MAKALAH
Oleh Kelompok 10
Kelas VI B
FAKULTAS TARBIYAH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas karunia dan kehadirat Allah SWT penulisan
makalah tentang mengajar dalam psikologi pendidikan dapat dikerjakan dan
terselesaikan meskipun masih banyak kekurangannya. Penulisan makalah ini
didasari oleh tugas mata kuliah psikologi pendidikan dengan bersumber dari
berbagai referensi buku maupun jurnal ilmiah yang ada di internet. Selain itu juga
untuk memacu kegiatan literasi dan pendidikan di lingkungan kampus yang
mengalami penurunan. Karena pendidikan sebagai investasi peradaban bagi bangsa
Indonesia yang ingin maju dan sejahtera, serta menjadi sang juara dan pemenang
dalam persaingan internasional, yang membutuhkan petunjuk dan arah sehingga
pendidikan Indonesia akan mengalami tahapan kemajuan dan peningkatan kualitas.
Penulisan makalah ini tidak akan mungkin terlepas dari kekurangan dan
kesalahan pengetikan maupun tata bahasa yang kurang sesuai, karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi yang dimiliki oleh penulis. Saran daan kritik dari
pembaca sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang, sehingga
hasil tulisan akan lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberikan manfaat yang
besar maupun sedikit sebagai bentuk peran kecil kami sebagai mahasiswa yang
masih kekurangan ilmu untuk dipelajari untuk diri kami sendiri yang kedepannya
dapat berguna untuk nusa dan bangsa.
24 Januari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................ 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang dapat penulis lihat dalam fenomena ini adalah terutama bagi guru
yang berada di daerah pedesaan itu kebanyakan mengabaikan bagaimana hakekat
pembelajaran dan mengajar yang sebenarnya, sehingga mengakibatkan hasil
lulusan yang diharapkan dan dibutuhkan masyarakat itu tidak sesuai kebutuhan.
Mereka yang kurang memerhatikan bagaimana mengajar yang sebenarnya akan
mengakibatkan generasi muda yang akan datang mengalami penurunan kualitas
sumber daya manusianya. Padahal pendidikan sendiri merupakan salah satu senjata
utama yang dapat memajukan bangsa. Jika kualitas pengajaran itu buruk transfer of
knowledge dan transfer of value juga buruk. Jika setiap guru memahami dan
mengerti bagaimana pentingnya psikologi pendidikan terutama mengajar pasti
menghasilkan lulusan yang diharapkan.
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan diuraikan bagaimana rincian
tentang psikologi pendidkan mengajar yang meliputi tentang definisi penting
mengajar, uraian dari arti penting mengajar, pandangan pokok mengenai belajar,
uraian dari model dan metode dalam mengajar serta strategi dan tahapan mengajar.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penting mengajar?
2. Bagaimana uraian dari arti penting mengajar?
3. Bagaimana pandangan pokok mengenai belajar?
4. Bagaimana uraian dari model dan metode dalam mengajar?
5. Bagaimana strategi dan tahapan mengajar?
C. Tujuan
1. Untuk menguraikan definisi penting mengajar.
2. Untuk menguraikan arti penting mengajar
3. Untuk menguraikan pandangan pokok mengenai belajar.
4. Untuk menguraikan model dan metode dalam mengajar.
5. Untuk menguraikan strategi dan tahapan mengajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, hlm.
58.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010, hlm. 179.
3
Kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar) dalam definisi
Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu yang
sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Dari definisi tadi juga ada interaksi
antar individu seperti antara orangtua dengan anak atau antara kiai dengan santri.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini
tidak hanya ruang kelas, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta
didik.
Dari definisi mengajar oleh para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa mengajar adalah suatu aktivitas tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan
suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
Mengingat tuntutan psikologis dan sosiologis yang tercermin dalam
undang-undang negara kita. Sudah selayaknya mengajar itu diartikan secara
representatif dan komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis
peserta didik. Kedudukan guru sudah tidak dapat dipandang sebagai penguasa
tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning
(pengelola belajar) yang harus siap membimbing dan membantu para peserta didik
dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan
menyeluruh.3
3
Ibid., hlm. 180.
4
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas,
guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan
kepada para siswanya melainkan lebih daripada itu. Sepanjang memungkinkan,
guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung
dalam materi pelajaran yang ia sajikan.
