Anda di halaman 1dari 26

MENGAJAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Pendidikan

yang dibina oleh Khoirotus Silfiyah, M.Psi.,Psikolog

Oleh Kelompok 10

Kelas VI B

Novia Nurul Mar Atus Sholikhah 2017.5501.01.04243

Amilatul Khoiriyah 2017.5501.01.04268

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI BOJONEGORO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas karunia dan kehadirat Allah SWT penulisan
makalah tentang mengajar dalam psikologi pendidikan dapat dikerjakan dan
terselesaikan meskipun masih banyak kekurangannya. Penulisan makalah ini
didasari oleh tugas mata kuliah psikologi pendidikan dengan bersumber dari
berbagai referensi buku maupun jurnal ilmiah yang ada di internet. Selain itu juga
untuk memacu kegiatan literasi dan pendidikan di lingkungan kampus yang
mengalami penurunan. Karena pendidikan sebagai investasi peradaban bagi bangsa
Indonesia yang ingin maju dan sejahtera, serta menjadi sang juara dan pemenang
dalam persaingan internasional, yang membutuhkan petunjuk dan arah sehingga
pendidikan Indonesia akan mengalami tahapan kemajuan dan peningkatan kualitas.

Penulisan makalah ini tidak akan mungkin terlepas dari kekurangan dan
kesalahan pengetikan maupun tata bahasa yang kurang sesuai, karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi yang dimiliki oleh penulis. Saran daan kritik dari
pembaca sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang, sehingga
hasil tulisan akan lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberikan manfaat yang
besar maupun sedikit sebagai bentuk peran kecil kami sebagai mahasiswa yang
masih kekurangan ilmu untuk dipelajari untuk diri kami sendiri yang kedepannya
dapat berguna untuk nusa dan bangsa.

24 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penting Mengajar......................................................................... 3


B. Arti Penting Mengajar ............................................................................... 4
C. Pandangan Pokok Mengenai Belajar ......................................................... 5
D. Model dan Metode dalam Mengajar ........................................................ 8
E. Strategi dan Tahapan Mengajar ............................................................... 14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan sebuah pendidikan ada berbagai hal yang harus


dilakukan. Salah satunya adalah mengajar. Mengajar sendiri diartikan sebagai suatu
kegiatan membimbing kegiatan pembelajaran. keberhasilan dari suatau
pembelajaran tidak hanya bertumpu pada murid sebagai pelaku utama pendidikan
melainkan juga seorang guru yang berperan dalam membimbing, menyampaikan,
dan mengarahkan. Oleh sebab itu penting sekali bagi seorang guru untuk
memahami bagaimana unsur-unsur dan hakekat mengajar yang baik dan benar.

Hal yang dapat penulis lihat dalam fenomena ini adalah terutama bagi guru
yang berada di daerah pedesaan itu kebanyakan mengabaikan bagaimana hakekat
pembelajaran dan mengajar yang sebenarnya, sehingga mengakibatkan hasil
lulusan yang diharapkan dan dibutuhkan masyarakat itu tidak sesuai kebutuhan.
Mereka yang kurang memerhatikan bagaimana mengajar yang sebenarnya akan
mengakibatkan generasi muda yang akan datang mengalami penurunan kualitas
sumber daya manusianya. Padahal pendidikan sendiri merupakan salah satu senjata
utama yang dapat memajukan bangsa. Jika kualitas pengajaran itu buruk transfer of
knowledge dan transfer of value juga buruk. Jika setiap guru memahami dan
mengerti bagaimana pentingnya psikologi pendidikan terutama mengajar pasti
menghasilkan lulusan yang diharapkan.

Oleh karena itu di dalam makalah ini akan diuraikan bagaimana rincian
tentang psikologi pendidkan mengajar yang meliputi tentang definisi penting
mengajar, uraian dari arti penting mengajar, pandangan pokok mengenai belajar,
uraian dari model dan metode dalam mengajar serta strategi dan tahapan mengajar.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penting mengajar?
2. Bagaimana uraian dari arti penting mengajar?
3. Bagaimana pandangan pokok mengenai belajar?
4. Bagaimana uraian dari model dan metode dalam mengajar?
5. Bagaimana strategi dan tahapan mengajar?

