Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KONFLIK DI PESANTREN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Manajemen Pondok Pesantren

Dosen Pengampu bapak Dr. Drs. H. Rasyadi Badar, M.Pd. I

Oleh Kelompok 8:

1. Elza Nabillah Nofalianti (211103040006)


2. Firda Amalia (211103040011)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapaat menyelesaikan makalah yang
berjudul Manajemen Konflik di Pesantren dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah
membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-
benderang.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah ikut
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada bapak Dr. Drs. H. Rasyadi Badar, M.Pd. I dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Pondok Pesantren yang telah membimbing kami sehingga
tersusunlah makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun maupun
pembaca.

Jember , 18 Oktober 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dan Beberapa Pandangan Tentang Konflik Di Pesantren ...... 3
2.2 Proses, Sumber Dan Bentuk-Bentuk Konflik ......................................... 5
2.3 Manajemen konflik dan solusi serta teknik pengendalian konflik ........... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia,


memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan pemahaman agama bagi
para santri (murid pesantren). Meskipun pesantren sering dianggap sebagai tempat
yang penuh dengan ketenangan dan harmoni, namun konflik juga dapat muncul di
dalamnya. Konflik di pesantren adalah hal yang wajar, seperti halnya di berbagai
institusi dan masyarakat pada umumnya. Namun, konflik di pesantren memiliki
karakteristik dan dinamika khusus yang perlu dipahami lebih dalam.

Makalah ini akan mengulas berbagai aspek terkait konflik di pesantren.


Konflik dalam pesantren bisa berkaitan dengan berbagai isu, seperti perbedaan
pendapat dalam penafsiran agama, masalah tata kelola pesantren, perbedaan
budaya, dan banyak aspek lainnya. Konflik tersebut dapat melibatkan berbagai
pihak, termasuk santri, kyai (pimpinan pesantren), guru, dan staf administrasi.

Dalam konteks pesantren, penting untuk memahami pengertian konflik,


pandangan-pandangan yang beragam tentang konflik, serta proses terjadinya
konflik. Selain itu, sumber-sumber konflik juga harus diidentifikasi dengan baik,
karena sumber konflik dapat bervariasi dari pesantren ke pesantren. Konflik juga
dapat mengambil berbagai bentuk, seperti konflik interpersonal, konflik antar-
grup, atau konflik berdasarkan perbedaan keyakinan dan interpretasi agama.

Manajemen konflik dan solusi merupakan langkah penting dalam menjaga


stabilitas pesantren dan mencegah konflik merusak hubungan antar-santri, santri
dengan pengajar, atau bahkan antara pesantren dengan masyarakat sekitar.
Teknik-teknik pengendalian konflik, seperti mediasi, dialog antar-pihak yang
terlibat, dan pendekatan komunikasi yang efektif juga perlu dibahas dalam
makalah ini. Kesadaran akan pentingnya manajemen konflik yang baik dalam

1
pesantren dapat membantu mencegah konflik menjadi lebih destruktif dan dapat
meningkatkan kerukunan antar anggota pesantren.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok-pokok yang akan dibahas


dalam makalah ini adalah,

1.2.1 Bagaimana pengertian dan beberapa pandangan tentang konflik di


pesantren?
1.2.2 Bagaimana proses, sumber dan bentuk-bentuk konflik?
1.2.3 Bagaimana manajemen konflik dan solusi serta teknik pengendalian
konflik?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini


dimaksudkan untuk mendeskripsikan. Secara khusus makalah ini akan
mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan beberapa pandangan tentang konflik di


pesantren
1.3.2 Untuk mengetahui proses, sumber dan bentuk-bentuk konflik
1.3.3 Untuk mengetahui manajemen konflik dan solusi serta teknik
pengendalian konflik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Beberapa Pandangan Tentang Konflik Di Pesantren

Konflik yakni hal yang nyata terjadi dan sering ada selagi seseorang masih
hidup bersosial bersama masyarakat. Konflik di pondok pesantren timbul sebagai
hasil adanya keragaman latar belakang warga pesantren, masalah-masalah
komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur pesantren itu sendiri.

Ditinjau dari akar katanya, sebagaimana dikutip Sulistyorini dan


Muhammad Fatkhurrahman, K. Karton mengemukakan bahwa istilah konflik
berasal dari kata configere atau conficium yang artinya benturan, tabrakan,
ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi, dan interaksi-interaksi yang
bersifat antagonis. Miles dalam Steers menjelaskan bahwa istilah konflik
menunjuk pada suatu kondisi dimana dua kelompok tidak mampu mencapai
tujuan-tujuan mereka secara simultan.

