Anda di halaman 1dari 14

Tugas I

ETIKA, ETIKET, MORAL, PENGEMBANGAN


KEPRIBADIAN DAN PENERAPANNYA

NAMA MATA KULIAH : K3 dan Etika

KODE MATA KULIAH : 343J1710412

NAMA MAHASISWA : Shuhaib Jamal

NO. STAMBUK : 34317025

KELAS : 1A Otomotif

PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Februari, 2018
I. ETIKA, ETIKET DAN MORAL

A. Pengertian Etika dan Etiket


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dituliskan
bahwa arti etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Menurut wikipedia etika itu berasal dari yunani kuno “ethikos”
artinya “timbul dari kebiasaan”. Secara metodologis tidak setiap hal
menilai perbuatan bisa disebut sebagai etika, etika adalah suatu
sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam menjalankan refleksi.
Oleh sebab itulah etika merupakan suatu ilmu yang objeknya itu
berupa manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
tingkah laku manusia, etika juga mempunyai sudut pandang
normatif, maksudnya adalah melihat dari sudut baik dan buruknya
mengenai perbuatan manusia.

B. Pengertian Menurut Para Ahli


 Soergarda Poerbakawatja ⇒ Etika adalah suatu ilmu yang
memberikan arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan
manusia.
 H. A. Mustafa ⇒ Etika yaitu sebagai ilmu yang menyelidiki
terhadap suatu perilaku yang baik dan yang buruk dengan
memerhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang diketahui
oleh akan serta pikiran manusia.
 K. Bertens ⇒ Etika merupakan nilai dan norma moral yang
menjadi suatu acuan bagi umat manusia secara baik secara
individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah
lakunya.
 DR. James J. Spillane SJ ⇒ Ia menyatakan bahwa etika adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan suatu tingkah laku
manusia di dalam mengambil keputusan yang berhubungan
dengan moral. Etika lebih mengarah ke penggunaan akal budi
dengan objektivitas guna menentukan benar atau
salahnya serta tingkah laku seseorang terhadap lainnya.
 Drs. H. Burhanudin Salam ⇒ Etika ialah sebuah cabang ilmu
filsafat yang membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma
yang dapat menentukan suatu perilaku manusia ke dalam
kehidupannya.
 W.J.S. Poerwadarminto ⇒ Etika merupakan ilmu pengetahuan
tentang suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari
sisi baik dan buruknya yang sejauh mana dapat ditentukan oleh
akal manusia.
 Aristoteles ⇒ Berbeda dari yang lain, ia mendefinisikan etika
menjadi 2 pengertian yaitu: Terminius Technicus dan Manner
and Cutom. Terminius Technicus ialah sebuah etika yang
dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
suatu problema tindakan manusia.Sedangkan Manner and
Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang berhubungan
dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri
manusia. Sangat terkait dengan “baik & buruknya” suatu
perilaku, tingkah, atau perbuatan manusia.
 Pengertian Etika secara umum adalah suatu peraturan atau
norma yang bisa digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk
yang dilakukan oleh seorang serta merupakan suatu kewajiban
dan tanggungan jawab moral.
 Pengertian Etiket adalah sesuatu yang dikenal, diketahui,
diulang, dan menjadi kebiasaan dalam sebuah masyarakat, baik
berwujud kata-kata maupun suatu bentuk perbuatan nyata.

