filsafat ilmu
etika keilmuan
disusun
O
L
E
H
T.A 2014/2015
Kata Pengantar
Alhamdulillah... atas rahmat Allah, dengan segala limpahan karunia-Nya, Makalah ini
dapat disusun dengan sedemikian rupa. Makalah ini berjudul “MAKALAH ETIKA
KEILMUAN. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi standar proses
perkulliahan di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang hendak merefleksikan konsep-konsep yang
diandaikan begitu saja oleh para ilmuwan, seperti konsep metode, obyektivitas, penarikan
kesimpulan, dan konsep standar kebenaran suatu pernyataan ilmiah. Hal ini penting, supaya
ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan
mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan
buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha
mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut
baik dan buruk .
B. Rumusan Masalah
Pengertian Etika Keilmuwan
Problem Etika Keilmuwan
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai
Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Ilmuwan
Daftar isi
Kata Pengantar---i
BAB I
Pendahuluan---ii
Daftar isi---iii
BAB II PEMBAHASAN---1
Pengertian Etika Keilmuan---1
Problem Etika Keilmuan---2
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai---6
Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Ilmuwan---7
Kesimpulan---9
Daftar Pustaka---12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Keilmuan
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat
disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan
buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha
mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut
baik dan buruk .
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg
baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yg lain.
Hubungan Etika , Filsafat, dan Ilmu pengetahuan
Filsafat sendiri merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Jadi bisa didefinisikan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup
manusia, yang tugasnya meneliti dan menentukan semua fakta konkret sampai pada yang
paling mendasar. Etika merupakan bagian dari filsafat, yaitu filsafat moral.
Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini, perlu dilakukan
pemisahan antara etika dan moral. Yaitu bahwa etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan
moral adalah obyek ilmu pengetahuan tersebut.
· Etika secara umum dapat dibagi menjadi:
a) Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b) Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak etis. Cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
· Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) sedikitnya
ada enam , yaitu:
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu
mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang
beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing,
atau , cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan
akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indera serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai
kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan
riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk
mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara.
Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif
berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh
terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak
menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku
secara universal dan komunal.
Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih
ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu.
Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang
secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan
terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan
menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang
membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini
sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian
obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.
Kesimpulan
Ilmu merupakan suatu cara berpikir tentang sesuatu objek yang khas dengan
pendekatan tertentusehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
ilmiah. Ilmiah dalam artisistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Suatu keharusan bagiilmuwan memiliki moral dan akhlak untuk membuat
pengetahuan ilmiah menjadi pengetahuanyang didalamnya memiliki karakteristik kritis,
rasional, logis, objektif, dan terbuka. Disampingitu, pengetahuan yang sudah dibangun harus
memberikan kegunaan bagi kehidupan manusia,menjadi penyelamat manusia, serta
senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Disinilah letak tanggung jawab
ilmuwan untuk memiliki sikap ilmiah.Para ilmuwan sebagai profesional di bidang keilmuan
tentu perlu memiliki visi moral, yangdalam filsafat ilmu disebut sebagai sikap ilmiah, yaitu
suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif, yang
bebas dari prasangka pribadi, dapatdipertanggungjawabkan secara sosial dan kepada
Tuhan.
Adapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan sedikitnya ada enam, yaitu:
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness)
merupakan sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dan
menghilangkan pamrih
1. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu
mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi.
2. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indera serta budi (mind).
3. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai
kepastian.
4. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yangtelah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset. Dan riset atau
penelitian merupakanaktifitas yang menonjol dalam hidupnya.
5. Memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu
bagikemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia.Secara terminologi, etika adalah
cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatanmanusia dalam
hubungannya dengan baik dan buruk.
Yang dapat dinilai baik dan buruk adalahsikap manusia yang menyangkut perbuatan,
tingkah laku, gerakan, kata dan sebagainya. Dalametika ada yang disebut etika normatif,
yaitu suatu pandangan yang memberikan penilaian baik dan buruk, yang harus dikerjakan
dan yang tidak.Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etika sebagai pertimbangan dan
yang mempunyai pengaruh pada proses perkembangannya lebih lanjut. Tanggung jawab
etika menyangkut padakegiatan dan penggunaan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ilmu
pengetahuan harusmemperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, keseimbangan
ekosistem, bersifat universaldan sebagainya, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan
adalah untuk mengembangkan danmemperkokoh eksistensi manusia dan bukan untuk
menghancurkannya. Penemuan baru dalamilmu pengetahuan dapat mengubah suatu
aturan alam maupun manusia. Hal ini menuntuttanggung jawab etika untuk selalu menjaga
agar yang diwujudkan tersebut merupakan hasil yangterbaik bagi perkembangan ilmu dan
juga eksistensi manusia secara utuh