Anda di halaman 1dari 17

MATERI

UJIAN TENGAH SEMESTER


INTERVENSI PEKSOS DENGAN KOMUNITAS
By : Helmalia Widyaningrum
KOMUNITAS
 Definisi Komunitas dari beberapa ahli :
1. Menurut Christesson dan Robinson
Komunitas adalah orang orang yang terbatas secara geografis, mereka
berkomunikasi satu sama lain dan memilikiikatan antar orang-orang di
anggotanya yang memiliki rasa saling memiliki, mereka terikat satu sama lain dan
percaya bahwa kebutuhannya akan terpenuhi secara lebih baik selama para
anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama.
2. Menurut Paul B. Horton & Chaster L. Hunt
Komunitas adalah suatu kelompok sosial atau sekumpulan manusia yang
memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi satu sama lain.
 Elemen utama pada komunitas :
1. Batasan Geografis.
2. Kepentingan atau Kesamaan tertentu.
3. Adanya ikatan sosial bersama yang membentuk jaringan sosial.
4. Adanya interaksi sosial
 Jenis-jenis komunitas :
1. Komunitas berdasarkan minat.
Komunitas yang terbentuk karena adanya kesamaan minat, ketertarikan
anggotanya kepada anggota lain dilandaskan pada kesamaan minat. Biasanya
komunitas yang terbentuk karena kesamaan minat jumlah anggotanya besar.
2. Komunitas berdasarkan lokasi.
Komunitas terbentuk karena adanya esamaan lokasi atau tempat tertentu secara
geografis. Komunitas terbentuk karena adanya keinginan untu saling mengenal
satu sama lain sehingga interaksi yang tercipta dapat membantu perkembangan
lingkungan.
3. Komunitas berdasarkan kepentingan.
Komunitas yang terbentuk karena adanya keinginan dan kepentingan. Dengan
kata lain komunitas tersebut terbentuk atas dasar kepentingan tertentu di dalam
masyarakat.
 Interaksi sosial dalam bentuk yang termodifikasi.
Interaksi sosial yang berubah, dengan demikian juga merubah kontak sosial yang mana
kontak sosial menjadi tidak dapat dibina melalui komunikasi face to face. Komunikasi
seacar face to face yang kini semakinsulit dilakukan tentu merubah pula pola solidaritas
antar wahananya.
Komunikasi yang kian melemah dapat mengubah pola solidaritas sosial antar warganya.
Dalam skala komunitas yang lebih besar maka ragam latar belakang sosial budaya dan
ekologi pun meningkat. Sehingga ciri keseragaman pada komunitas menjadi sulit
dipertahankan.
INTERVENSI KOMUNITAS
Intervensi Makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam

rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas

(Netting, 2015). Intervensi Komunitas merupakan metode praktik yang memiliki sasaran

diatas individu, kelompok, dan keluarga.

Perbedaan Arena Intervensi Pekerjaan Sosial

Pekerjaan Sosial Mikro Pekerjaan Sosial Makro


Individu Komunitas
Keluarga Organisasi Sosial
Kelompok Kecil Kebijakan Sosial
Target/ Fokus dalam Intervensi Komunitas antara lain :

1. Kekuatan : yaitu kekuatan-kekuatan yang ada dan yang dimiliki oleh komunitas atau

masyarakat

2. Proses : proses-proses yang berupa Social Capital. Sosial Capital merupakan interaksi

dan komunikasi antar warga atau masyarakat yang terjadi secara intensif yang
kemudian menciptakan suatu energi untuk berubah dan memecahkan masalah yang

ada.

3. Peluang : meyakini bahwasannya proses-proses yang dilakukan memiliki peluang

utuk berhasil dalam memecahkan masalah.

4. Kebutuhan / Masalah : yaitu masalah- masalah yang diyakini oleh masyarakat sebagai

hambatan.

5. Tantangan : Kita sebagai pekerja sosial mendorong komponen masyarakat bahwa

kebutuhan/ masalah dikategorikan sebagai tantangan. Sehingga system sosial /

komunitas merasa terdorong untuk menyelesaikan tantangan tersebut.

Pandangan yang mendasari dalam fokus pada intervensi komunitas.

1. Kekuatan, dimana tiap individu atau masyarakat pasti memiliki kekuatannya masing-

masing.

2. Trauma/ penyakit , yang mana trauma dan penyakit yang menimbulkan penderitaan

yang menyakitkan dapat digunakan untukmendorong masyarakat dalam

menyelesaikan tantangan.

