untuk melakukan berpikir kritis siswa.
kegiatan yang lebih inovatif8. Pembelajaran
matematika di kelas bahwa pada umumnya guru METODE PENELITIAN
menjadi pusat pembelajaran pada hampir semua Metode yang digunakan dalam penelitian
aktivitas pembelajaran dengan memperlakukan ini merupakan penelitian studi kepustakaan
siswa sebagai kotak kosong yang perlu diisi9. (library research). Dalam penelitian ini
Keadaan yang demikian tidak kondusif untuk dikaji pengetahuan, gagasan, atau temuan
pengajaran matematika atau untuk proses yang terdapat di dalam literatur sehingga
pembelajaran. Keadaan ini mengisyaratkan memberikan informasi teoritis dan ilmiah terkait
bahwa pemilihan metode pembelajaran dengan penerapan pendekatan problem posing
merupakan hal yang sangat penting yang perlu dalam pembelajaran matematika. Data yang
diperhatikan untuk menumbuhkan kemampuan dikumpulkan dan dianalisis merupakan data
berpikir ktitis. sekunder yang berupa hasil-hasil penelitian
Problem posing merupakan inti penting seperti buku-buku ilmiah, jurnal ilmiah, laporan
dalam disiplin ilmu matematika dan dalam penelitian, dan sumber lain yang relevan
hakikat berpikir matematis10. Problem posing dengan penerapan pendekatan problem posing
adalah suatu pendekatan yang menuntut dalam pembelajaran guna mengembangkan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan kemampuan berpikir kritis siwa.
membuat penyelesaian yang diharapkan mampu Teknik analisis data dalam penelitian ini
mengembangkan kemampuan berpikir, terutama meliputi 3 tahapan, yaitu organize, synthesize,
keterampilan berpikir kritis. Pendekatan problem dan identify. Pada tahapan pertama yaitu
posing memiliki tahapan dalam pembelajaran, organize, penulis mengorganisasikan dan
yaitu (1) creating mathematics problem mereview literatur-literatur yang akan digunakan
(membuat situasi matematika); (2) posing agar relevan dengan permasalahan yang
mathematics problem (membuat pertanyaan diteliti. Pada tahapaan ini penulis melakukan
pencarian ide, tujuan, dan simpulan dari
6
NCTM, Principles and standars for school
beberapa literatur dimulai dari membaca
mathematics (Reston, VA: the National Council of abstrak, pendahuluan, metode serta pembahasan
Teachers of Mathematics, Inc., 2000) serta mengelompokkan literatur berdasarkan
7
Santrock, J. W., Life-Span Development, (3rd ed.) kategori-kategori tertentu. Kedua, synthesize
(New York: McGraw-Hill, 2007) yakni menyatukan hasil organisasi literatur
8
Hudoyo, Herman. Belajar Mengajar Matematika menjadi suatu ringkasan agar menjadi
(Jakarta: P2LPTK, 1988) hlm. 2
9
Fauzan, Ahmad. Applying Mathemathics
satu kesatuan yang padu, dengan mencari
Education (Rme) In Teaching Geometry In Indonesia keterkaitan antar literatur. Ketiga, identify yakni
Primary Schools. Tesis, (University of Twete: tidak mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam
dipublikasikan, 2002) hlm. 27 literatur. Isu kontroversi yang dimaksud adalah
10
Silver, E. A. & Cai, J. An analysis of arithmetic isu yang dianggap penting untuk dikupas atau
problem posing by middle school students. Journal for dianalisis, guna mendapatkan suatu tulisan yang
Research in Mathematics Education, 27 (5), 1996, hlm.
521-539
menarik dan terkini.