C. Tujuan
1. Untuk menguraikan definisi penting mengajar.
2. Untuk menguraikan arti penting mengajar
3. Untuk menguraikan pandangan pokok mengenai belajar.
4. Untuk menguraikan model dan metode dalam mengajar.
5. Untuk menguraikan strategi dan tahapan mengajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penting Mengajar


Isitilah ''mengajar'' telah dikenal sudah sejak lama, sejak disadari pentingya
suatu pendidikan dan persekolahan. Ada yang merumuskan bahwa definisi
mengajar adalah mewariskan kebudayaan nenek moyang pada masa dahulu kepada
generasi pada masa sekarang seacara turun-temurun sehingga muncul
kesinambungan kebudayaan. Ada pula yang menyatakan bahwa mengajar adalah
suatu proses penyampaian pengetahuan dan kecakapan kepada peseta didik.
Rumusan lainya juga menyatakan bahwa mengajar adalah aktivitas mengatur suatu
lingkungan dengan sebaik-baiknya sehingga tercipta kesempatan bagi peserta didik
untuk melakukan suatu proses pembelajaran secara efisien.1
Pengertian umum dipahami orang-orang terlebih mereka yang awam dalam
bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan
penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.
Menurut Arifin (1978) mendefinisikan mengajar yaitu sebagai suatu
rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Sedangkan menurut Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.2
Menurut Tardif (1989) mendefinisikan mengajar adalah any action
performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning
in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

1
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, hlm.
58.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010, hlm. 179.

3
Kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar) dalam definisi
Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu yang
sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Dari definisi tadi juga ada interaksi
antar individu seperti antara orangtua dengan anak atau antara kiai dengan santri.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini
tidak hanya ruang kelas, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta
didik.
Dari definisi mengajar oleh para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa mengajar adalah suatu aktivitas tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan
suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
Mengingat tuntutan psikologis dan sosiologis yang tercermin dalam
undang-undang negara kita. Sudah selayaknya mengajar itu diartikan secara
representatif dan komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis
peserta didik. Kedudukan guru sudah tidak dapat dipandang sebagai penguasa
tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning
(pengelola belajar) yang harus siap membimbing dan membantu para peserta didik
dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan
menyeluruh.3

B. Arti Penting Mengajar


Mengajar merupakan sebuah kata kunci yang tidak pernah terlepaskan akan
keterkaitannya dengan pendidikan, karena mengajar merupakan salah satu dari
upaya pendidikan. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagai salah satu
alat atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan. Meskipun hingga kini masih
banyak orang yang bersikeras mempertahankan ketidaksamaan antara mengajar
dengan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat perbedaan yang tegas
antara keduanya.

3
Ibid., hlm. 180.

4
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas,
guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan
kepada para siswanya melainkan lebih daripada itu. Sepanjang memungkinkan,
guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung
dalam materi pelajaran yang ia sajikan.
Banyak sekali para ahli menyebutkan pengertian tentang mengajar. Tidak
dapat dipungkiri bahwa mengajar mempunyai posisi yang sangat penting. Bisa
dikatakan bahwa mengajar sebuah penentuan dalam keberhasilan memenuhi
kebutuhan anak didik. Cara mengajar yang salah juga akan membuat kegagalan
pendidik dalam menyampaikan sebuah materi atau ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Contoh kasus yang dapat diambil akhir-akhir ini adalah ramainya
pemberitaan tentang tawuran antar pelajar. Kenapa hal tersebut bisa terjadi, ini pasti
ada yang tidak benar dalam cara mengajar yang diterapkan kepada peserta didik
tersebut. Melihat dari hal itu, pendidik juga perlu meningkatkan dalam memahami
setiap kemauan dan kemampuan peserta didik agar bisa menyesuaikan cara
mengajar yang dianggap tepat dan baik.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas,
guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan
kepada para peserta didiknya melainkan lebih dari itu. Tapi guru juga harus
membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses
perubahannya sendiri, yaitu proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan
karsa yang menyeluruh dan utuh. Seluruh ranah psikologis itu tidak dapat dicapai
secara langsung tetapi tetap ada prosesnya.4

C. Pandangan Pokok Mengenai Belajar

Belajar adalah syarat mutlak yang harus dipenuni oleh setiap orang yang
inin pandai dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun kecakapan. Contohnya
saja adalah bayi yang mulai belajar tengkurap, merangkak dan berjalan. Melihat hal
tersebut bahwa belajar adalah sesuatu yang sudah melekat pada kehidupan manusia.