C. Perbedaan Etika dan Etiket


 Dilihat dari segi asala kata Etika “ethos” ⇔ etiket “etiquette”
 Etika berlaku ada maupun tidak ada saksi ⇔ etiket berlaku
sebab adanya saksi mata
 Etika bersifat absolut ⇔ etiket relatif
 Cara pandang etika ke batiniah ⇔etiket lebih ke lahiriah
 Secara makna etika norma tentang perbuatan ⇔ etiket aturan
yang dijalankan
Dalam rangka menjernihkan istilah, maka kita harus perhatikan
lagi apa perbedaan antara “etika” dan “etiket”. Sering kali dua istilah
ini dicampuradukkan begitu saja, padahal perbedaan di antaranya
sangat hakiki.
“Etika” di sini berarti “moral” sedangkan “etiket” berarti “sopan
santun” (tentu saja di samping arti lain “secarik kertas yang
ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
Apabila kita melihat dari asal usulnya, sebetulnya tidak ada
kaitannya antara du aistilah tersebut. Hal inilah yang menjadi lebih
jelas, jika dibandingkan bentuk kata bahasa Inggris,
yaitu ethics dan etiqiette.
D. Jenis-jenis Etika
Dilihat dari jenisnya setidaknya terdapat 3 jenis etika yaitu
etika filosofis, teologis, dan relasi dari ke dua etika tersebut.
Berikut penjelasannya.
Etika Filososfis
Secara harfiah etika filosofis itu bisa dikatakan sebagai etika
yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dikerjakan
manusia. Oleh karena itu sebenarnya etika termasuk bagian dari
filsafat.
Karena termasuk filsafat maka ketika berbicara etika tidak
bisa dilepaskan dari filsafat, dari sini diambil kesimpulan bahwa
jika seseorang ingin mengetahui unsur-unsur etika maka ia
harus bertanya juga perihal unsur-unsur filsafat. Di bawah ini
akan dijelaskan 2 sifat etika.
1. Non Empiris
Ilmu empiris adalah sebuah ilmu yang didasarkan pada
fakta atau yang konkret. Namun berbeda dengan filsafat
(tidak demikian), filsafat berusaha melampaui yang konkret
yang seakan-akan menanyakan apa di balik gejala-gejala
konkret.
Begitupun dengan etika yang tidak berhenti terhadap apa
yang konkret secara faktual dilakukan, tapi bertanya perihal
apa yang mesti dikerjakan dan apa yang tidak boleh
dikerjakan.
2. Praktis
Berbagai cabang filsafat membicarakan tentang sesuatu
“yang ada”. Seperti contoh filsafat hukum mempelajari apa
itu hukum. Namun tak demikian, etika tidak terbatas hanya
itu saja melainkan bertanya seputar “apa yang harus
dilakukan”.
Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat yang
sifatnya praktis, sebab langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Akan tetapi perlu
diingat bahwa bukanlah praktis dalam artian menyajikan
resep-resep siap pakai.
Etika juga tidak mempunyai sifat teknis melainkan
reflektif, maksudnya adalah etika hanya menganalisa tema-
tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, serta hak dan
kewajiban dll.
Etika Teologis
Dalam hal ini terdapat 2 hal yang mesti diingat, pertama etka
teologis bukan hanya milik agama tertentu melainkan setiap agama
dapat memiliki etika ini secara masing-masing.
Contoh dalam etika Kristen misalnya, etika teologis adalah etika
yang bertitik tolak dari presuposis-presuposis mengenai Allah atau
yang Illah, juga memandang kesusilaan bersumber dari dalam
kepercayaan terhadap Allah.
Sebab itulah Jongeneel menyebut “etika teologis” sebagai “etika
transenden dan etika teosentris”. Etika teologis Kristen mempunyai
objek sama dengan etika secara umum yaitu tingkah laku manusia.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya berdasarkan
apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai yang dianut.
Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika diatasa
terdapat 3 jawaban menonjol yang dikemukakan atas
pertanyaan di atas yaitu :
1. Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354 – 430) ia
menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi yaitu
mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
2. Sintetis
Jawaban kedua ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas
(1225 – 1274) yang menyintesiskan etika filosofis dan
teologis sedemikian rupa, sampai kedua jenis etika ini
mempertahankan identitas masing-masing, menjadi satu hal
baru.
Akhirnya akan diperoleh hasil berupa etika filosofis
menjadi lapisan bawah yang sifatnya umum, sedangkan
etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.
3. Diaparalelisme
Jawaban terakhir ini kemukakan oleh F.E.D.
Schleiermacher tahun (1768 – 1834) yang menganggap
kedua etika tersebut sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal
ini bisa diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang
sejajar.
Mengenai pendapat-pendapat di atas ada beberapa
yang keberatan, pendapat Augustinus dapat dilihat jelas
bahwa etika filosofi tidak dihormati setingkat dengan etika
teologis.
Sedangkan pandangan Thomas Aquinas dikomentari
sama seperti pendapat Augustinus.
E. Contoh Etika dan Etiket
Contoh Etika
 “Di hari senin santri dilarang mencuci” Seorang yang mempunyai
etika ia tidak akan mencuci ketika hari senin, meskipun ada
kesempatan dan tidak ada saksi yang mengawasinya
 Mencuri atau merugikan orang lain
 Terlambat ngampus, ngantor, atau lainnya
Contoh Etiket
 Adab ngupil, kentut, meludah, dan sebagainya, berbagai macam
tindakan tersebut akan dinilai kurang sopan jika ada orang lain
yang menyaksikannya, sementara jika tidak ada orang hal ini
bukanlah suatu masalah
 Makan tanpa sendok, etiket makan tanpa sendok hanya berlaku
pada kalangan borjuis saja, sementara dalam agama Islam
tindakan ini merupakan sunnah
Makna etiket sendiri lebih sempit yaitu terkait dengan cara
perbuatan yang mesti dikerjakan contohnya memberi sesuatu
menggunakan tangan kanan, menutup mulut saat menguap, dan
sebagainya.

