Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 2
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang diberikan-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ishaq
Matondang, S.Psi., M.Si. Selaku dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini.
Kami berharap semoga makalah ini sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan
juga dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya. Kami juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun agar kami dapat menyelesaikan tugas berikutnya dengan lebih
bagus lagi.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
penerus bangsa yang menjadi manusia dapat melakukan (to do), menjadi pribadi yang
baik (to be), dan mampu hidup bermasyarakat (to life together).
vi
aktivitas anak (murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak
memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama menurut
pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas
yang memungkinkan anak belajar. Cara pandang ini berada satu titik vertikal
dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi yang berlawanan, cara pandang
teacher centered menekankan pusat kegiatan pembelajaran berada pada
aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi pembelajaran.
Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi oleh keaktivitan
guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara pandang ini
berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris.
3. Pendekatan Discovery vs Pendekatan Ekspositori
Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan.
Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan
pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru.
Melalui cara pandang ini, guru akan berusaha memikirkan bagaimana
menciptakan situasi belajar mengajar dengan ragam komponennya agar anak
didik mau dan bisa mencari serta menemukan sendiri berbagai aspek
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Pendekatan ini berada dalam satu
titik vertikal dengan pedosentris dan child centered. Adapun pendekatan
ekspositori lebih mamandang aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan guru
melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai.
4. Pendekatan Proses vs Pendekatan Hasil
Pendekatan proses dalam pembelajaran mengisyaratkan bahwa kegiatan
pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai proses
pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan oleh
anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil
vii
belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam
belajar.
5. Pendekatan Kongkrit vs Pendekatan Abstrak
Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran
yang lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses
yang kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama
menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak
merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan
pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan tertentu.
viii
tahap terdapat maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi (selalu
curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal
melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh maladaption/maladaptif
dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi
dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi serta
ritualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan.
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan
initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan,
dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa
kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya
dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia
memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat.
ix
apa saja yang diminati anak.
Jika anak membuat kesalahan
atau berselisih dengan teman
sebayanya, maka damaikan
dengan cara yang tidak
berpihak.
Berikan reward pada anak
yang sudah berusaha untuk
inisiatif membantu guru atau
pun teman sebayanya. Reward
bisa berupa pujian dan
mungkin token hadiah.
2. Pendekatan Behaviorisme
Teori belajar conditioning (teori belajar behaviorisme) merupakan suatu
teori yang menyatakan bahwa beberapa proses belajar dapat terjadi dalam
kondisi tertentu yaitu adanya stimulasi (rangsang) yang menimbulkan respon
(reaksi). Jadi, belajar terjadi karna adanya asosiasi antara S (Stimulus) dan R
(Respon). Teori ini disebut juga dengan teori stimulus-respon yang disingkat
dengar SR (Yuliani Nurani, 2004 : 29).
Teori ini berkembang melalui beberapa tokoh ternama seperti Edward L.
Thorndike, Ivan Pavlov, dan B. F. Skinner. Ketiga pakar ini sepakat bahwa
teori behaviorisme yaitu belajar adalah perubahan tingkah laku lahir saja,
bukan disebabkan dari faktor-faktor dari dalam, misalnya seseorang merasa
sedih maka menangis. Oleh karna itu, behaviorisme juga sering disebut
dengan ilmu jiwa tanpa jiwa karna tidak terjadi proses jiwa. Teori ini dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Instrumental conditioning
2. Classical conditioning atau stimulus type theories
3. Operant conditioning yaitu stimulus respon type theories
x
Adapun menurut Martini Jamaris (2010:164) tujuan pembelajaran menurut
behaviorisme adalah behavioral learning ourcome dinyatakan secara spesifik,
seperti berikut ini:
A = Audience, ialah siswa
B = Behavior, ialah perilaku atau kompetensi yang perlu ditampilkan
setelah proses belajar dilakukan, seperti “menjawab dengan benar”
C = Condition, setelah menyelesaikan unit pelajaran yang dievaluasi
diakhir proses pembelajaran
D = Degree, yaitu pencapaian hasil belajar, misalnya 90%
3. Pendekatan Humanisme
Tokohnya adalah Carl Rogers dan Abraham maslow. Belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang melibatkan individu sebagai manusia
seutuhnya, melalui konsep diri (self concept).
Konsep diri (self concept) yaitu :
a. Merupakan gambaran umum tentang seseorang mengenai dirinya.
b. Bersifat multi jaces yaitu bermakna banyak karena manusia
mempunyai pribadi yang berbeda-beda.
c. Manusia dapat mengalam perubahan seharian maka besok tidak, maka
sekarang rajin, maka besok tidak.
d. Bersifat development artinya manusia mempunyai sifat berkembang
seharian, maka besok lebih suka, sekarang maupun besok lebih mapan
lagi.
xi
e. Belajar mengandung evaluasi diri karena belajar dapat mengevaluasi
diri, introspek diri.
f. Belajar timbul dari dalam diri sendiri atau Von Kinds Aus (Friedrich
Frobel).