4
Malyno J., Pengertian Mengajar Menurut Para Ahli. (Online) (http://teori mengajar/pengertian
mengajar menurut para ahli.html) diakses pada 27 Januari 2020.

5
Dalam buku Slameto definisi belajar dari beberapa ahli adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang dalam rangka mendapatkan suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.

Aktivitas yang dilakukan seseorang yang disengaja maupun disadari hal


tersebut menunjukan bahwa seseorang itu belajar. Kegiatan tersebut menunjukan
keaktifan seseorang yang memungkinkan adanya perubahan mental atau pemikiran.
Dapat dipahami bahwa suatu kegitan belajar dikatakan baik apabila intensitas
keaktifan jasmanai ataupun rohani semakin tinggi.5

Tokoh psikologi belajar memiliki pendapat dan penekanan tersendiri


mengenai hakekat belajar dan proses ke arah perubahan atas hasil belajar. Berikut
ini beberapa teori yang memberikan pandangan mengenai belajar:

1. Behavioristik, teori ini menyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh


kejadian di lingkungannya yang memberikan pengalaman tertentu
kepadanya. Teori ini menekankan pada apa yang dilihat yaitu berupa
tingkah laku, dan kurang memerhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran
karena tidak dapat dilihat.6
2. Kognitivistik, dalam berbagai pembahasan teori ini sering disebut sebagai
model kognitif. Menurut teori kognitivisme tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan. Oleh karena itu,teori ini memandang bahwa
belajar sebagai perubahan pesepsi dan pemahaman.7
3. Teori belajar psikologi sosial, menurut teori ini proses belajar bukanlah
proses yang terjadi dengan sendirinya, tetapi harus melalui interaksi.8
4. Teori belajar Gagne, teori ini adalah teori perpaduan antara behaviorisme
dan kognitivisme. Belajar merupakan suatu kejadian yang alamiah, akan
tetapi hanya terjadi pada kondisi tertentu. Yaitu kondisi internal berupa

5
Aprida Pane, Belajar dan Pembelajaran, FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 03
No. 2 Desember 2017, hlm. 335.
6
Loc.cit.
7
Loc.cit.
8
Ibid., hlm. 336.

6
kesiapan siswa atau peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari,
kemudian kondisi eksternal yang merupakan situasi belajar secara sengaja
diatur oleh pendidik dengan tujuan memerlancar kegiatan belajar.9
5. Teori fitrah, pada dasarnya peserta didik lahir telah membawa bakat dan
potensi yang cenderung mengarah pada kebaikan dan kebenaran. Potensi
itulah yang dapat berkembang pada diri seorang anak. Teori fitrah dalam
pendidikan Islam memandangbahwa seorang anak akan mengembangkan
potensinya yang dibawanya sejak lahir melalui pendidikan/ belajar.10
6. Teori humanistik berasumsi bahwa proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya
isi dari suatu proses belajar.11
7. Teori sibernetik, memiliki kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Dalam teori ini bahwa tidak ada satu proses belajar
yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa.12
8. Teori konstruktivistik, teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari
maslah sendiri, menyusun sendiri pengetahunnya melalui berpikir dan
tantangan yang dilaluinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai
pengalaman realistik dan teori dalam suatu bangunan yang utuh.13

Dalam pandangan Al-Ghazali mengenai belajar, anak adalah anugerah


sekaligus amanah bagi orang tuanya. Orang tua menurut Al-Ghazali memegang
peranan penting dalam mencapai keberhasialan seorang anak. Menurut beliau
menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa
“Hasil dari Ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah,
Tuhan sekalian alam, dan menghubungkan diri dengan malaikat yang tinggi dan