Sebagaimana juga dikutip oleh Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman


(2014: 296) bahwa konflik berkaitan erat dengan suatu motif, tujuan, keinginan,
atau harapan dari dua individu atau kelompok tidak dapat berjalan secara
bersamaan (incompatible). Adanya ketidaksepakatan tersebut dapat berupa
ketidaksetujuan terhadap tujuan yang ditetapkan atau bisa juga terhadap metode-
metode yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Afzalur Rahim dalam kutipan oleh Sulistyorini dan Muhammad


Fathurrohman menyatakan bahwa konflik dapat didefinisikan sebagai keadaan
interaktif yang termanifestasikan dalam sikap ketidakcocokan, pertentangan, atau
perbedaan dengan atau antara entitas sosial seperti individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok, atau organisasi dengan organisasi. Sedangkan

3
Wahyosumidjo lebih sederhana yaitu segala macam hubungan antara manusia
yang bersifat berlawanan. 1

Konflik di pesantren merupakan suatu situasi atau keadaan di mana


terdapat ketegangan, perbedaan pendapat, atau pertentangan antara individu atau
kelompok-kelompok di dalam lingkungan pesantren. Hal ini dapat timbul akibat
beragam faktor seperti perbedaan interpretasi terhadap ajaran agama, kebijakan
pengajaran, masalah administratif, atau pun perbedaan pandangan sosial dan
ekonomi di antara santri.

Konflik di pesantren tidak selalu bersifat negatif, karena dapat


memunculkan diskusi terbuka dan memicu pemikiran kritis di antara santri. Dari
perspektif pendidikan, konflik juga dapat dilihat sebagai sebuah proses
pembelajaran sosial di mana santri belajar untuk menyelesaikan perbedaan
pendapat secara konstruktif.

Namun, di sisi lain, konflik juga bisa berpotensi mengganggu stabilitas


dan kesejahteraan di pesantren jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
penting untuk memahami sumber-sumber konflik dan menerapkan strategi
manajemen yang efektif.

Pandangan terhadap konflik di pesantren dapat diartikan melalui beberapa


perspektif yang berbeda. Pertama-tama, dari sudut pandang pendidikan, konflik di
pesantren dianggap sebagai suatu dinamika yang tidak terhindarkan dalam proses
pembelajaran. Konflik dapat mendorong santri untuk berpikir kritis dan
mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik. Dengan cara ini,
konflik dianggap sebagai bagian integral dari pengalaman pendidikan pesantren.

Dari segi keagamaan, pandangan terhadap konflik di pesantren mungkin


cenderung melihatnya sebagai ujian atau cobaan yang diberikan Tuhan untuk
menguji keteguhan iman santri. Dalam perspektif ini, mengelola konflik dengan

1
M. Syahrul Ardhana, Ifadah Maziah, dkk. “Manajemen Konflik Di Pesantren Melalui
Kultur Pesantren Dan Gaya Kepemimpinan Kyai”. Lentera:Multidisciplinary Studies. Volume 1,
Nomor 4. 2023

4
penuh kesabaran dan kebijaksanaan dianggap sebagai bentuk pengabdian kepada
Tuhan.

Dari perspektif sosial, konflik di pesantren sering kali dipahami sebagai


akibat dari adanya beragam latar belakang dan pengalaman antara santri. Hal ini
dapat termasuk perbedaan budaya, sosial, atau ekonomi, yang dapat menimbulkan
perselisihan pendapat atau interpretasi terhadap berbagai isu.

Sementara pandangan ini memberikan sudut pandang yang berbeda


terhadap konflik di pesantren, penting untuk diingat bahwa konflik dapat bersifat
kompleks dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, memahami
dan menghormati berbagai perspektif ini dapat membantu dalam mengelola
konflik dengan lebih efektif.

2.2 Proses, Sumber Dan Bentuk-Bentuk Konflik

a. Proses konflik

Proses Konflik di Pesantren adalah rangkaian tahapan yang terjadi ketika


konflik muncul di lingkungan pesantren. Proses ini membantu dalam pemahaman
dan penanganan konflik dengan lebih efektif. Proses konflik di pesantren
melibatkan beberapa tahapan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemicu Konflik: Tahap pertama adalah munculnya pemicu konflik. Ini


bisa terjadi karena perbedaan pendapat, interpretasi agama, kebijakan, atau
isu-isu lain di pesantren. Pemicu ini menciptakan kebingungan atau
ketidaksepakatan di antara individu atau kelompok di pesantren.
2. Eskalasi Konflik: Setelah pemicu konflik muncul, konflik cenderung
berkembang dan eskalasi terjadi. Ini berarti ketegangan dan intensitas
konflik meningkat. Pihak-pihak yang terlibat mungkin semakin keras
dalam mempertahankan pandangan mereka, dan konflik menjadi semakin
rumit.
3. Klimaks Konflik: Pada tahap ini, konflik mencapai puncak ketegangan.
Pihak-pihak yang terlibat mungkin mencapai titik terendah dalam