F. Moral
Moral adalah perbuatan, tingkah laku atau ucapan seseorang
dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan
seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
Agama.
Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku
manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral
(Bahasa Latin Moralitas) merupakan istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang
mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.

G. Moral Menurut para ahli


 Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, Moralitas adalah hal kenyakinan serta
sikap batin dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian dengan
beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum
negara, hukum agama atau hukum adat-istiadat. Selanjutnya
dikatakan jika, kriteria mutu moral dari seseorang adalah hal
kesetiaannya terhadap hatinya sendiri.
 W.Poespoprojo
Menurut W.Poespoprojo, Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu
benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang
baik-buruknya perbuatan manusia.
 Dian Ibung
Menurut Dian Ibung, moral adalah nilai (value) yang berlaku
dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku
seseorang.
 Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, Moral adalah aturan aturan (rule)
mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human
behavior) sebagai manusia.
 Wikipedia
Menurut Wikipedia, Moral adalah pesan yang di sampaikan atau
pelajaran yang bisa di petik dari kisah atau peristiwa.
 Kamus Psikologi
Menurut Kamus Psikologi, Moral adalah mengacu kepada akhlak
yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

H. Macam-Macam Moral
Ada dua macam moral yaitu :
 Moral Keagamaan
Moral keagamaan adalah moral yang selalu berdasarkan pada
ajaran agama Islam.
 Moral Sekuler
Moral sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata

I. Contoh Moral
Contoh moral yang baik
 Bertutur sapa yang baik pada orang lain
 Masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan
berbagai suku, adat, ras, budaya dan agama tanpa saling
melecehkan satu sama lain.
 Jika kita menemukan tas berisi dokumen penting dan sejumlah
uang, jika kita bermorall baik kita akan mengembalikannya
pada pemiliknya atau bisa kepada pihak berwajib.
Contoh Moral yang buruk
 Kekerasan dalam pendidikan
 Demo yang merusak fasilitas umum
 Hamil diluar nikah

II. TEORI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

A. Teori Psikoanalisis Klasik (Sigmun Freud)


Psikoanalisis dapat diartikan sebagai analisa jiwa. Teori
psikoanalisis klasik pertama kalinya ditemukan oleh Sigmun Freud
di tahun 1986, yang mana pada masa itu teori psikoanalisis
merupakan teori baru yang meninjau tentang manusia yang
menganggap bahwa ketidaksadaran menjadi peran penting untuk
memahami perilaku dan kepribadian manusia. Freud mengartikan
psikoanalisis dalam tiga arti, antara lain adalah:
 Psikoanalisis digunakan untuk menunjukkan sebuah metode
penelitian terhadap proses psikis, misalnya saja seperti mimpi.
Hal ini tak pernah dijangkau oleh penelitian ilmiah sebelumnya.
 Psikoanalisis dapat ditunjukkan sebagai salaha satu teknik yang
digunakan untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang
dialami oleh klien neorotis.
 Psikoanalisis digunakan untuk menunjukkan seluruh
pengetahuan mengenai psikologis baik yang di dapatkan melalui
metode atau teknik.
Teori psikoanalisis menjadi salah satu teori psikologi kepribadian
yang paling komprehensif dibandingkan teori lainnya. Freud
mendeskripsikan kepribadian ke dalam 3 pokok bahasa, yaitu
struktur kepribadian, perkembangan keperibadian, serta dinamika
kepribadian.