9
Loc.cit.
10
Loc.cit.
11
Etty Ratnawati, Karakteristik Teori-Teori Belajar dalam Proses Pendidikan (Perkembangan
Psikologis Dan Aplikasi), Jurnal Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, hlm. 17.
12
Ibid., hlm. 20.
13
Sugiyanto, Psikologi Pendidikan BAB IV Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarya: Universitas
Negeri Yogyakarya, hlm. 27.

7
berkumpul dengan alam arwah. Semua itu adalah keagungangan dan penghormatan
secara naluriah.”14

Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Al-
Ghazali, yaitu:15

1. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu proses memanusiakan manusia.


Prinsip ini sesuai dengan aliran psikologi belajar humanisme.
2. Waktu belajar adalah seumur hidup, dimulai sejak lahir hingga meninggal
dunia.
3. Belajar adalah sebuah pengalihan ilmu pengetahuan. Ini sesuai dengan
pendapatseorang tokoh psikologi kognitif Reber dan Wilke : “Belajar
sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif awet atau abadi
sebagai hasil latihan yang diperkuat.”

D. Model dan Metode dalam Mengajar

Konsep model pembelajaran menurut Trianto (2010:51), menyebutkan


bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk juga tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006:
46) adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode dibutuhkan oleh guru supaya penggunaannya bervariasi sesuai yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.16

Dari pengertian tersebut, model pembelajaran adalah prosedur atau pola


sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang
didalamnya ada strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian

14
Muhammad Muchlis Solichin, Belajar dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazali, Jurnal
Tadris, Vol. 1. No. 2, 2006, hlm. 145.
15
Ibid., hlm. 145-146.
16
Muhamad Afandi, dkk, Model dan Metode Pembelajran di Sekolah, Semarang: UNISSULA
Press, 2013, hlm. 15-16.

8
pembelajaran. sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang
digunakan dalam interaki anatara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.17

1. Macam-macam Model Pembelajaran atau Mengajar


a. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran ini guru mentransformasikan informasi atau
ketrampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran
berorientasi pada tujuan dan telah distruktur oleh guru. (Depdiknas, 2010:
24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung
atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran
ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara
langsung, misalnya ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab).18 Karakteristik
model pembelajaran langsung menurut Depdiknas (2010: 24) adalah
sebagai berikut:
1) Transformasi pengetahuan dan ketrampilan secara langsung
2) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu
3) Materi pembelajaran yang telah terstruktur
4) Lingkungan belajar yang telah terstruktur
5) Distruktur oleh guru

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Istilah pembelajaran berbasis masalah (PMB) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI). Pendekatan ini efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah adadan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010: 92-94) pengajaran berdasarkan
masalah adalah pendekatan di mana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud menyususn pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi,

17
Ibid., hlm. 16.
18
Ibid., hlm. 17.

9
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.19 Karakteristik dari model
pengajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:20
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Peserta didik mengajukan kejadian kehidupan nyata, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya bermacam solusi untuk
kejadian tersebut.
2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Contohnya masalah populasi ulat bulu yang menyerang tanaman jagung
mencakup berbagai subjek akademik dan terapan seperti biologi, fisika,
geografi, dan kimia.
3) Penyelidikan autentik21
Peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan maslah,
mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuat inferensi, merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannnya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
5) Kolaborasi
Bekerjasama memberikan motivasi secara berkelanjutan dalam tugas-
tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri22 dan
dialog dalam mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan
berpikir.

19
Ibid., hlm. 25.
20
Ibid., hlm. 26.
21
Autentik artinya dapat dipercaya.
22
Inkuiri diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah
yang diajukan.

