Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

VARIABEL TEORI BELAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr. H. Syamsul Anam, S.Ag, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Rika Umi Mawadah 211101020038


2. Nihayatus Sakhiyyah 211101020044
3. Nanda Ayu Amelia 211101020067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KH. ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
Maret 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Syamsul Anam,


S.Ag, M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
membenahi makalah ini.

Jember, 10 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Konsep Variabel Teori Belajar..................................................................... 3

B. Variabel Teori Belajar .................................................................................. 4

C. Perkembangan Variabel Teori Belajar ......................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana


manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern
yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar,
yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori
pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian,
gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas
termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini
tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah
teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana
yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang
mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Bruner dalam Degeng
mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif, sedangkan teori
belajar adalah deskriptif. Preskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah
menetapkan metode/strategi pembelajaran yang cocok supaya memperoleh
hasil optimal. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya
mengontrol variabel-variabel yang spesifik dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar. Sedangkan deskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah
menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana
seseorang belajar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep variabel teori belajar ?


2. Apa saja variabel teori belajar ?
3. Bagaimana perkembangan variabel teori belajar ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep variabel teori belajar.


2. Untuk mengetahui variabel teori belajar.
3. Untuk mengetahui perkembangan variabel teori belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Variabel Teori Belajar


Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena dengan
ciri atau kekhasan yang sama. Sedangkan variabel adalah konsep yang dapat
diamati secara langsung dan mempunyai variasi (nilai lebih dari satu
kategori)1. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan
atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya
menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori
yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas2.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana
manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern
yang kompleks dari belajar. Teori belajar dapat diartikan sebagai konsep-
konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoretis dan telah teruji
kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar itu berasal dari teori
psikologi dan terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah
satu cabang ilmu deskriptif, maka teori belajar berfungsi menjelaskan apa,

1
Mudjia Rahardjo, Antara Konsep, Proposisi, Teori, Variabel dan Hipotesis dalam Penelitian
(Malang: Repository UIN Malang, 2018), 1-2.
2
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Arruz Media, 2010)

3
mengapa, dan bagaimana proses belajar terjadi pada peserta didik. Karena
para pakar psikologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam
menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana belajar itu terjadi, maka
timbullah beberapa teori belajar seperti teori behavioristik, kognitif,
humanistik, sibernetik, dan sebagainya.
Teori belajar yang bersifat deskriptif itu akan mampu menjelaskan,
memprediksi, dan mengontrol peristiwa belajar. Sehingga, prinsip-prinsip
dan hukum belajar akan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Karena itu, teori belajar tertentu dengan sendirinya akan berimplikasi pada
pembelajaran tertentu pula atau tergantung dari sudut pandang mana proses
belajar itu terjadi. Dengan demikian, jelaslah bahwa terdapat hubungan yang
sangat erat antara teori belajar dengan teori pembelajaran.
Dalam teori belajar, kondisi dan metode pembelajaran merupakan
variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Dengan
demikian, dalam pengembangan teori belajar, variabel yang diamati adalah
hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi. Dalam
pengembangan teori belajar, hasil yang diamati adalah hasil pembelajaran
nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, yaitu hasil
pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil
pembelajaran yang dinginkan. Oleh karena teori belajar adalah deskriptif,
maka struktur logis yang digunakan adalah ”Jika…, maka….”. Sebagai
contoh, “Jika materi pelajaran (ini suatu kondisi) di organisasi dengan
menggunakan model elaborasi (ini suatu metode), maka perolehan belajar
dan retensi (ini suatu hasil) akan meningkat”3.

B. Variabel Teori Belajar


Dalam proses mengajar belajar, penguasaan seorang guru dan
cara menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial.
Penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas

3
Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler
(Yogyakarta: Diva Press, 2013), 20-24

4
sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk menghasilkan
pembelajaran yang optimal. Tentang teori-teori belajar, agar dapat
mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar,
sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
isi lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru yang menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
Jenis-jenis teori belajar yaitu antara lain :
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan
respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input
(masukan) yang berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa
respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur.
2. Teori Belajar Kognitivistik
Teori kognitivistik lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitivistik
juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.

5
3. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri
serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuk yang paling ideal. Teori humanistik bersifat sangat
eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar
dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang
diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
4. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan
serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain
teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses
belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir
tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan
imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
5. Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya.
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar
memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah
system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain

6
adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi4.