B. Teori Kepribadian Alfred Adler


Teori kepribadian lainnya datang dari Alfred Adler. Menurut
Adler, manusia merupakan makhluk individual yang termotivasi oleh
dorongan-dorongan sosial yang memang sudah dibawa ketika lahir.
Alfred Adler merupakan pelopor dalam ilmu psikologi yang
membahas tentang teori bawah sadar yang merupakan bagian
penting di dalam sebuah kepribadian seseorang.
Teori Adler sendiri sangat bertentangan dengan teori Freud,
yang mana lebih menunjukkan bahwa tingkat kesadaran individu
mendorong untuk selalu menjadi sukses dan terbaik. Bila mereka
mau bekerja keras, maka mereka dapat sukses, begitupun
sebaliknya.
Adler juga menerapkan teori urutan lahir untuk memprediksi
kepribadian seseorang. Adler yakin bahwa keturunan, lingkungan,
dan kreatifitas di dalam lingkungan mmampu membantuk
kepribadian seseorang. Berikut ini penggambaran sifat anak yang
didasarkan pada urutan lahir:
 Anak pertama: Lebih bersifat menjaga, mengatur dengan baik,
memiliki kecemasan yang tinggi, pengkritik, serta mampu
melindungi.
 Anak kedua: memiliki motibvasi yang tinggi, senang bersaing,
pemberontak, mudah putus ada, serta dapat bekerja sama.
 Anak bungsu: realistis, manja, tergantung dengan yang lain,
serta ambisius.
 Anak tunggal: manja, takut bersaing, berusaha menjadi pusat
perhatian, namun dewasa secara sosial.
C. Teori Kepribadian Karen Horney
Sebenarnya, Horney merupakan salah satu pengikut dari Teori
Freud. Namun dengan berjalannya waktu, Freud mulai terpengaruh
dengan teori Adler dan Jung sehingga lebih mengembangkan
pendekatan kepribadian holistik. Horney memperlihatkan cara
pandang yang berbeda mengenai neurosis.
Menurutnya, terdapat hubungan yang jelas antara neurosis
dengan kehidupan sehari-hari. Neurosis juga sebenarnya
merupakan cara yang manusia gunakan untuk menjalani hubungan
dengan lainnya. Namun hanya sebagian saja yang bisa melakukan
hal tersebut dengan baik.
Horney menemukan bahwa terdapat 10 bentuk kebutuhan
orang neurotis, yang berdasarkan pada beberapa kebutuhan primer
yang terhambat akibat beragam kesulitan yang manusia hadapi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain adalah:
 Kebutuhan akan penerimaan dan afeksi.
 Kebutuhan terhadap orang yang menanggung hidup.
 Kebutuhan dalam membatasi hidup pada batas-batas yang
sempit.
 Kebutuhan akan kekuasaan.
 Kebutuhan mengeksploitasi orang lain.
 Kebutuhan akan prestise.
 Kebutuhan untuk dikagumi.
 Kebutuhan akan prestasi.
 Kebutuhan akan kemandirian dan kecukupan.
 Kebutuhan akan kesempurnaan.

D. Teori Kepribadian Harry Stack Sullivan


Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian merupakan sebuah
hipotesa, sehingga tak dapat diamati secara terpisah melalui situasi
yang interpersonal. Kerangka konsep dari teori Sullivan adalah
mengenai perkembangan kepribadian.
Sullivan fokus terhadap sebuah pandangan yang bersifat
psikologi sosial tentang perkembangan kepribadian. Yang
kemudian pandangan tersebut memiliki pengaruh-pengaruh tertentu
terkait dengan manusia yang berperan sebagaimana mestinya.
Sehingga membuat faktor sosial sebagai penentu dari
perkembangan psikologis.
Konteks yang dikemukakan oleh Sullivan tak mempelajari
mengenai person manusia melainkan kepada situasi
interpersonalnya. Bagian dari pribadi seseorang lebih banyak
berasal dari kejadian-kejadian interpersonal dibandingkan dengan
kejadian intrapsikis.
Kepribadian adalah pusat dinamika, yang di dalamnya
ada bermacam-macam proses yang terjadi pada seni interpersonal.
Dinamika merupakan karakter yang ada di dalam diri manusia,
dinamika inilah yang akan memberikan watak pada hubungan
interperseonal manusia.
Kebanyakan dinamika memiliki tujuan yaitu memuaskan
kebutuhan dasar organis. Namun terdapat bagian dinamika yang
perkembangannya menjadi hasil dari keinginan atau kecemasan
dinamika yaitu “the self system“.

