Anda di halaman 1dari 20

TEORI BELAJAR SISTEMATIK FUNGSI

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah Pembelajaran Qur’an Hadits)

Dosen Pengampu:

Isropil Siregar, M.Pd.I

NIDN: 2106129002

Oleh:

Nurhasisah

NIM 21.01.0016

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

HIDAYATULLAH BATAM

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala Rahmat-Nya
yang telah memberikan ilmu serta nikmat sehat sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada
junjungan Nabiyullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam yang telah membawa kita
dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Pada makalah ini penulis akan membahas “Teori Belajar Sistematik


Fungsi”. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
maka saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Batam, 24 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Belajar dan Pembelajaran..................................................................3


B. Teori-Teori Belajar............................................................................6
C. Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran pada Pembelajaran
Al-Quran ...........................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................16

A. Kesimpulan........................................................................................16
B. Saran..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan sikap dan Perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu. Belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental
atau ( psikhis ) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat
relatif tetap dalam aspek-aspek : kognitif, afektif dan psikomotor “Taxonomi
Bloom” Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru
ataupenyempurnaan/penigkatan dari hasil belajar yang telah diperoleh
sebelumnya.
Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap
orang dapat dilakukan dengan cara berbeda. Ada belajar dengan cara melihat,
menemukan dan juga meniru.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih
Pada saat setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang
pembelajaran. Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat
diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang
bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Kegiatan pembelaiaran merupakan interaksi yang terjadi dalam suasana
interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar tujuan, artinya interaksi yang
telah direncanakan untuk suatu tuiuan tertentru untuk mencapai tujuan
intruksional atau tujuan belajar yang telah dirumuskan pacla satuan pelajaran.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran
satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan

1
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional belajar dan
pembelajaran adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
parameter pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja teori-teori belajar?
3. Bagaimana Penerapan Teori belajar dan Pebelajaran pada Pembelajaran
Al-Quran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar.
3. Untuk Mengetahui Penerapan Teori belajar dan Pembelajaran pada
Pembelajaran Al-Quran.

D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk
memperkaya wawasan pembaca tentang teori belajar. Makalah ini juga
berguna sebagai kajian ilmiah tentang belajar dan pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana untuk melatih kemampuan menulis karya tulis
ilmiah sekaligus sebagai penambah pengetahuan, dan konsep keilmuan
tentang Pembelajaran Qur’an Hadits.
2. Pembaca, sebagai media informasi ataupun referensi tentang Pembelajaran
Qur’an Hadits.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan kegiatan yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Guru atau dosen (obsever) dapat
mengenali proses belaiar telah terjadi ketika ia melihat adanya perubahan
perilaku dari seseorang setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil
belalar yang dimaksud oleh guru atau dosen dapat dilihat dan diukur.
Belajar adalah suatu proses atau suatu aktifitas untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengkokohkan kepribadian. Secara singkat belajar adalah proses untuk
menjadi tahu. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan lebih
baik. Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali
apa yang telah dipelajarinya.1
Berikut ini beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar.
Dalam Guidance of Learning Activity W.H. Burton (1984) mengemukakan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara
Emest R. Hilgard dalam Instruction to Phsychology mendefinisikan belajar
sebagai suatu perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.2
H.C Witherington dalam Educational pshychology menjelaskan
pengertian belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dan reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Gagne Berlinger mendefinisikan

1
Nurul Hidayati, “Teori Pembelajaran Al-Quran”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
(Juni 2021), hal. 32-33
2
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan, (Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014), hal. 2