10
c. Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)
Model ini adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang
mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai
sarana untuk memahami persoalan matematika. (Depdiknas, 2010: 7).
Supinah (2008:15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah suatu teori
pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Model
ini adalaha suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dekat dengan
kehidupan nyata peserta didik sebagai media untuk meningkatkan
pemahaman dan daya nalar. 23 Ciri-ciri model PMRI adalah sebagai
berikut:24
1) Menggunakan masalah kontekstual
2) Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan
matematika
3) Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri
4) Pembelajran terfokus pada siswa
5) Terjadi interaksi antara murid dan guru

d. Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual (Constextual Teaching and Learning) atau CTL
merupakan konsep pembelajran yang menekankan padaketertarikan anatar
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga
dapat dihubungkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. 25
Karakteristik CTL menurut Muslich (2007: 42) adalah sebagai berikut:26
1) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by going)

23
Ibid., hlm. 29
24
Ibid., hlm. 30.
25
Ibid., hlm. 40.
26
Ibid., hlm. 42.

11
3) Pembelajaran dilaksanakan secara kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group)
4) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama.
e. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)
Menurut Zaini (2008: 67) model ini adalah model pembelajaran yang cukup
menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Materi baru juga bisa tapi peserta didik diberi tugas memelajari
topik yang akan diajarkan dahulu sehingga peserta didik sudah memiliki
bekal pengetahuan. Model ini merangsang peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar secara bertanggung jawab dan disiplin.27
f. Model Pembelajaran Kooperatif
Model ini adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja
kelompok untuk bekerjasama saling membantu untuk mencapai tujuan
tertentu. Biasanya terdiri dari 4-5 orang, dan heterogen (berbeda
kemampuan, gender, dan karakter). Model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga membantu untuk
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.28

2. Macam-macam Metode Pembelajaran atau Mengajar


a. Metode Karya Wisata
Metode ini adalah penyampaian materi dengan mambawa peserta didik
langsung ke objek di luarkelas atau di lingkunag kehidupan nyata agar siswa
dapat mengamati atau mengalami secara nyata dan langsung. Metode ini
membuat materi yang diajarkan lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.29
b. Metode Talking Stick
Metode ini adalah metode pembelajaran dilakukan dengan bantuan tongkat,
siapa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru setelah

27
Ibid., hlm. 48.
28
Ibid., hlm. 53.
29
Sugiyanto, Psikologi Pendidikan BAB IV Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarya: Universitas
Negeri Yogyakarya, hlm. 9

12
siswa memelajari materinya. Metode ini dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang berorientasi terciptanya kondisi belajar
melalui permainan tongkat yang diberikan kepada siswa satu ke siswa
lainnya saat guru menyampaiakn materi kemudian mengajukan pertanyaan
kepada siswa. metode ini menuntut siswa aktif sehingga meningkatkan hasil
belajar siswa.30
c. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja atau
berbuat seolah-olah. Hasibuan dan Moedjiono (2008: 27). Sedangkan
menurut Hamalik dalam Tanireja, dkk (2011, 40) simulasi adalah suatu
teknik yang digunakan dalam pengajaran, terutama desain instruksional
yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan yang
menuntut praktik yang dilaksanakan dalam situasi kehidupan yang riil.31
d. Metode Discovery Learning
Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencara
dan menemukan sendiri. Dalam metode ini pendidik atau guru
menyampaikan suatu bahan pembelajaran yang belum selesai, kemudian
peserta didik diberikan kesempatan atau peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri menggunakan teknik pemecahan masalah.32
e. Metode Diskusi
Metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran melalui pemberian
suatu masalah kepada siswa kemudian siswa harus memecahkan masalah
dengan berkelompok. Metode ini memajukan peserta didik agar bisa
mengemukakan pendapat secara konstruktif dan membiasakan siswa
bersikap menghargai pendapat orang lain.33
f. Metode Brainstorming
Metode ini adalah pengembangan dari metode diskusi. Brainstorming
mendorong anggota kelompok menyumbangkan ide-ide baru dan tidak
langsung eksekusi dinilai. (Hasibuan, 2008: 21). Menurut Danajaya (2010:

