Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


Disusun guna memenuhi tugas perkuliahan
Dosen Pengampu : Dra. Hj. NurAsyah Harahap

KELOMPOK 3(TIGA)
PGSD 3-A
Disusun Oleh :
Dilla Febriana Eka Putri : 03
Novia Herma Savitri : 23
Irna Gita UtamiRangkuti : 34
Nadia : 36

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Pencipta alam semesta ini, yang telah
memberikan nikmatNya sehingga kami bisa menysusun makalah ini dengan tepat waktu.
Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan
saat ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Dan
Pembelajaran dengan judul "kurikulum dan pembelajaran". Kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dra Hj. Nur Asyah Harahap yang telah memberikan kami kesempatan dalam
penulisan makalah ini, dan terimakasih juga buat rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami susun, jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kami memohon kepada ibu dosen dan para pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna
untuk menyempurnakan isi makalah dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu'alaikumwr.wb

Medan, 25 September 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C . Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Widya Stono (2015:9),menyatakan kurikulum adalah inti dari pendidikan, selain


berisi rumusan tentang tujuan yang menentukan kemana siswa siswi akan dibawa dan
diarahkan,juga berisi rumusan tentang isi dan kegiatan belajar,yang akan membekali siwa
siswi dengan pengetahuan,keterampilan dan sikap serta nilai-nilai yang mereka perlukan
dalam kehidupan pelaksaan tugas pekerjaan dimasa yang akan datang.
Dari uraian tersebut bisa kita pahami bahwa proses belajar dan pembelajaran
sangat erat kaitannya dengan pelajar, dari siswa sampaimahasiswa . Belajarmerupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa itu sendiri yangmenyertai perubahan terhadap
dirinya dalam artian siswa menjadi penentuterjadi atau tidaknya proses belajar,dan guru
berperan membantu siswa agar proses belajar berjalan dengan baik. Dan semua proses
tersebut dinamakan peembelajaran.Proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas
merupakan inti darisebuah pendidikan. Dengan demikian, perbaikan kualitas pendidikan
bisadimulai dengan penataan dan peningkatan mutu pembelajaran dikelas. Olehkarena
itu, upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalahmerencanakan dan menentukan
model pembelajaran yang dapatmengkondisikan proses belajar terjadi secara efektif
dengan melibatkansiswa dan guru itu sendiri untuk berperan aktif.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisaan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Jelaskan pengertian dari belajar dan pembelajaran?
2. Jelaskan jenis dan prinsip dalam belajar dan pembelajaran?
3. Jelaskan peran guru dan siswa dalam pembelajaran?
4. Jelaskan perbedaan dan hubungan kurikulum dalam pembelajaran?
5. Jelaskan daya-daya jiwa yang berperan dalam pembelajaranpembelajaran?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari belajar dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui jenis dan prinsip dalam belajar dan pembelajaran
3. Untuk mengetahui peran guru dan siswa dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui perbedaan dan hubungan kurikulum dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui daya-daya jiwa yang berperan dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dan menurut definisi
umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, memperoleh pengetahuan datang dari
sebuah pengalaman, bagaimna pengalaman tersebut terjadi berulang kali melahirkan
pengetahuan.
Dengan begitu, tidak heran bahwa konsep belajar dan pembelajaran sering dikaitkan dengan
istilah mengajar dan pengajaran yang selalu berubah dan berkembang.Hal ini terlihat dalam
redaksi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 20 (tentang Standar Proses) dinyatakan: "Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana peaksanaan pembelajaran materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar". Paradigma pengajaran (teaching),
merupakan intruksi yang berfokus pada aktivitas guru (teacher-centered). Paraadigma ini sesuai
dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Ditjen Mandikdasmen Depdiknas (2008),
pembelajaran diidentikan dengan intuctionNamun, paradigm ini bergeser menjadi intruksi yang
berfokus pada aktivitas siswa (student- centered), dengan istilah pengajaran yang berubah makna
menjadi belajar (learning) yang dalam buku dengan sumber sama mastery learning
diterjemahkan menjadi pembelajaran tuntasDengan kata lain istilah learning indentik dengan
pembelajaran.
Dari berbagai hal tersebut terdapat benang merah yang dapat ditarik, bahwa belajar merujuk pada
suatu proses perubahan perilaku atau perubahan struktur kognitif seseorang seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Definisi belajar menurut 10 ahli, antara lain:


1. Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.
2. Menurut O. Whittaker, belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.
3. James L. Mursel menyatakan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami
sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri.
4. Vygotsky (1978) mengartikan bahwa belajar adalah suatu kegiatan konstruktivisme dimana
siswa merupakan subjek belajar aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitifnya sendiri
dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran konstruktivis, kreativitas dan
keaktifan siswa akan membantu dalam membentuk struktur kognitifnya.
5. Menurut Gage (1984) dalam Sagala (2009), belajar adalah suatu proses simana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
6. Menurut Illeris (2000) dan Ormorod (1995) seperti yang dikutip dari Wikipedia (diakses 2
September 2009) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa bersama-sama
pengaruh dan pengalaman kogniif, emosional, dan lingkungan untuk memperoleh,
meningkatkan, atau membuat perubahan didalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan cara
pandang dari seseorang.
7. Menurut Ernest R Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan oleh sengaja,
yang kemudian menimbulkan perubahan, ynnag keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbbulkan oleh yang lainnya.
8. Menurut Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor
9. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006), belajar ialah suatu proses internal yang kompleks. Yang
terlibat dalam proses internal tersebut diantaranya meliputi unsur afektif (berkaitan dengan sikap,
nilai-nilai, ketertarikan, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial).
10. Muhibbin menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.
Jadi pada hakikatnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya. sendiri, baik dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif.

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan
“pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi
antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
pembelajaran menurut 10 ahli, antara lain:
1. Menurut Arifin (2010), pembelajaran merupakan suatu proses ataukegiatan yang
sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dankomunikatif antara pendidik "guru"
dengan siswasumber belajar, danlingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa.
2. Menurut Syah (2010), pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang agar
orang lain belajar.
3. Menurut G.A Kimbleg, pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif dalam
keupayaan kelakukan akibat latihan yang diperkukuh.
4. Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus.
5. Menurut Woolfolk, pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya
menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.
6. Syaiful Sagala (2009) menyatakan bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan.
7. Oemar Hamalik (2006) mengartikan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran.
8. Menurut Knowles, pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk
bisa mencapai tujuan pendidikan.
9. Briggs menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat peristiwayang dapat
mempengaruhi si pelajar sedemikian rupa sehingga si pelajar itu memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
10. Rahil Mahyuddin menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah
laku yang di dalamnya melibatkan keterampilan keognitif yakni penguasaan terhadap
ilmu keterampilan serta perkembangan keterampilan yang intelek.
Jadi, hakikat dari pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam
membelajarkan peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Jenis-Jenis Belajar
Setidaknya ada delapan jenis belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun beberapa jenis
belajar adalah sebagai berikut:
1. Belajar rasional, yaitu proses belajar menggunakan kemampuIYan berpikir sesuai dengan akal
sehat (logis dan rasional) untuk memecahkan masalah.
2. Belajar abstrak, yaitu proses belajar menggunakan berbagai cara berpikir abstrak untuk
memecahkan masalah yang tidak nyata.
3. Belajar keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan gerak motorik dengan
otot dan urat syaraf untuk menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
4. Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai masalah dan cara penyelesaian
masalah tersebut. Misalnya masalah keluarga, persahabatan, organisasi, dan lainnya yang
berhubungan dengan masyarakat.
5. Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan kebiasaan ke arah yang lebih baik
agar individu memiliki sikap dan kebiasaan yang lebih positif sesuai dengan kebutuhan
(kontekstual).
6. Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar berpikir sistematis, teratur, dan teliti atau
menggunakan berbagai metode ilmiah dalam menyelesaikan suatu masalah.
7. Belajar apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam mempertimbangkan arti atau nilai suatu
objek sehingga individu dapat menghargai berbagai objek tertentu.
8. Belajar pengetahuan, yaitu proses belajar berbagai pengetahuan baru secara terencana untuk
menguasai materi pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan investigasi.

Prinsip-Prinsip belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

1. Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil
(Gage dan Berliner, 1984: 372).
2. Ke aktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan,
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing
dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937:31).
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa,
belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar
Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa
tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai
contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat
secara langsung dalan pembuatan (direct performance), tiskan sekadar melihat
bagia orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang
bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (relling).

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey


dengan "learning by doing" nya. Belajar dialami melalui perbuatan langsung,
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving), Guru bertindak sebaga
pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata,
namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam
penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan
juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua
adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti
halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih
dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teon Psikologi Asosiasi
atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike. Berangkat dari
salah satu hukum belajarnya "law of exercise", ia mengemukakan bahwa belajar
ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan
terhadap pengalaman- pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar. Seperti kata pepatah latihan menjadikan sempuma (Thomike, 19316:20 dan
Gredler, Margaret E Bell, terjemahan Monastir, 1901 513 Psikologi Conditioning
yang merupakan perkembangan lebih lanjat dari Koneksionisme joga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning
respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus
yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi,
misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng,
kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini
perilaku individu dapat dikondisikan. dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah
membentuk kebiasaan. mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi
suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya. tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hamianat itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan
inu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam
mertian baru dan tujuan haru, demikian seterusnya, Agar pada anak timbul motif
yang kaat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah
menantang. Tantangan yang diftadagi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang hanyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan sirwa berusaha
mencari dan menemukan konsep-konsep. prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.
Bahan belajar yang telah dinkan secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal
menelan saja karang menarik bagi siswa.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberi kan tantangan


bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh- sungguh. Penguatan positif
maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari fhulkum yang tidak menyenangkan.