3
belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman.
Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip oleh Gusnarib Wahab
dan Rosnawati menyatakan bahwa belajar sebagai proses perubahan tingkah
laku yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya
interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya. Heinich (1999)
mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan
pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan
informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan
pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang
sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya. Gredler juga
menekankan pengaruh lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar,
studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik
bagi individu maupun masyarakat. Belajar juga merupakan basis untuk
kemajuan masyarakat di masa depan.3
Selanjutnya Gagne & Briggs (2008) menjelaskan belajar adalah hasil
pasangan stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali
(reinforcement) yang terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk
menguatkan tingkah laku yang diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses
belajar setiap orang akan menghasilkan hasil belajar yang berbedabeda untuk
itu perlunya reinforcement yang terus menerus hingga mengalami perubahan
tingkah laku kearah yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan yang
memberikan perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang.
Dengan kata lain seseorang dikatakan telah belajar jika terdapat perubahan
baru dalam dirinya.
Mengajar adalah proses menyampaikan informasi atau pengetahuan
dari guru/dosen/instruktur kepada siswa/pelajar. Sedang pembelajaran adalah
proses belajar dan mengajar yang melibatkan peserta didik, pendidik, materi,
kelas dan lainnya.
3
Gusnarib Wahab dan Rosnawati, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jawa Barat:
CV. Adanu Abimata, 2020), hal. 5-6

4
Jadi, pembelajaran tidak harus diperankan oleh murid dan seorang
yang memiliki status sebagai guru, tapi pembelajaran adalah adanya
perubahan sebagai tujuan dari proses memberi dan menerima pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang dilakukan oleh siapa saja, baik guru dengan
murid, orang tua dengan anak, anak dengan anak, orang dengan dan lainnya.
Pengertian pembelajaran secara etimologis yaitu berasal dari kata ajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ajar merupakan kata benda yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Kata kerja ajar
menjadi mengajar yang berarti memberi pelajaran. Orang yang mengajar
disebut pengajar dan proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan
disebut dengan pembelajaran. Jadi, pembelajaran ditinjau dari segi bahasa
memiliki arti proses memberikan pelajaran
Pengertian pembelajaran secara terminologis diartikan sebagai proses,
cara, perbuatan menjadikan orang untuk belajar. Orang yang belajar tersebut
disebut pelajar. Kemudian belajar sendiri berarti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, latihan, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.4
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan
sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar
maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis
belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar,
tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar

4
Ahdar Djamaluddin dan Wardana, Belajar dan Pembelajaran: 4 Pilar Peningkatan
Kompetensi Pedagogis, (Sulawesi Selatan: CV. Kaaffah Learning Center, 2019), hal. 13

5
terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan
masyarakat.

B. Teori-teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik aliran tingkah laku, belajar
diartikan sebagai proses peruahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah
suatu kontrol istrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidak nya
seseorang tergantung pada faktor-faktor tradisional yang diberikan
lingkungan.5 Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru
sebagai interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responsnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau
perilaku tertentu dengna menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan perilakunya, menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada peserta didik, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan peserta
didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati atau tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan
respons. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh peserta didik (respons) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini

5
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan, (Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014), hal. 28

6
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Taeori belajar behaviorisme memandang bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati dan diukur. Teori ini tidak
menjelaskan perubahan yang disebabkan oleh faktor internal yang terjadi di
dalam diri peserta didik. Tetapi teori ini hanya membahas perubahan perilaku
yang dapat dilihat dengan indra dan semua yang dapat diamati. Behaviorisme
tidak mengakui adanya kescerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu
dalam proses belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori ini
menganggap peserta didik sebagai pelajar yang pasif. 6 Teori Belajar
Behavioristik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmental)
2. Mementingkan bagian-bagian (elementaris)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal” (trial
and error).
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
6
Herpratiwi, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hal.
1

7
2. Teori Kognitifistik
Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk
tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Perkembangan kognitif sebagian
besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.7
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi
pengalaman kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibagun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah tetapi
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. 8 Ibarat
seseorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not balok pada
partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai
suatu kesatuan yang secara utuh masuk kedalam pikiran dan perasaannya.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup
pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
7
Nurhayani dan Dewi Salistina, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: CV
Gerbang Media Aksara, 2022), hal. 84
8
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan, (Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014), hal. 35

