Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Hubungan Teori Belajar dengan Materi Pembelajaran PKN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan PKn
Dosen Pengampu : Hamidaturrohmah, S.Psi., M.Pd.

Disusun Oleh :
Salmah (211330000752)
Vika Rezsana (211330000820)
Sefiyani Rafikha Putri (211330000874)
Nailin Najikhah (211330000884)
Dessy Alifa Fitriani (211330000892)
Fitriyani (211330000898)
Kelas : 4 SDA7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
HAMIDATURROHMAH, S.Psi., M.Pd. Sebagai dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan PKn. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk pembahasan materi
mengenai beberapa jenis penelitian yang berguna untuk pembaca dan juga penulis
makalah ini.

Makalah yang berjudul “Hubungan Teori Belajar dengan Materi


Pembelajaran PKN SD” ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca dan penulis makalah ini. Kami selaku penulis makalah ini
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada Bu
HAMIDATURROHMAH, S.Psi., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
PKn yang telah memberikan kelapangan dalam membimbing kami dalam proses
pembuatan makalah ini. Kami selaku penulis makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam segi penulisan kata, bahasa, ataupun kalimatnya. Oleh sebab itu, kami
mengarapkan kritik dan saran dari semua pihak agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Jepara, 22 Januari 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Teori Belajar pada Pembelajaran PKn SD....................................................6
B. Aplikasi Teori Belajar pada Pembelajaran PKn SD.....................................9
C. Teori Belajar dalam Kurikulum Merdeka...................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Simpulan.....................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar


empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pendidik. Kenyataan yang
ada, kurikulum yang selama ini di sekolah dasar kurang mampu mempersiapkan siswa
untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan
pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya,
serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa denagan beragam intelektual.
Jerome S. Brunner, seorang peneliti terkemuka memberikan beberapa gambaran
tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para
guru. Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir cukup jelas bagi Brunner
bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri sangatlah minim dibahas
teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini hanya terfokus pada
toeritis semata. Sebagai contoh pada saat membahas materi tentang HAM, kebanyakan
guru hanya memberikan contoh-contoh yang tertulis dibuku tanpa mengaitkan terhadap
kehidupan nyata dan tanpa melakukan praktek langsung.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan
untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Belajar merupakan proses dimana
seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan
bagi guru MI/SD dalam menjalankan model-model pembelajarn yang akan dilaksanakan.
Dari permasalahan di atas kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran
sebaiknya juga menyagkut suatu praktek untuk membimbing seseorang atau peserta didik
bagaimana cara agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup serta

4
pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitar. Oleh kareana itu, penulis membuat
sebuah makalah tentang teori belajar pembelajaran yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai sebuah referensi dan pegangan kepada pendidik dalam melaksankan
pembelajaran yang baik di kelas nantinya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini di ambil dari latar belakang di atas, yaitu:


1. Apa saja teori belajar pada pembelajaran PKn SD?
2. Bagaimana contoh aplikasi teori belajar dalam Pembelajaran PKn SD?
3. Teori belajar apa yang cocok dalam Kurikulum Merdeka?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan ebagai beriut :


1. Mengetahui teori belajar pada pembelajaran PKn.
2. Mengetahui contoh aplikasi teori belajar dalam Pembelajaran PKn SD.
3. Mengetahui Teori belajar apa yang cocok dalam Kurikulum Merdeka.

D. Manfaat

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis makalah ini. Yaitu
dapat menambah wawasan mengenai Hubungan Teori Belajar dengan Materi
Pembelajaran PKN SD. Serta dapat menjadi refrensi bagi pembaca dan penulis
mengenai wawasan tentang Hubungan Teori Belajar dengan Materi
Pembelajaran PKN SD

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar pada Pembelajaran PKn SD

1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme merupakan suatu teori menjelaskan bagian
perilaku atau sifat manusia (Rufaedah, 2018). Teori behaviorisme berpandapat
bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat saraf dan
otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengungkapkan sebuah pikiran. Dalam
penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia, behaviorisme hanya menyoal
tingkah laku luar saja (badaniah). Teori belajar behavioristik menekankan pada
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon,
sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajar (Damanik et al., 2023). Teori ini lebih
mendahulukan pengamatan, karna pengamatan ini amat penting agar terlaksana dan
tidak ada suatu perubahan perilaku seseorang.
Teori belajar behavioristik merupakan sebuah teori belajar yang lebih
memprioritaskan pada perilaku seseorang yang diamati. Dalam kajian toeri
behaviorisme, belajar merupakan suatu bentuk gabungan kesan yang dipahami oleh
panca indra lebih cenderung dalam melakukan tindakan suatu penghubung antara
stimulus dan respons (Familus, 2016). Ciri dari teori belajar behaviorisme antara
lain:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan dalam pemecahan problem
2. Teori Humanisme
Belajar Menurut teori humanisme adalah proses belajar dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri (Perni,
2018). Teori belajar humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang
kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi, daripada bidang kajian

6
psikologi belajar. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta
tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara
optimal. Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori
humanistic dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia. Dalam perspektif humanisme menuntut potensi
peserta didik dalam proses tumbuh kembang, kebebasan menemukan jalan
hidupnya. Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan
Abraham Maslow (1954, 1971) bahwa kebutuhan dasar tertentu harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.
Dalam mengelola potensi yang dimiliki oleh manusia, Maslow
menyadari perlu adanya hirarki kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi
secara bertahap dan terintegrasi. Artinya, kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
multi layer meliputi aspek internal diri maupun eksternal. Hal inilah yang
membedakan antara teori hirarki kebutuhan Maslow dengan para pakar
sebelumnya. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima bagian
penting, yaitu:
a. Physical Needs (Kebutuhan-Kebutuhan Fisik).
Yaitu kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan
tubuh manusia dan rasa nyamannya. Seperti misalnya kebutuhan makan,
munum, tempat bernaung dan lain sebagainya.
b. Safety Needs (Kebutuhan-Kebutuhan Keamanan).
Yaitu kebutuhan manusia akan perasaan nyaman dan aman bagi dirinya
sendiri yang diharapkan datang dari lingkungannya. Seperti misalnya
perhatian yang adil dalam keluarga, persamaan hak dan kewajiban,
lingkungan yang aman dan lain sebagainya.
c. Social Needs (Kebutuhan-Kebutuhan Sosial).

7
Yaitu kebutuhan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti diakui
dalam pertemanan, diperlakukan sama dalam kelompok, diberikan peran
dalam berpartisipasi dan lain sebagainya.
d. Esteem Needs (Kebutuhan-Kebutuhan Pernghargaan).
Yaitu kebutuhan yang terkait dengan tuntutan psikis individu yang harus
dipenuhi. Seperti misalnya dicintai, dikasihi, dipercaya, dihargai, dipuji
dan lain sebagainya.
e. Self Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri). Yaitu kebutuhan yang
paling tinggi dalam kehidupan individu yang meliputi kemampuan yang
utuh dalam mengintegrasikan dan mengimplementasikan potensi diri
secara proporsional. Seperti misalnya kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, mampu menghadapi permasalahan, bersikap toleransi
terhadap perbedaan, dan lain sebagainya.
3. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitif adalah teori belajar kognitif lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya (Nurhadi, 2020). Para penganut
aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan
bahwa tingkah belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses
untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Oleh
sebab itu, belajar menurut teori ini adalah lebih mementingkan proses
daripada hasil.
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki orang lain. Oleh
sebab itu, kognitif berbeda dengan teori behaviorisme, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan prilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan meresponterhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Teori
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perseptual. Yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa
dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang

8
ditentukan oleh persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat
sebagai tingkah laku yang tampak.
4. Teori Kontruktivisme
Teori belajar kontruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif,
siswa dituntut mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru
atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern (Wahab & Rosnawati, 2011). Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan
terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (Mustafa & Roesdiyanto, 2021).

