Oleh:
KELOMPOK 2
Amirah Nur Reski (19129187)
Diki Kurniawan (19129103)
Fikrah Hafiz Suni (19129017)
Husnathul Khulfah Rezki (19129231)
Zelina Rahmalia (19129082)
Dosen Pengampu:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teori Belajar dan Penerapannya
dalam Pembelajaran”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Psikologi Pendidikan di Universitas Negeri Padang.
Dalam makalah ini akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai pengertian
belajar menurut teori Belajar Kognitif, Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar Kogntif,
Penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
Bab I (Pendahuluan).................................................................................................................1
Rumusan masalah.......................................................................................................................2
Tujuan penulisan.........................................................................................................................2
Bab II (Isi)..................................................................................................................................3
Kesimpulan...............................................................................................................................15
Saran..........................................................................................................................................15
Daftar Pustaka.........................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori psikologi. Salah satu
diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya B.F.
Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen
mereka secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku
jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut
mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru.
Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia
memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang
bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya
karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan
dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter
fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai kelemahan teori
behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat diambil suatu
pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para ahli psikologi pendidikan dalam
mengatasi kelemahan teori tersebut?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah
ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah
menemukan teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan
dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai
lanjutan dari teori behaviorisme tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
Beradasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan makalah ini
adalah:
2
BAB II
ISI
Proses tersebut digunakan mulai dari mempelajari tugas-tugas sederhana hingga yang
kompleks. Dalam perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang
yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan prilaku. Struktur mental ini meliputi
pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan dan mekanisme lain dalam kepala pembelajar.
Fokus teori kognitif adalah potensi untuk berprilaku dan bukan pada prilakunya sendiri.
( Khodijah, 2014)
Saam (2010 : 59) menyatakan bahwa Teori kognitif menekankan bahwa peristiwa belajar
merupakan proses internal atau mental manusia. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku
manusia yang tampak tidak bisa diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yang
lain seperti motivasi, sikap, minat, dan kemauan.
Gredler dalam Uno (dalam Anidar, J. 2017 : 7) menyatakan bahwa Teori belajar kognitif
merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respons. Namun lebih erat dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Dalyono (dalam Anidar, J. 2017 : 8) menyatakan bahwa dalam teori belajar kognitif
dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan
“reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka,
3
tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan
mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah
suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar
juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks
dan komprehensif.
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses
mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar
kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat
nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas
(pgsdpenjasfpok.upi.edu).
4
2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
1) Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu perkembangan yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2) Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya dan akan
meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yang berbeda usia akan berbeda secara
kualitatif
3) Proses adaptasi mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan
asimilasi
4) Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif.
(apabila individu menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)
5) Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (apabila
struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang diterima).
6) Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi
(penyeimbangan)
7) Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru),
Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)
9) Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah
dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip pembagian dalam situasi baru
5
10) Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut
ekuilibrasi
11) Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12) Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn),
operasional formal (12-18 thn)
13) Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal asimilasi dan
akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
pendidikan memberi perhatian pada pentingnya pengembangan kognitif. Bruner menjelaskan
bahwa, belajar harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan individu. Tingkat perkembangan
individu menurut Bruner hampir sama dengan pendapat Piaget. Menurut Bruner, perkembangan
intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, disebut masa prasekolah. Pada taraf ini individu
belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan
realitas dunia luar. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu
kepada anak sangat terbatas (Nasution, 2010) Tahap ini disebut juga dengan tahap enaktif,
seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar
atau dunia sekitarmya dengan menggunakan pengetahuan motorik (Budiningsih, 2005).
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya
2) Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu "internalized, artinya dalam menghadapi
suatu masalah individu hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara
nyata. Individu belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau
kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. Tahap ini disebut juga dengan tahap
ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi
verbal. Maksudnya adalah dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui
perumpamaan atau tampil, gambar, visualisai dan perbandingan atau komparasi secara sederhana
dan sebagainya.
6
3) Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan
kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya
sebelumnya. Tahap ini disebut juga dengan tahap simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-
ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika,
matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem
simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
3) Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau
pada orang lain
4) Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan
kognitifnya
7) Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8) Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9) Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
7
10) Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui simbol
bahasa, logika, matematika)
12) Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)
13) Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)
1) Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang tlah
dimilikinya dengan pengetahuan baru
2) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna
stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)
2) Belajar dimulai dari keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke
bagian-bagian. Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian.
4) Individu belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Memahami sesuatu dapat
dilakukan dengan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi
yang problematik, dan kemampuan menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
sebelumnya."
8
Dengan kata lain, belajar akan terjadi apabila ada pengertian atau insight (Sutarto, 2017).
Pengertian atau insight muncul apabila seseorang telah memahami suatu masalah atau informasi.
kemudian kejelasan, kemudian melihat hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya,
dipahami sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya. Belajar juga erat kaitananya antara
penemuanpenemuan baru dengan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Oleh karena itu, agar
siswa mudah mendapatkan pengalaman baru, maka siswa harus dipancing dengan
pengalamanpengalaman yang ada. Individu memahami sesuatu dengan cara mengatur dan
menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi satu
struktur yang memiliki makna dan dapat dipahami olehnya.
9
juga bagaimana merangsang struktur kognitif inadividu sehingga mampu melahirkan
pengetahuan dan temuan-temuan baru.