3. Pekerja sosial tidak mengetahui batas kemampuan masyarakat, karena itu pekerja

sosial harus memaksimalkan kekuatan yang ada pada masyarakat untuk

menyelesaikan masalah.

4. Pekerja sosial dalam membantu masyarakat berada pada koridor kerjasama

5. Setiap lingkungan harus diasumsikan memiliki sumber daya yang memadai. Yang

mana dalam menggunakannya tidak boleh hingga habis, melainkan harus tetap ada

atau memadai untuk saat ini, esok, dan yang akan datang.

INSTITUSI LOKAL
Institusi Lokal atau Kelembagaan Lokal memiliki peranan fungsi didalam menentukan
keberhasilan suatu program intervensi komunitas. Keterlibatan institusi lokal juga sangat
menentukan keberlangsungan dari intervensi komunitas. Institusi lokal seringkali
dipertukartempatkan dengan pengertian organisasi lokal, memang definisi keduanya saling
berhimpitan. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya.

 Perbedaan Institusi Lokal dan Organisasi Lokal

Institusi Lokal Organisasi Lokal


Merupakan suatu tatanan norma Merupakan kumpulan orang yang
maupun tatanan perilaku yang ada di memiliki struktur organisasi maupun
masyarakat dalam mencapai tujuan struktur kerja.
masyarakat / tujuan bersama.
Terfokus pada aspek-aspek nilai, norma Terfokus pada struktur dan jenjang
dan perilaku. komando.
Merupakan suatu bentuk mapan dari Merupakan aktivitas yang terstandarisasi
prosedur dan aktivitas sosial. dan baku, serta jelas memiliki struktur.
Memiliki ciri tradisional dan non Memiliki ciri modern dan formal.
formal.
Pranata dikatakan sebagai kelakuan atau perilaku berpola, yang artinya kelakuan yang
mempunyai tatanan yang dilakukan dan menjadi berunduk dalam kehidupan manusia dan
kebudayaannya.Tatanan tersebut dipatuhi oleh warga masyarakat itu sendiri.

Organisasi Lokal yang ada di masyarakat sangat beranekaragam. Berikut ini merupakan
jenis Organisasi berdasarkan ada tidaknya institusi di dalamnya.

 Jenis Organisasi berdasarkan ada tidaknya institusi di dalamnya


1. Organisasi mengandung makna institusi (Organisai yang merupakan
institusi atau Organisasi sekaligus institusi )
Organisasi yang memiliki struktur & jenjang komando jelas dan baku,
tetapi juga memiliki tatanan nilai yang terstandarisasi serta dipatuhi oleh
anggota organisasi tersebut. Contoh : TNI
2. Organisasi bukan institusi
Organisasi yang memiliki struktur atau jenjang komando tetapi tidak
memiliki tatanan atau nilai atau aturan yang dipatuhi oleh anggota
organisasi. Contoh : Karang Taruna yang tucking (dibentuk tapi cicing
atau diam tak ada kegiatan)
3. Institusi bukan organisasi
Organisasi yang memiliki tatanan nilai, norma yang dipatuhi anggotanya,
tetapi tidak memiliki struktur atau jenjang komando. Contoh :
Nyambungan (suatu tatanan di masyarakat untuk saling berbagi satu sama
lain dan berupa aktivitas bersama yang menjadi wadah dari perkumpulan
masyarakat), Jumputan, Subak

Yang digunakan sebagai resource system dalam intervensi komunitas adalah organisasi
lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang mana memiliki ciri organisasi dan
memiliki ciri institusi. Dimana ia memiliki struktur jelas dan juga memiliki tatanan nilai.
Contohnya : LKMD, PKK, KUD, Posyandu. Selain itu, institusi bukan organisasi di masyarakat,
dimana ia memiliki tatanan tetapi tidak memiliki jenjang komando yang jelas. Contohnya :
Kumpulan , Pengajian. Organisasi tersebut juga dapat dijadikan swbagai resource system dalam
intervensi komunitas.

Organisasi yang tidak dapat digunakan sebagai resource system atau alat yang
mendorong proses intervensi komunitas adalah organisasi yang tumbuh di masyarakat, namun
tidak memiliki tatanan atau nilai, yang mana hal tersebut menjadikan organisasi tidak memiliki
kekuatan atau aturan yang dipatuhi oleh masyarakat, hal ini mengartikan bahwa organisasi ini
tidak dapat mengubah perilaku anggota atau masyarakat.

MODEL INTERVENSI KOMUNITAS

Model yang dimaksud adalah jenis atau tipe atau suatu proses yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi permasalahan yang ada di masyarakat.