B. Aplikasi Teori Belajar pada Pembelajaran PKn SD

Penerapan teori belajar behaviorisme mengedepankan perubahan tingkah laku


siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Teori ini dapat diterapkan oleh guru dengan
memberikan instruksi pada siswa untuk menunjukkan salah satu contoh pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan ini guru
memberikan stimulus berupa instruksi tentang bagaimana contoh perilaku yang
menunjukkan pengamalan nilai-nilai Pancasila, sehingga nantinya murid akan
merespon dengan cara mempelajari dan nantinya ia akan mempraktekkan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kesehariannya. Sehingga nantinya ia akan
mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, dan ia akan berperilaku sesuai

9
dengan nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Hal ini termuat dalam materi
pembelajaran PKn tentang pengamalan nilai-nilai pancasila.
Berbeda dengan penerapan teori humanisme yang mengedepankan partisipasi
aktif siswa. Aplikasi dari teori humanisme terjadi di sekitar lingkungan siswa seperti
pada materi kelas 5 tentang kebebasan berorganisasi. Di dalam kelas pasti terdapat
stuktur organisasi mulai dari ketua sampai dengan seksi pelengkapnya. Hal tersebut
melatih partisipasi siswa dan juga bertanggung jawab. Selain itu selama
pembelajaran berlangsung, guru dapat memancing agar peserta didik aktif,
guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa yang berani menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan memberikan tambahan point, siswa akan
berebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian melatih
keberanian siswa untuk berpendapat dan rasa percaya dirinya akan terus
meningkat.
Memperoleh pengalaman baru secara mental merupakan hal penting dari teori
kontruktivisme. Pada materi kelas 2 tentang gotong royong menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme menciptakan suasana bejar siswa yang kreatif.
Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Siswa lebih terfokus pada
proses pemahaman. Mereka menghubungkan materi yang ada dengan
engalaman sehari-hari. Model pembelajaran sepeti ini meningkatkan
pemahaman siswa untuk jangka waktu yang lama. Sehingga siswa tidak mudah
lupa terhadap materi yang telah dipelajari.
Lain halnya dengan teori kognitivisme yang mengedepankan pengetahuan
baru yang akan didapat. Guru bisa menerapkannya dengan memberikan tugas kepada
muridnya untuk memahami serta menganalisa peristiwa demo menolak masa jabatan
Jokowi 3 Periode karena hal tersebut melanggar konstitusi. Melalui tugas seperti ini
murid akan bisa menganalisa peristiwa demo karena wacana 3 periode yang
melanggar konstitusi. Sehingga nantinya berdasarkan hasil analisanya maka ia bisa
menghubungkan, menilai, serta mempertimbangkan mangapa demo itu bisa terjadi,
ia bisa menghubungkan antara demo tersebut dengan konstitusi yang berlaku, ia juga
bisa menilai apakah Tindakan demo itu tepat atau tidak, dan ia juga bisa
mempertimbangkan penyebab terjadinya demo tersebut. Sehingga setelah tugas
diselesaikan, maka murid bisa mendapatkan pengetahuan baru.

10
C. Teori Belajar dalam Kurikulum Merdeka

1. Implementasi Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka sebagai opsi pemulihan pembelajaran yang
dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemdikbudristek) menerbitkan kebijakan mengenai
pengembangan Kurikulum Merdeka (Nugraha, 2022). Kurikulum Merdeka
adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana
konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan materi. Guru memiliki keleluasaan untuk
memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum merdeka
diterapkan dengan tujuan untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir peserta
didik. Kemerdekaan berpikir ini ditujukan kepada guru, jika guru belum
merdeka dalam mengajar maka peserta didik juga ikut tidak merdeka dalam
berpikir.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) terdiri dari dua konsep
yaitu “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka” di dalam satu program.
Kurikulum merdeka ditujukan untuk jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Konsep merdeka belajar menurut Nadhiem Makarim mengacu
beberapa poin. Pertama, konsep merdeka belajar merupakan jawaban atas
permasalahan yang dihadapi guru dalam praktik pendidikan. Kedua, guru
dikurangi bebannya dalam melaksanakan profesinya. Ketiga, membuka mata
untuk mengetahui lebih banyak kendala yang dihadapi oleh guru dalam tugas
pembalajaran disekolah. Keempat, guru menjadi garda terdepan dalam
membentuk masa depan bangsa melalui proses pembelajaran (Muin et al.,
2022).
2. Karakteristik Kurikulum Merdeka
a. Pengembangan Soft Skill dan Karakter