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 51


Widha Nur Shanti Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

PEMBAHASAN pendapat lain, kemampuan berpikir kritis sebagai


Kemampuan Berpikir Kritis kemampuan dalam mengingat, menganalisis,
Kemampuan berpikir kritis merupakan memahami, mengaplikasi, menyimpulkan,
kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam evaluasi dan sintesis16.
seluruh sistem pembelajaran saat ini. Tujuan Berpikir kritis adalah menjelaskan apa
menanamkan keterampilan berpikir kritis dalam yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis
pembelajaran matematika di kelas adalah untuk berarti: belajar bagaimana bertanya, kapan
memposisikan siswa bukan sebagai penerima bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana
informasi melainkan sebagai pengguna nalarnya, kapan menggunakan penalaran, dan
informasi11. Berpikir kritis menekankan pada metode penalaran apa yag dipakai. Seorang
pemikiran yang rasional dan reflektif sehingga siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila siswa
dapat mencapai proses pengambilan keputusan. tersebut mampu menguji pengalamannya,
Ini berarti ketika memecahkan suatu masalah mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan
perlu adanya pertimbangan yang masuk akal dan mempertimbangkan argumen sebelum
reflektif sehingga dapat mengambil keputusan mendapatkan justifikasi 17. Oleh sebab itu,
tentang apa solusi yang tepat dan benar guru dapat mempromosikan pemikiran kritis
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan melalui pertanyaan mereka; mendorong siswa
masalah tersebut12. Pendapat lain menyebutkan untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan;
bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan dan memungkinkan siswa untuk menemukan
mengambil keputusan secara rasional terhadap informasi dan membuat keputusan untuk
sesuatu yang dilakukan atau apa yang diyakini13. memecahkan masalah18.
Kemampuan berpikir kritis berdasarkan Berpikir kritis adalah proses pengujian atas
pendapat dari beberapa ahli yaitu sebagai klaim dan pendapat/argumen dan menentukan
kemampuan berpikir reflektif, keterampilan mana yang bermanfaat atau tidak. Siswa yang
menilai bukti suatu pernyataan, kemampuan mampu berpikir kritis dapat mengevaluasi
menerapkan konsep untuk contoh-contoh baru, pikirannya dan membandingkannya dengan
mengenal kesenjangan dalam pengetahuan, dan fakta atau pemikiran orang lain19. Selanjutnya,
menemukan kesalahan dalam suatu argumen14. dijelaskan tiga aktivitas dalam berpikir kritis
Selanjutnya Berpikir kritis berfokus pada yaitu (1) investigation (investigasi) yang terkait
pemikiran yang reflektif dan yang diarahkan dengan menemukan bukti atau suatu data yang
untuk menganalisis argumen tertentu, mengakui merupakan pertanyaan kunci dari masalah;
kesalahan dan bias, dan mencapai kesimpulan
berdasarkan bukti dan pertimbangan15. Menurut learning becoming on accomplished teacher. (Madison
Avenue: Routledge Taylor and Francis Group, 2010)
11
Peter, E.E., Critical thinking: Essence for hlm. 233
teaching mathematics and mathematics problem solving 16
Kuebli, J. E., Harvey, R. D., & Korn, J. H.,
skills. African Journal of Mathematics and Computer Critical thinking in critical course: principles and
Science Research, 5 (3), 2012, hlm. 39-43 applications. Dalam Dunn, D.S, Halonen, J.S., & Smith,
12
Ennis, R. H., Critical thinking disposition: their R.A (Ed). Teaching Critical Thinking in Psychology: A
nature and assessability. Informal Logic, 18 (2,3), 1996, Handbook of Best Practices. (Chichester: John Willey-
hlm. 165-182 Sons, Ltd., Publication, 2008) hlm. 142
13
Slavin, R.E., Educational psychology: theory 17
Fisher, R., Thinking Children to Think,
and practice (8 th ed.) (Boston: Pearson Education (Cheltenham: Stanley Thornes Ltd, 1995) hlm. 65
International, 2006) hlm. 269 18
Shriner, M., Critical thinking in higher
14
Carrol, D. W., Keniston, A. H., & Peden, B. education: an annotated bibliography. (http://www.
F., Integrating critical thinking with course content. insightjournal.net/Volume1/Critical%20 Thinking%20
Dalam Dunn, D.S, Halonen, J.S., & Smith, R.A (Ed). in%20Higher%20Education%20An%20Annotated%20
Teaching Critical Thinking in Psychology: A Handbook Bibliography.pdf, 2006) hlm. 60
of Best Practices. (Chichester: John Willey-Sons, Ltd., 19
Ruggerio, V. R., Beyond Feelings: A Guide to
Publication, 2008) hlm. 101 Critical Thinking (9th ed) (New York: McGraw-Hill,
15
Arends, R. I., & Klicher, A., Teaching for student 2012) hlm. 20

52 LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Widha Nur Shanti

(2) interpretation (interpretasi) berhubungan peserta didik mengembangkan keterampilan