Banyak sekali para ahli menyebutkan pengertian tentang mengajar. Tidak
dapat dipungkiri bahwa mengajar mempunyai posisi yang sangat penting. Bisa
dikatakan bahwa mengajar sebuah penentuan dalam keberhasilan memenuhi
kebutuhan anak didik. Cara mengajar yang salah juga akan membuat kegagalan
pendidik dalam menyampaikan sebuah materi atau ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Contoh kasus yang dapat diambil akhir-akhir ini adalah ramainya
pemberitaan tentang tawuran antar pelajar. Kenapa hal tersebut bisa terjadi, ini pasti
ada yang tidak benar dalam cara mengajar yang diterapkan kepada peserta didik
tersebut. Melihat dari hal itu, pendidik juga perlu meningkatkan dalam memahami
setiap kemauan dan kemampuan peserta didik agar bisa menyesuaikan cara
mengajar yang dianggap tepat dan baik.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas,
guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan
kepada para peserta didiknya melainkan lebih dari itu. Tapi guru juga harus
membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses
perubahannya sendiri, yaitu proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan
karsa yang menyeluruh dan utuh. Seluruh ranah psikologis itu tidak dapat dicapai
secara langsung tetapi tetap ada prosesnya.4
Belajar adalah syarat mutlak yang harus dipenuni oleh setiap orang yang
inin pandai dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun kecakapan. Contohnya
saja adalah bayi yang mulai belajar tengkurap, merangkak dan berjalan. Melihat hal
tersebut bahwa belajar adalah sesuatu yang sudah melekat pada kehidupan manusia.
4
Malyno J., Pengertian Mengajar Menurut Para Ahli. (Online) (http://teori mengajar/pengertian
mengajar menurut para ahli.html) diakses pada 27 Januari 2020.
5
Dalam buku Slameto definisi belajar dari beberapa ahli adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang dalam rangka mendapatkan suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
5
Aprida Pane, Belajar dan Pembelajaran, FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 03
No. 2 Desember 2017, hlm. 335.
6
Loc.cit.
7
Loc.cit.
8
Ibid., hlm. 336.
6
kesiapan siswa atau peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari,
kemudian kondisi eksternal yang merupakan situasi belajar secara sengaja
diatur oleh pendidik dengan tujuan memerlancar kegiatan belajar.9
5. Teori fitrah, pada dasarnya peserta didik lahir telah membawa bakat dan
potensi yang cenderung mengarah pada kebaikan dan kebenaran. Potensi
itulah yang dapat berkembang pada diri seorang anak. Teori fitrah dalam
pendidikan Islam memandangbahwa seorang anak akan mengembangkan
potensinya yang dibawanya sejak lahir melalui pendidikan/ belajar.10
6. Teori humanistik berasumsi bahwa proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya
isi dari suatu proses belajar.11
7. Teori sibernetik, memiliki kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Dalam teori ini bahwa tidak ada satu proses belajar
yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa.12
8. Teori konstruktivistik, teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari
maslah sendiri, menyusun sendiri pengetahunnya melalui berpikir dan
tantangan yang dilaluinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai
pengalaman realistik dan teori dalam suatu bangunan yang utuh.13
9
Loc.cit.
10
Loc.cit.
11
Etty Ratnawati, Karakteristik Teori-Teori Belajar dalam Proses Pendidikan (Perkembangan
Psikologis Dan Aplikasi), Jurnal Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, hlm. 17.
12
Ibid., hlm. 20.
13
Sugiyanto, Psikologi Pendidikan BAB IV Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarya: Universitas
Negeri Yogyakarya, hlm. 27.
7
berkumpul dengan alam arwah. Semua itu adalah keagungangan dan penghormatan
secara naluriah.”14
Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Al-
Ghazali, yaitu:15
14
Muhammad Muchlis Solichin, Belajar dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazali, Jurnal
Tadris, Vol. 1. No. 2, 2006, hlm. 145.
15
Ibid., hlm. 145-146.
16
Muhamad Afandi, dkk, Model dan Metode Pembelajran di Sekolah, Semarang: UNISSULA
Press, 2013, hlm. 15-16.
8
pembelajaran. sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang
digunakan dalam interaki anatara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.17
17
Ibid., hlm. 16.
18
Ibid., hlm. 17.
9
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.19 Karakteristik dari model
pengajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:20
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Peserta didik mengajukan kejadian kehidupan nyata, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya bermacam solusi untuk
kejadian tersebut.
2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Contohnya masalah populasi ulat bulu yang menyerang tanaman jagung
mencakup berbagai subjek akademik dan terapan seperti biologi, fisika,
geografi, dan kimia.
3) Penyelidikan autentik21
Peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan maslah,
mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuat inferensi, merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannnya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
5) Kolaborasi
Bekerjasama memberikan motivasi secara berkelanjutan dalam tugas-
tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri22 dan
dialog dalam mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan
berpikir.
19
Ibid., hlm. 25.
20
Ibid., hlm. 26.
21
Autentik artinya dapat dipercaya.
22
Inkuiri diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah
yang diajukan.
10
c. Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)
Model ini adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang
mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai
sarana untuk memahami persoalan matematika. (Depdiknas, 2010: 7).