6. Balikan dan Penguatan


Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan serutama ditekankan
oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skanner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulunya, maka pata operant
conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kanci dari seori belajar ini adalah
law of effect-nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan
mempakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi snaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak taja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan
kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan
Berliner, 1984:272)

7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual. umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.

Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat


diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain peng- gunaan metode atau strategi
belajar-mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa
dapat terlayani. Juga peng- gunaan media instruksional akan membantu melayani
perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki
pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar
bagi anak-anak yang kurang. Di samping itu dalam memberikan tugas-tugas
hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa
yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar.
Sebagai unsur primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya
siswa dan guru terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap
kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun
demikian, perlu disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai
implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud
dalam setiap proses pembelajaran. Agar Anda mendapat kejelasan tentang
implikasi prinsip- prinsip belajar bagi siswa dan guru, uraian berikut ini dapat
membantu anda memperolehnya.

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN


Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses
pembelajaran yang menjadi alat mencapai tujuan pendidikan, maka sebagai alat pendidikan,
kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain.
Dalam kaitannya peran guru dalam proses pembelajaran, Gage dan Berliner (dalam Suyono dan
Hariyanto)" melihat ada tiga fungsi utama guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana
(planner), pelaksana dan pengelola (organizer) dan penilai (evaluator). Sementara itu, Abin
Syamsuddin Makmur (2000) dalam kaitan dengan pendidikan sebagai media dan wahana
transfer sistem nilai berpendapat bahwa ada lima peran dan fungsi guru, yaitu sebagai
konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma-norma kedewasaan,
innovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan, sebagai transmitor (penerus) sistem nilai
tersebut kepada peserta didik, transformator (penerjemah) sistem nilai tersebut melalui
penjelmaan dalam pribadi dan perilaku, melalui proses interaksi dengan peserta didik, serta
organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukasi yang dapat dipertanggung jawabkan
dalam proses transformasi sistem nilai.
Gary Flewelling dan William Higginson (2003) menggambarkan peran guru sebagai berikut:
1. Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyedian tugas-tugas pembelajaran yang kaya
(rich learning tasks) dan terancang dengan baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual,
emosional, spiritual, dan sosial.
2. Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami,menantang, berdiskusi,
berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan,
pertumbuhan dan keberhasilan;
3. Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan;
4. Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan memberi
penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara membangkitkan
rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko (risk
taking learning), dengan demikian guru berperan sebagai pemberi informasi (informer),
fasilitator, dan seorang artis.
Peranan guru dianggap dominan menurut Dr Rusman, Mpddiklasifikasikan sebagai
berikut:"
1. Guru sebagai demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi
belajaran yang akan diajarkan dan mengembangkannya. karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2. Guru sebagai pengelola kelas


Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru hendaknya mampu
melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan lingkungan yang perlu
diorganisasi.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
untuk media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru
hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber,
buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4. Guru sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya melakukan penilaian untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai apa tidak. apakah materi
yang diajarkan sedah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan
sudah cukup tepat.