dengan menafsirkan makna dari bukti secara berpikir kritis, yaitu: (1) guru harus berperan
masuk akal; (3) judgement (keputusan) sebagai pemandu siswa dalam menyusun
merupakan simpulan dari masalah20. pemikiran mereka sendiri; (2) menggunakan
Definisi lain dari berpikir kritis yaitu: (1) pertanyaan yang berbasis pemikiran; (3)
kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai bangkitkan rasa ingin tahu intelektual siswa.
informasi yang diperoleh dari banyak sumber Dorong siswa untuk bertanya, merenungkan,
yang berbeda, memproses informasi secara menyelidiki, dan meneliti; (4) libatkan siswa
kreatif dan logis, menganalisis, dan mencapai dalam perencanaan dan strategi; (5) beri siswa
kesimpulan yang dianggap dapat dipertahankan model peran pemikir yang positif dan kreatif;
dan dibenarkan; dan (2) analisis pemahaman (6) guru harus mampu menjadi model peran
seseorang tentang subjek dari pandangan pemikir yang positif bagi siswa24.
yang mungkin atau tidak mungkin positif ke Berpikir kritis dalam matematika dapat
orang yang bersangkutan21. Hal ini berkaitan diinterpretasikan dalam berbagai cara. Berpikir
dengan pemahaman masalah dan bagaimana kritis dalam matematika yaitu kemampuan
mengevaluasi masalah dalam berbagai situasi. dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi
menyatakan bah keterampilan berpikir kritis kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan,
yaitu: (1) memperjelas masalah, kesimpulan dan atau mengevaluasi situasi matematika yang kurang
keyakinan; (2) menganalisis atau mengevaluasi dikenal dalam cara yang reflektif25. Pendapat yang
argumen, interpretasi, keyakinan, atau teori; hampir serupa juga diungkapkan oleh Krulik dan
(3) mengevaluasi akurasi dari berbagai sumber Rudnick yaitu bahwa yang termasuk berpikir kritis
informasi; (4) membandingkan situasi analog, dalam matematika adalah berpikir yang menguji,
transfer pengetahuan untuk konteks baru; (5) mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi
menganalisis dan mengevaluasi tindakan atau setiap aspek yang ada dalam suatu masalah
kebijakan; dan (6) mengevaluasi perspektif, ataupun situasi tertentu26. Berpikir kritis tersebut
interpretasi, atau teori22. bisa muncul apabila dalam pembelajaran adanya
Terdapat beberapa elemen-elemen penting masalah yang menjadi memicu dan diikuti dengan
dalam berpikir kritis yang harus dipelajari oleh pertanyaan: Menyelesaikan soal itu dengan cara
siswa agar dapat memiliki kemampuan berpikir yang lain”, “Mengajukan pertanyaan bagaimana
kritis, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah; (2) jika”, “Apa yang salah”, dan “Apa yang akan
mengidentifikasi hubungan antara unsur-unsur; kamu lakukan” (Krulik dan Rudnick )27.
(3) menyimpulkan implikasi; (4) menyimpulkan Seseorang yang berpikir kritis akan selalu
motif; (5) menggabungkan unsur-unsur peka terhadap informasi atau situasi yang
independen untuk menciptakan pola-pola baru sedang dihadapinya, dan cenderung bereaksi
yang dibuat dari pemikiran (kreativitas); dan
(6) membuat interpretasi asli (kreativitas)23. 24
Santrock, J. W., Life-Span Development, (3rd ed.)
Beberapa pedoman bagi guru dalam membantu (New York: McGraw-Hill, 2007) hlm. 359
25
Glazer, E., Using internet primary sources to
20
Ruggerio, V. R. (2012). Beyond Feelings: A teach critical thinking skills in mathematics (London:
Guide to Critical Thinking (9th ed)……………… hlm. 24 Greenwood Press, 2001) hlm. 13
21
Moon, J., Critical Thinking. An Exploration of 26
Fachrurazi, Penerapan Pembelajaran Berbasis
Theory and Practice. (Madison Avenue: Routledge Taylor Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
& Francis Group, 2008) hlm. 21-22 Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
22
Gambrill, E., & Gibbs, L., Critical Thinking (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, 2011) hlm. 81
for Helping Professional (Madison Avenue: OXFORD 27
Sabandar, J., Berpikir Reflektif. Prosiding,
University Press, 2009) hlm. 15 Seminar Nasional Pendidikan Matematika yang
23
Orlich, D. C., et al., Teaching strategies: a guide diselenggarakan oleh FPMIPA UPI, tanggal 8 Desember
to effective instruction (Boston: Wadsworth,Cengage 2007, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
Learning, 2010) hlm. 287 2007) hlm 8-9