11
Pengembangan soft skill dan karakter melalui projek penguatan
Profil Pelajar Pancasila. Pembuatan ketahanan individu peserta didik
merupakan implikasi dari Profil Pelajar Pancasila. Pelajar yang memiliki
SDM unggul ialah pelajar yang mempunyai kompetensi global serta
berperilaku cocok dengan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila
memiliki ciri mendasar yaitu Beriman Bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berkhlak mulia, Berkebhinekaan global, Bergotong-royong,
Kreatif, Bernalar kritis, dan Kemandirian (Kahfi, 2022).
b. Fokus pada Materi Esensial
Kurikulum merdeka berfokus pada konten-konten yang esensial
agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Esensi merdeka belajar adalah kebebasan guru
dan siswa dalam proses pembelajaran (Daga, 2021). Materi menjadi lebih
sederhana, mendalam dan fokus pada materi esensial seperti literasi dan
numerasi. Oleh karena itu, peserta didik dapat belajar lebih dalam dan
tidak terburu-buru.
c. Pembelajaran yang Fleksibel
Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi
berdasarkan kemampuan para peserta didik. Penyusunan capaian
pembelajaran dalam fase (2-3 tahun) perfase sehingga peserta didik
memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan tingkat pencapaian,
kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajarnya (Kurniati et al., 2022).
Pembelajaran terdiferensiasi diterapkan agar guru menyadari bahwa setiap
siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda.
3. Teori Belajar dalam Kurikulum Merdeka
Salah satu hal yang menjadi alasan hadirnya kurikulum merdeka
yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Peningkatan kualitas pembelajaran siswadapat ditinjau dari dua teori
belajar. Behaviorisme dan kontruktivisme memiliki dampak pada aktivitas
belajar siswa.
a. Behaviorisme

12
Teori belajar behaviorisme memegang bobot sebagai model
pembelajaran terbimbing tradisional, dimana guru memandu pembelajaran.
Dalam hal ini siswa termotivasi secara ekstrinsik dan guru memberikan
stimulus untuk mendorong pembelajaran. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran seorang pengajar harus mengkondisikan sedemikian rupa
agar pelajar atau siswa dapat berperilaku sesuai dengan tujuan tersebut.
Teori ini sangat menegaskan pola berubahnya perilaku sebagai akibat dari
adanya sebuah interaksi antara respon dan stimulus (Dhori, 2021). Guru
yang menggunakan perspektif behaviorisme akan memberikan penguatan
kepada para siswa.
b. Kontruktivisme
Teori Pendidikan kontruktivisme muncul pada sebagian besar kurikulum
dan intruksional sebagai model pembelajaran saat ini. Konsep merdeka
belajar dan teori kontruktivisme merumuskan secara bersama-sama
menghasilkan makna bahwa peserta didik harus bebas dan berkembang
secara natural, pembelajaran berbasis pengalaman langsung, guru bukan
sebagai giver melainkan fasilitator (Tishana et al., 2023). Pengaruh
kontruktivisme pada saat ini semakin berkembang. Seperti metode inkuiri
dalam pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran
kontekstual.
Penggunaan metode inkuiri siswa diminta oleh guru untuk mengadakan
penelitian tentang fenomena tertentu, siswa diminta merumuskan masalah
dan membuat hipotesis lalu mengumpulkan data dan pada akhirnya dapat
menarik kesimpulan dari hasil temuannya tersebut. Sehingga guru
berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
jenis seperti Student Teams-Achivement Divisions (STAD), Cooperative
Integrated Reading and Composition, dan Jigsaw. Metode pembelajaran
kontekstual juga berkembang di Indonesia. Pembelajaran kontekstual
merupakan proses pembelajaran yang tujuannya untuk memahami materi
pembelajaran secara utuh dengan mengasosiasikan pada konteks
kehidupan sehari-hari. Beberapa teori dan model pembelajaran tersebut

13
dikuatkan dalam kurikulum merdeka dengan implementasi projek profil
pelajar pancasila.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Teori belajar behavioristik merupakan suatu teori menjelaskan


perubahan perilaku atau sifat manusia. Sedangkan teori humanisme
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.
Lain halnya dengan teori kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Dan teori
belajar kontruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, siswa
dituntut mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman
baru atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya
Penerapan teori belajar behaviorisme dengan menghubungkan
materi tentang pengamalan nilai-nilai pancasila yang ada dengan
kehidupan sehari-hari dari yang semula tidak pernah. Teori humanisme
yang mengedepankan partisipasi aktif siswa pada kegiatannya dalam
berorganisasi. Lain halnya dengan teori kognitivisme yang melatih berfikir
dengan menyuguhkan beberapa kasus sehingga mampu melatih
penalarannya. Sedangkan teori kontruktivisme mengedepankan
pengalaman baru yang akan diperoleh seperti contoh gotong-royong di
lingkungan sekolah.