5
hubungan mereka dan seringkali kesulitan mencapai kesepakatan. Klimaks
konflik bisa merusak hubungan di pesantren dan mengganggu suasana.
4. Reduksi Konflik: Tahap ini adalah upaya untuk mengurangi konflik dan
mencapai penyelesaian. Pihak-pihak yang terlibat mungkin mulai mencari
solusi, berusaha untuk berdialog, atau mencari bantuan dari pihak ketiga
seperti mediator. Reduksi konflik bertujuan untuk mengembalikan
keadaan pesantren ke dalam kondisi yang lebih stabil dan harmonis.
b. Sumber Konflik di Pesantren

Sumber konflik di pesantren dapat berasal dari berbagai faktor yang


mencakup perbedaan interpretasi, kepemimpinan, hingga aspek sosial dan
ekonomi. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang sumber konflik di
pesantren:

1. Perbedaan Interpretasi Agama


Salah satu sumber utama konflik di pesantren adalah perbedaan dalam
interpretasi terhadap ajaran agama. Ini mencakup interpretasi terhadap teks
suci, tafsir, dan praktek keagamaan. Santri dan pengajar mungkin memiliki
pandangan yang berbeda terkait dengan aspek-aspek agama tertentu, yang
dapat memicu perdebatan atau pertentangan.2
2. Persaingan Kepemimpinan
Ketidakjelasan atau persaingan terkait dengan posisi kepemimpinan di
pesantren dapat menjadi sumber konflik. Ketika tidak ada kesepakatan
atau kejelasan mengenai siapa yang memegang kendali atau pengambilan
keputusan, hal ini dapat memicu perselisihan antara berbagai pihak yang
berkepentingan. 3
3. Perbedaan Sosial dan Ekonomi
Disparitas sosial dan ekonomi di antara santri dapat menjadi sumber
konflik. Faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, tingkat pendidikan,

2
Rahman, A. (2016). "Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam." Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.
3
Sudirman, A. (2019). "Manajemen Konflik dalam Organisasi Pendidikan." Prenada
Media.

6
atau status ekonomi dapat mempengaruhi persepsi dan interaksi di dalam
pesantren. Ketidakadilan atau ketimpangan dalam distribusi sumber daya
atau peluang juga dapat memicu ketegangan.
c. Bentuk-bentuk Konflik di Pesantren

Konflik di pesantren dapat mengambil berbagai bentuk, tergantung pada


sumber dan konteksnya. Berikut adalah beberapa bentuk umum dari konflik di
pesantren:

1. Konflik Interpersonal
Bentuk konflik ini terjadi antara individu-individu di dalam pesantren. Hal
ini mungkin melibatkan perbedaan pendapat, pertentangan pribadi, atau
perasaan ketidakpuasan antara santri, guru, atau pengurus pesantren.

2. Konflik Intragrup
Konflik intragrup terjadi di antara kelompok-kelompok yang ada di dalam
pesantren. Ini bisa melibatkan persaingan atau pertentangan di antara
kelompok-kelompok belajar, kelompok studi, atau komunitas kecil lainnya
di dalam pesantren.
3. Konflik antargrup
Konflik antargrup melibatkan benturan antara kelompok-kelompok yang
berbeda di dalam pesantren. Ini bisa terjadi ketika terdapat berbagai faksi,
komunitas, atau kelompok kepentingan dengan pandangan atau tujuan
yang berbeda-beda.
4. Konflik Terkait Ajaran Agama
Konflik terkait interpretasi atau pemahaman terhadap ajaran agama dapat
muncul di pesantren. Ini bisa termasuk perbedaan dalam penafsiran teks
suci, ritual ibadah, atau praktek keagamaan lainnya.4

4
Rahman, A. (2016). "Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam." Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.

7
2.3 Manajemen konflik dan solusi serta teknik pengendalian konflik

a. Manajemen Konflik di Pesantren

Manajemen Konflik adalah suatu proses yang melibatkan upaya untuk


mengidentifikasi, mengatasi, dan mengelola konflik yang mungkin muncul antara
individu, kelompok, atau organisasi. Tujuan dari manajemen konflik adalah untuk
meminimalkan dampak negatif dari konflik dan, jika mungkin, mengubahnya
menjadi suatu situasi yang konstruktif atau memperbaiki hubungan yang
terpengaruh oleh konflik tersebut.