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 53


Widha Nur Shanti Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

terhadap situasi atau informasi tersebut28. Oleh pembelajaran yang melibatkan pembuatan
sebab itu, kemampuan berpikir kritis dalam formula dan soal ini kemudian diartikan sebagai
pembelajaran matematika dapat dikembangkan pendekatan problem posing. Problem posing
dengan cara menghadapkan siswa pada situasi merupakan suatu pendekatan yang menekankan
tertentu sehingga siswa mampu mengkonstruksi pada perumusan soal. Perumusan soal yang
pemikirannnya sendiri berdasarkan situasi dimaksudkan adalah perumusan soal oleh siswa
tersebut. atas bimbingan guru untuk menyelesaikan soal
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang lebih sulit30.
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir Pendekatan problem posing merupakan
kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat suatu metode pembelajaran yang menekankan
tinggi yang terdiri dari elemen penting seperti siswa mengajukan pertanyaan sendiri atau
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, merumuskan ulang soal menjadi pertanyaan-
serta membuat suatu keputusan untuk pertanyaan sederhana yang lebih sederhana
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut
matematika, kemampuan berpikir kritis dan dapat dikuasai siswa. Problem posing
matematis berkenaan dengan pemecahan mengarah pada pembuatan masalah baru dan
masalah matematika yang melibatkan perumusan ulang masalah yang diberikan31. Jadi
pengetahuan, penalaran, dan pembuktian. pembuatan soal bisa merupakan soal baru yang
Dari pengertian di atas, dapat ditarik mengacu pada situasi yang diberikan maupun
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis perumusan ulang soal dari permasalahan
mencakup beberapa indikator antara lain: (1) yang telah ada. Sejalan dengan hal tersebut,
interpretasi yaitu kemampuan memahami atau pendapat lain menyatakan bahwa bahwa
mengungkapkan makna dari data atau situasi problem posing adalah pembuatan masalah
yang disajikan dalam sebuah permasalahan baru atau pembongkaran (perumusan) kembali
matematika; (2) analisis yaitu kemampuan terhadap masalah yang sudah ada32. Pendekatan
mengidentifikasi hubungan antara data yang pembelajaran ini mengarahkan pada siswa
diberikan dan menalar argumen yang diberikan; untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
(3) evaluasi yaitu kemampuan menemukan Dalam hal ini, problem posing merupakan salah
dan membuktikan kesalahan dalam sebuah satu pendekatan pembelajaran yang menuntut
permasalahan matematika; (4) keputusan yaitu adanya keaktifan siswa baik mental maupun
kemampuan membuat kesimpulan dari suatu fisik.
permasalahan matematika. Problem posing merupakan tugas guru
untuk mendesain kebutuhan siswa dalam
Problem Posing membuat satu atau lebih masalah33. Artinya,
Dalam pembelajaran, siswa seharusnya 30
Haji, S., Pendekatan problem posing dalam
diberikan kesempatan untuk memecahkan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Jurnal
masalah matematika dengan menggunakan Kependidikan Triadik, 2011, 14 (1), 55-63, hlm 58
berbagai macam strategi dan untuk 31
Silver, E. A., et al., Posing mathematical
memformulasikan dan membuat soal sendiri problems: an exploratory study. Journal for Research in
dari situasi yang diberikan 29. Pendekatan Mathematics Education, 1996, 27 (3), 293-309. hlm. 294
32
Zakaria, E. & Ngah, N., A preliminary analysis
of students’ problem-posing ability and its relationship
28
Sabandar, J., Berpikir Reflektif. ………... hlm 5 to attitudes towards problem solving. Research Journal
29
Yuan, X. & Sriraman, B., The elements of of Applied Sciences, Engineering and Technology, 2011,
creativity and giftedness in mathematics. Dalam B. 3 (9), 866-870, hlm. 866
Sriraman & K. H. Lee (Ed.). An Exploratory Study 33
Lin, P., Supporting teachers on designing
of Relationships between Students’ Creativity and problem-posing tasks as a tool of assesment to understand
Mathematical Problem-Posing Abilities: Comparing student’s mathematical learning. Prosiding, The 28th
Chinese and U.S Students (AW Rotterdam: Sense Conference of the International Group for the Psychology
Publishers, 2011) hlm. 6 of Mathematics Education yang diselenggarakan oleh