Model Intervensi Komunitas Menurut Jack Rothman :

1. Locality Development (Pengembangan Masyarakat atau Komunitas Lokal)


2. Social Planning & Social Policy (Perencanaan Sosial dan Kebijakan Sosial)
3. Social Action (Aksi Sosial)

Model Intervensi Komunitas Menurut Andrew Glenn

1. Community Development / ComDev (Pengembangan Masyarakat Lokal)


2. Community Action (Aksi Komunitas)
3. Community Service Approach (Pengembangan melalui lembaga / organisasi yang ada
di masyarakat dalam memberikan pelayanan secara umum )

Model Intervensi Komunitas yang menjadi focus bahasan yaitu Model Intervensi
Komunitas atau Pengembangan Masyarakat Menurut Jack Rothman, diantaranya :

1. Model Locality Development


 Berfokus pada jaringan sosial yang ada pada komunitas atau masyarakat pada
skala kecil.
 Model Ini memandang perubahan atau pengembangan masyarakat dapat
dilakukan dengan sangat baik atau secara optimal melalui suatu partisipasi
aktif dari masyarakat itu sendiri.
 Fokus utama model ini adalah partisipasi aktif masyarakat.
 Bagian utama model ini adalah keterlibatan masyarakat.
 Perhatian utama model ini adalah prosedur demokratis, consensus,
pemufakatan, kerjasama sukarela, yang semua itu merupakan bagian dari
jaringan sosial.
 Peran Pekerja Sosial sebagai fasilitator, yaitu memudahkan dan mendorong
terjadinya proses sosial di masyarakat.
 “Mendorong masyarakat dan memfasilitasi masyarakat agar mereka memiliki
kemampuan sendiri untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan mereka”.
2. Model Social Planning / Social Policy
 Menekankan pada proses rasional teknis.
 Model ini meyakini bahwa masalah yang dihadapi masyarakat dengan
lingkungan yang kompleks, biasanya dialami masyarakat industri,
memerlukan seorang perencana yang memiliki keterampilan serta telah
terlatih membantu serta membimbing masyarakat dalam melaksanakan
perubahan.
 Model ini memandang bahwa peran perencana sangat diandalkan.
 Peran Pekerja Sosial sebagai tenaga ahli / expert.
 Pekerja Sosial biasanya bekerja dibawah naungan organisasi, lembaga, atau
pemerintah, yang kemudian membuat peksos menjadi tidak independent dan
justru malah dependen atau diatur oleh lembaga atau pemerintah tempat ia
bekerja.
 Peran Perencana : Pengumpul Data, Melakukan Survei, Melakukan
Penelitian, Menganalisis Data.
 Fokus utama model ini adalah untuk mengidentifikasi serta melakukan
perancangan atau perencanaan.
 “Merencanakan dengan kemampuan saya sendiri untuk membantu
masyarakat”.
3. Model Social Action
 Pandangan model ini, orang-orang yang tertindas atau kurang beruntung
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan , makanya perlu dibela.
 Suatu model pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk membela /
bekerja atas nama orang yang tertindas / orang yang kurang beruntung / orang
yang dirugikan,dll.
 Peran Pekerja Sosial sebagai pembela / penyemangat / negosiator.
 “Mari kita galang kekuatan masyarakat untuk mengubah sistem yang
menindas atau merugikan”.