Manajemen konflik melibatkan berbagai strategi, teknik, dan pendekatan


yang dirancang untuk mengelola atau menyelesaikan konflik dengan cara yang
meminimalkan kerusakan dan mencapai solusi yang sesuai bagi semua pihak yang
terlibat. Ini bisa mencakup negosiasi, mediasi, arbitrase, atau bahkan tindakan
hukum, tergantung pada tingkat dan jenis konflik yang sedang dihadapi.

Penting untuk dipahami bahwa konflik itu sendiri tidak selalu negatif.
Dalam beberapa kasus, konflik dapat memunculkan ide-ide baru, meningkatkan
komunikasi, atau membantu mengidentifikasi masalah yang perlu diatasi. Oleh
karena itu, manajemen konflik juga bisa mencakup upaya untuk memahami dan
memanfaatkan konflik secara konstruktif.

Secara singkat, manajemen konflik adalah proses yang mencakup


identifikasi, penanganan, dan pengelolaan konflik agar dapat menghasilkan solusi
yang sesuai dan menjaga hubungan yang sehat antara pihak-pihak yang terlibat.

Konflik merupakan suatu fenomena yang sering kali tidak bisa dihindari
dan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Sumber-sumber organisasi,
sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya teknologi digunakan
untuk menyelesaikan suatu konflik bukan untuk meningkatkan produktivitas
organisasi (Nasruloh, 2019). Oleh karena itu, manajemen konflik harus dilakukan
secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Khoirul Anwar, tujuan
utama manjemen konflik adalah untuk membangun dan mempertahankan kerja

8
sama yang kooperatif dengan para bawahan, teman sejawat, atasan dan pihak luar
(Anwar, 2018, p. 34). Adapun tujuan manajemen konflik menurut Wirawan
sebagaimana dikutip Bashori dalam Jurnal Idarah (Bashori, 2018, p. 23) yang
berjudul “Manajemen Konflik di Lembaga Pendidikan” yaitu:

1) Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan diri


pada visi, misi dan tujuan organisasi
2) Memahami orang lain dan menghormati keberagaman
3) Meningkatkan kreativitas
4) Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan berdasarkam pemikiran
berbagai informasi dan sudut pandang
5) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan melalui peran serta, pemahaman
bersama, dan kerjasama
6) Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
7) Menimbulkan iklim organisasi konflik dan lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan: takut, moral rendah, sikap saling curiga
8) Meningkatkan terjadinya pemogokan mengarah pada sabotase bagi pihak
yang kalah dalam konflik
9) Mengurangi loyalitas dan komitmen organisasi
10) Terganggunya proses produksi dan operasi.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik


merupakan bagian yang harus diperhitungkan secara matang dalam membuat
sebuah komitmen dan keputusan agar konflik tidak menjadi penghambat dalam
sebuh sistem organisasi. Selain itu, manajemen konflik menjadi bagian terpenting
dalam menyelesaikan semua persoalan yang ada dalam lembaga pendidikan
Islam. Lembaga pendidikan yang memiliki kompleksitas konflik atau persoalan
yang banyak memungkinkan akan bertransformasi menjadi sebuah lembaga
pendidikan yang unggul, jika mampu menyelesaiakan problematika konflik yang
ada. Untuk itu, jelas konflik yang mampu dikelola secara baik akan mampu
menjadi stimulus perubahan ke arah yang lebih baik.

9
Manajemen konflik di pesantren adalah pendekatan terstruktur untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola konflik dengan tujuan mencapai
resolusi yang konstruktif dan harmonis. Dalam konteks pesantren, manajemen
konflik sangat penting karena pesantren adalah lingkungan yang heterogen dengan
berbagai individu yang memiliki latar belakang dan pandangan yang berbeda
terkait agama dan kehidupan sehari-hari. Beberapa aspek penting dalam
manajemen konflik di pesantren meliputi:

1. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang baik adalah kunci dalam manajemen konflik di
pesantren. Para pengajar dan pengurus pesantren perlu mendorong santri
untuk berkomunikasi secara terbuka dan menghargai pendapat satu sama
lain. Selain itu, penting juga untuk memberikan wadah yang aman bagi
santri untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau kebingungannya
terhadap suatu masalah.
2. Penetapan Norma dan Aturan
Membuat dan mematuhi norma dan aturan yang jelas adalah langkah
penting dalam mencegah konflik. Norma-norma tersebut dapat mencakup
kebijakan-kebijakan pengajaran, etika berinteraksi, atau aturan-aturan
kehidupan sehari-hari di pesantren. Ketika norma-norma ini diikuti secara
konsisten, santri akan memiliki pedoman yang jelas dalam berperilaku.
3. Penyediaan Ruang Dialog dan Mediasi
Mengadakan forum dialog terbuka dan mediasi dapat membantu pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik untuk saling mendengarkan dan mencari
solusi bersama. Mediator yang netral dapat membantu memfasilitasi
proses komunikasi dan membantu pihak-pihak untuk mencapai
kesepakatan yang adil.
b. Solusi dan Teknik Pengendalian Konflik di Pesantren

Penting untuk memiliki strategi yang efektif untuk menyelesaikan konflik


di pesantren. Berikut adalah solusi dan teknik pengendalian konflik yang dapat
diterapkan:

10
1. Konsolidasi Kepemimpinan: Memiliki kepemimpinan yang kuat dan
otoritatif dapat membantu dalam mengambil keputusan yang adil dan
bijaksana. Kepemimpinan yang baik mampu memediasi dan mencari
solusi terbaik untuk konflik.
2. Pelatihan Keterampilan Komunikasi: Melatih santri dalam keterampilan
komunikasi yang efektif dapat membantu mereka dalam menyampaikan
pendapat dan memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik.

Teknik Pengendalian Konflik di Pesantren:

1. Pendidikan tentang Toleransi dan Keterbukaan: Mendorong santri untuk


memahami dan menghargai perbedaan pendapat atau interpretasi adalah
langkah penting dalam mencegah konflik. Melalui pendidikan ini, santri
dapat belajar untuk menghormati keanekaragaman dalam pandangan
agama dan budaya.
2. Pelatihan Manajemen Emosi: Memberikan pelatihan bagi santri untuk
mengelola emosi mereka dengan baik dapat membantu dalam menghindari
reaksi impulsif atau kemarahan yang dapat memperburuk konflik. 5

5
Rahman, A. (2016). “Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok
Pesantren Darus Salam.” Jurnal Sosiologi Agama, 10(1), 45-60.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses konflik di pesantren dapat bervariasi dalam durasi, tergantung pada


kompleksitas dan tingkat ketegangan dalam konflik tersebut. Penting untuk
memahami bahwa konflik bisa menjadi bagian alami dari kehidupan di pesantren
dan bukan selalu sesuatu yang negatif. Bagaimanapun, pemahaman dan
manajemen yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa konflik diatasi
dengan cara yang konstruktif dan positif.

Penting untuk diingat bahwa sumber konflik dapat bersifat kompleks dan
dapat bervariasi dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Oleh karena itu,
pendekatan yang holistik dan sensitif terhadap dinamika unik dari setiap pesantren
diperlukan untuk mengelola dan mencegah konflik dengan efektif.

Manajemen konflik di pesantren adalah langkah proaktif untuk


menciptakan lingkungan yang harmonis dan mendukung pertumbuhan spiritual
santri. Dengan mengimplementasikan strategi ini, pesantren dapat menjadi tempat
di mana konflik diatasi dengan bijak, dan santri dapat belajar untuk
berkomunikasi dengan baik dan menghormati perbedaan pendapat.

3.2 Saran

Kami berharap bahwa Makalah ini akan memberikan informasi baru


tentang Manajemen Konflik di Pesantren kepada semua pembaca. Oleh karena itu,
kami berharap Makalah yang kami kumpulkan akan bermanfaat bagi penyusun
dan pembaca secara keseluruhan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, jadi kami mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk
tujuan membuat makalah kami sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A. "Konflik di Pesantren: Analisis Sosiologi Konflik di Pondok


Pesantren Darus Salam." Jurnal Sosiologi Agama, 10(1). 2016

Rahmat, M. "Manajemen Konflik di Pesantren: Kajian Psikologi Islami." Jakarta:


Pustaka al-Kautsar. 2017

Sudirman, A. "Manajemen Konflik dalam Organisasi Pendidikan." Prenada


Media. 2019

Supardi, A. "Dinamika Konflik dan Solusi di Lingkungan Pesantren."


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2019

Syahrul M. Ardhana, Ifadah Maziah, dkk. “Manajemen Konflik Di Pesantren Melalui


Kultur Pesantren Dan Gaya Kepemimpinan Kyai”. Lentera:Multidisciplinary
Studies. Volume 1, Nomor 4. 2023

13

Anda mungkin juga menyukai