8
proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.9
3. Teori Belajar Konstruktifitsik
Menurut Suyono dan Hariyanto konstruktivisme adalah sebuah filosofi
pembelajaran dengan merefleksi pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup. Sedangkan
menurut Cahyo konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan
yang menekan bahwapengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil
konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membangun pengetahuan
tersebut. Trianto juga berpendapat bahwa teori pembelajaran konstruktivisme
merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan
yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi
(Nurhayani dan Dewi Salistina, 2022 : 180). Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa teori belajar konstruktifistik merupakan teori belajar yang
menuntut siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri dengan
mengkonstruksi kegiatan belajar sesuai pengalamannya.
Konstruktivistik adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang secara aktif mampu membangun atau membuat
pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu
sendiri pula.10 Teori konstruktivistik memahami proses belajar pembentukan
(konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada didalam
diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu

9
Gusnarib Wahab dan Rosnawati, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jawa Barat:
CV. Adanu Abimata, 2021), Hal. 35
10
Nurul Hidayati, “Teori Pembelajaran Al-Quran”, Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir
(Juni, 2021), Vol. 4 No. 1, Hal. 35

9
saja dari seseorang guru kepada orang lain (siswa). 11 Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.12
Hakikat pengetahuan dalam filsafat Konstruktif mempengaruhi konsep
tentang belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses
mmengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah
semata hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari
dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil
dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakana.
Dapat dijelaskan bahwa dalam Konstruktivisme terdapat beberapa ciri-
ciri, yaitu: (a) Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka
belajar bukan karena disampaikan pada mereka; (b) Pelajaran baru sangat
tergantung dengan pelajaran sebelumnya; (c) Belajar dapat ditingkatkan
dengan interaksi sosial; (d) Penugasan-penugasan dalam belajar dapat
meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran; dan (e) Siswa membangun
interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan pengalaman individual
dan interaksi.13
Implikasi teori kontruktivisme dalam pembelajaran, guru harus
menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan kondusif serta
mengarahkan peserta didik untuk memahami materi lalu membimbing peserta
didik secara langsung untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan
mencari dan menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan
lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua

11
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan,
(Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014), hal. 46
12
Gusnarib Wahab dan Rosnawati, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jawa Barat:
CV. Adanu Abimata, 2021), hal. 29
13
Zalyana, “Perbandingan Konsep Belajar, Strategi Pembelajaran dan Peran Guru
(Perspektif Behaviorisme dan Konstuktivisme)”, Jurnal Al-Hikmah (April, 2016), Vol. 13 No.
1, hal. 77

10
situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori Belajar Humanistik
Humanistik berasal dari bahasa inggris yang artinya manusia. Dalam
hal ini yaitu teori belajar yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Teori
belajar humanistik ini. di pelopori oleh Abraham Maslow. Menurut Abraham
hal yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya.
Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia
daripada berfokus pada “ketidak normalan” atau “sakit”. Pendekatan ini
melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal positif. Kemampuan positif ini
disebut potensi yang ada dalam manusia dan pendidik yang beraliran
humanistik biasanya memfokuskan pada hal-hal positif ini.14
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain efektif. Misalnya kemampuan dalam
keterampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain,
kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain,
kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Jadi intinya
adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan
sehari-hari. Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat dan nampak dari para
pendidik beraliran humanistik. Karena berfikir danmerasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah
satu potensi terbesar manusia. Bagi penganut teori humanistik ini, proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Adapun tujuan
belajar dengan teori humanistik ini adalah untuk “Memanusiakan manusia”.
Proses belajar dianggap berhasil jika pembelajar telah memahami lingkungan
dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, pembelajar dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
14
Nurhayani dan Dewi Slistina, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: CV
Gerbang Media Aksara, 2022), hal. 160

11
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa
adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Teori humanstik berpendapat bahwa belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara
optimal. Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori
humanistik dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia.15
Teori humanistik berfokus pada sikap dari kondisi manusia yang
mencakup kesanggup untuk menyadari diri, bebas memilih unutk menentukan
Nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar pencarian.16

C. Penerapan Teori Belajar Pada Pembelajaran Al-Quran


a. Aplikasi Teori pada pembelajaran al Qur'an
Contoh, materi belajar membaca al Qur'an jilid 1: belajar membaca al
Qur'an menurut teori kognitif dapat dilakukan dengan memberikan petunjuk
kepada peserta didik tentang pokok materi agar kemudian dapat diolah oleh
otak dalam mengidentifikasi macam-macam huruf sehingga menghasilkan
kemampuan anak didik membaca al Qur'an dengan benar. Kalimat yang
dipakai harus sederhana, menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks yang akan
dibaca atau menghindari kalimat yang bersifat teoritik atau deskriptif. Kita
dapat menggunakan kalimat: “perhatikan ini bunyinya “ ‫( “ ب‬Ba)”, hindari
15
Ahdar Djamaluddin dan Wardana, Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar Peningkatan
Kompetensi Pedagogis, (Sulawesi Selatan: CV. Kaaffah Learning Center, 2019), hal. 19
16
Herpratiwi, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hal.
25

12
menggunakan kata yang panjang dan kurang tegas, seperti “yang bentuknya
begini dibaca … ”, untuk membedakan antar huruf “ ‫ “ ت ب ث‬cukup
menyampaikan perhatikan pada titiknya.Sedangkan menurut teori
behavioristik belajar adalah adanya stimulus yang nantinya menghasilkan
respon atau perubahan. Dalam materi membaca al Qur'an jilid 1 ini, guru
biasanya memberi contoh terlebih dahulu, menggunakan metode drill atau
memberi petunjuk seperti di atas, yang penting pada teori ini adalah setelah
guru memberikan stimulus maka akan menghasilkan perubahan yaitu anak
didik bisa melafalkan bacaan yang ada jiid 1 dan membedakannya.
Untuk teori konstruktivistik, guru membangun pengetahuan awal yang
dimiliki oleh anak didik. Contohnya: sebelum mulai, guru menunjuk salah
satu huruf hijaiyyah “ ‫( “ ب‬Ba)” dan bertanya “ini dibaca apa…?” ketika anak
didik sudah tahu, kemudian guru menunjuk pada huruf “ ‫ “ ت ث‬dan bertanya
perbedaaannya dan seterusnya. Pada teori ini guru tidak boleh langsung
memberi tahu materi, tapi harus menggali pengetahuan awal yang dimiliki
anak didik kemudian membantu agar mereka mampu membangun dan
mengembangkan pengetahuannya itu sendiri, sehingga menghasilkan
pengetahuan baru.
Teori pembelajaran Behavioristik telah memberikan pengaruh yang besar
terhadap dunia pendidikan sehingga banyak metode-metode pembelajaran
yang dihasilkan dari teori ini. Beberapa metode yang berdasarkan teori ini
seperti metode Iqra, Metode ini sangat efektif diaplikasikan terutama bagi
pelajar yang memulai belajar membaca Al Quran dari nol karena materi atau
bahan bacaan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dengan
menggunakan metode Iqra‟ para siswa dapat dengan mudah dan cepat
membaca Al Quran sehingga metode ini pernah dijadikan proyek oleh
Departement Agama RI sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca
terhadap kitab suci Al Quran. Lalu Metode Drill (latihan), Metode drill atau
latihan banyak digunakan dalam mempelajari ilmu bahasa asing termasuk
ilmu tajwid. Metode ini sangat efektif digunakan dalam mempelajari
keterampilan karena dalam praktiknya, siswa terus menerus dilatih mekipun
banyak melakukan kesalahan sehingga siswa terbiasa melakukan yang benar