PRINSI-PRINSIP
INTERVENSI KOMUNITAS
 Menurut Jim Ife
1. Prinsip Ekologis
a. Holisme (Holism)
Bahwa segala sesuatu saling berhubungan dengan sesuatu yang
lain.
Prinsip ini menekankan pada pentingnya menggunakan perspektif
sistemik yang luas dalam memahami isu, masalah atau proses
apapun. Hal ini dikarenakan segala hal yang berkaitan satu sama
lain dan kita perlu memahaminya secara menyeluruh.
b. Suistanibility (Berkelanjutan)
Proses pengembangan masyarakat/ intervensi komunitas harus
dilaksanakan dalam suatu kerangka yang berkelanjutan.
Keberlanjutan mencakup pada proses dan struktur. Struktur dan
proses pengembangan masyarakat yang berkelanjutan ditandai
dengan pelaksanaan intervensi komunitas masyarakat yang tidak
terbatas pada pelaksana proyek saja, melainkan benar-benar beralih
dan menjadi milik masyarakat, dan mampu dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri.
Proses berkelanjutan juga harus memperhatikan Sumber Daya
yang digunakan serta juga lingkungan. Penggunaan Sumber Daya
dimaksimalakan pada Sumber Daya yang dapat diperbaharui dan
meminimalisir penggunaan Sumber Daya yang tidak dapat
diperbaharui. Selain itu juga memperhatikan dampak lingkungan,
dimana jangan sampai proyek atau program yang digunakan
menyebabkan kerusakan lingkungan.
c. Keanekaragaman (Diversity)
Pekerja sosial harus memahami keanekaragaman pada masyarakat.
Karena masyarakat terdiri atas berbagai individu yang berbeda-
beda. Memahami dan menghargai keanekaragaman merupakan
cara untuk mengatasi masalah penindasan, dan diskriminasi
terhadap kelompok tertentu. Keanekaragaman di dalam masyarakat
menekankan pada pentingnya struktur dan proses yang inklusif
(merupakan asset dan dinamisme pengalaman dalam masyarakat).
d. Pengembangan bersifar organic (Organic Development).
Proses pengembangan masyarakat organik diibaratkan suatu
taanaman, dimana prosesnya sangat kompleks dan bergantung
pada lingkungan. Dengan demikian, pengembangan masyarakat
perlu dikelola melalui proses yang kompleks dan dinamis. Teknik
pengembangan masyarakat cenderung bersifat seni, hal ini
dikarekan masyarakat memiliki kemapuan masing-masing yang
unik. Masyarakat memiliki kemampuan untuk berubah,
berkembang, dewasa danmenjadi mapan, sertamampu
mengembangkan segala potensi melalui kemampuan yang dimiliki.
Peran peksos hanyalah untuk mendorong dan menciptakan situasi
dan kondisi yang dapat mempermudah dan mempercepat
masyarakat untuk berubah dan berkembang.
e. Perkembangan yang seimbang (Balanced Development)
Program Pengembangan masyarakat harus mempertimbangkan
berbagai aspek (ekonomi, politik, budaya, spiritual, lingkungan).
Yang mana ini berarti bahwa seluruh aspek tersebut harus
melanadsi setiap strategi yang digunakan. Segala penentuan fokus
dan pengambilan keputusan harus melibatkan masyarakat.
2. Prinsip Keadilan Sosial dan HAM
a. Mengatasi ketidakberdayaan structural (Adressing structural
disadvantage)
Masalah yang dialami masyarakat tidak hanya masa;ah psikolois,
tetapi juga masalah struktur sosial yakni kelas sosial, rasa tau
etnisitas. Maka dari itu pekerja sosial harus memiliki pemahaman
yang kritis terhadap kompleksitas ketidakberdayaan struktural. Hal
ini dikarenakan terkadang penindasan tidak tampak secara nyata
dan tegas melainkan tersembunyi, tetapi nyatanya ada dan
memiliki dampak nyata. Pekerja sosial harus berupaya untuk
menghentikan penindasan tersebut, dan tidak terlibat dalam sistem
yang berat sebelah atau meremehkan pihak yang tertindas.
b. Mengatasi wacana-wacana yang merugikan (Addressing
discourses of disadvantage)
Dalam suatu masyarakat cenderung terjadi suatuperbincangan atau
pembahasan yang hanya dilakukan oleh orang-orag yang memiliki
kekuasaan (tokoh masyarakat) yang cenderung mengutamakan
kelompok tertentu (kelompok sendiri,kelompok terdekat) dan
menomorduakan kelompok yang lain (kelompok orang orang
kurang mampu, tak punya keuasaan, dll). Dalam hal ini peksis
harus mampu mengidentifikasi apa yang tetjadi dan melakukan
advokasi sehingga kedua kelompok menjadi berimbang, tak ada
yang lebih penting atau donomorduakan.
c. Proses pengembangan masyarakat mengutamakan pemberdayaan
(Empowerment)
Pemberdayaan disini merupakan suatu proses mendorong
mayarakat untuk mengendalikan program pengembangan sendiri
dan dengan kemampuan mereka sendiri. Dalam hal ini pekerja
