Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan dan
Wawasan Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dr. Triyono, M.Pd dan
Dr. Diniy Hidayatur Rahman, S.Pd, M.Pd
MAKALAH
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas ridha-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaat mengalir kepada umatnya di hari akhirat kelak.
Penyusunan makalah yang berjudul “BK Sebagai integral dan Setting Layanan Bimbingan dan
Konseling” bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan dan Wawasan
Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Bapak Dr. Triyono, M.Pd dan Dr. Diniy
Hidayatur Rahman, S.Pd, M.Pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita, serta penulis berharap, makalah sederhana
yang disajikan ini dapat memberi manfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan kita,
baik itu bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin..
M Yusran d
Daftar Isi
COVER................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB 1 : PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. BK Dalam integral Pendidikan ............................................................................... 6
1. Pengertian bimbingan dan konseling dalam pendidikan. .......................................... 6
2. Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan ........... 6
3. Hubungan BK sebagai kegiatan yang integral dalam sistem pendidikan. ................. 9
B. Setting Layanan Bimbingan dan Konseling .......................................................... 11
1. Setting keluarga .................................................................................................... 12
2. Setting satuan pendidikan ...................................................................................... 12
3. Setting lembaga kerja ............................................................................................ 16
4. Setting kelembagaan sosial-kemasyarakatan ......................................................... 16
5. Setting praktik privat ............................................................................................. 16
BAB III : PENUTUP ......................................................................................................... 18
Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan bimbingan dan konseling telah dirintis sejak tahun 1960-an dan
dilaksanakan secara serempak di sekolah sejak tahun 1975, yaitu saat diberlakukannya
kurikulum ’75. Pada saat itu istilah yang diperkenalkan dan dipergunakan adalah Bimbingan
dan Penyuluhan (BP). Istilah tersebut pada akhirnya memunculkan suatu sebutan bagi
pelaksanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dengan sebutan guru BP.
Perkembangan dunia bimbingan dan konseling di Indonesia mengalami proses yang berliku,
hingga pada tahun 1994, melalui kurikulum 1994, istilah Bimbingan dan Penyuluhan mulai
diganti dengan istilah Bimbingan dan Konseling (BK). Perubahan mendasar dari istilah
“penyuluhan” menjadi “konseling” didasari pada paradigma bahwa konselor tidak
melakukan penyuluhan yang mempunyai konotasi sebagai pekerja lapangan (mis: penyuluh
pertanian atau penyuluh KB), tetapi lebih pada usaha membantu Konseli/siswa sesuai
dengan karakter siswa yang bersangkutan. Siswa lebih dihargai untuk dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri. Dengan demikian, istilah guru BP dirubah menjadi guru BK.
Menurut SK Menpan no. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya, pada pasal (3) disebutkan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun
program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap
peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Pada tahun 2003, terjadi perubahan
mendasar terhadap pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Undang-
undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat (4)
dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor … . Dengan demikian penggunaan istilah guru BK di lingkungan sekolah
akan berubah menjadi konselor sekolah. Paradigma ini mengacu pada pelaksana konseling
adalah konselor. Dengan kata lain bahwa konselor termasuk salah satu tenaga pendidik.
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu kesatuan (integral) dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah (Munandir:1993). Dengan kata lain bahwa
pelaksanaan pendidikan atau pembelajaran di sekolah akan mempunyai ketergantungan
yang timbal balik antara proses belajar klasikal di kelas dengan bantuan bimbingan dan
konseling. Kesatuan ini tampak dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Pembelajaran
yang berorientasi kognitif secara umum telah dilakukan oleh guru bidang studi di kelas.
Guru mata pelajaran memberikan bahan atau materi pembelajaran kepada siswa dengan
penekanan-penekanan pada bidang kognitif. Peranan guru BK pada tahap ini adalah
menyeimbangkan antara kekuatan kognitif dan afektif yang dimiliki siswa.
Seringkali kita temui bahwa siswa mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
segala bentuk tugas yang diberikanoleh guru bidang studi. Tetapi pada saat mereka
dihadapkan untuk menentukan pilihan masa depan atau mengambil keputusan tentang masa
depannya, mereka mengalami kesulitan yang luar biasa. Mereka dihadapkan pada banyak
pilihan serta konflik-konflik batin. Pada saat inilah peranan guru BK akan tampak semakin
nyata. Konselor sekolah akan membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang
timbul sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan. Permasalahan yang dihadapi
siswa tidak bisa diselesaikan dengan mempergunakan kekuatan kognitif atau logika berpikir
semata. Seringkali permasalahan yang muncul adalah kerena pertentangan emosi (afeksi)
siswa. Sebagai contoh, masalah penjurusan tidak bisa diselesaikan hanya dengan melihat
hasil kogitif siswa melalui nilai rapor, tetapi juga melihat kepribadian, minat, bakat dan
keadaan lingkungan siswa tersebut. Di sini terlihat perspektrum yang semakin luas untuk
dapat menyelesaikan masalah siswa secara tuntas.
Permasalahan yang diuraikan di atas merupakan permasalahan yang sifatnya khusus
terjadi pada dunia pendidikan. Secara umum Nurihsan (2003) menyebutkan beberapa
masalah umum yang terjadi di sekitar kita akibat berkembangnya isu globalisasi sebagai
berikut, (1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena
banyaknya konflik, stres, kecemasan dan frustrasi, (2) adanya kecenderungan pelanggaran
disiplin, kolusi, korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat dan benar-salah secara
lugas, (3) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik
psikis tapi juga konflik phisik dan (4) pelarian dari masalag melalui jalan pintas yang
bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatann terlarang (drugs).