30
Muhamad Afandi, dkk, Op.cit., hlm. 90.
31
Ibid., hlm. 96.
32
Ibid., hlm. 98.
33
Sugiyanto, Op.cit., hlm. 10.

13
79) brainstorming dirancang untuk mendorong kelompok mengeluarkan
berbagai variasi ide dan menunda penilaian-penilaian kritis. Setiap anggota
mengusulkan ide kemudian dicatat, lalu dikombinasikan dengan berbagai
macam ide lainnya. Sehingga pada akhirnya kelompok pmenyetujui hasil
akhirnya.34
g. Metode Demonstrasi
Metode ini dilakukan dengan cara memerlihatkan suatu pross atau cara kerja
suatu benda yang berhubungan dengan materi pelajaran. Metode ini
mengutamakan aktif gurunya daripada peserta didik. Dapat dilakukan
dengan cara guru mendemonstrasikan suatu kerja benda kemudian peserta
didik mempraktekannya dengan cara individu ataupun kelompok.35
h. Metode Sosiodrama
Metode yang memberikan kesmpatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terjadi dalam
kehidupan sosial. Peserta didik dibina agara terampil mengekspresikan
sesuatu yang diamati dan dihayati.36

E. Strategi dan Tahapan Mengajar


1. Pengertian Strategi Mengajar

Strategi adalah suatu seni yang dirancang untuk operasi di dalam


peperangan seperti cara-cara untuk mengatur posisi atau siasat dalam peperangan,
seperti dalam angkatan darat atau angkatan laut. Secara umum, strategi merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1989), strategi adalah ilmu dan seni dengan
menggunakan beberapa sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan suatu
kebijaksanaan tertentu dalam perangan dan kedamaian. Menurut O’Malley dan

34
Muhamad Afandi, dkk, Op.cit., hlm. 103.
35
Sugiyanto, Op.cit., hlm. hlm. 9.
36
Loc.,cit.

14
Chamot (1990), strategi adalah seperangkat alat yang digunakankan oleh individu
secara langsung untuk mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing.37

Strategi belajar digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Oxford


mendefinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku/perilaku yang digunakan oleh
pembelajaran agar pembelajaran bahasa dapat berhasil, terarah, dan sangat
menyenangkan. Strategi belajar mengacu pada tingkah laku dan proses berfikir
yang dipakai yang dapat mempengaruhi apa yang sedang dipelajari. Strategi
pembelajaran bahasa adalah tindakan yang dilakukan sebagai rencana
menggunakan beberapa variabel seperti tujuan, bahan, metode, dan alat, serta
evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.38

Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi


pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian
informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan.

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan sebagai suatu sistem pembelajaran secara


menyeluruh yang memegang peranan yang sangat penting. Pada bagian ini guru
diharapkan dapat menarik minat dari peserta didik mengenai materi pelajaran yang
akan disampaikan. Secara spesifik, kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat
dilakukan melalui teknik-teknik berikut.39

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran secara khusus yang diharapkan untuk


dicapai oleh semua peserta didik di akhir pada kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, peserta didik bisa menyadari pengetahuan, keterampilan,
sekaligus manfaat yang akan diperoleh setelah memelajari pokok bahasan
tersebut.

37
Fatimah dan Ratna Dewi Kartika Sari, Strategi Belajar & Pembelajaran dalam Meningkatkan
Ketrampilan Bahasa, PENA LITERASI: Jurnal PBSI Vol. 1 No. 2, Oktober 2018, hlm. 109.
38
Ibid., hlm. 110.
39
Sunhaji, Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasinya, INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan Vol. 13 No. 3, September-Desember 2008, hlm. 3

15
2) Lakukan apersepsi, kegiatan tersebut merupakan jembatan antara
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
Tunjukkan pada peserta didik tentang eratnya hubungan antara pengetahuan
yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari.

b. Penyampaian Informasi

Penyampaian informasi sering dianggap sebagai bentuk kegiatan yang


paling penting dalam proses pembelajaran, padahal pada bagian ini merupakan
salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, jika tidak ada kegiatan
pendahuluan yang menarik atau bisa memotivasi peserta didik dalam pembelajaran
maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang bisa
menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan
pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi
adalah urutan ruang lingkup dan jenis materi.40

c. Partisipasi Peserta Didik

Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari


suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) sering diartikan dari SAL (student active learning), yang artinya adalah
ikhwal proses pembelajaran akan sangat berhasil apabila peserta didik secara aktif
melaksanakan latihan secara langsung dan relevan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978). Terdapat beberapa
hal yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu sebagai berikut.

1) Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi


informasi tentang suatu pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
Agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relatif mantap dan
termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan yang selanjutnya adalah
hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau
mempraktikkan pengetahuan, sikap, atau keterampilan tersebut.

40
Ibid., hlm. 4.

16
2) Umpan Balik. Segera setelah peserta didik dapat menunjukkan perilaku
sebagai hasil belajarnya, maka guru memberi umpan balik (feedback)
terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh
guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang
merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan benar/salah, tepat/tidak
tepat, atau ada sesuatu yang diperbaiki.

d. Tes (Evaluasi)
Serangkaian tes umum yang dipakai oleh seorang guru untuk
mengetahui; (1) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau
belum, dan (2) apakah penge-tahuan sikap dan keterampilan telah benar-
benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya
dilaksanakan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui
berbagai proses pembelajaran dan penyampaian informasi yaitu berupa
materi pelajaran pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik
melakukan latihan atau praktik.

1) Pada akhir kegiatan pembelajaran setiap peserta didik dituntut untuk dapat
menyebutkan empat dari lima ciri makhluk hidup dengan benar. Standar
keberhasilannya adalah apabila minimal peserta didik dapat menyebutkan
tiga dari lima ciri makhluk hidup atau tingkat penguasaan berkisar 80%-
85%.

2) Soal tes objektif dengan empat pilihan terdiri atas duapuluh nomor, peserta
didik dianggap menguasai materi apabila ia dapat mengerjakan 80%-85%
soal dengan benar.

e. Kegiatan Lanjutan

Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan
yang dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam
kenyataannya, setiap kali setelah tes dilaksanakan selalu saja terdapat peserta didik
yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata, (1) hanya menguasai sebagian
atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, (2)

17
peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi
dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam


memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.41

1) Berorientasi pada suatu tujuan pembelajaran. Tipe perilaku bagaimana yang


diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan
analisis pembelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai
yang dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktik langsung.

2) Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan


dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai mengatur data
komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah
(problem solving).

3) Gunakan media pembelajaran dengan sebanyak mungkin agar memberikan


rangsangan pada indra peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu
yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun
psikis, misalnya menggunakan OHP. saat menjelaskan suatu bagan, lebih
baik guru dapat menggunakan OHP dari pada hanya berceramah, karena
penggunaan OHP memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan
mendengar penjelasan guru.

2. Tahapan-tahapan dalam Mengajar

Secara umum dalam mengajar seorang guru mengikuti tahapan-tahapan berikut ini:

a. Prainstruksional

41
Ibid., hlm. 5.

18
Tahap ini merupakan persiapan sebelum mengajar dimulai. Beberapa hal
yang harus dilakukan seorang guru sebelum memulai kegiatan mengajar adalah
sebagai berikut:42

1) Memeriksa kehadiran siswa


2) Mengecek kondisi kelas
3) Mengecek peralatan yang tersedia
4) Mengadakan apresiasi jika siswa sudah siap untuk memulai belajar
5) Mengadakan pretest untuk mengecek pengetahuan awal siswa

b. Instruksional (Saat Sedang Mengajar)

Tahap ini adalah tahap inti yaitu tahapan memberikan materi pelajaran yang
telah disusu sebelumnya. Secara umum berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini:43

1) Menjelaskan tujuan pengajaran yang harus dicapai peserta didik


2) Menulis pokok materi yang akan dibahas
3) Membahas pokok materi yang telah disampaikan dan ditulis tadi
4) Pada saat menyampiakan materi disertai dengan cotoh-contoh konkret
5) Menggunakan alat bantu untuk memerjelas pembahasan
6) Menyimpulkan pembahasan hasil dari pokok materi

c. Asessment (Penilaian)

Kegiatan ini untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi


yang telah disampaikan dan dipelajari. Contohnya adalah kuis, post test, ulangan
harian, dan lain-lain.44

42
Bambang, Tahapan-tahapan Mengajar dalam Kelas, (Online)
(http://kebutuhanprimer.blogspot.com/2014/03/tahapan-tahapan-mengajar-dalam-kelas.html?m=1)
diakses pada 28 Januari 2020.
43
Loc.cit..
44
Loc.cit.