14
Implementasi Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan
pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih
optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep. Di tandai dengan penguatan materi dengan pengembangan soft
skill dan karakter, fokus pada materi esensial serta pembelajaran yang
fleksibel. Kurikulum Merdeka memuat dua teori belajar yaitu teori
behaviorisme dan kontruktivisme.

B. Saran

Sebagai seorang calon pendidik kita harus lebih memahami teori-teori


pembelajaran dan pengaplikasiannya pada pelaksanaan belajar mengajar,
sehingga seorang guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
yang direncanakan

15
DAFTAR PUSTAKA

Daga, A. T. (2021). Makna merdeka belajar dan penguatan peran guru di sekolah
dasar. Jurnal Educatio Fkip Unma, 7(3), 1075–1090.

Damanik, D. R., Nasution, A. G. J., Sihombing, Z. A., Fathoni, M., Fatiha, T., &
Situmorang, F. (2023). TEORI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PKN
DI SEKOLAH DASAR. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan
Pendidikan, 3(1), 198–208.

Dhori, M. (2021). Analisis Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Belajar


Mengajar di SD Negeri 7 Kayuagung. HEUTAGOGIA: Journal of Islamic
Education, 1(1), 110–124.

Familus, F. (2016). Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam


Pembelajaran. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila, 11(2), 98–115.

Kahfi, A. (2022). Implementasi profil pelajar Pancasila dan Implikasinya terhadap


karakter siswa di sekolah. DIRASAH: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan
Dasar Islam, 5(2), 138–151.

Kurniati, P., Kelmaskouw, A. L., Deing, A., Bonin, B., & Haryanto, B. A. (2022).
Model proses inovasi kurikulum merdeka implikasinya bagi siswa dan guru
abad 21. Jurnal Citizenship Virtues, 2(2), 408–423.

Muin, A., Fakhrudin, A., Makruf, A. D., & Gandi, S. (2022). Pengembangan
Kurikulum Merdeka.

Mustafa, P. S., & Roesdiyanto, R. (2021). Penerapan teori belajar konstruktivisme


melalui model PAKEM dalam permainan bolavoli pada sekolah menengah
pertama. Jendela Olahraga, 6(1), 50–56.

Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum merdeka untuk pemulihan krisis pembelajaran.


Inovasi Kurikulum, 19(2), 250–261.

Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran.


EDISI, 2(1), 77–95.

16
Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran.
Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105–113.

Rufaedah, E. A. (2018). Teori Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam.


Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 4(1, March), 13–30.

Tishana, A., Alvendri, D., Pratama, A. J., Jalinus, N., & Abdullah, R. (2023).
Filsafat Konstruktivisme dalam Mengembangkan Calon Pendidik pada
Implementasi Merdeka Belajar di Sekolah Kejuruan. Journal on Education,
5(2), 1855–1867.

Wahab, G., & Rosnawati, R. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran.


Erlangga, Bandung.

17
LAMPIRAN

NO NAMA NIM PEMBAGIAN


. TUGAS
1 Salmah 211330000752 Bab I Pendahuluan
Bab III Penutup
2 Vika Rezsana 211330000820 Bab II Pembahasan
Teori Behaviorisme
dan Aplikasi
3 Nailin Najikhah 211330000884 Bab II Pembahasan
Teori Kontruktivisme
dan Aplikasi
4 Sefiyani Rafikha 211330000874 Bab II Pembahasan
Putri Teori Kognitivisme
dan Aplikasi
5 Dessy Alifa Fitriani 211330000892 Bab II Pembahasan
Teori Belajar
Kurikulum Merdeka,
Makalah, PPT
6 Fitriyani 211330000898 Bab II Pembahasan
Teori Humanisme dan
Aplikasi

18

Anda mungkin juga menyukai