13
sampai akhirnya siswa dapat menguasai keterampilan yang diinginkan.
Kemudian Metode Demonstrasi (praktik), Menurut Moh. Roqib, “Metode ini
digunakan agar teori yang dipelajari langsung bisa diaplikasikan sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam memahami sesuatu”. Sebagai contoh, seorang
guru yang mengajarkan materi tata cara sholat biasanya setelah
mendreskripsikan secara lisan, para siswa langsung diajak ke masjid untuk
mendemonstrasikannya agar pembelajaran dapat langsung diaplikasikan oleh
para siswa dalam kehidupan sehari-hari.17
Menurut Nurul Hidayati dalam jurnalnya ketika belajar dan mengajar baca
al-Qur'an, lebih condong pada teori konstruktivistik, yang mana teori ini
adalah pengembangan dari teori kognitivistik. Pada dasarnya anak didik
memiliki kemampuan awal yang berbeda yang perlu dihargai,bahkan pada
setiap proses belajar, anak memiliki perkembangan yang berbeda juga,
sehingga mereka mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya
sendiri-sendiri. Namun, proses pembelajaran baca al-Qur'an tidak bisa terlepas
dari tiga teori tersebut, karena perbedaan intelegence anak didik menuntut
guru agar menyesuaikan pembelajaran. Ada anak yang tidak mampu
mengembangkan kemampuannya sendiri dan sangat tergantung pada stimulus,
maka dalam hal ini kita perlu menganut teori behavioristik.
Teori-teori tersebut secara tidak langsung dianut oleh metode-metode baca
al Qur'an yang berkembang di Indonesia, diantaranya adalah Iqra’, Qiroati,
Tilawati, Ummi dan lainnya. Setiap metode tersebut memiliki teori
pembelajaran yang berbeda, ada yang lebih condong ke teori konstruktivistik,
metode ini lebih melepaskan anak didik untuk belajar sendiri, bahkan guru
dilarang langsung memberikan contoh bacaan kepada anak didik ketika ada
bacaan yang belum benar, kecuali anak sudah benar-benar tidak bisa. Namun
metode lain justru mengharuskan guru untuk memberikan contoh bacaan di
setiap pokok pembahasan dan juga pada proses pembelajaran kecuali anak
sudah bisa membaca sendiri tanpa diberikan contoh. Metode ini lebih pada
teori behavioristik. Pada dasarnya setiap metode menggunakan teori ganda

17
Aa Saprudin, “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur
Citeureup”. Skripsi. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), hal. 16-18

14
atau campuran, karena dalam prosesnya memakai model pembelajaran clasikal
dan
individual yang secara otomatis teori-teori tersebut teraplikasi.

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Belajar merupakan kegiatan yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan sikap
Mengajar adalah proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari
guru/dosen/instruktur kepada siswa/pelajar. Sedang pembelajaran adalah
proses belajar dan mengajar yang melibatkan peserta didik, pendidik, materi,
kelas dan lainnya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Ada
pun beberapa jenis Teori pembelajaran yaitu Teori Pembelajaran
Behavioristik, Teori Pembelajaran Kognitifistik, Teori Pembelajaran
Konstruktifistik dan Teori pembelajaran Humanistik.
Dalam Setiap Teori Pembelajaran terdapat beberapa metode yang dapat
dipilih dalam penerpannya. Pada dasarnya setiap metode menggunakan teori
ganda atau campuran, karena dalam prosesnya memakai model pembelajaran
klasikal dan individual yang secara otomatis teori-teori tersebut teraplikasi.

B. Saran
Dalam pembelajaran teori ini dapat bekerja sama. Peran guru adalah
mengkondisikan belajar dengan menggunakan berbagai strategi yang berpusat
pada peserta didik

DAFTAR RUJUKAN

16
Djamaluddin, Ahdar dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajaran: 4 Pilar
Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulwesi Selatan: CV. Kaaffah
Learning Center

Herpratiwi. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi

Hidayati, Nurul. 2021. “Teori Pembelajaran Al-Quran”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an


dan Tafsir.

Nurhayani dan Dewi Salistina. 2022. Teori Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara

Saprudin, Aa. 2015. “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme


Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di
MTs Al Hidayah Tajur Citeureup”. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah

Wahab, Gusnarib dan Rosnawati. 2020. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.


Jawa Barat: CV. Adanu Abimata

Yuberti. 2014. Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam


Pendidikan. (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA)

Zalyana. 2016. “Perbandingan Konsep Belajar, Strategi Pembelajaran dan


Peran Guru (Perspektif Behaviorisme dan Konstuktivisme)”, Jurnal Al-
Hikmah 13(1)

17

Anda mungkin juga menyukai