19
d. Follow Up (Tindak Lanjut)

Kegiatan ini adalah tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan


asessment. Ada dua kegiatan yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti hal ini.
siswa yang sudah tuntas diberi materi pengayaan (enrichment) dan siswa yang
beleum tuntas diberikan perbaikan (remidial). Bentuk lainnya bisa diskusi
kelompok, pemberian PR dan lain sebagainya.45

45
Loc.cit.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mengajar adalah suatu aktivitas tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan
pengajaran tercapai.
2. Arti penting mengajar yaitu proses belajar untuk meraih kecakapan cipta,
rasa, dan karsa yang menyeluruh dan utuh.
3. Pandangan pokok mengajar yaitu kegiatan tersebut menunjukan keaktifan
seseorang yang memungkinkan adanya perubahan mental atau pemikiran.
Secara umum ada 4 teori belajar yaitu: behaviorisme, kognitivisme,
humanisme,konstrusktivisme.
4. Model dan metode mengajar : model pembelajaran adalah prosedur atau
pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
yang didalamnya ada strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat
penilaian pembelajaran. Contohnya: model pembelajaran langsung, model
pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kontekstual, dll.
Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan
dalam interaksi anatara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. contohnya: metode karya wisata, metode diskusi, metode
discovery learning, metode demonstrasi, dll.
5. Strategi dan tahapan mengajar: strategi mengajar itu suatu teknik yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. terdapat 5 komponen
strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan,
penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan.
Sedangkan tahapan mengajar secara umum ada 3 tahap yaitu:
prainstruksional, instruksional dan evaluasi.

21
B. Saran
1. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai
psikologi pendidikan tentang mengajar yang baik dan benar sehingga dapat
memberikan dampak yang baik bagi siswa maupun guru itu sendiri dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik antara
guru dan temannya dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberikan
dampak yang positif dalam hal proses, isi maupun hasil yang saling
menguntungkan antara guru dan siswa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhamad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajran di Sekolah.


Semarang: UNISSULA Press.

Bambang. 2014. Tahapan-tahapan Mengajar dalam Kelas. (Online)


(http://kebutuhanprimer.blogspot.com/2014/03/tahapan-tahapan-mengajar-
dalam-kelas.html?m=1) diakses pada 28 Januari 2020.

Fatimah dan Ratna Dewi Kartika Sari. Strategi Belajar & Pembelajaran dalam
Meningkatkan Ketrampilan Bahasa, PENA LITERASI: Jurnal PBSI Vol. 1
No. 2. Oktober 2018.

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Malyno, J. Pengertian Mengajar Menurut Para Ahli. (Online). (http://teori


mengajar/pengertian mengajar menurut para ahli.html) diakses 27 Januari
2020.

Pane, Aprida. Belajar dan Pembelajaran. FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu


Keislaman. Vol. 03 No. 2 Desember 2017.

Ratnawati, Etty. Karakteristik Teori-Teori Belajar dalam Proses Pendidikan


(Perkembangan Psikologis Dan Aplikasi). Jurnal Jurusan Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Solichin, Muhammad Muchlis. Belajar dan Mengajar dalam Pandangan Al-


Ghazali. Jurnal Tadris. Vol. 1. No. 2. 2006.

Sugiyanto. Psikologi Pendidikan BAB IV Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarya:


Universitas Negeri Yogyakarya.

Sunhaji, Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasinya. INSANIA: Jurnal


Pemikiran Alternatif Pendidikan Vol. 13 No. 3. September-Desember 2008.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

23

Anda mungkin juga menyukai