Supinah (2008:15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah suatu teori
pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Model
ini adalaha suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dekat dengan
kehidupan nyata peserta didik sebagai media untuk meningkatkan
pemahaman dan daya nalar. 23 Ciri-ciri model PMRI adalah sebagai
berikut:24
1) Menggunakan masalah kontekstual
2) Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan
matematika
3) Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri
4) Pembelajran terfokus pada siswa
5) Terjadi interaksi antara murid dan guru
23
Ibid., hlm. 29
24
Ibid., hlm. 30.
25
Ibid., hlm. 40.
26
Ibid., hlm. 42.
11
3) Pembelajaran dilaksanakan secara kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group)
4) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama.
e. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)
Menurut Zaini (2008: 67) model ini adalah model pembelajaran yang cukup
menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Materi baru juga bisa tapi peserta didik diberi tugas memelajari
topik yang akan diajarkan dahulu sehingga peserta didik sudah memiliki
bekal pengetahuan. Model ini merangsang peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar secara bertanggung jawab dan disiplin.27
f. Model Pembelajaran Kooperatif
Model ini adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja
kelompok untuk bekerjasama saling membantu untuk mencapai tujuan
tertentu. Biasanya terdiri dari 4-5 orang, dan heterogen (berbeda
kemampuan, gender, dan karakter). Model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga membantu untuk
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.28
27
Ibid., hlm. 48.
28
Ibid., hlm. 53.
29
Sugiyanto, Psikologi Pendidikan BAB IV Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarya: Universitas
Negeri Yogyakarya, hlm. 9
12
siswa memelajari materinya. Metode ini dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang berorientasi terciptanya kondisi belajar
melalui permainan tongkat yang diberikan kepada siswa satu ke siswa
lainnya saat guru menyampaiakn materi kemudian mengajukan pertanyaan
kepada siswa. metode ini menuntut siswa aktif sehingga meningkatkan hasil
belajar siswa.30
c. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja atau
berbuat seolah-olah. Hasibuan dan Moedjiono (2008: 27). Sedangkan
menurut Hamalik dalam Tanireja, dkk (2011, 40) simulasi adalah suatu
teknik yang digunakan dalam pengajaran, terutama desain instruksional
yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan yang
menuntut praktik yang dilaksanakan dalam situasi kehidupan yang riil.31
d. Metode Discovery Learning
Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencara
dan menemukan sendiri. Dalam metode ini pendidik atau guru
menyampaikan suatu bahan pembelajaran yang belum selesai, kemudian
peserta didik diberikan kesempatan atau peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri menggunakan teknik pemecahan masalah.32
e. Metode Diskusi
Metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran melalui pemberian
suatu masalah kepada siswa kemudian siswa harus memecahkan masalah
dengan berkelompok. Metode ini memajukan peserta didik agar bisa
mengemukakan pendapat secara konstruktif dan membiasakan siswa
bersikap menghargai pendapat orang lain.33
f. Metode Brainstorming
Metode ini adalah pengembangan dari metode diskusi. Brainstorming
mendorong anggota kelompok menyumbangkan ide-ide baru dan tidak
langsung eksekusi dinilai. (Hasibuan, 2008: 21). Menurut Danajaya (2010:
30
Muhamad Afandi, dkk, Op.cit., hlm. 90.
31
Ibid., hlm. 96.
32
Ibid., hlm. 98.
33
Sugiyanto, Op.cit., hlm. 10.
13
79) brainstorming dirancang untuk mendorong kelompok mengeluarkan
berbagai variasi ide dan menunda penilaian-penilaian kritis. Setiap anggota
mengusulkan ide kemudian dicatat, lalu dikombinasikan dengan berbagai
macam ide lainnya. Sehingga pada akhirnya kelompok pmenyetujui hasil
akhirnya.34
g. Metode Demonstrasi
Metode ini dilakukan dengan cara memerlihatkan suatu pross atau cara kerja
suatu benda yang berhubungan dengan materi pelajaran. Metode ini
mengutamakan aktif gurunya daripada peserta didik. Dapat dilakukan
dengan cara guru mendemonstrasikan suatu kerja benda kemudian peserta
didik mempraktekannya dengan cara individu ataupun kelompok.35
h. Metode Sosiodrama
Metode yang memberikan kesmpatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terjadi dalam
kehidupan sosial. Peserta didik dibina agara terampil mengekspresikan
sesuatu yang diamati dan dihayati.36
34
Muhamad Afandi, dkk, Op.cit., hlm. 103.
35
Sugiyanto, Op.cit., hlm. hlm. 9.
36
Loc.,cit.