Permasalahan tersebut pada akhirnya membutuhklan bantuan layanan bimbingan dan
konseling,t erutam adisetting sekolah. Akibat lain dari adanya globalisasi adalah
meningkatnya “virus” informasi baru (Prayitno & Amti, 1999).
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini terlalu banyak informasi baru yang muncul di
sekitar kita. Suatu masalah belum terselesaikan dengan baik muncul lagi masalah yang lebih
baru dan lebih membutuhkan penanganan yang khusus. Sebagai contoh informasi mengenai
telepon genggam (HP). Pada saat yang bersamaan dapat muncul 4 model HP di masyarakat.
Belum selesai kita analisa dengan mantap, sudah muncul genre legi yang lebih baru dengan
menawarkan hal-hal baru. Informasi ini seringkali membuat masyarakat bingung untuk
memilih.
Lebih lanjut, Wibowo (2003) menyatakan bahwa pendidikan dapat memanfaatkan
bimbingan dan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai
rangkaian upaya pemberian bantuan. Konseling menyediakan unsur-unsur di luar individu
yang dipergunakan untuk memperkembangkan diri. Integrasi konseling dalam pendidikan
juga tampak dari dimasukkannya secara terus menerus program-program konseling ke
dalam program-program sekolah dengan demikian konsep dan praktek konseling
merupakan bagian integral upaya pendidikan
B. Rumusan Masalah
1. Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan?
2. Bagaimana Setting Layanan Bimbingan dan Konseling ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan Bagaimana bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dalam
sistem pendidika
2. Menjelaskan Layanan Bimbingan dan Konseling ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memeiliki kontribusi
terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah (juntika ,2005) berdasarkan pernyataan di
atas dapat di pahami bahwa proes pendidkan di sekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil
secara baik apabila tidak di dukung dengan penyelenggaraan secara baik pula. Lembaga
pendidkan memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar ,
untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya meberikan bantuan pada siswa untuk mengatasi
masalah masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa dalam kondisi seperti ini pelayanan
bimbingan dan konselng lembaga pendididikan sangat penting untuk dilaksanakan guna
membantu siswa mengatasi beberapa masalah yang di hadapinya Konseling sebagai bagian
integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Sementara itu terkait dengan konseling adalah pendidikan, maka pengertian konseling
di dalamnya sepenuhnya terkandung segenap makna dan unsur-unsur pendidikan sebagai mana
didefenisikan di dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional, dapat dirumuskan
sebagai berikut. Menurut Prayitno (2013:74) mengatakan bahwa konseling adalah pelayanan
bantuan oleh tenaga profesional kepada seorang atau kelompok individu untuk pengembangan
kehidupan efektif sehari-hari dan penanganan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu
dengan fokus pribadi yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran.
Berhubungan dengan itu salah satu misi dari bimbingan dan konseling adalah misi
pengembangan, yaitu memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan
formal, dan non formal, keluarga, instansi, dunia usaha dan industri, serta kelembagaan
masyarakat lainnya kearah perkembangan optimal melalui strategi upaya pengembangan
individu, pengembangan lingkungan belajar, dan lingkungan lainnya, serta kondisi tertentu
sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat. Ini sesuai dengan motto konselor yakni
konselor di sekolah mantap, di luar sekolah sigap, dan dimana-mana siap.
Untuk mewujudkan itu semua, bimbingan dan konseling mempunyai berbagai macam
setting layanan, berupa : setting keluarga, satuan pendidikan, lembaga kerja, lembaga
sosial kemasyarakatan, setting praktik privat
DAFTAR PUSTAKA
Gysbers, N.C & Henderson, P. 2006. Developing & Managing: Your School Guidance
and Counseling Program (Fourth Edition). USA: American Counseling
Association.
Prayitno., Amti E. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta
:Rineka Cipta.
Schmidt, J .J. 2003. Counseling In Schools: Essential Services and Comprehensive
Programs (Fourth Edition). USA: Pearson Education, Inc.
Yusuf, S. Dan Nurihsan, J. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Wardati,M.Pd,Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah,2011,Prestasi pustaka
raya,Jakarta
Tohirin,M.Pd,Drs,Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis
integrasi),2011,PT Raja grafindo persada,Jakarta
Bandura,A.(Ed.) (1995). Self-efficacy in changing soceties. Cambridge,UK:Cambirdge
University pres
Amti,Erman.1992.Bimbingan konseling .Jakarta :Dep.Dik.Bud: P.T Proyek Pembinaan
Pendidikan
Bimo Walgito. 2010. Bimbingan dan Konseling (studi & karir). Yogyakarta: Andi.
Hibana Rahman. 2003.Bimbingan dan konseling pola 17. UCY: Press Yogyakarta
Mamat Supriana. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis kompetensi. Jakarta;
Rajawali Pers
Prayitno., Amti, erman. 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka
Cipta.
Prayitno. 2009. Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP Press.
Prayitno. 2013. Konseling Integritas. Padang: UNP Press.
Tawil. 1999. Dasar-dasar Bimbingan Konseling, Magelang, Universitas Muhammadiyah
Magelang,
Tim Penyusun. 2013. Kumpulan Naskah kurikulum 2013 dan Bimbingan dan Konseling.
Padang: UNP Press
Surtina. 2013. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Andi.