Implikasi teori humanistik adalah:
a. Pendekatan adalah self actualization artinya sebagai wujud diri.
b. Learner centered artinya belajar berpusat pada siapa yang belajar.
c. Pendidikan instrinsik artinya belajar timbul dari dalam diri sendiri.
d. Guru berperan sebagai fasilitator yang menyiapkan situasi kondisi yang
dibutuhkan.
e. Guru menyumbangkan daya kuativitas rupa yang kreativitas peserta didik
berkembang sendiri atas dasar inisiatif sendiri.
f. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah partisipasi yaitu peserta ikut
aktif dalam proses pembelajaran.
g. Mandiri yaitu belajar sendiri dan evaluasi diri (introspeksi).
4. Pendekatan Konstruktivisme
Makna dari konstruktif adalah sesuatu yang dapat dibangun. Maksud dari
”sesuatu yang dapat dibangun” itu adalah pengetahuan. Menurut Shapiro
(1994), pengetahuan adalah konstruksi pikiran manusia. Pengetahuan adalah
suatu kerangka untuk mengerti bagaimana seseorang mengorganisasikan
pengalaman dan apa yang mereka percayai sebagai realitas (Paul Suparno,
1997 : 28). Maka dapat juga dimaknai bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan akibat dari suatu pembentukan (konstruksi) kognitifnya
melalui aktifitasnya dan interaksi edukatif yang dilakukan dalam keadaan
sadar.
Untuk menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan ada tiga
pembelajaran yang jika dilakukan oleh para pendidik dengan cara yang benar,
maka sudah pasti pendidik tersebut telah melakukan konstruksi pengetahuan
pada anak didiknya.
xii
ada tiga pola pembelajaran yang arah tujuannya ialah kontruktivisme, yaitu:
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dikatakan sebagai salah
satu pendekatan konstruktivisme berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka dapat
berbicara satu sama lain tentang soal tersebut (Robert E Slavin, 2011 : 6).
Penekanan pola pembelajaran kooperatif adalah dengan adanya kelompok
belajar.
Dalam pelaksanaannya, menurut Wina Sanjaya (2007:239) model
pembelajaran kooperatif ada empat unsur penting, yaitu:
(1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan kelompok;
(3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
(4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Contoh kegiatan pembelajarannya:
Anak dapat mengerjakan tugas permainannya dengan berkelompok,
misal dalam kegiatan motorik halus, guru dapat membagi anak
menjadi beberapa kelompok untuk membuat kreasi dari bubur kertas.
Anak TK biasanya juga sudah bisa mengatur dan membagi tugas
dengan teman sebayanya untuk saling bekerjasama menyelesaikan
kegiatan bermain mereka.
Ketika kegiatan gardening, dalam kegiatan sentra sains, dimana guru
dapat mengarahkan anak-anak menyiram tanaman di kebun sekolah
secara berkelompok. Pemberian tugas menyiram tanaman secara
berkelompok ini akan membuat anak memiliki tanggung jawab dan
xiii
adanya pembagian aturan kelompok pada anak secara natural. Dengan
ditandai, anak mulai bisa mengatur temannya untuk pembagian
wilayah dalam penyiraman tanaman.
xiv
Contoh kegiatan :
Kegiatan belajar di sentra matematika, anak diminta menemukan
apa saja dari alam untuk berhitung, misal pengambil batu ukuran besar dan
kecil. Kemudian anak menemukan perbandingan dari keduanya, dan dapat
membedakan mana batu yang lebih besar dan yang lebih kecil.
xv
Senam otak dapat dilakukan sambil bernyanyi dengan mengikuti
gerakan satu persatu, atau menekan satu bagian dari badan ataupun
melalui bernyanyi sesuai syair lagu.
b. Relaksasi
Relaksasi dilakukan untuk membawa otak pada gelombang theta, yaitu
kondisi pikiran tenang dan focus atau konsentrasi. Relaksasi dapat
dilakukan dalam posisi duduk tegak dengan punggung tegak lurus
tetapi rileks dengan kepala tegak seimbang diatas badan. Mata ditutup
untuk mengurangi gangguan dari indra pengelihatan. Mulai bernafas
pelan dan dalam berkonsentrasi pada pernafasan di ujung hidung.
Terus memperhatikan nafas tanpa memikirkan hal lain. Hal ini akan
memiliki pengaruh yang sangat menenangkan yan mendatangkan
kedamaian dalam pikiran. Pada saat yang bersamaan, para siswa akan
belajar untuk memusatkan pikiran dengan berkosentrasi pada
pernafasan.
4. Mengikuti Pelajaran
Kemampuan untuk mengikuti pelajaran didalam kelas seperti mendengar
menyimak dan memberi respon. Posisi duduk ketika mengikuti pelajarn
perlu diperhatikan. Orang yang bersemangat dalam belajar biasanya
berada dalam keadaan tubuh condong kedepan sedikit, menganggukkan
kepala tanda persetujuan, mengacungkan jari ketika bertanya, mendengar
sambil membuat catatan singkat.
Ketika belajar dirumah, persiapan belajar sangat membantu, misalnya
belajar pada waktu yang tetap setiap harinya. Duduk membelakangi
jendela, meja dibersihkan dan jauh dari makanan, novel, komik, siapkan
bahan yang diperlukan
5. Teknik mengingat
Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik teknik asosiasi.