sosial perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa
mereka bukanlah sekedar pembantu sukarela, melainkan mereka
merupakan bagian utama dalam seluruh rangkaian proses.
Proses pengembangan masyarakat dilaksanakan ole masyarakat
dan pekerja sosial yang berlandaskan pada kemampuan
masyarakat, sumber daya masyarakat, yang dilakukan dengan
bimbingan intensif sesuai kehendak masyarakat.
d. Menjunjung tinggi HAM (Human Rights)
Dalam intervensi komunitas yang dilakukan oleh Pekerja Sosial,
HAM tidak hanya bernuansa negatif tetapi juga bernuansa positif.
Nuansa negatif, berarti bahwa seluruh proses pengembangan
masyarakat / intervensi komunitas dilaksanakan tidak betentangan
dengan HAM (The protection of human rights). Sedangkan nuansa
positif, beraryi bahwa berbagai HAM digunakna sebagai tujuan
ideal pengembangan masyarakat/ intervensi komunitas (The
promotion of human rights).
HAM yang dimaksud antara lain : hak untuk mendapatkan standar
kehidupan yang memadai, hak untuk mendapat pendidikan, hak
untuk bberpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat,
hak untuk menentukan hidupnya sendiri, hak untuk mendapat
perlindungan, hak memperoleh bantuan.
e. Mulai dari kebutuhan masyarakat (Defining Need)
Perumusan kebutuhan didasarakan pada 2 prinsip. Pertama,
perumus kebutuhan biasanya terdiri dari banyak unsur yang
masing masing memiliki perpektifnya sendiri, maka pekerja sosial
harus berusaha mencapai persetujuan di antara pihak-pihak
perumus kebutuhan tersebut, seperti penyelenggara program,
penyandang dana, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.
Apabila terlalu banyak perbedaan tentang kebutuhan masyarakat
menurut versi para perumus kebutuhan tersebut, maka tujuan
pengembangan masyarakat akan sulit tercapai. Masing-masing
akan bekerja secara terpisah dan menyelenggarakan proses yang
berbedabeda pula, akhirnya masyarakatlah yang akan menjadi
korbannya.
Kedua, Bagaimanapun pentingnya berbagai perumus kebutuhan
yang berasal dari luar, maka yang harus didahulukan adalah
perumusan atau pendefinisian kebutuhan oleh masyarakat sendiri.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara mengajak warga untuk
berdialog serta mengembangkan kemampuan warga untuk
mengartikulasikan kebutuhan mereka yang sesungguhnya.
3. Menghargai yang lokal
a. Menghargai pengetahuan lokal (Valuing local knowledge)
Pengetahuan dan keterampilan lokal harus diterima dan
ditempatkan setara dengan pengetahuan dan keterampilan dari
orang luar. Pengetahuan dan keterampilan orang luar kita jadikan
opsi terakhir jika tidak ada pengetahuan dan keterampilan dari
masyarakat lokal.
b. Menghargai budaya lokal (Valuing local culture)
Tradisi dan proses budaya lokal harus diakui dan didukung sebagai
bagian dari proses pengembangan masyarakat. Sehingga budaya
lokal akan tetap ada dan tak terampas oleh globalisasi budaya.
c. Menghargai sumber daya lokal (Valuing local resources)
Masyarakat harus berupaya memanfaatkan sumber dayanya
sendiri, bukan mengandalkan bantuan dari luar, hal ini disebut
sebagai gagasan Self Relience. Bentuk-bentuk sumberdaya yang
dimanfatkan antara lain finansial, Teknik, alam dan manusia,
semuanya dapat dicapai melalui berbgai cara.
Self Relience tetap menerima bantuan pemerintah, bantuan tersebut
digunakan untuk mendorong pengembangan.
d. Menghargai keterampilan masyarakat lokal (Valuing local skill)
Pekerja sosial harus menyadari bahwa anggota-anggota masyarakat
memiliki keterampilan penting dan akhirnya keterampilan tersebut
akan menggerakkan proses pengembangan masyarakat. Pekerja
Sosial dan masyarakat perlu melakukan sharing berkaitan dengan
keterampilan.
e. Merhargai pross lokal (Valuing local process)
Proses berbasis masyarakat merupakan alternatif tepat dalam
pengembangan masyarakat. Karena segala sesuatu didalamnya
bersumber dari masayarakat dan lebih mudah dijalankan dan
dipami masyarakat. Bilamana memaksakan segala sesuatu dari lua,
justru hal ini dapat membuat masalah lain dan memperlambat
proses pengembangan masyarakat.
f. Mengedepankan partisipasi (Participation)
Pekerja sosial yang bekerja dalam pengembangan masyarakat,
harus memfasilitasi aktivitas partisipatoris secara luas sehingga
mampu mewadahi partisipasi warga yang beraneka ragam. Hal ini
dikarenakan setiap orang memiliki keterampilan, perhatian yang
berbeda, seingga bentuk partisipasi mereka tak dapat disamakan.