E. Teori Erich Fromm


Teori kepribadian lainnya berasal dari Erich Fromm, keunikan
dari teori ini adalah penggabungan dari teori Freud dan Mark. Pada
teori Freud, lebih memfokuskan pada alam bawah sadar, kebutuhan
biologis, dan lainnya. Freud menyatakan bahwa karakter manusia
sangat ditentukan pada aspek biologisnya.
Sedangkan di dalam teori Mark, karakter manusia terbentuk dari
lingkungan serta manusia yang berada di dalam
lingkungannya. Fromm melengkapi kedua teori ini dengan sistem
deterministik yaitu mengenai kebebasan. Menurutnya, orang-orang
dapat melampaui determinisme yang ditentukan oleh Marx dan
Freud. Fromm menjadikan ide kebebasan ini sebagai karakter utama
dari manusia.
Fromm juga mengemukakan pendapatnya mengenai
kepribadian yang sehat. Menurut Fromm, kepribadian yang sehat
yaitu:
 Orang-orang tersebut mencintai diri mereka sepenuhnya,
 Kreatif,
 Memiliki kemampuan pikiran untuk dapat berkembang,
 Dapat mengamati dunia serta diri nya sendiri secara objektif,
 Dapat berhubungan dengan dunia,
 Bebas dari ikatan-ikatan yang sumbang,
 Menjadi subjek dari diri sendiri dan takdir.
Kepribadian yang sehat merupakan konsep yang hampir sama
dengan konsep kepribadian matang yang diungkapkan oleh Allport
dan Maslow.
F. Teori Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung merupakan salah satu dari ahli psikologi yang
cukup terkemuka pada abad XX. Bahkan, beliau merupakan ahli
psikologi pertama yang merumuskan tentang tipe kepribadian
manusia dengan menggunakan istilah introvert dan ekstrovert.
Di dalam teori kepribadian yang diungkapkannya, beliau
membahas hal-hal penting termasuk tentang ego, ketidaksadaran
kolektif, serta ketidaksadaran personal. Menurut Jung, manusia
penuh pengaruh dari warisan generasi terdahulu, kemudian
kepribadian dibentuk secara tak sadar. Kepribadian seseorang akan
terbentuk melalui perjalanan proses yang panjang turun temurun dari
generasi ke generasi yang ada.
Menurut Jung struktur jiwa terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
 Ego
Merupakan bagian dari jiwa dasar yang terdiri dari ingatan,
pikiran, persepsi, serta perasaan yang sadar. Dari ego inilah
muncul identitas dan kontinyuitas dalam diri seseorang.
 Collective Unconscious
Merupakan gudang yang berisikan bekas-bekas ingatan yang
diwariskan dari generasi sebelumnya. Tidak hanya meliputi
sejarah manusia saja namun juga leluhur nenek moyangnya.
Collective unconscious terdiri dari beberapa archetype, antara
lain adalah:
1. Persona.
2. Anima dan Animus.
3. Shadow.
4. Self.
 Personal Unconscious
Pada bagian ini terdiri dari pengalaman-pengalaman yang
dialami secara sadar namun dilupkan dengan cara suppression
dan repression. Pengalaman-pengalaman yang bersifat lemah
juga akan masuk ke dalam bagian ini.

G. Teori Trait
Teori trait sendiri dicetuskan oleh Gordon Allport yang
merupakan ahli psikologi yang meneliti mengenai kepribadian trait
dalam diri manusia. Menurut Allport, teori trait merupakan sistem
neuropsikis yang dalam perkembangannya digeneralisasikan
kemudian diarahkan agar mendapatkan kemampuan
untuk menghadapi berbagai perangsang secara bersamaan,
danjuga membimbing perilaku ekspresi dan adaptasi secara
bersamaan. Terdapat lima faktor yang dalam teori trait, antara lain
adalah:
 Neurotikisme.
 Ekstraversi.
 Keterbukaan.
 Keramahtamahan.
 Kehati-hatian.