C. Perkembangan Variabel Teori Belajar

Teori belajar muncul seiring penelitian dan pengamatan terhadap


objek makhluk hidup (manusia dan hewan) tentang cara belajar makhluk
hidup terhadap lingkungannya. Dari situlah, kita mengenal bermacam-
macam teori belajar menurut penelitian dan penemuan para tokoh
penemunya. Namun, secara garis besar, teori-teori belajar dapat kita
kelompokkan menjadi lima aliran : behaviorisme, kognitivisme,
humanisme, konstruktivisme, dan sibernetik.

1. Tahun 1900
Aliran behaviorisme lahir pada tahun 1900-an dari sebuah
gagasan awal bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara
ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris bukan mempelajari
keadaan mental individu, melainkan perilakunya sehingga disebut
behavior. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme
terhadap belajar ialah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di
lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran,
perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut.
Fokus behaviorisme ialah respons terhadap berbagai stimulus.
Aliran ini mengambil kesimpulan dari penelitian-penelitiannya terhadap
hewan, dan menerapkan hasil belajarnya terhadap manusia. Para tokoh
yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini ialah Ivan Pavlov dengan
teorinya yang disebut Classical Conditioning; John B. Watson yang
dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Response); Edward Thorndike dengan
teorinya Law of Effect; dan B.F. Skinner dengan teorinya Operant
Conditioning, dan tokoh-tokoh lainnya.
4
Aina Mulyana, Pengertian dan Jenis-Jenis Teori Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2020)

7
2. Tahun 1927
Menjelang akhir tahun 1927-an, ternyata muncul banyak kritikan
terhadap aliran behaviorisme. Mereka berpendapat bahwa behaviorisme
terlalu fokus terhadap respons dari suatu stimulus dan perubahan perilaku
yang dapat diamati. Padahal, ada hal lain dari manusia yang perlu
diperhatikan, yaitu otak. Maka, para ahli yang mengkritik behaviorisme
ini pun mengalihkan perhatian mereka terhadap “otak”. Menurut mereka,
manusia belajar dengan menggunakan otak, bukan perilakunya.
Akhirnya, proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru
mereka yang selanjutnya disebut dengan aliran kognitivisme.

Pada mulanya, aliran kognitivisme dibuka oleh teori Gestalt dari


Jerman yang menolak behaviorisme. Dari sinilah, lalu lahir pemikiran-
pemikiran atau teori-teori belajar di ranah kognitif yang digagas oleh
para tokoh lain, seperti Tolman, Bruner, Chomsky, Dewey, Ausubel, dan
sebagainya. Mereka berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental
yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan
konsep, dan pemecahan masalah. Mereka meniliti cara manusia dalam
memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang
lain, objek, serta kejadian.

3. Tahun 1950
Jadi, ada dua teori besar pada masa itu, yaitu behaviorisme dan
kognitivisme. Di sisi lain, ada beberapa ahli yang masih gamang tentang
kebebasan manusia atau sifat-sifat humanis manusia dalam belajar.
Maka, dihadapkan pada dua teori besar itulah, lalu lahir aliran
humanisme pada tahun 1950 untuk menjawab berbagai pertanyaan
tentang kesadaran pikiran, kebebasan kemauan, martabat manusia,
kemampuan untuk berkembang, dan kapasitas refleksi diri. Aliran
humanisme ini dipelopori oleh pakar psikologi, seperti Carl Rogers dan
Abraham Maslow. Menurut Rogers, semua manusia yang lahir sudah

8
membawa dorongan untuk meraih suatu yang mereka inginkan dan
berperilaku konsisten menurut diri mereka.

4. Tahun 1970
Seiring berkembangnya aliran humanisme, pada tahun 1970
terdapat suatu perkembangan dalam aliran kognitivisme. Perkembangan
tersebut terjadi karena di aliran kognitivisme terdapat dua tokoh yang
konsep-konsepnya menjadi dasar bagi pengembangan paham baru, yaitu
konstruktivisme. Para tokoh ini ialah Jean Piaget dan Vygotsky. Oleh
karenanya, kedua tokoh ini ada di aliran kognitivisme dan
konstruktivisme.
Jean Piaget tokoh utama kontruktivisme, dipandang sebagai
pendidik, profesor, tokoh pendidikan, dan psikolog paling terkenal di
Amerika Serikat. Piaget berhasil mengubah pendidikan klasik
(tradisional) menjadi pendidikan modern yang demokratis. Teori
belajarnya merupakan sebuah formulasi dasar bagi beberapa model
pembelajaran demokratis yang banyak ditiru dan dipraktikkan pada
pendidikan di banyak negara.

