MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Manajemen Pondok Pesantren
Oleh Kelompok 8:
FAKULTAS DAKWAH
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapaat menyelesaikan makalah yang
berjudul Manajemen Konflik di Pesantren dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah
membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-
benderang.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah ikut
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada bapak Dr. Drs. H. Rasyadi Badar, M.Pd. I dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Pondok Pesantren yang telah membimbing kami sehingga
tersusunlah makalah ini.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pesantren dapat membantu mencegah konflik menjadi lebih destruktif dan dapat
meningkatkan kerukunan antar anggota pesantren.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik yakni hal yang nyata terjadi dan sering ada selagi seseorang masih
hidup bersosial bersama masyarakat. Konflik di pondok pesantren timbul sebagai
hasil adanya keragaman latar belakang warga pesantren, masalah-masalah
komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur pesantren itu sendiri.
3
Wahyosumidjo lebih sederhana yaitu segala macam hubungan antara manusia
yang bersifat berlawanan. 1
1
M. Syahrul Ardhana, Ifadah Maziah, dkk. “Manajemen Konflik Di Pesantren Melalui
Kultur Pesantren Dan Gaya Kepemimpinan Kyai”. Lentera:Multidisciplinary Studies. Volume 1,
Nomor 4. 2023
4
penuh kesabaran dan kebijaksanaan dianggap sebagai bentuk pengabdian kepada
Tuhan.
a. Proses konflik
5
hubungan mereka dan seringkali kesulitan mencapai kesepakatan. Klimaks
konflik bisa merusak hubungan di pesantren dan mengganggu suasana.
4. Reduksi Konflik: Tahap ini adalah upaya untuk mengurangi konflik dan
mencapai penyelesaian. Pihak-pihak yang terlibat mungkin mulai mencari
solusi, berusaha untuk berdialog, atau mencari bantuan dari pihak ketiga
seperti mediator. Reduksi konflik bertujuan untuk mengembalikan
keadaan pesantren ke dalam kondisi yang lebih stabil dan harmonis.
b. Sumber Konflik di Pesantren
2
Rahman, A. (2016). "Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam." Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.
3
Sudirman, A. (2019). "Manajemen Konflik dalam Organisasi Pendidikan." Prenada
Media.
6
atau status ekonomi dapat mempengaruhi persepsi dan interaksi di dalam
pesantren. Ketidakadilan atau ketimpangan dalam distribusi sumber daya
atau peluang juga dapat memicu ketegangan.
c. Bentuk-bentuk Konflik di Pesantren
1. Konflik Interpersonal
Bentuk konflik ini terjadi antara individu-individu di dalam pesantren. Hal
ini mungkin melibatkan perbedaan pendapat, pertentangan pribadi, atau
perasaan ketidakpuasan antara santri, guru, atau pengurus pesantren.
2. Konflik Intragrup
Konflik intragrup terjadi di antara kelompok-kelompok yang ada di dalam
pesantren. Ini bisa melibatkan persaingan atau pertentangan di antara
kelompok-kelompok belajar, kelompok studi, atau komunitas kecil lainnya
di dalam pesantren.
3. Konflik antargrup
Konflik antargrup melibatkan benturan antara kelompok-kelompok yang
berbeda di dalam pesantren. Ini bisa terjadi ketika terdapat berbagai faksi,
komunitas, atau kelompok kepentingan dengan pandangan atau tujuan
yang berbeda-beda.
4. Konflik Terkait Ajaran Agama
Konflik terkait interpretasi atau pemahaman terhadap ajaran agama dapat
muncul di pesantren. Ini bisa termasuk perbedaan dalam penafsiran teks
suci, ritual ibadah, atau praktek keagamaan lainnya.4
4
Rahman, A. (2016). "Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam." Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.
7
2.3 Manajemen konflik dan solusi serta teknik pengendalian konflik
Penting untuk dipahami bahwa konflik itu sendiri tidak selalu negatif.
Dalam beberapa kasus, konflik dapat memunculkan ide-ide baru, meningkatkan
komunikasi, atau membantu mengidentifikasi masalah yang perlu diatasi. Oleh
karena itu, manajemen konflik juga bisa mencakup upaya untuk memahami dan
memanfaatkan konflik secara konstruktif.
Konflik merupakan suatu fenomena yang sering kali tidak bisa dihindari
dan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Sumber-sumber organisasi,
sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya teknologi digunakan
untuk menyelesaikan suatu konflik bukan untuk meningkatkan produktivitas
organisasi (Nasruloh, 2019). Oleh karena itu, manajemen konflik harus dilakukan
secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Khoirul Anwar, tujuan
utama manjemen konflik adalah untuk membangun dan mempertahankan kerja
8
sama yang kooperatif dengan para bawahan, teman sejawat, atasan dan pihak luar
(Anwar, 2018, p. 34). Adapun tujuan manajemen konflik menurut Wirawan
sebagaimana dikutip Bashori dalam Jurnal Idarah (Bashori, 2018, p. 23) yang
berjudul “Manajemen Konflik di Lembaga Pendidikan” yaitu:
9
Manajemen konflik di pesantren adalah pendekatan terstruktur untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola konflik dengan tujuan mencapai
resolusi yang konstruktif dan harmonis. Dalam konteks pesantren, manajemen
konflik sangat penting karena pesantren adalah lingkungan yang heterogen dengan
berbagai individu yang memiliki latar belakang dan pandangan yang berbeda
terkait agama dan kehidupan sehari-hari. Beberapa aspek penting dalam
manajemen konflik di pesantren meliputi:
1. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang baik adalah kunci dalam manajemen konflik di
pesantren. Para pengajar dan pengurus pesantren perlu mendorong santri
untuk berkomunikasi secara terbuka dan menghargai pendapat satu sama
lain. Selain itu, penting juga untuk memberikan wadah yang aman bagi
santri untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau kebingungannya
terhadap suatu masalah.
2. Penetapan Norma dan Aturan
Membuat dan mematuhi norma dan aturan yang jelas adalah langkah
penting dalam mencegah konflik. Norma-norma tersebut dapat mencakup
kebijakan-kebijakan pengajaran, etika berinteraksi, atau aturan-aturan
kehidupan sehari-hari di pesantren. Ketika norma-norma ini diikuti secara
konsisten, santri akan memiliki pedoman yang jelas dalam berperilaku.
3. Penyediaan Ruang Dialog dan Mediasi
Mengadakan forum dialog terbuka dan mediasi dapat membantu pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik untuk saling mendengarkan dan mencari
solusi bersama. Mediator yang netral dapat membantu memfasilitasi
proses komunikasi dan membantu pihak-pihak untuk mencapai
kesepakatan yang adil.
b. Solusi dan Teknik Pengendalian Konflik di Pesantren
10
1. Konsolidasi Kepemimpinan: Memiliki kepemimpinan yang kuat dan
otoritatif dapat membantu dalam mengambil keputusan yang adil dan
bijaksana. Kepemimpinan yang baik mampu memediasi dan mencari
solusi terbaik untuk konflik.
2. Pelatihan Keterampilan Komunikasi: Melatih santri dalam keterampilan
komunikasi yang efektif dapat membantu mereka dalam menyampaikan
pendapat dan memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik.
5
Rahman, A. (2016). “Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam.” Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penting untuk diingat bahwa sumber konflik dapat bersifat kompleks dan
dapat bervariasi dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Oleh karena itu,
pendekatan yang holistik dan sensitif terhadap dinamika unik dari setiap pesantren
diperlukan untuk mengelola dan mencegah konflik dengan efektif.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13