H. Teori Humanistik
Teori Humanistik dicetuskan pertama kali oleh Arthur
Combs, Carl Rogers, Erich Fromm, Viktor Franki,
serta Abraham Maslow. Pada teori humanistik, lebih melihat pada
perkembangan kepribadian seseorang. Pendekatan-pendekatan
yang dilakukan adalah untuk melihat kejadian yang mana manusia
dapat membangun dirinya sendiri untuk melakukan hal yang positif.
Kemampuan untuk melakukan hal-hal positif inilah yang disebut
potensi manusia. Para ahli yang memiliki aliran humanism biasanya
akan lebih fokus pada pengajaran kemampuan hal-hal positif ini.
Kemampuan positif sangat berkaitan dengan pengembangan emosi
positif yang berada dalam domain afektif. Emosi menjadi
karakteristik yang kuat dan terlihat dari orang-orang yang beraliran
humanisme.
Teori humanisme sangat cocok jika diterapkan dalam
pembelajaran yang sifatnya untuk membentuk kepribadian,
perubahan sikap, kesadaran hati nurani dan juga analisis pada
fenomena sosial.

I. Teori Kepribadian Henry Murray


Henry Alexander Murray adalah salah satu tokoh yang
mengembangkan ilmu psikologi kepribadian. Beliau lahir
dan besar di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal
pada tahun 1988. Henry Murray berpendapat bahwa kepribadian
lebih mudah dipahami dengan menyelidiki alam ketidaksadaran
seseorang (unconscious mind).
Komponen definisi kepribadian murray, sebagai berikut :
 Kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan teoritikus ( ahli
teori ), bukan gambaran tingkah laku individu.
 Kepribadian individu adalah gabungan beberapa peristiwa yang
secara ideal meliputi rentang hidup sang individu. Sejarah
kepribadian yaitu : kepribadian itu sendiri.
 Definisi kepribadian mencakup semua unsur tingkah laku yang
tepat dan berulang, juga meliputi unsur unsur yang baru dan
unik.
 Kepribadian merupakan fungsi yang mengatur dan menjadi
penunjuk arah dalam diri individu yang memiliki tujuan
mengintegrasikan beberapa konflik yang terjadi serta rintangan
rintangan yang harus dilalui, memuaskan kebutuhan kebutuhan
individu dan menyusun rencana rencana untuk mencapai tujuan
dimasa datang.
 Kepribadian terletak di otak, tanpa otak tidak ada kepribadian (no
brain, no personality).

J. Teori Kepribadian Gestalt


Psikologi Gestalt merupakan suatu aliran psikologi yang
berkembang di Jerman pada tahun 1912. Psikologi ini muncul
bersamaan dengan sebuah artikel yang terbit berjudul “Experimental
Studies of the Perception of Movement” oleh Max Wertheimer. Max
Wertheimer (1880-1943), pada zamannya dikenal sebagai penemu
Psikologi Gestalt, ia juga bekerja sama dengan kedua temannya
yaitu Kurt Lewin Koffka (1886-1941) dan Wolfag Kohler (1887-
1967), dimana keduanya juga memiliki pandangan yang sama
dengan Wertheimer.
Aliran Gestalt menentang aliran behavioristik yang memiliki
pandangan elementaristik. Menurut Gestalt, baik strukturalisme
maupun behaviorisme sama-sama memiliki kesalahan karena telah
membagi pokok bahasan menjadi beberapa bagian terkait yaitu
perilaku menjadi sebuah elemen-elemen. Pandangan psikologi
Gestalt berpusat pada apa yang dipersepsi itu merupakan sebuah
kebulatan. Teori ini juga dikenal dengan teori pembelajaran yang
mendalam.

III. Penerapan Teori Pengembangan Kepribadian Pada Diri Sendiri


Teori kepribadian yang sesuai terhadap diri saya yaitu teori
Kepribadian Alfred Adler bahwa manusia merupakan makhluk
individual yang termotifasi oleh dorongan-dorongan sosial yang
memang sudah dibawah ketika lahir. Saya memilih teori ini bahwa
saya harus bisa besaing, memiliki motivasi tinggi dan dapat bekerja
sama dalam lingkup sosial maupun di lingkup masyarakat. Karena
itu merupakan langkah untuk mencapai tujuan saya.

Anda mungkin juga menyukai