54 LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Widha Nur Shanti

suatu pendekatan pembelajaran disebut sebagai posing situation (situasi terstruktur). Situasi
pendekatan problem posing jika melibatkan bebas diartikan sebagai siswa membuat soal
proses pembuatan masalah oleh siswa. Masalah tanpa ada ada batasan aturan dalam membuat
yang dimaksudkan dalam hal ini adalah soal soal. Situasi semi terstruktur diartikan sebagai
matematika. Pengajuan soal matematika siswa membuat soal yang sejenis dengan
terdiri atas dua aspek penting, yaitu accepting masalah/situasi yang diberikan guru atau siswa
(menerima) dan challenging (menantang). membuat soal berdasarkan atas gambar dan
Accepting berkaitan dengan siswa menerima diagram yang diberikan guru. Situasi problem
situasi yang diberikan guru dan berkaitan posing terstruktur diartikan sebagai siswa
dengan kemampuan mereka dalam memahami membuat soal dengan mereformulasikan soal
situasi yang diberikan tersebut. Challenging yang telah diselesaikan atau dengan mengubah
berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa kondisi atau pertanyaan dari soal yang diberikan
tertantang dari situasi yang diberikan sehingga tersebut37.
melahirkan kemampuan untuk membuat soal34. Pada pendekatan problem posing, siswa
Problem posing dimulai dengan pelajar dianjurkan untuk melewati tiga tingkatan
mengalami diri sebagai orang yang berpengetahuan pembelajaran. Pada tingkatan pertama, siswa
dengan ”(1) writing (menulis), (2) critically diminta untuk membuat atribut atau sifat yang
examining the knowledge in a field (memeriksa termuat dari masalah yang sedang dihadapi.
secara kritis pengetahuan di lapangan), (3) Pada tingkatan kedua, mereka seharusnya
identifying the individual aspect and social contex mengisyaratkan pertanyaan “Bagaimanakah
of a problem (mengidentifikasi aspek individu jika tidak?” dan kemudian menentukan alternatif
dan masalah konteks sosial), and (4) identifying sifat yang lain. Tingkatan yang ketiga adalah
possible collective actions (mengidentifikasi menanyakan pertanyaan baru, yang diinspirasi
tindakan-tindakan kolektif)”35. oleh alternatif sifat yang lain tersebut38.
Problem posing secara umum terdiri atas Langkah-langkah pendekatan problem
tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda yaitu: posing, yaitu sebagai berikut:
(1) presolution posing, dimana seorang siswa 1. Choosing a starting point (memilih titik
membuat soal dari situasi yang disediakan; (2) awal). Pada langkah ini, guru menyajikan
within-solution posing, dimana seorang siswa situasi tertentu kepada siswa. Situasi bisa
merumuskan ulang soal seperti yang telah berupa gambar, teorema, soal, dan lain
diselesaikan; (3) postsolution posing, dimana sebagainya.
seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi 2. Listing attributes (mendaftar sifat-sifat).
soal yang sudah diselesaikan untuk membuat Pada langkah ini, siswa diminta untuk
soal baru36. mendaftar sifat-sifat yang dimiliki oleh
Kondisi problem posing diklasifikasikan situasi tersebut. Mendaftar sebanyak
menjadi tiga tipe yaitu: (1) free-situation (situasi mungkin sifat, itulah yang diharapkan pada
bebas); (2) semi-structured situation (situasi langkah ini.
semi terstruktur); dan (3) structured problem-

PME, tanggal 14-18 Juli 2004, (Bergen: PME, 2004) 37


Pittalis, M., et al., A structural model for
hlm. 257 problem posing. Prosiding, The 28th Conference of the
34
Brown, S. I. & Walter, M. I., The art of problem International Group for the Psychology of Mathematics
posing (3rd ed). (Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates, Education yang diselenggarakan oleh PME, tanggal 14-
Publishers, 2005) hlm. 12 18 Juli 2004, Bergen: PME. hlm. 50-51
35
Boyce, M. E., Teaching critically as an act of 38
Lavy, I. & Shriki, A. Problem posing as a
praxis and resistance. (http://www.nap.edu.com, 2007) means for developing mathematical knowledge of
hlm. 7 prospective teachers. Prosiding, The 31st Conference
36
Silver, E. A. & Cai, J. An analysis of arithmetic of the International Group for the Psychology of
problem posing by middle school students ………. hlm. Mathematics Education yang diselenggarakan oleh PME,
523 tanggal 8-13 Juli 2007. (Seoul: PME, 2007) hlm. 130

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 55


Widha Nur Shanti Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

3. What-if-not-ing (pertanyaan “bagaimanakah siswa membuat soal, siswa kemudian


jika tidak?”). Pada langkah ini, guru meminta berusaha untuk menyelesaikan soal tersebut.
siswa untuk membuat pertanyaan mengenai 4. Applying mathematics (mengaplikasikan
sifat-sifat yang telah mereka daftar. matematika). Tahapan ini diartikan sebagai
Pertanyaan tersebut berupa ‘bagaimanakah siswa berusaha menerapkan konsep
yang terjadi jika tidak sifat tersebut?’Pada matematika yang telah mereka pelajari.
langkah ini, siswa membuat daftar sifat lain Pemberian latihan-latihan soal atau masalah
yang merupakan jawaban atas pertanyaan baru pada siswa merupakan output pada
tersebut. tahapan ini40.
4. Question asking or problem posing Dalam artikel ini, pembelajaran dengan
(membuat pertanyaan atau problem posing). menggunakan pendekatan problem posing
Pada langkah ini, guru meminta siswa untuk yang dimaksud adalah pendekatan dengan
membuat pertanyaan terkait jawaban atas tahapan pembelajaran seperti yang meliputi:
pertanyaan ‘bagaimanakah jika tidak?’ (1) membuat situasi matematika; (2) membuat
Membuat sebanyak mungkin pertanyaan pertanyaan matematika; (3) menyelesaikan soal
merupakan tujuan pada langkah ini. matematika; (4) mengaplikasikan matematika.
5. Analyzing the problem (menganalisis
masalah). Pada langkah ini, siswa diminta Hubungan Problem Posing dengan
untuk menganalisis masalah. Setelah Kemampuan Berpikir Kritis
menganalisisnya kemudian mereka Pembelajaran dengan menggunakan
memecahkannya39. pendekatan problem posing meliputi tahapan:
(1) membuat situasi matematika; (2) membuat
Pendekatan problem posing memiliki pertanyaan matematika; (3) menyelesaikan soal
empat tahapan utama dalam pembelajaran, matematika; (4) mengaplikasikan matematika.
yaitu: Proses pembelajaran matematika menggunakan
1. Creating mathematics situation (membuat pendekatan ini memiliki relevansi dengan
situasi matematika). Hal ini diartikan indikator pada kemampuan berpikir kritis,
sebagai pemberian situasi yang terkait yang meliputi interpretasi, analisis, evaluasi,
dengan matematika oleh guru kepada siswa. dan keputusan.
Hal ini juga disebutkan merupakan prasyarat Pada tahapan pertama yaitu pemberian
berkaitan dengan pendekatan problem situasi yang terkait dengan materi matematika,
posing. siswa dituntut untuk menggali informasi
2. Posing mathematics problem (membuat dari situasi yang diberikan. Siswa diminta
pertanyaan matematika). Setelah situasi untuk mendaftar sifat-sifat ataupun informasi
matematika diterima oleh siswa, siswa yang terdapat pada situasi tersebut. Pada
kemudian mencoba untuk membuat saat itu, siswa akan dapat memahami atau
pertanyaan terkait dengan situasi yang mengungkapkan makna dari data atau situasi
diberikan tersebut. Hal ini juga disebutkan yang disajikan dalam sebuah permasalahan
sebagai bagian inti berkaitan dengan matematika (interpretasi). Tahapan kedua yaitu
pendekatan problem posing. Ada hal penting siswa membuat pertanyaan matematika terkait
yang harus diingat dalam tahapan ini, dengan situasi yang diberikan. Pada proses ini
pertanyaan yang dibuat haruslah pertanyaan siswa dapat mengidentifikasi hubungan antara
matematika yang memiliki solusi atau data yang diberikan dan menalar argumen yang
penyelesaian. diberikan menggunakan sifat-sifat ataupun
3. S o l v i n g m a t h e m a t i c s p r o b l e m
(menyelesaikan soal matematika). Setelah 40
Xia, X., Lu, C., & Wang, B., Research on
mathematics instruction experiment based problem
Brown, S. I. & Walter, M. I., The art of problem
39
posing. Journal of Mathematics Education, 2008, 1 (1),
posing (3rd ed)………………….hlm. 64 153-163, hlm. 155

56 LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Widha Nur Shanti

informasi yang ditemukan dalam situasi yang merupakan salah satu komponen dalam isu
diberikan (analisis). Selanjutnya pada tahapan kecerdasan abad ke-21. Kemampuan berpikir
ketiga yaitu menyelesaikan soal matematika, kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat
siswa diminta mencari penyelesaian dari tinggi yang terdiri dari elemen penting seperti
pertanyaan yang mereka buat. Siswa juga menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
dapat bertukar pertanyaan dengan siswa lain serta membuat suatu keputusan untuk
kemudian mencari solusi dari soal tersebut. memecahkan masalah. Dalam pembelajaran
Pada saat itu, siswa dapat melakukan crosscheck matematika, kemampuan berpikir kritis
tentang informasi yang telah mereka peroleh matematis berkenaan dengan pemecahan
dari proses sebelumnya. Selain itu siswa dapat masalah matematika yang melibatkan
menemukan dan membuktikan kesalahan pengetahuan, penalaran, dan pembuktian.
dalam sebuah permasalahan matematika Menumbuhkan kemampuan berpikir
(evaluasi), baik yang berasal dari pertanyaan kritis siswa dalam belajar matematika dapat
yang mereka buat maupun pertanyaan yang diwujudkan melalui proses pembelajaran
mereka peroleh dari siswa lain. Tahapan terakhir yang menerapkan prinsip pembelajaran
yaitu mengaplikasikan matematika, dimana abad ke-21 dimana siswa terlibat secara
siswa dituntut untuk menerapkan konsep aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
matematika yang telah mereka temukan. Pada Pendekatan problem posing sangat mendukung
tahapan ini siswa membuat kesimpulan dari terlaksananya prinsip pembelajaran tersebut
suatu permasalahan matematika, yang dapat melalui tahapan pembelajaran, antara lain (1)
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan membuat situasi matematika; (2) membuat
yang lain (keputusan). pertanyaan matematika; (3) menyelesaikan soal
Keterkaitan antara pendekatan problem matematika; (4) mengaplikasikan matematika.
posing dan kemampuan berpikir kritis juga Proses pembelajaran matematika menggunakan
diungkapkan dalam hasil penelitian yang keempat tahapan tersebut memiliki relevansi
menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan dengan indikator pada kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis matematik kritis, yang meliputi interpretasi, analisis,
yang signifikan pada siswa yang mengikuti evaluasi, dan keputusan. Secara keseluruhan,
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
problem posing41. Hal yang serupa diungkapkan siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan
pula dalam penelitian yang menyimpulkan pendekatan problem posing dalam proses
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis pembelajaran.
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan problem posing secara DAFTAR PUSTAKA
signifikan lebih baik daripada siswa yang Arends, R. I., & Klicher, A., 2010. Teaching for
memperoleh pembelajaran konvensional42. student learning becoming on accomplished
teacher. Madison Avenue: Routledge Taylor
KESIMPULAN and Francis Group.
Kemampuan berpikir kritis merupakan Boyce, M. E., 2007. Teaching critically as an
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang act of praxis and resistance. Diakses tanggal
8 Desember 2012, dari http://www.nap.edu.
41
Lambertus, Anggo, M., & Suddin, S. (2014).
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
com.
Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Problem Brown, S. I. & Walter, M. I., 2005. The art of
Posing. Jurnal Pendidikan Matematika, 2014, 5 (1), problem posing (3rd ed). Mahwah: Lawrence
89-98, hlm. 97 Erlbaum Associates, Publishers.
42
Mahmuzah, R., Peningkatan Kemampuan Carrol, D. W., Keniston, A. H., & Peden, B.
Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP F., 2008. Integrating critical thinking with
dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing.
Jurnal Didaktik Matematika, 2014, 2 (1), 43-53, hlm. 51
course content. Dalam Dunn, D.S, Halonen,

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 57


Widha Nur Shanti Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

J.S., & Smith, R.A (Ed). Teaching Critical Pendekatan Pembelajaran Problem Posing.
Thinking in Psychology: A Handbook of Best Jurnal Pendidikan Matematika, 5 (1), 89-98.
Practices. Chichester: John Willey-Sons, Lavy, I. & Shriki, A., 2007. Problem posing
Ltd., Publication. as a means for developing mathematical
Cottrell, S., 2005. Critical Thinking Skills, knowledge of prospective teachers. Prosiding,
Developing Effective Analysis and Argument. The 31st Conference of the International
New York: Palgrave Macmillan. Group for the Psychology of Mathematics
Ennis, R. H., 1996. Critical thinking disposition: Education yang diselenggarakan oleh PME,
their nature and assessability. Informal tanggal 8-13 Juli 2007. Seoul: PME
Logic, 18 (2,3), 165-182. Lin, P., 2004. Supporting teachers on designing
Fachrurazi., 2011. Penerapan Pembelajaran problem-posing tasks as a tool of assesment
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan to understand student’s mathematical
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi learning. Prosiding, The 28th Conference
Matematis Siswa Sekolah Dasar. Diakses of the International Group for the
tanggal 7 April 2014, dari http://jurnal.upi. Psychology of Mathematics Education yang
edu/file/8-Fachrurazi.pdf. diselenggarakan oleh PME, tanggal 14-18
Fauzan, Ahmad., 2002. Applying Mathemathics Juli 2004, Bergen: PME.
Education (Rme) In Teaching Geometry Mahmuzah, R., 2014. Peningkatan Kemampuan
In Indonesia Primary Schools. Tesis, tidak Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis
dipublikasikan. University of Twete Siswa SMP dengan Menggunakan
Fisher, R., 1995. Thinking Children to Think, Pendekatan Problem Posing. Jurnal Didaktik
Cheltenham: Stanley Thornes Ltd. Matematika, 2 (1), 43-53
Gambrill, E., & Gibbs, L., 2009. Critical Moon, J., 2008. Critical Thinking. An Exploration
Thinking for Helping Professional. Madison of Theory and Practice. Madison Avenue:
Avenue: OXFORD University Press. Routledge Taylor & Francis Group.
Glazer, E., 2001. Using internet primary NCTM., 2000. Principles and standars for school
sources to teach critical thinking skills in mathematics. Reston, VA: the National
mathematics. London: Greenwood Press. Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Haji, S., 2011. Pendekatan problem posing Nur, M. & Wikandari, Retno., 2000. Pengajaran
dalam pembelajaran matematika di sekolah Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan
dasar. Jurnal Kependidikan Triadik, 14 (1), Kontruktivisme dalam Pengajaran.
55-63. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA
Hudoyo, Herman., 1988. Belajar Mengajar Sekolah Universitas Surabaya.
Matematika. Jakarta: P2LPTK. Orlich, D. C., et al., 2010. Teaching strategies:
Kemendikbud., 2006. Peraturan Menteri a guide to effective instruction. Boston:
Pendidikan Nasional Nomor 22, Tahun 2006, Wadsworth,Cengage Learning.
tentang Standar Isi. Jakarta: Kemdikbud. Peter, E.E., 2012. Critical thinking: Essence
Kuebli, J. E., Harvey, R. D., & Korn, J. H., for teaching mathematics and mathematics
2008. Critical thinking in critical course: problem solving skills. African Journal
principles and applications. Dalam Dunn, of Mathematics and Computer Science
D.S, Halonen, J.S., & Smith, R.A (Ed). Research, 5 (3), 39-43.
Teaching Critical Thinking in Psychology: Pittalis, M., et al., 2004. A structural model
A Handbook of Best Practices. Chichester: for problem posing. Prosiding, The 28th
John Willey-Sons, Ltd., Publication. Conference of the International Group for
Lambertus, Anggo, M., & Suddin, S., 2014. the Psychology of Mathematics Education
Mengembangkan Kemampuan Berpikir yang diselenggarakan oleh PME, tanggal
Kritis Matematik Siswa SMP Melalui 14-18 Juli 2004, Bergen: PME.

58 LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Widha Nur Shanti

Ruggerio, V. R., 2012. Beyond Feelings: A Guide Sudradjat, 2008. Peranan matematika dalam
to Critical Thinking (9 th ed). New York: perkembangan ilmu pengetahuan dan
McGraw-Hill. teknologi. Prosiding Seminar Sehari The
Sabandar, J., 2007. Berpikir Reflektif. Power of Mathematics for all Aplications
Prosiding, Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan oleh HIMATIKA
Matematika yang diselenggarakan oleh UNISBA, tanggal 7 Januari 2008.
FPMIPA UPI, tanggal 8 Desember 2007, Bandung: Universitas Islam Bandung.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Januari
Santrock, J. W., 2007. Life-Span Development, (3rd Xia, X., Lu, C., & Wang, B., 2008. Research
ed.). New York: McGraw-Hill. on mathematics instruction experiment
Shriner, M., 2006. Critical thinking in higher based problem posing. Journal of
education: an annotated bibliography. Diakses Mathematics Education, 1 (1), 153-163.
tanggal 10 Desember 2012, dari http://www. Yuan, X. & Sriraman, B., 2011. The
insightjournal.net/Volume1/Critical%20 elements of creativity and giftedness
Thinking%20in%20Higher%20Education%20 in mathematics. Dalam B. Sriraman &
An%20Annotated%20Bibliography.pdf K. H. Lee (Ed.). An Exploratory Study
Silver, E. A. & Cai, J., 1996. An analysis of of Relationships between Students’
arithmetic problem posing by middle school Creativity and Mathematical Problem-
students. Journal for Research in Mathematics Posing Abilities: Comparing Chinese
Education, 27 (5), 521-539. and U.S Students. AW Rotterdam: Sense
Silver, E. A., et al., 1996. Posing mathematical Publishers.
problems: an exploratory study. Journal for Zakaria, E. & Ngah, N., 2011. A preliminary
Research in Mathematics Education, 27 (3), analysis of students’ problem-posing
293-309. ability and its relationship to attitudes
Slavin, R.E., 2006. Educational psychology: towards problem solving. Research
theory and practice (8th ed.). Boston: Pearson Journal of Applied Sciences, Engineering
Education International. and Technology, 3 (9), 866-870.

LITERASI, Volume VIII, No. 1 2017 59

Anda mungkin juga menyukai