Partiipasi masyarakat dalam program harus dengan menyeluruh,
bukan hanya berpartisipasi dalam hal-hal yang mereka anggap
penting saja. Seluruh lapisan masyarakat harus ikut berpartisipasi,
sesuai kemampuan mereka masing-masing dalam setiap kegiatan.
4. Prinsip-prinsip proses
a. Proses, hasil dan visi yang terintegrasi
Proses dan hasil akhir yang akan dicapai merupakan 2 hal yang
sama penting dalam pengembangan masyarakat dan harus
dipandang sebagai komponen yang terintegrasi dan bukan sebagai
sesuatu yang terpisah. Penekanan terhadap proses dan hasil harus
seimbang agar masyarakat mampu madiri, dan masyarakat mampu
menentukan arah perubahan.
b. Integritas Proses
Dalam menjaga integritas proses yang berkeadilan sosial dan
berkesinambungan, pekerja sosial harus senantiasa cermat dan
kritis dalam melakukan proses pengembangan masyarakat yang
dijalankannya. Prinsip-prinsip lain yang terkait dengan integritas
proses, yaakni tanpa kekerasan, inklusif, berdasarkan konsensus,
kerjasama, partisipasi dan perumusan kebutuhan kesemuanya
berkaitan dengan proses.
c. Menumbuhkan Kesadaran
Penumbuhan kesadaran adalah membantu masyarakat untuk
menemukan pengalaman hidup masyarakat, dan
menghubungkannya dengan struktur atau wacana kekuasaan dan
penindasan. Tujuannya untuk menciptakan aktivitas yang efektif
untuk perubahan. Tahapan penumbuhan kesadaran: hubungan
personal dan politik, mengembangkan hubungan dialogis, berbagi
pengalaman tentang penindasan dan masalah2 yang terjadi,
membuka kemungkinan untuk bertindak.
d. Berlandaskan pada konsensus dan kerjasama
Pengembangan masyarakat yang merujuk pada pendekatan atau
prinsip konsensus akan melaksanakan tugasnya dengan
mengedepankan kesepakatan, bertujuan untuk mencapai solusi
yang menjadi milik masyarakat secara utuh, yang dengan demikian
juga merupakan konsekuensi dari prinsip tanpa kekerasan serta
prinsip keinklusifan. Konsensus tidak berarti hanya disepakati oleh
mayoritas, sedangkan 49 % sisanya akan mengalami ketidak
puasan, tetapi seluruh komunitas mempunyai komitmen terhadap
hasil keputusan, sehingga semua orang menerima dan
menyetujuinya. Seringkali konsensus ini dicapai dalam waktu yang
relatif panjang akan tetapi menjadi sesuatu yang sangat berharga
karena memiliki dampak positif yang sangat besar.
e. Kerjasama
pekerja sosial yang bekerja dalam pengembangan masyarakat perlu
mengedepankan etika kerjasama sebagai alternatif bagi dominasi
struktur kompetitif. Pekerja sosial harus mengembangkan pola
kerjasama dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan bersama
masyarakat. Pola kerjasama ini tidak hanya berguna bagi suatu
masyarakat tertentu saja, melainkan dapat merembet pada
kerjasama antar masyarakat yang berada di luar daerah yang
bersangkutan.
f. Kecepatan proses perkembangan ditentukan oleh masayarakat itu
sendiri (The pace of development)
Pengembangan masyarakat, secara hakiki, memiliki prosesnya
sendiri yang biasanya memerlukan waktu tertentu yang
ditetapkannya sendiri, dengan demikian pekerja sosial akan
mengalami kesulitan yang signifikan jika mengharapkan proses
perkembangan dalam waktu yang singkat. Pengembangan
masyarakat juga merupakan suatu proses belajar yang sangat
bermanfaat dalam memberdayakan. Dengan demikian, proses
pemberdayaan yang dipaksakan secara cepat dengan cara
mendiktekan apa yang harus dilakukan justru mengingkari
pemberdayaan yang akan dituju.
g. Proses dilakukan tanpa kekerasan (Peace and Non-Violence)
Dalam perspektif pengembangan masyarakat, pekerja sosial harus
mampu mengidentifikasi kekerasan yang terjadi di dalam
masyarakat, termasuk juga kekerasan struktural yang tersembunyi.
Pekerja sosial harus mampu mengidentifikasi kekerasan yang ada
sekaligus berupaya mengatasinya dengan melalui proses yang
tidak mengandung kekerasan. Proses yang dilalui harus lebih
bersifat ajakan atau bujukan, bukan perlawanan atau serangan,
lebih bersifat merangkul musuh agar mereka berubah sedikit demi
sedikit, bukannya perlawanan yang lebih menjurus pada perspektif
kalah – menang, lebih memilih untuk bekerja secara berdampingan
bukannya menolak, lebih memilih untuk menengahi, bukannya
konfrontasi
h. Bersifat Inklusif (Inclusiveness)
Inklusif merupakan prinsip penting dalam perspektif tanpa
kekerasan. Hal – hal yang dilakukan Pekerja Sosial untuk bersifat