14
Chamot (1990), strategi adalah seperangkat alat yang digunakankan oleh individu
secara langsung untuk mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing.37
37
Fatimah dan Ratna Dewi Kartika Sari, Strategi Belajar & Pembelajaran dalam Meningkatkan
Ketrampilan Bahasa, PENA LITERASI: Jurnal PBSI Vol. 1 No. 2, Oktober 2018, hlm. 109.
38
Ibid., hlm. 110.
39
Sunhaji, Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasinya, INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan Vol. 13 No. 3, September-Desember 2008, hlm. 3
15
2) Lakukan apersepsi, kegiatan tersebut merupakan jembatan antara
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
Tunjukkan pada peserta didik tentang eratnya hubungan antara pengetahuan
yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
b. Penyampaian Informasi
40
Ibid., hlm. 4.
16
2) Umpan Balik. Segera setelah peserta didik dapat menunjukkan perilaku
sebagai hasil belajarnya, maka guru memberi umpan balik (feedback)
terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh
guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang
merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan benar/salah, tepat/tidak
tepat, atau ada sesuatu yang diperbaiki.
d. Tes (Evaluasi)
Serangkaian tes umum yang dipakai oleh seorang guru untuk
mengetahui; (1) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau
belum, dan (2) apakah penge-tahuan sikap dan keterampilan telah benar-
benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya
dilaksanakan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui
berbagai proses pembelajaran dan penyampaian informasi yaitu berupa
materi pelajaran pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik
melakukan latihan atau praktik.
1) Pada akhir kegiatan pembelajaran setiap peserta didik dituntut untuk dapat
menyebutkan empat dari lima ciri makhluk hidup dengan benar. Standar
keberhasilannya adalah apabila minimal peserta didik dapat menyebutkan
tiga dari lima ciri makhluk hidup atau tingkat penguasaan berkisar 80%-
85%.
2) Soal tes objektif dengan empat pilihan terdiri atas duapuluh nomor, peserta
didik dianggap menguasai materi apabila ia dapat mengerjakan 80%-85%
soal dengan benar.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan
yang dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam
kenyataannya, setiap kali setelah tes dilaksanakan selalu saja terdapat peserta didik
yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata, (1) hanya menguasai sebagian
atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, (2)
17
peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi
dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
Secara umum dalam mengajar seorang guru mengikuti tahapan-tahapan berikut ini:
a. Prainstruksional
41
Ibid., hlm. 5.
18
Tahap ini merupakan persiapan sebelum mengajar dimulai. Beberapa hal
yang harus dilakukan seorang guru sebelum memulai kegiatan mengajar adalah
sebagai berikut:42
Tahap ini adalah tahap inti yaitu tahapan memberikan materi pelajaran yang
telah disusu sebelumnya. Secara umum berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini:43
c. Asessment (Penilaian)
42
Bambang, Tahapan-tahapan Mengajar dalam Kelas, (Online)
(http://kebutuhanprimer.blogspot.com/2014/03/tahapan-tahapan-mengajar-dalam-kelas.html?m=1)
diakses pada 28 Januari 2020.
43
Loc.cit..
44
Loc.cit.
19
d. Follow Up (Tindak Lanjut)
45
Loc.cit.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengajar adalah suatu aktivitas tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan
pengajaran tercapai.
2. Arti penting mengajar yaitu proses belajar untuk meraih kecakapan cipta,
rasa, dan karsa yang menyeluruh dan utuh.
3. Pandangan pokok mengajar yaitu kegiatan tersebut menunjukan keaktifan
seseorang yang memungkinkan adanya perubahan mental atau pemikiran.
Secara umum ada 4 teori belajar yaitu: behaviorisme, kognitivisme,
humanisme,konstrusktivisme.
4. Model dan metode mengajar : model pembelajaran adalah prosedur atau
pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
yang didalamnya ada strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat
penilaian pembelajaran. Contohnya: model pembelajaran langsung, model
pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kontekstual, dll.
Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan
dalam interaksi anatara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. contohnya: metode karya wisata, metode diskusi, metode
discovery learning, metode demonstrasi, dll.
5. Strategi dan tahapan mengajar: strategi mengajar itu suatu teknik yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. terdapat 5 komponen
strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan,
penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan.
Sedangkan tahapan mengajar secara umum ada 3 tahap yaitu:
prainstruksional, instruksional dan evaluasi.
21
B. Saran
1. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai
psikologi pendidikan tentang mengajar yang baik dan benar sehingga dapat
memberikan dampak yang baik bagi siswa maupun guru itu sendiri dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik antara
guru dan temannya dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberikan
dampak yang positif dalam hal proses, isi maupun hasil yang saling
menguntungkan antara guru dan siswa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah dan Ratna Dewi Kartika Sari. Strategi Belajar & Pembelajaran dalam
Meningkatkan Ketrampilan Bahasa, PENA LITERASI: Jurnal PBSI Vol. 1
No. 2. Oktober 2018.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
23