Peran Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran


Dalam konteks pembelajaran dilakukan, secara historis filsafat pendidikan dibagi menjadi dua,
guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered philosophies) dan siswa sebagai pusat
pembelajaran (student-centered philosophies).Teacher-centered philosophies dikatakan
cenderung lebih otoriter dan konserfatif, dan menekankan pengembangan nilai-nilai dan
pengetahuan yang telah hadir sejak dulu sampai sekarang.Aliran pokok dari filsafat yang
berpusat kepada guru, yaitu esensialisme dan perenialisme. Student-centered philosophies lebih
berfokus kepada pembelajar, kontemporer dan relevan, serta menyiapkan siswa untuk perubahan
di masa depan. Sekolah dipandang sebagai suatu lembaga yang bekerja dengan kaum muda
untuk membangun dan memperbaiki masyarakat atau membantu para siswa menyadari tanggung
jawab individual mereka di masyarakat Aliran pokok dari faham ini adalah progrevisme,
rekonstruksionisme sosial, dan eksistensialisme. Dalam paham ini siswa dan guru bekerja sama
untuk menentukan apa saja yang harus dipelajari dan bagaimana cara terbaik untuk
mempelajarinya."
Berdasarkan konteks di atas, proses pembelajaran sendiri memiliki dua dimensi. Pertama
adalah aspek kegiatan siswa: apakah kegiatan yang di' siswa bersifat individual atau bersifat
kelompok. Kedua aspek orientasi kegiatan siswa apakah difokuskan pada individu atau
kelompok. Berada dua dimensi yang masing-masing memiliki dua kutub tersebut, terdapat empat
model pelaksanakan dalam pembelajaran.
 Pertama, apa yang disebut self-study, yaitu, kegiatan siswa dilaksanakan secara
individual dan orientasi guru dalam mengajar juga bersifat individu. Model pertama ini
memusatkan perhatian pada diri siswa.Agar siswa dapat memusatkan perhatian perlu
diarahkan oleh dirinya sendiri dan bantuan dari luar, yaitu guru dan Siswa harus dapat
mengintegrasikan pengetahuan yang baru diterima ke dalam pengetahuan yang telah
dimilikinya. Untuk pelaksanaan model self- study ini perlu didukung dengan peralatan
teknologi, seperti computer.Keberhasilan model ini ditentukan terutama oleh kesadaran
dan tanggung jawab pada diri sendiri.
 Kedua, apa yang dikenal dengan istilah cara mengajar tradisional. Model ini memiliki
aktivitas siswa bersifat individual dan orientasi guru mengarah pada kelompok.
Padamodel ini kegiatan utama siswa adalah mendengar dan mencatat apa
yangdiceramahkan guru.Seberapa jauh siswa mendengar apa yang diceramahkan guru
tergantung pada ritme guru membawakan ceramah itu sendiri. Siswa akan dapat
mengintegrasikan apa yang didengar ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki apabila
siswa dapat mengaitkan pengetahuandengan apa yang diingat. Model ini sangat
sederhana, tidak memerlukan teknologi, cukup papan tulis dan kapur.Keberhasilan model
ini banyak ditentukan oleh otoritas guru.
 Ketiga, apa yang disebut model persaingan, Model ini memiliki aktivitas yang bersifat
kelompok, tetapi orientasi guru bersifat individu.Model ini menekankan partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, semua siswa harus aktif dalam kegiatan kelompok tersebut.
Seberapa jauh siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan akan ditentukan oleh seberapa
jauh kegiatan memiliki kebebasan dan dapat membangkitkan semangat kompetisi.
Pengetahuan yang diperoleh dan dapat dihayati merupakan hasil diskusi dengan
temannya.Model ini memerlukan teknologi baik berupa alat maupun berupa manajemen
seperti konferensi dan seminar. Keberhasilan model ini terutama ditentukan oleh adanya
saling hormat dan saling mempercayai di antara siswa.
 Keempat. apa yang dikenal dengan istilah model cooperative- collaborative. Model ini
memiliki aktivitas siswa yang bersifat kelompok dan orientasi guru juga bersifat
kelompok. Model ini secara khusus menekankan kerja sama di antara para siswa.
Kegiatan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan bersama yang telah menjadi konsensus
di antara mereka. Konsensus ini didasarkan pada nilai-nilai yang dihayati bersama. Oleh
karena itu, dalam kelompok senantiasa dikembangkan pengambilan keputusan.
Kebersamaan dan kerja sama di antara para siswa untuk mencapai tujuan belajar
bersama. Disamping tujuan bersama yang akan dicapai, kebersamaan dan kerja sama
dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerja sama
diantara para siswa. Dengan model ini, guru tidak selalu memberikan tugas-tugas
individual, tetapi secara kelompok. Bahkan, penentuan hasil evaluasi akhir pun
menggunakan prinsip kelompok. Artinya, hasil individu siswa tidak hanya didasarkan
kemampuan masing-masing, tetapi juga dilihat berdasarkan hasil prestasi kelompok.
Dengan demikian, siswa yang pandai akan menjadi tutor untuk membantu siswa yang
kurang pandai demi prestasi kelompok sebagai satu kesatuan. Setiap siswa tidak hanya
bertanggung jawab atas kemajuan dan keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung
jawab atas keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab atas keberhasilan dan
kemajuan kelompoknya.