10
a) Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan
Dalam proses pembelajaran harus menekankan pada cara individu
mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari. Sehingga dengan demikian
individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan
prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, harus diciptakan lingkungan yang mendukung
individu untuk melakukan eksplorasi dan menemukan gagasan-gagasan baru.
Oleh karena itu tujuan pembelajaran bukan sepenuhnya untuk memperoleh
pengetahuan semata. Tetapi yang terpenting adalah melatih kemampuan intelek atau
kognitif siswa, merangsang keinginan tahu, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran
hanya diuraikan secara garis besar dan dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu
sama oleh siswa yang mengikuti pelajaran yang sama.Atau dengan kata lain, tujuan
pembelajaran hanya diuraikan secara garis besar. Untuk mendalami, merinci dan
mempertajam tujuan pembelajaran tersebut diperlukan peran aktif siswa disesuaikan
dengan potensi dan tingkat perkembangan siswa.
Walaupun demikian, pembelajaran terhadap individu tidak harus menunggu
individu mencapai tahap perkembangan tertentu. Individu dapat mempelajari sesuatu
meskipun umurnya belum memadai, asalkan materi pembelajaran disusun berdasarkan
urutan isi dan disesuaikan dengan karakteristik kognitifnya.
Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa. (
Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Materi pelajaran itu diarahkan pada pemecahan masalah yang
aktif dan belajar penemuan. Guru mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-
siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian
11
terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan
yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang
para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.
Guru harus memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif (melakukan aktifitas),
cara ikonik (dengan gambar atau visualisasi), dan cara simbolik. Dengan kata lain,
perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan dengan cara menata strategi
pembelajaran sesuai dengan isi bahan akan dipelajari dan karakteristik kognitif individu.
Bila siswa memecahkan masalah di laboratonium atau secara teoretis, guru berperan
sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru jangan mengungkapkan terlebih dahulu
prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik
pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara
demikian rupa, hingga siswa tidak tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa
harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
12
informasi terhadap apa yang dipelajari dan ditemukan sendiri. Untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran penemuan ini, teori ini dapat juga disajikan dalam bentuk diskusi
kelas, demonstrasi, kegiatan laboratorium, kertas kerja siswa, dan evaluasi-evaluasi.
3. Menurut Ausubel
a) Kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima
atau yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus
mampun memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Sesuatu yang bermakna itu
bukan hanya dapat diperoleh melalui belajar penemuan, tetapi dapat diperoleh melalui
banyak cara. Belajar dengan menghafal dan ceramah pun dapat menemukan sesuatu yang
bermakna, asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan menghubungkan antara
konsep yang satu dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep yang baru dengan
konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi
kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna ini, guru sangat dituntut untuk mempu
menggali dan mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai
macam strategi, model, metode dan pendekatan pembelajaran. Sehingga siswa terbantu
dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan
dirinya guna memendapatkan sesuatu yang bermakna dari proses pembelajaran.
b) Belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri siswa
Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila siswa memiliki minat dan
kesiapan untuk belajar. Minat dan kesiapan erat kaitannya dengan motivasi. Motivasi
menurut M. Ngalim Purwanto merupakan dorongan yang menggerakkan individu untuk
bertingkahlaku. Motivasi yang terpenting adalah motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
datang dari dalam diri individu. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan
minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk
belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis. Motivasi intrinsik ini
sesungguhnya dapat dibetuk melalui motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari
13
luar diri individu. Seperti dorongan dari orang tua, guru, teman dan sebagainya. Oleh
karena itu, guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan
motivasi intrinsik dalam diri siswa. Dorongan, perhatian dan kasih sayang orang tua dan
guru merupakan salah satu faktor yang akan menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri
sisiwa terkait dengan belajar.
4. Menurut Gestalt
Berdasarkan beberapa pokok pikiran terkait dengan teori belajara Gestal, ada beberapa
hal yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah:
a) Perilaku bertujuan. Belajar harus terarah pada tujuan. Belajar bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu untuk mendapatkan pemahaman tentang sesuatu. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika siswa mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru harus
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
b) Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara totalitas terhadap
objek yang dipelajari, memiliki kemampuan mengenal dan memahami unsur-unsur,
mampu memahami keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa, dan
keterkaitan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan sebelumnya.
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pandangan Teori Belajar Kognitif adalah Elemen terpenting dalam proses belajar adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus
yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Belajar sebagai
proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada
proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Belajar pada asasnya adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Teori belajar
kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia
yang tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti :
motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon
guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan
tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang
pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di
kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela
15
bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun
secara kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muzakir dan Joko Sutrisno, 1997, Psikologi Pendidikan: untuk Fakultas Tarbuyah
Komponen MKBK, Jakarta: Pustaka Setia
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana
Publishing
Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 3(2), 8-16.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ar Ruzz
Media
Bambang Warsita, 2008, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan 1. Jakarta: Rineka Cipta.
C. Asri Budiningsih, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Crow, Lester &
Alice Crow, 1984, Educational Psichologi: Psikologi Pendidikan: Buku I diterjemahkan oleh Z.
Kasijan, Surabaya: Bina Ilmu
Muri Yusuf, 2011, Asesement dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, Padang: UNP Press
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Diakses tanggal 17 April 2021. http://pgsdpenjasfpok.upi.edu/2017/07/04/teori-belajar-kognitif/.
16
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Sutarto. 2017. Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic Counseling. Vol 1
No. 02.
17