inklusif yaitu memahami orang lain / masyarakat, mawas diri dan
mempelajari sikapnya sendiri, tidak mengklaim sebagai orang
yangpaling bijak dan benar, semangat belajar dari orang lain
terutama orang yang memiliki perbedaan, mencaripotensi orang
lain / masyarakat.
i. Proses yang membangun komunitas (Community Building)
Pengembangan masyarakat harus bertujuan untuk membangun
komunitas. Yang dimaksud dengan membangun komunitas adalah
memperkuat interaksi sosial di dalam masyarakat, mempertemukan
kebersamaan warga, membantu warga untuk berkomunikasi
sehingga memungkinkan terjadinya dialog secara tulus dan
terbuka, saling pengertian, serta akhirnya mampu melakukan suatu
kegiatan secara bersama. Membangun komunitas ini kadang-
kadang bukan merupakan tujuan spesifik dari pengembangan
masyarakat, seringkali pembangunan komunitas ini merupakan
dampak sampingan dari suatu kegiatan tertentu. Seringkali warga
merasa kurang nyaman jika mereka dikumpulkan hanya sekedar
untuk berinteraksi, oleh karena itu perlu dilakukan suatu kegiatan
tertentu yang menyebabkan mereka berinteraksi satu sama lain.
Kegiatan-kegiatan seperti kegiatan pembangunan gedung sekolah,
pembangunan sarana sosial tertentu yang mengakibatkan
tumbuhnya kebersamaan di antara warga masyarakat.
5. Prinsip-Prinsip Global dan Lokal
a. Menghubungkan yang lokal dan global (Linking the global and the
local)
Pekerja Sosial tidak boleh melupakan isu global, meskipun fokus
utama pada isu lokal. Hal ini dikareanak isu global mempunyai
pengaruh terhadap timbul / muncullnya masalah lokal.
b. Praktik anti kolonialis (Anti-Colonialist practice)
Kolonilaisme terjadi pada semua kehidupan, baik seseorang,
kelompok, organisasi ataupun profesi. Hal ini disadari dan tidak
disadari selalu ada. Termasuk profesi Pekerjaan Sosial, salah
satunya dalah Pekerja Sosial yang bekerja pada institusi global
mereka cenderung memakai nilai global, hal ini harus diwasapadai
Pekerja Sosial agar tidak serta merta langsung mengikuti nilai
global.
PERAN DAN KETERAMPILAN
DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Kompetensi dentik dengan keterampilan. Dan keterampilan merupakan penjabaran dari peranan.
Peranan Pekerja Sosial dalam Intervensi Komunitas Menurut Jim Ife :
1. Facilitative Role
Keterampilan yang diperlukan :
a. Social animation
b. Mediation and negotiation
c. Support
d. Building Consensus
e. Group facilitation
f. Skill and resources
g. Organising
h. Komunikasi pribadi
2. Educational Role
Keterampilan yang diperlukan :
a. Consciouness raising
b. Informing
c. Confronting
d. Training
3. Representational Role
Keterampilan yang diperlukan :
a. Obtaining resources
b. Advocacy
c. Using the media
d. Public relation
e. Networking
f. Sharing knowledge and experience
4. Technical Role
Keterampilan yang diperlukan :
a. Data Collection and analysis
b. Using computers
c. Verbal and written presentation
d. Management
e. Financial control
Peranan Pekerja Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat
(Spergel, Zastrow, dalam Isbandi : 2001)
1. Pemercepat Perubahan (Enabler)
Pekerja Sosial berperan untuk :
a. Membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka.
b. Mengidentifikasikan masalah mereka.
c. Mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka
hadapi secara lebih efektif.
4 Fungsi uatama yang dilakukan Pekerja Sosial sebagai enabler:
a. Membantu masyarakat menyadari, dan melihat kondisi mereka.
b. Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam masyarakat
c. Mengembaangkan relasi interpersonal yangbaik.
d. Memfasilitasi perencanaan yang efektif.
2. Perantara (Broker)
Pekerja Sosial berperan untuk Menghubungkan individu ataupun kelompok dalam
masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community
services), tetapi tidak tahu dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan
lembaga yang menyediakan layanan masyarakat.
Peran ini dilakukan dengan melibatkan klien dalam kegiatan penghubungan ini, supaya
bila sudah tiba saatnya untuk melakukan terminasi, klien yang bersangkutan dapat tetap
menjalin hubungan dengan lembaga terkait.
3. Pendidik (Educator)
Dalam peran ini pekerja sosial dituntut untuk mempunyai kemampuan menyampaikan
informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh masyarakat yang menjadi
sasaran perubahan. Serta Pekerja Sosial harus mempunyai pengetahuan yang cukup
memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. (Bila kurang memahami, hubungi rekan
dari profesi lain atau ahlinya) agar memperoleh informasi yang cukup memadai untuk
disampaikan pada masyarakat
Terkait peran ini, pekerja sosial harus selalu mau belajar, mengikuti perkembangan
masyarakat ataupun trend masalah.
4. Tenaga Ahli (Expert)
Pekerja Sosial berperan untuk Memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi
dalam berbagai area. Usulan dan saran tersebut tersebut tidak mutlak harus dijalankan
oleh klien (masyarakat ataupun organisasi), tetapi lebih merupakan masukan gagasan
sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Pada umumnya klien dari “expert” adalah HSO, GO, & NGO. Peran ini
terkait erat dengan peran perencana sosial
5. Perencana Sosial (Social Planner)
Pekerja Sosial berperan untuk mengumpulkan data tentang masalah sosia, menganalisis
data, menyajikan altenatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut,
mengembaangkan program, mencari alternatif sumber pendanaan,
mengembangkankonsensus dalamkelompok yang membpunyai berbaga iminat ataupun
kepentingan.
6. Advokat (Advocate)
Pekerja Sosial berperan untuk melakukan advokasi atau pembelaan yang mewakili
kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi
yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tidak memperdulikan (bersifat
negatif ataupun menolak tuntutan warga).
Terkait dengan peran ini , seorang PS atau CD worker seringkali harus melakukan
persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elit tertentu, agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan
7. Aktivis (Activist)
Pekerja Sosial berperan untuk melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar,
dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada
kelompok yang kurang beruntung.Pekerja Sosial juga m emperhatikan isu-isu tertentu,
seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku, kesenjangan, dan perampasan hak.
Pekerja Sosial merangsang kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan untuk
mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang
menekan mereka), melalui taktik konflik, konfrontasi (demonstrasi), dan negosiasi.
Keterampilan- Keterampilan yang dibutuhkan Pekerja Sosial dalam Pengembangan
Masyarakat
(Mayo dalam Isbandi : 2001)
1. Keterampilan menjalin relasi (engagement);
2. Keterampilan dalam melakukan penilaian (assessment), termasuk penilaian kebutuhan
(need assessment);
3. Keterampilan melakukan riset atau investigasi
4. Keterampilan melakukan dinamika kelompok
5. Keterampilan bernegosiasi;
6. Keterampilan berkomunikasi;
7. Keterampilan dalam melakukan konsultasi;
8. Keterampilan manajemen, termasuk manajemen waktu dan dana
9. Keterampilan mencari sumber dana, termasuk pula pembuatan permohonan bantuan
10. Keterampilan dalam penulisan dan pencatatan kasus dan laporan; dan
11. Keterampilan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi
Tugas-tugas yang biasanya dilakukan dalam Pengembangan Masyarakat
(Mayo dalam Isbandi : 2001)
1. Menjalin kontak dengan individu, kelompok ataupun organisasi
2. Mengembangkan profil komunitas, menilai kebutuhan dan sumber daya masyarakat
3. Mengembangkan analisis strategis, merencanakan sasaran, tujuan jangka pendek, dan
tujuan jangka panjang;
4. Memfasilitasi kemapanan kelompokkelompok sasaran
5. Bekerja secara produktif dalam mengatasi konflik, baik konflik antar kelompok ataupun
antar organisas
6. Menghubungkan isu yang ada secara efektif dengan pembuatan keputusan dan
implementasinya, termasuk menjalin relasi dengan politisi di tingkat lokal
7. Berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan berbagai individu,
kelompok dan organisasi
8. Bekerja bersama individu dalam komunitas, termasuk melakukan konsultasi bila
diperlukan
9. Mengelola sumber daya yang ada, termasuk waktu dan dana;
10. Mendukung kelompok dan organisasi guna mencapai sumber daya yang dibutuhkan,
misalnya dalam hal dana dilakukan dengan membuat proposal permohonan dana
11. Memonitor dan mengevaluasi perkembangan program atau kegiatan, terutama
pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
12. Menarik diri dari kelompok yang sudah berkembang, dan / atau memfasilitasi proses
perpisahan yang efektif
13. Mengembangkan, memantau dan mengevaluasi strategi yang serupa

Anda mungkin juga menyukai