Misalnya, untuk mengingat factor factor yang membuat sukses membuat
perkalian A × B ×C × D=sukses. Hal ini diasosiasikan dengan:
A = menyiapkan alat
xvi
B = belajar
C = menetapkan cita cita, dan
D = Doa
Jika salah satu perkalian itu nol maka tidak aka nada sukses.
Delapan kunci sukses (soft skill) dapat dihapal dengan teknik menumpuk
nama anggota tubuh : mata, hidung, mulut, dagu, tangan, perut, lutut, kaki.
Kemudian mengasosiasikannya sebagai berikut:
Mata diasosiasikan kejujuran ( integritas)
Hidung asosiasinya ketangguhan (hirup aroma kesuksesan karena
gagal awal dari sukses)
Mulut diasosiasikan dengan komunikasi asertif (selalu berbicara
dengan niat baik)
Dagu diasosiasikan motivasi diri (setiap saat melakukan yang
terbaik)
Tangan diasosiasikan motivasi diri untuk menepati janji
(komitmen)
Perut diasosiasikan motivasi diri untuk bertanggung jawab dan siap
menerima resiko
Lutut diasosiasikan luwes dalam kehidupan
Kaki diasosiasikan keseimbangan.
Pertama metode loci yaitu menyusun hal hal yang diingat menjadi
suatu tempat misalnya rumah. Informasi yang ingin diingat disimpan
sebagaimana layaknya penataan mobile dirumah. Sehingga ketika
mengingatnya dilakukan dengan mengimajinasikan letak letak mobile
tersebut pada situasi rumah alam pikiran.
xvii
kuning, hijau, biru, ungu.
6. Tujuan Belajar
Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah untuk
mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai
tujuan hidup. semakin banyak yang diketahui, maka semakin banyak yang
dapat diperbuat. Belajar dapat lebih terarah jika dilakukan dengan
menjawab pertanyaan apa (fakta,nama), mengapa (hubungannya), dan
bagaimana (cara mengerjakannya).
Proses belajar berlangsung melalui panca indra dengan pengelihatan 15%
pendengaran 55% dan kegiatan 75%.
7. Kemampuan Mencatat
Kemampuan mencatat dapat dilatih dengan membuat bagan, peta pikiran
(mind mapping) selain mencatat dengan symbol symbol. Mencatat
membantu berkonsentrasi di dalam kelas dan catatan merupakan bantuan
dalam mengingat kembali saat diperlukan. Mencatat dikelas dapat
dilakukan dengan memendekkan kata, misalnya:klpk, menghilangkan
akhir kata:kel.
Mencatat dikelas dari apa yangdidengar dapat dilakukan dengan mencatat
kesimpulan dan mencatat kata kata kunci. Mencatat dari buku atau
majalah dapat dilakukan dengan memperoleh terlebih dahulu gambaran
umum tentang hal yang dimaksud penulis, kemudian dilanjutkan dengan
melihat bab, sub bab, paragraph, ringkasan untuk mendapatkan gambaran
umum. Selanjutnya tergantung tujuan. Jika ingin mendapatkan gambaran
umum lihat sepintas halaman demi halaman, bila ingin membaca detail,
baca perlahan lahan.
8. Teknik Membaca
xviii
Membaca dilakukan dengan mempersiapkan diri, meminimalkan
gangguan, duduk dengan sikap tegak, meluangkan waktu beberapa saat
untuk menenangkan pikiran, menggunakan jari jika diperlukan dan
melihat sekilas bahan bacaan sebelum membaca. Membaca dapat
dilakukan dengan cepat (skimming) misalnya dengan melihat buku telpon
atau kamus. Melihat sekilas (scanning) seperti membaca koran dan
membaca dengan kecepatan tinggi dan pemahaman tinggi (warp speed).
9. Teknik Mengikuti Ujian
Sebelum ujian anggaplah pertandingan lawan penguji, coba membuat
pertanyaan dan menjawabnya, pelajari kembali catatan, usahakan untuk
mengetahui yang tidak jelas, tidur segera setelah belajar. Selama ujian,
tenang, santai dan lupakan orang lain, baca petunjuk dengan hati hati, baca
seluruh bahan ujian dulu untuk mengira ngira waktu, membaca pertanyaan
dua kali sebelum menjawabnya. Jawab semua yang ditanya, bukan yang
tidak ditanyakan, pikirkan sebelum menulis, sisakan waktu untuk mencek
kertas jawaban sebelum dikumpulkan.
10. Teknik Memecahkan Masalah
Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur: menetapkan masalah, mencari
penyebabnya, menemukan beberapa alternative solusi dengan menetapkan
cara satu, dua dan tiga, melaksanakannya dan jika belum berhasil
menggunakan cara dua atau tiga
BAB III
PENUTUP
xix
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa
dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional. Teknik adalah suatu cara
yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan teknik pembelajaran yaitu tujuan belajar, bahan belajar,
siswa, guru, waktu dan fasilitas belajar dan sarana belajar.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-
pembelajaran/comment-page-11/#comment-29517
xx
xxi