PERBEDAAN DAN HUBUNGAN KURIKULUM DALAM


PEMBELAJARAN
Perbedaan kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman uang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta isi
yang harus dipelajari, sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar
dan mengajar antara guru dan murid.
Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran.
Kalau diamati secara seksama antara kurikulum dengan pembelajaran dengan
memperhatikandefenisi di atas maka, kedua permasalahan tersebut dapat dikatakan, kurikulum
dengan pembelajaran sangat erat hubungannya ibarat pepatah setali mata uang yakni saling
berinterkasisatu dengan lainnya. Hali ini dipertegas dengan pendapatnya Mac Donald,
menurutnya, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu :
1.mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh gurukepada
peserta didik.
2.Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respons
terhadapkegiatan mengajar yang diberikan oleh guru.
3.Pembelajaran adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan
berkenaandengan terjadinya interkasi belajar-mengajar
4.Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar-mengajar.Pendapat serupa yakni Zais, dia menjelaskan bahwa, kebaikan suatu
kurikulum tidak dapatdinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses
pelaksanaanfungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi
pengajaran,melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberikan
pedoman danmengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis
merupakandokumen kurikulum (curriculum document or inert curikulum. Sedangkan kurikulum
yangdiopersional di kelas merupakan kurikulum fungsional.Kedua pendapat tokoh tersebut
sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ataukurikulum 2006 yang tercantum
dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan inilah yang saat ini dipakai oleh semua lembaga pendidikan di
Indonesia di mana kurikulum tersebut tidak hanya berisi materi pelajaran, strukturkurikulum,
jumlah jam tatap muka perminggu tetapi mencakup tentang desain intraksional atauRencana
Program Pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar guru.
Sebagaimana diatur oleh Badan Nasional Standar Pendidikan ( BNSP )Sedangkan menurut Taba,
batas antara kurikulum dan pembelajaran sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai
contoh dalam kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serincimungkin agar mudah dipahami
guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga memungkinkanmencakup semua bahan yang dapat
dipillih oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswaserta kemampuan guru. Kurikulum
memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas,tetapi merupakan tugas dan
tanggungjawab guru untuk membelajarkannya.

Daya-daya jiwa yang berperan dalam pembelajaran


Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-
daya.Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya
itudengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk
sesuatuhal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi
dansebagainya.Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya ingat. Seseorang harus
melakukandengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing dan sebagainya.
Untukmempertajam daya berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan
permasalahandari yang sederhana sampai yang kompleks.
Untuk meningkatkan daya fantasi seseorangharus membiasakan diri merenungkan sesuatu,
dengan usaha tersebut maka daya-daya itudapat tumbuh dan berimbang dan tidak lagi bersifat
laten (tersembunyi) di dalam diri.Pengaruh teori ini dalam belajar ilmu pengetahuan yang
didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka.
Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian.Walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kataasing dan sebagainya.Oleh
karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar, latihlahsemua
daya yang ada dalam diri.
* Keunggulan
dari teori ini adalah teori inicocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orangdewasa dan teori ini juga membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka
pada situasi dankondisi belajar sedangkan
*kelemahan
dari teori ini adalah proses pembelajaran berpusat padaguru dan siswa hanya mendengarkan
penjelasan dan menghapal saja sehingga siswa menjaditidak aktif dan tidak dapat berkembang.
Teori ini digunakan disetiap jenjang pendidikanuntuk melaksanakan proses pembelajaran dari
dulu sampai sekarang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh proses
pendidikan. Artinya, kurikulum merupakan ciri utama pendidikan di sekolah.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya
tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan proses yang akan
terus kita alami sebagai makhluk hidup dan selama hidup. Diperlukan suatu proses
belajar dan pembelajaran yang baik sehingga tujuan dari keduanya dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DIAKSES PADA SEPTEMBER 2023-9-25
PUKUL 13,34
Asyah, Nur. Diktak KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN.

https://id.scribd.com/document/371504463/Makalah-Belajar-Dan-Pembelajaran
https://id.scribd.com/document/510707583/Makalah-Prinsip-Belajar-Dan-Pembelajaran
http://repository.iainpare.ac.id/1639/1/Belajar%20Dan%20Pembelajaran.pdf
MAKALAH HUBUNGGAN KURIKULUM DENGEN PEMBELAJARAN : DIAKSES PADA
September 2023-09-25 PUKUL 13,50
https://id.scribd.com/document/389763502/Hubungan-Kurikulum-Dengan-Pembelajaran
TEORI BELAJAR MENURUT ILMU JIWA DAYA DIAKSES PADA SEPTEMBER 2023-
09-25 PUKUL 13,45
https://www.academia.edu/36721572/Teori_Belajar_Menurut_Ilmu_Jiwa_Daya
JURNAL PERAN GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
DIAKSES PADA 25 SEPTEMBER 2023 PUKUL12,52
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/pai/article/download/893/762/

Anda mungkin juga menyukai