5. Tahun 1984
Sampai di sini, sudah ada empat aliran dalam teori belajar.
Namun, seiring perkembangan teknologi dan informasi, maka muncullah
teori belajar baru yang disebut dengan sibernetik pada tahun 1984. Teori
ini mengidentikkan otak manusia sebagai sebuah komputer karena dapat
digunakan untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi. Oleh
karenanya, teori sibernetik memandang belajar sebagai pengolahan
informasi atau menekankan pada "sistem informasi" dari sesuatu yang
dipelajari.
Sebagai aliran kognitivisme, teori sibernetik juga mementingkan
proses, tetapi yang lebih penting ialah sistem informasi yang diproses.
Sebab, informasi inilah yang akan menentukan proses. Teori sibernetik
didukung oleh tiga tokoh utama, yaitu Landa, Scoot, dan Pask. Ketiganya

9
mendasarkan pandangan mereka tentang pengolahan informasi sebagai
sebuah proses belajar yang terdapat di diri manusia.
Menurut tiga tokoh tersebut, belajar adalah cara individu
menerima informasi dan mengolahnya dalam sistem informasi otak, serta
cara agar informasi dapat disimpan untuk kemudian bisa dipanggil
kembali jika memang diperlukan. Aliran sibernetik ini memberikan
arahan bagi proses pembelajaran di kelas yang mengharuskan pendidik
memperhatikan hal-hal pokok, seperti pesan-pesan informasi, dan kondisi
internal serta eksternal peserta didik yang bisa memengaruhi kesusksesan
pembelajaran5.
Itulah beberapa teori pendidikan yang ada sejauh ini. Beberapa teori
merupakan formulasi yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Tidak ada
yang paling unggul antara satu dengan lainnya, begitu juga paling lemah
antara satu dengan yang lainnya. Sebab, setiap teori memiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Teori pertama disempurnakan oleh teori
kedua. Teori pertama atau kedua dilengkapi oleh teori ketiga, dan
seterusnya.

5
Dr. Chairul Anwar, M.Pd., Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga
Kontemporer (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017)

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara konseptual variabel teori belajar merupakan suatu konsep yang
memiliki variasi nilai dan di dalamnya terdapat upaya untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia itu belajar yang bersifat teoritis
dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar adalah
suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
2. Secara garis besar, teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi lima
aliran, yaitu : aliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme,
konstruktivisme, dan sibernetik.
3. Perkembangan teori ini muncul dari tahun ke tahun. Aliran
behaviorisme lahir pada tahun 1900-an dari sebuah gagasan awal bahwa
perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Fokus
behaviorisme ialah respons terhadap berbagai stimulus. Kemudian
Menjelang akhir tahun 1927-an, ternyata muncul banyak kritikan
terhadap aliran behaviorisme. Mereka berpendapat bahwa behaviorisme
terlalu fokus terhadap respons dari suatu stimulus dan perubahan
perilaku yang dapat diamati. Akhirnya, proposisi (gagasan awal) inilah
yang menjadi fokus baru mereka yang selanjutnya disebut dengan aliran
kognitivisme. Kemudian pada tahun 1950 muncul aliran humanisme
untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang kesadaran pikiran,
kebebasan kemauan, martabat manusia, kemampuan untuk berkembang,
dan kapasitas refleksi diri. Seiring berkembangnya aliran humanisme,
pada tahun 1970 terdapat suatu perkembangan dalam aliran
kognitivisme. Perkembangan tersebut terjadi karena di aliran
kognitivisme terdapat dua tokoh yang konsep-konsepnya menjadi dasar
bagi pengembangan paham baru, yaitu konstruktivisme. Seiring

11
perkembangan teknologi dan informasi, maka muncullah teori belajar
baru yang disebut dengan sibernetik pada tahun 1984. Teori ini
mengidentikkan otak manusia sebagai sebuah komputer karena dapat
digunakan untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi.

B. Saran

Diharapkan kita sebagai mahasiswa, terutama bagi para pembaca


mempelajari lebih dalam lagi tentang variabel teori belajar. Kami berharap
makalah ini dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang
konsep variabel teori belajar, variabel teori belajar serta perkembangan teori
belajar. Kita sebagai calon guru sudah seharusnya memahami materi ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arruz Media.

Cahyo, A. N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar MengajarTeraktual


dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.

Dr. Chairul Anwar, M. (2017). Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik


Hingga Kontemporer. Yogyakarta: IRCiSoD.

Mulyana, A. (2020). Pengertian dan Jenis-Jenis Teori Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Rahardjo, M. (2018). Antara Konsep, Proposisi, Teori, Variabel dan Hipotesis


dalam Penelitian. Malang: Repository UIN Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai