Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU POSESIF DALAM GAYA BERPACARAN

DI KALANGAN REMAJA KOTA DENPASAR


Erysa Ayu Fadhilah1, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa2, Ni Made Anggita Sastri Mahadewi3
123)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2 3
Email: erysaayu@gmail.com , suka_arjawa@yahoo.com , snimadeanggita@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine directly about possessive behavior that occurs within teenagers dating
relationships at the city of Denpasar. The theory used in this research is Erich Fromm's The Art of
Loving (Concept of Owning and Being). As for the results of this study, among others, there are
fundamental factors that become the background of the emergence of possessive attitudes carried
out by each partner, including the fear of loss, the previous failure in a relationship, and so forth.
Also, from several cases of possessive actions, many of the couples committed physical or verbal
violence to show dominance in the relationship. The possessive relationship also has several
negative and positive impacts.

Keywords: Possessive Behavior, Dating Style, Teenagers

1. PENDAHULUAN
Kebutuhan perasaan cinta yang dalam menentukan hubungan ke depan. Dalam
dirasakan oleh remaja ditunjukkan melalui menjalin hubungan pacaran, terdapat fungsi
beragam jenis cinta, salah satunya jenis cinta dan pengharapan yang ingin diperoleh oleh
infatuation. Menurut Papalia dan Olds (dalam individu yang menjalaninya (Rezha, 2009: 3).
Indrayani, 2016: 3), infatuation adalah cinta Penerapan proses pacaran masih sangat jauh
yang bangkit karena ketertarikan fisik dan dari tujuan sebenarnya. Pasalnya, saat ini
dorongan seksual, cinta seperti ini biasanya banyak remaja yang seringkali melakukan
yang dialami oleh para remaja. Cinta yang kesalahan dalam berpacaran (Ava, 2018).
tumbuh berdasarkan ketertarikan dengan lawan Terdapat banyak faktor yang
jenis inilah yang awal dirasakan oleh banyak mempengaruhi gaya berpacaran terhadap
remaja muda maupun dewasa untuk belajar remaja. Selain lingkungan sosial dan teman
membangun suatu komitmen bersama. Dalam sepermainan yang menjadi salah satu faktor
hal ini, komitmen atau hubungan yang yang mempengaruhi gaya berpacaran, peranan
dimaksud lebih dikenal dengan istilah “pacaran” teknologi−terutama media− menjadi salah satu
atau fase berpacaran. Melalui hubungan bagian pendukung dari aktivitas yang terjadi.
pacaran, individu yang terkait memiliki tujuan Thornton (dalam Barker, 2016: 357),
untuk saling mengetahui sifat dan sikap dari menyatakan bahwa media adalah bagian
pasangannya sebagai bahan pertimbangan integral dari pembentukan subkultur dan bagian
formulasi anak-anak muda atas aktivitas dan lain sebagainya. Disamping terdapat
mereka. Faktor-faktor tersebut memiliki beberapa keuntungan dari adanya sikap posesif
pengaruh penting dalam hubungan berpacaran dalam hubungan berpacaran, terdapat kerugian
remaja. Sehingga pada akhirnya, muncullah atau sisi negatif yang dapat dirasakan dari sikap
tren baru dalam gaya berpacaran saat ini, posesif tersebut. Adapun sisi negatif dari
khususnya di kalangan para remaja. Salah hubungan yang memiliki sikap posesif yaitu
satunya, ditunjukkan melalui sikap posesif yang berdampak pada kesehatan psikologis, yang
seringkali secara langsung maupun tidak selanjutnya akan berujung pada terjadinya
langsung dilakukan oleh sebagian besar remaja kekerasan dalam hubungan berpacaran
saat ini sebagai salah satu gaya dalam (Albantani, 2018). Kekerasan tersebut dapat
menjalani hubungan pacaran. Sikap berpacaran berupa kekerasan verbal yang dapat membuat
posesif dapat terjadi pada saat seseorang pasangan merasakan depresi akibat dari
sedang berada dalam posisi selalu ingin tahu adanya tekanan yang datang dari
tentang pasangannya dan membatasi setiap pasangannya, perasaan kecewa, ketakutan dan
ruang gerak pasangan karena rasa takut kemarahan yang tidak dapat mereka
kehilangan atau mempunyai perasaan ‘memiliki’ ungkapkan (Luhulima, dalam Nurhaniyah, 2016:
yang terlalu tinggi (Fitriani, 2013: 1). 3).
Dalam menjalani hubungan pacaran, Kekerasan dalam Pacaran (KDP)
perilaku posesif memiliki pandangan yang merupakan kekerasan terbanyak kedua, setelah
berbeda-beda, tergantung dari bagaimana kekerasan terhadap istri dalam ranah KDRT
setiap pasangan menjalani hubungannya. dan Relasi Personal. Kekerasan Dalam
Terdapat pandangan mengenai sikap posesif Pacaran dapat terjadi akibat pola perilaku yang
dalam hubungan pacaran, bentuk sikap posesif tidak menyenangkan dari salah satu pasangan,
dalam hubungan tersebut sebagian tindakan yang dilakukan terkesan kasar dan
menganggap merupakan sebuah hal yang digunakan untuk menunjukkan kekuasaan dan
positif, namun tak sedikit pula ada yang kontrol atas pasangannya. Dengan adanya
menganggap bahwa sikap posesif merupakan tindakan kekerasan dalam hubungan pacaran
hal yang negatif. Keuntungan yang dirasakan tersebut, kemudian bertranformasi menjadi
dalam hubungan posesif yaitu mendapat sebuah bentuk pembatasan atas segala
perhatian dan perlindungan lebih, pasangan aktivitas yang akan maupun yang sedang
mudah peka pada situasi dan kondisi, selalu dijalani oleh pasangannya. Hal tersebut
menjadi yang spesial dan diutamakan, selalu kemudian menjadi sebuah momok yang sangat
mengkoreksi hal-hal buruk dari pasangannya. menyeramkan bagi sebagian banyak
Seperti contoh, berpenampilan harus rapi dan perempuan yang menjalani hubungan
sopan, menuruti semua keinginan yang dimiliki berpacaran. Adapun hal-hal yang sering ditakuti
pasangannya, konsisten terhadap perasaan, oleh kebanyakan perempuan ketika menjalani
hubungan pacaran, yaitu seperti pasangan dengan Sikap Posesif Pada Remaja
terlalu posesif, terlalu mengekang, sering Berpacaran menunjukkan bahwa tidak terdapat
menaruh curiga, selalu mengatur apapun yang hubungan antara intimasi dan perilaku posesif
dilakukan, hingga mudah marah dan suka pada remajayang menjalani hubungan
mengancam (Kemenpppa, 2018). Hal tersebut berpacaran. Intimasi tesebut bermakna pada
sangat memungkinkan semakin banyak terjadi perasaan keakraban, kedekatan atau perasaan
tak terkecuali pada setiap pasangan muda di keterhubungan diantara dua orang yang
Kota Denpasar. mencintai. Ketika menjalin intimasi, pasangan
saling berbagi perasaan yang terdalam,
2. KAJIAN PUSTAKA memberi dan menerima tanpa pamrih, merasa
Perilaku posesif dalam gaya dapat mengerti dan di mengerti, saling
berpacaran menjadi salah satu permasalahan memelihara hubungan dan dapat
yang cukup menarik untuk dikaji secara lebih mengandalkan pasangannya apabila dalam
mendalam oleh penulis. Sebelum beranjak lebih kesusahan. Namun, intimasi juga masih
jauh, berikut ini merupakan beberapa tulisan memberikan kesempatan pada masing-masing
yang relevan sebagai dasar pertimbangan individu untuk berkembang. Hal ini menunjukan
penulis dalam melakukan penelitian lebih lanjut bentuk intimasi pada pasangan dalam suatu
dan sebagai referensi dalam melakukan hubungan berpacaran tidak dipengaruhi oleh
pembahasan. sikap posesif yang ditunjukkan pasangan.
Sumarni (2010) dalam penelitiannya
yang berjudul Dampak Perilaku Posesif Landasan Teori: Teori Seni Mencintai
Terhadap Kehidupan Berumah Tangga, (Konsep Memiliki dan Menjadi) Erich
menunjukkan hasil bahwa terdapat dampak Fromm
negatif dari perilaku posesif yang dimiliki oleh Dalam karyanya Seni Mencintai (The
seorang kepala rumah tangga kepada anak dan Art Of Loving), Fromm (2018: 12) menyebutkan
istrinya. Sikap posesif kepada seorang dalam langkah pertama adalah menyadari bahwa cinta
hubungan rumah tangganya berakibat pada adalah seni, seperti halnya kehidupan; jika kita
selalu mengatur batasan dan pengekangan ingin belajar mencintai kita harus melakukan hal
terhadap keluarganya. Mengalami ketakutan yang sama seperti jika kita ingin mempelajari
dan kecemasan yang besar akan kehilangan seni yang lain, misalnya musik, melukis,
objek cintanya yaitu keluarganya. Dampak yang pertukangan atau seni pengobatan atau teknik.
ditimbulkan adalah berbagai tindak kekerasan, Proses belajar seni dapat dibagi menjadi dua
pemberontakan, dan bentuk rasa trauma bagian, yaitu: pertama, menguasai teori; kedua,
kepada korban, yaitu anak dan istrinya. menguasai penerapan. Teori apapun yang
Naserd (2017) dengan judul berkaitan dengan cinta dimulai dengan teori
penelitiannya tentang Hubungan antara Intimasi tentang manusia dan tentang eksistensi
manusia. Manusia dianugerahi dengan nalar dan Huberman sebagai berikut mengingat data
(rasio); ia adalah makhluk yang sadar dirinya; ia yang didapat setelah peneliti terjun ke lapangan
mempunyai kesadaran tentang dirinya, sangat beragam, maka tahap yang peneliti
sesamanya, masa lalunya, dan kemungkinan lakukan; pertama dalam menganalisis data
masa depannya. Kesadaran akan diri sebagai yaitu proses reduksi data. Mereduksi data
entitas yang terpisah, kesadaran akan jangka berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
hidupnya yang singkat, akan fakta bahwa ia memmfokuskan pada hal-hal yang penting,
lahir dan mati bukan karena kehendaknya, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2010: 247).
bahwa ia akan mati meninggalkan orang-orang Tahapan reduksi dilakukan setelah peneliti
yang ia cintai, atau mereka yang akan mati mendapatkan data hasil observasi dan
meninggalkannya; kesadaran akan kesendirian wawancara berupa catatan serta dokumentasi
dan keterpisahannya, akan ketidak yang terkait dengan perilaku posesif dalam
berdayaannya terhadap kehidupan alam dan gaya berpacaran di kalangan remaja. Data hasil
masyarakat, semua ini membuat eksistensi observasi dan wawancara kemudian dipilah dan
dirinya terpisah dan terpecah menjadi penjara dikelompokkan sebelum dianalisis. Data yang
yang tak tertahankan (Fromm, 2018: 15-16). dipilah dan dikelompokkan adalah data yang
Aktivitas yang paling jelas dalam dianggap menunjang penelitian. Pada tahapan
kegiatan cinta dan mencintai ialah terdapat reduksi, peneliti dipandu oleh tujuan penelitian
konsep lainnya dari pemikiran Fromm, yaitu itu sendiri yakni meninjau dan memaparkan
tentang modus “Memiliki” atau “Menjadi” (To bentuk-bentuk, dampak, dan faktor apa yang
Have or to Be). Dalam To Have or To Be melatarbelakangi terjadinya perilaku posesif
(1976), Fromm menyatakan bahwa terdapat dalam hubungan berpacaran pada kalangan
dua modus eksistensi manusia dalam remaja Kota Denpasar. Berdasarkan hasil
masyarakat kapitalis. Pertama adalah ‘memiliki’ wawancara dengan subyek penelitian tentang
(to have). Modus ini cenderung tidak sehat. perilaku posesif dalam gaya berpacaran pada
karena dalam modus ini, eksistensi ini manusia kalangan remaja, kemudian peneliti
menjadi utuh dengan membeli, memiliki, dan kelompokkan untuk menjawab rumusan-
terobsesi pada sesuatu. Kedua adalah ‘menjadi’ rumusan yang menjadi permasalahan dalam
(to be). Kebalikan dari modus ‘memiliki’, modus penelitian ini hingga dituliskan secara utuh.
‘menjadi’ cenderung bersifat positif, sehat, dan Kedua, setelah melewati tahapan reduksi,
mengaktualisasikan kesejatian manusia selanjutnya data disajikan melalui tahapan
(Fromm, dalam Kuntoro, 1991: 124-125). penyajian data. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam
3. METODE PENELITIAN pola hubungan, sehingga semakin mudah

Dalam penelitian ini, penulis dipahami (Sugiyono, 2013: 249). Tahapan ini

menggunakan teknik analisis data model Miles dibutuhkan oleh peneliti untuk memberikan
kemudahan dalam memahami serta 4.1.1 FENOMENA BERPACARAN DI
menafsirkan data temuan di lapangan. Dalam KOTA DENPASAR
proses penyajian data ini, peneliti Seiring dengan perkembangannya,
menyajikannya dalam bentuk teks yang bersifat hubungan cinta dan kasih ini mulai ditunjukkan
naratif. Data hasil reduksi disajikan dan diolah dengan cara berbeda-beda. Salah satunya yaitu
serta dianalisis dengan teori Seni Mencintai melalui berbagai macam gaya berpacaran yang
melalui Konsep ‘Memiliki’ dan ‘Menjadi’ dari diterapkan sesuai kebutuhan masing-masing
Erich Fromm dalam upaya menggambarkan, pasangan. Gaya berpacaran menjadi salah satu
memaparkan, serta menguraikan bentuk- tolak ukur tertentu dalam suatu hubungan,
bentuk, dampak dan faktor yang sebagaimana hubungan tersebut akan berjalan
melatarbelakangi terjadinya perilaku posesif dengan baik atau buruk kedepannya. Berikut
dalam hubungan berpacaran pada kalangan merupakan beberapa tren gaya berpacaran
remaja Kota Denpasar yang sering kita jumpai dimasyarakat, yang
Ketiga, langkah selanjutnya menurut telah penulis rangkum dari Papasemar.com
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2016: (2015) dan Yasmin (2018):
252) adalah penarikan kesimpulan dan 1. Hubungan Mendominasi (Pacaran Posesif)
verifikasi dimana kesimpulan awal yang Dalam gaya pacaran hubungan
dikemukakan masih bersifat sementara, dan mendominasi, pasangan cenderung membuat
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti lebih banyak aturan dalam hubungan.
kuat yang mendukung pada tahap Seringkali, hal ini membuat pasangannya tidak
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan berdaya, karena takut membuatnya marah. Hal
yang dikemukakan juga didukung oleh bukti- ini menjadi pertanda bahwa pasangan tersebut
bukti yang valid dan konsisten, sehingga berada dalam hubungan cinta tipe
kesimpulan yang disajikan adalah kesimpulan mendominasi.
yang kredibel. Bukti-bukti tersebut yakni terkait 2. Hubungan Saling Percaya (Pacaran Terbuka)
dengan perilaku posesif yang biasa terjadi Jenis hubungan pacaran seperti ini
dalam suatu hubungan berpacaran terutama seringkali terjadi jika tak terhubung emosional
pada kalangan remaja di Kota Denpasar. satu sama lain. Para pasangan cenderung
Langkah-langkah di atas tidaklah bersifat kaku menghormati satu sama lain dan menjalin
melainkan bersifat interaktif dan saling terkait hubungan yang aman dan tanpa harus
antara satu dan lainnya. menyakiti perasaan.
3. Pacaran Serius (Hubungan Sungguh-
4. HASIL PENELITIAN DAN Sungguh untuk Masa Depan)
PEMBAHASAN Orang yang memiliki hubungan jenis ini,
4.1 GAMBARAN UMUM merupakan hubungan yang serius untuk
dilanjutkan ke jenjang pernikahan dan juga
selalu bijaksana dalam menghadapi persoalaan 4.2 Faktor yang Melatarbelakangi
yang ada. Karena, pasangan yang menjalani terjadinya Perilaku Posesif dalam
hubungan ini melakukan segala hal untuk saat Hubungan Berpacaran Remaja di Kota
ini dan bukan saatnya bermain-main. Mereka
Denpasar
ingin mengetahui kepribadian pasangannya
Perilaku posesif menjadi permasalahan
masing-masing. Jenis hubungan pada
yang dapat dikatakan cukup serius, karena
pasangan ini menyelesaikan masalah dengan
dapat memicu dan menimbulkan hal yang
cara berbicara secara baik-baik.
sifatnya negatif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Hubungan Romantis (Pacaran Romantis)
Sebagaimana Fromm menjelaskan, adanya
Hubungan jenis ini selalu membuat
hubungan antara konotasi sifat ‘memiliki’ dan
kejutan yang unik di saat momen bahagia.
sikap posesif tentu akan berdampak pada
Dalam hubungan, pasangan selalu mengetahui
kehidupan masyarakat industri dan dapat
waktu yang tepat untuk memberikan kejutan
mempengaruhi perilaku orang dan lebih jauh
untuk pasangannya. Banyak cara yang dapat
akan mempengaruhi karakternya. Sifat seperti
dilakukan agar tetap menjaga kemesraan dalam
ini sama dengan sifat egois. Apabila sikap
hubungan, yaitu menjaga komunikasi dan saling
egoisme berkembang, maka hal tersebut akan
memberi perhatian satu sama lain.
menjadi sebuah karakter masyarakat industri
Secara garis besar, dari keterangan di
kapitalistik. Egoisme dapat memiliki makna
atas cukup membuktikan bahwa hubungan
bahwa seseorang menginginkan semua dari
berpacaran posesif di Indonesia, khususnya di
segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Egoisme
Kota Denpasar, menjadi hal yang sering terjadi
berarti ‘memiliki’ (to have) bukan ‘memberi’ (to
di kalangan remaja. Pada situasi hubungan
be), yaitu memiliki sesuatu yang
seperti ini, keberadaannya pun lumrah terjadi
memberikannya sebuah kepuasan. Seseorang
bahkan ditunjukkan secara langsung di dimuka
akan memiliki sifat serakah, sebab tujuannya
umum di setiap hubungan pasangan remaja
adalah ‘memiliki’ (to have), dan seseorang
berpacaran tersebut. Sebagian besar dari
menjadi antagonistik dengan orang lain, melihat
mereka mengaku sudah pernah dan sedang
orang lain sebagai objek yang dapat diperas,
mengalami permasalahan hubungan seperti ini.
atau dimangsa untuk mengejar kepuasannya.
Beberapa dari mereka lebih memilih untuk diam
Namun demikian, orang tersebut tidak akan
dan bertahan, tetapi tidak sedikit pula dari
menjadi puas karena tidak ada akhir dari
mereka tidak segan untuk membagikan cerita
kepuasan. Dalam hubungan berpacaran,
atau rahasia hubungan mereka kepada orang
perilaku posesif memiliki sisi sifat ‘memiliki’ (to
terdekat seperti teman, saudara, atau sahabat
have). Seseorang akan menjadi cemburu pada
yang mereka percayai.
orang lain yang memiliki lebih dan menjadi takut
sekaligus merasa khawatir pada suatu hal yang
kemungkinan dapat merenggut apapun yang Sikap posesif dalam berpacaran dapat
dimiliknya (Fromm, 1982, dalam Kuntoro, 1991: dikategorikan sebagai tindak kekerasan. Sikap
130). tersebut kemudian memiliki kecendrungan
Perilaku posesif dalam hubungan memiliki sifat ingin berkuasan berlebih,
berpacaran dapat disebabkan oleh beberapa mengontrol, dan mendominasi setiap objek
faktor. Seperti yang telah penulis kutip dari yang dicinta. Perilaku ini muncul akibat adanya
(Atmasari, 2014) terkait faktor-faktor pemicu dorongan rasa ingin memiliki yang terlalu
perilaku posesif tersebut, antara lain sebagai berlebihan terhadap pasangannya secara utuh
berikut: atau mutlak (Sumarni, 2010: 2). Bentuk
kekerasan tersebut meliputi dua kategori dalam
Pasangan posesif cendrung membawa tindak kekerasan, yaitu meluputi; Pertama,
hubungannya kepada hal-hal yang mengarah kekerasan fisik. Kedua; kekerasan secara
pada sifat egoisme diri seseorang. verbal (psikis) (Safitri, 2013: 2). Berikut
Sebagaimana Fromm menjelaskan, egoisme merupakan beberapa unsur bentuk-bentuk
dapat memiliki makna bahwa seseorang kekerasan dari kedua katagori tersebut, yaitu
menginginkan semua dari segala sesuatu untuk sebagai berikut:
dirinya sendiri. Egoisme berarti ‘memiliki’ (to 1. Kekerasan Fisik
have) bukan ‘memberi’ (to be), yaitu memiliki Kekerasan fisikxmerupakan perbuatan
sesuatu yang memberikannya sebuah yangxdapat berupa pemukulan, penganiayaan,
kepuasan. Seseorang akan memiliki sifat yang kemudian menyebabkan korban terbunuh
serakah, sebab tujuannya adalah ‘memiliki’ (to atau mengalami cedera. Adapun bentuk dari
have), dan seseorang menjadi antagonistik kekerasan yaitu, seperti; memukul, menampar,
dengan orang lain, melihat orang lain sebagai menendang, mendorong, mencengkeram
objek yang dapat diperas, atau dimangsa untuk dengan keras tubuh pasangan, serta tindakan
mengejar kepuasannya. Dalam aktivitas fisik lainnya.
hubungan pacaran posesif, seseorang Bentuk perilaku posesif melalui tindak
mempunyai sisi sifat ‘memiliki’ (to have). kekerasan fisik dalam hubungan berpacaran,
Seseorang akan menjadi cemburu pada orang sudah cukup banyak terjadixolehxsiapa saja,
lain yang memiliki lebih dan menjadi takut kapan saja, dan dimana saja. Tidak terkecuali
sekaligus merasa khawatir pada suatu hal yang pada remaja-remaja di perkotaan, seperti
kemungkinan dapat merenggut apapun yang halnya di Kota Denpasar.
dimiliknya Bagi sebagian besar orang melihat
kejadian ini secara langsung dan terang-
4.3 Bentuk-bentuk Perilaku Posesif terangan di tempat umum, tentunya akan

dalam Berpacaran di Kalangan merasa malu dan sangat menyayangkan hal


tersebut dapatxterjadi. Namun, banyak juga
Remaja Kota Denpasar
orang-orang yang tidak terlalu mempedulikan berada dalam posisi stress dan merasa
dan tidak ikut campur kedalam urusan kebingungan untuk menghadapi dan
pasangan seperti itu. Karena bagi mereka, hal menyelesaikan masalah dalam situasi
tersebut sudah termasuk ke dalam privasi tiap hubungan seperti ini. Berikut seperti yang
pasangan. Situasi seperti ini sejatinya akan diungkapkan oleh pasangan remaja berpacaran
kembali lagi kepada masing-masing pasangan, posesif (anonim) dan Arta Arimbawa mengaku
bagaimana kebijakan setiap pasangan dalam mengalami posisi serba salah dan tertekan
mempertimbangkan hubungan mereka akibat perilaku pasangannya yang posesif:
kedepannya.
2. Kekerasan Verbal Psikis 4.4 Dampak Perilaku Posesif dalam
Kekerasanxtidak hanya berupa Hubungan Berpacaran di Kalangan
kekerasan fisik. Akan tetapi, dapat dilihat
Remaja Kota Denpasar
dari segi akibat dan pengaruhnya pada
korban. KekerasanxVerbal (psikis) merupakan
Kembali lagi kepada gambaran cinta
kekerasan yang dapat berdampak secara
ideal, cinta yang ideal merupakan sebuah cara
langsung pada kejiwaan seseorang. Adapun
yang di mana cinta biasanya berawal dan
bentuk-bentuk dari kekerasan verbal (psikis) ini,
memiliki kecenderungan menuju pada
yaitu seperti; kebohongan, indoktrinasi,
gambaran persial dan pemenuhan keinginan
ancaman dan tekanan, dan hal-hal yang
dari kedua belah pihak yang terlibat (Abel, N
membuat diri seseorang tersebut menjadi
dan Hirsch, 2001: 32). Dapat diartikan, bahwa
merasa tidak nyaman.
objek cinta haruslah muncul dari dua belah
Banyak diantara pasangan remaja
pihak, bukan melainkan salah satunya yang
mengaku, bahwa kekerasan verbal atau psikis
ingin mendominasi objek tersebut. Gambaran
seperti demikian sering terjadi di dalam
cinta tersebut, seperti cinta dengan konotasi
hubungan berpacaran yang sedang mereka
‘menjadi’ (to be) oleh (Fromm, dalam Kuntoro,
jalani. Dari keterangan beberapa pasangan
1991: 137-138) yang menyebutkan, bahwa
remaja berpacaran di Kota Denpasar
aktivitas cinta dalam bentuk ini sangat produktif.
menjelaskan bahwa, sebagian besar masalah
Seperti yang ditunjukkan oleh para remaja yang
yang hadir pada hubungan mereka terjadi
menjalani aktivitas berpacaran sehat di Kota
akibat hal kecil yang tidak terduga, seperti;
Denpasar pada umumnya, sebagian besar dari
perselisihan perbedaan pendapat, merasa
mereka mengakui bahwa aktivitas cinta diantara
kurang diperhatikan, rasa cemburu yang
mereka terjalin baik. Khususnya mengarah
berlebihan, rasa cemas dan takut kehilangan
pada proses yang memelihara, menjaga,
pasangan dan kurangnya belajar untuk
memahami, mendorong, dan saling merespon.
mengontrol ego diri. Hal ini menjadikan
Dengan tujuan, agar diantara mereka dapat
pasangan yang kemudian menjadi ‘korban’,
belajar saling menghargai dan memperkuat Dalam hubungan berpacaran posesif,
kepercayaan untuk mempertahankan komitmen banyak ditemukan beberapa kasus tindakan
yang lebih baik lagi. yang mengarah pada bentuk kekerasan fisik
Berbeda hal dengan cinta yang maupun verbal (psikis). Karena dalam sikap
berkonotasi dengan modus ‘memiliki’ (to have), posesif memiliki kecendrungan untuk memiliki
yang cendrung mengarah pada konteks kekuasaan berlebih, mengontrol, dan
hubungan yang tidak sehat. Seperti ditunjukkan mendominasi setiap objek yang dicinta. Selain
langsung oleh para remaja yang menjalani bentuk kekerasan, terdapat pula bentuk-bentuk
hubungan berpacaran posesif di Kota dominan yang sering terjadi dalam hubungan
Denpasar, tidak sedikit dari mereka mengakui berpacaran posesif pada umumnya, bentuk-
hubungan tersebut cukup menguras tenaga dan bentuk dominan tersebut meliputi; sifat rasa
emosi. Karena dalam prosesnya, hubungan ingintahu berlebihan, selalu menuntut, selalu
mereka mengarah kepada hal-hal yang mengecek ponsel pasangan, sering mengirim
cenderung negatif, seperti; membatasi, pesan spam dan menelpon setiap saat, selalu
mengontrol, menekan, dan mematikan martabat ingin diberi kabar, terlalu ekspresif
seseorang. Hal ini biasanya akan berdampak (menunjukkan kepada orang-orang bahwa ia
pada kegagalan dan kehancuran seseorang kekasihnya), mudah marah, mengawasi privasi
dan hubungannya kedepan. pasangan (kehidupan pribadi dan sosial), tidak
mandiri, minta diperhatikan terus-menerus,
5. KESIMPULAN selalu berprasangka buruk, melarang pasangan
Berdasarkan penelitian yang telah untuk akrab dengan teman-teman lawan
dilakukan terkait Perilaku Posesif Dalam Gaya jesnisnya, dsb.
Berpacaran di Kalangan Remaja Kota
Denpasar, maka dapat penulis simpulkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa: Faktor mendasar yang Buku;
melatarbelakangi hubungan berpacaran posesif
pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor,
Abel, N & Hirsch. (2003). Seri Gagasan
Psikoanalisis: Eros. Jogjakarta:
seperti: (1) Rasa Takut kehilangan, (2) Pernah
Pohon Sukma
gagal dalam menjalin hubungan, (3) Pernah
Barker, Chris. (2016). Cultural Studies:
dikhianati atau disakiti di masa lalu, (4)
Teori dan Praktik. Jakarta: Kreasi
Kehilangan figur yang disayangi, (5) Tidak
Wacana
percaya diri (6) Merasa memiliki pasangan Basri, H. (1995). Remaja
seutuhnya. Inti dari semua hal tersebut didasari Berkualitas,Yogyakarta: Pustaka
oleh rasa ketakutan, kecemasan, serta khawatir Pelajar
atau tidak aman (insecure) dalam diri seorang
posesif.
Freud, Sigmund. (2019). Three Student Psikologi Universitas Negeri
Contributions to The Theory of Sex. Padang, Vol. 2 (1)
Jakarta: Immortal Pratiwi, Ni Made Ayu Y., & Lestari, Made
Fromm, Erich. (2018). Seni Mencintai: D. (2017). Perbedaan Kualitas
Buku Psikologi Spektakuler Komunikasi Antara Individu Dewasa
Sepanjang Masa. Yogyakarta: Awal yang Berpacaran Jarak Jauh
Basabasi Dan Jarak Dekat Di Denpasar. Jurnal
____________. (2018). The Art Of Living: Psikologi Udayana, Vol. 4 (1), 130-
Hidup Antara Memiliki dan Menjadi. 138.
Tangerang Selatan: BACA Safitri, Windha . A. (2013). Dampak
Leep, Ignace. (2006). Psikologi Cinta. kekerasan dalam berpacaran. jurnal
Jogjakarta : Paragrad Book Universitas Jember, Vol. I (1): 1-6
Nugroho, Wahyu Budi. (2013). Orang Lain
Adalah Neraka: Sosiologi Skripsi;
Eksistensialisme Jean Paul Satre.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ajeng, Novita Tunjungsari. (2017). Proses
Terbentuknya Intimate Relationship
dan Upaya Mengelola Konflik Dalam
Jurnal; Hubungan Pacaran. Skripsi. Semarang
Ariyati, R. A., & Nuqul, F. L. (2016). Gaya : Universitas Diponegoro
Cinta (Love Style) Mahasiswa. Jurnal Arif, Satria S. (2009). Hubungan dalamnya
Psikoislamika, 13(2), 29-38 cinta dengan kerelaan berkorban
Evendi, Irwan. (2018). Kekerasan Dalam (studi kasus mahasiswa Fakultas
Berpacaran (Studi pada Siswa SMAN Ushuluddin IAIN Walisongo
4 Bombana). Jurnal Neo Societal, Semarang tahun akademik 2005-
Vol. 3 (2), 389-399 2008). Skripsi. Semarang: IAIN
Indrayani, W. (2016). Perilaku Berpacaran Walisongo
pada Remaja di Desa Batubelah Aulia, Risky. (2016). Hubungan Romantic
Kecamatan Kampar Kabupaten Love dengan Perilaku Posesif pada
Kampar. Jurnal Online Mahasiswa Remaja Laki-Laki SMA Swasta Di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kota Malang. Skripsi. Malang:
Universitas Riau, Vol. 3 No. 1 Universitas Negeri Malang
Kuntoro, Sodiq A. (1991). Tinjauan Buku Auliya, H. N. (2017). Perilaku Sosial Dan
Secara Kritikal: ERICH FROMM: TO Gaya Hidup Remaja Studi Kasus:
HAVE OR TO BE?. Cakrawala Siswa Kelas XII IPS Di SMA Negeri
Pendldlkan Vol. 1 (2) 6 Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta:
Naserd, Alse B. A. (2016). Hubungan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Antara Intimasi dengan Sikap Posesif Aviva, Virdha. (2016). Latar Belakang
pada Remaja Berpacaran. Jurnal Perilaku Berpacaran Pada Siswa SMA
Negeri 8 Semarang. Skripsi. Kota Denpasar. Skripsi. Denpasar:
Semarang: Universitas Negeri Universitas Udayana
Semarang Selarani, Katrin. (2018). Fenomena Pacaran
Fitriani, R. (2013). Gaya cinta pada remaja Berbeda Agama Di Kalangan
akhir. Skripsi. Malang: Universitas Pemuda-Pemudi Kota Denpasar.
Muhammadyah Malang Skripsi. Denpasar: Universitas
Karlina, Ranie Dwi. (2016). Studi Udayana
Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Seputra, Arthario Akbar. (2012). Model
Depan Bidang Pernikahan Pada Cinta dan Gaya Kelekatan pada
Mahasiswa Dewasa Awal Yang Mahasiswa Pelaku Kekerasan dalam
Pacaran. Skripsi. Malang: Universitas
Pacaran Berbeda Keyakinan di
Muhammadyah Malang
Universitas “X” Bandung. Skripsi. Sulistiowati. (2015). Hubungan Antara
Bandung: Universitas Kristen Interaksi Teman Sebaya dengan
Maranatha Perilaku Pacaran pada Remaja.
Kurniawan, Kenny. (2017). Pengaruh Skripsi. Surakarta: Universitas
Romantisme dalam Drama Korea Muhammadyah Surakarta
terhadap Ekspektasi Berpacaran: studi Sumarni. (2010). Dampak Perilaku Posesif
pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Terhadap Kehidupan Berumah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Tangga. Skripsi. Yogyakarta:
Kristen Satya Wacana penonton serial Universitas Islam Sunan Kalijaga
drama “Descendant of The Sun”. Wulandari, P. (2019). Hubungan Antara
Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Maskulinitas Dengan Kekerasan
Satya Wacana Dalam Pacaran Pada Remaja Laki-
Lestari, L. W. (2016). Pengaruh Laki. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Kecendrungan Alexithymia Terhadap Mercu Buana Yogyakarta
Kecemburuan dalam Hubungan
Berpacaran. Skripsi. Malang:
Universitas Muhammadyah Malang Internet;
Nurhaniyah, Annisa. (2016). Sikap
Kekerasan dalam Berpacaran pada Albantani, Nurdin. (2018). Keuntungan
Mahasiswa. Skripsi. Jakarta : UIN Yang Memiliki Pacar Yang Posesif.
Syarif Hidayatullah Diakses pada 2 Oktober 2018, dari
Nurjanah. (2007). Perilaku Seksual pada https://www.nurdinsikalem.com/lifest
Remaja yang Berpacaran dan Remaja yle/hubungan/keuntungan-yang-
yang Tidak Berpacaran. Skripsi. memiliki-pacar-yang-posesif/
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Anonim. (2015). Pemikiran Erich Fromm
Pane, Dessy M. (2018). Fashion Sebagai
dalam Teori Kritis. Diakses 6
Penciptaan Identitas Diri Remaja Di
November 2018, dari
https://www.kompasiana.com/auliana
sti/5510220f813311d638bc609b/pemi
kiran-erich-fromm-dalam-teori-kritis
Asngari, H. (2018). Perkembangan Masa
Remaja Awal Dan Akhir. Diakses
pada 7 Desember 2018, dari
https://id.scribd.com/document/37243
7407/Perkembangan-Masa-Remaja-
Awal-Dan-Akhir
Atmasari, Rina. (2014). Mengapa
Seseorang jadi Posesif?. Diakses 27
Juni 2019, dari
https://gaya.tempo.co/read/551013/me
ngapa-seseorang-jadi-posesif
Ava, Hikari. (2018). Wow! Inilah 4 Fakta
Sejarah tentang Pacaran yang Jarang
Diketahui. Diakses 2 Oktober 2018,
dari
https://www.idntimes.com/life/relatio
nship/agus-susanto/inilah-4-fakta-
sejarah-tentang-pacaran-yang-jarang-
diketahui-c1c2/full
Gede, Komang. (2017). Denpasar: Ibukota
Provinsi Bali - Kota Denpasar.
http://www.id.baliglory.com/2015/07/
kota-denpasar-ibukota-bali.html
(diakses pada 19 Juni 2019)
Kamajaya, Gede. (2018). Cinta, Cemburu
dan Pengorbanan. Diakses 21
Oktober 2018, dari
https://www.sanglah-
institute.org/2018/02/cinta-cemburu-
dan-pengorbanan.html

Anda mungkin juga menyukai